Anda di halaman 1dari 2

Ada cerita mistis di balik gedung berwana peach yang terletak di Jalan Lawu

Timur Terminal Karangpandan, Karanganyar. Di gedung inilah, pemimpin


kawedanan (wedana) Karangpandan dulunya berkantor.
Lalu seperti apa cerita mistis di balik gedung bekas kantor Kawadenan ini?
Wedana merupakan pembantu bupati yang memimpin beberapa camat.
Karanganyar pada masa penjajahan Belanda dibagi menjadi tiga wilayah
kawedanan yaitu Kawedanan Karanganyar, Kawedanan Karangpandan, dan
Kawedanan Jumapolo.
Setelah proklamasi, Karanganyar bertambah satu wilayah kawedanan yaitu
Kawedanan Wonoharjo. Salah satu mantan pegawai Kawedanan Karangpandan,
Soekarno (71) menjelaskan, Kawedanan Karangpandan membawahi enam
kecamatan yaitu, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Matesih, Kecamatan
Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Jenawi, dan Kecamatan
Kerjo.
“Saya bekerja di kantor Kawedanan Karangpandan sejak 1970. Saya tidak tahu
persis sejarah bangunan tersebut. Mungkin dulu rumah milik Mangkunegaran.
Kemudian, oleh pemerintah dijadikan sebagai rumah dinas dan kantor. Tidak perlu
membuat gedung baru untuk kantor Wedana,” katanya kepada Solopos saat
ditemui di rumahnya.
Pada 1970, Wedana Karangpandan dibantu enam pegawai yaitu kepala kantor,
bidang pemerintahan, juru bayar, bagian surat, pelayanan, dan penjaga malam.
Selama 30 tahun Karno bertugas di kantor tersebut, sudah ada 10 kali pergantian
wedana dan penambahan pegawai.
Di kompleks tersebut, terdapat satu rumah dinas. Di timur rumah dinas berdiri
bangunan musala baru. Berjalan ke sisi barat rumah, terdengar aliran air irigasi
yang tertutup beton.
Di sisi barat rumah dinas, terdapat pendapa dan kantor. Sisi paling barat, ada satu
kolam. Rumah dan kantor tertutup rapat sehingga Solopos tidak bisa masuk.
“Dulu bangunan hanya rumah dinas, garasi, pendapa, kantor, dan kolam. Musala
dibangun dinas pariwisata. Wedana dan keluarga tinggal di rumah tersebut. Kolam
tidak seperti sekarang, sekarang kolamnya kecil. Pagar hanya terbuat dari bambu
dan banyak pohon besar,” kata dia.
Dia menjelaskan, rumah dinas wedana itu terdiri atas enam ruangan, yaitu satu
kantor wedana, tiga kamar tidur, satu ruangan perkakas, dan satu kamar kosong.
Dia mengatakan kamar kosong tersebut tidak dipakai karena konon memiliki cerita
mistis.
“Orang tidak boleh tidur di ruangan itu. Kalau ada yang berani tidur di kamar
tersebut, secara tidak sadar dia berpindah tempat,” kata dia.
Karno menjelaskan sejak 1975 kantor camat dipindahkan ke wilayah masing-
masing. Kantor pembantu bupati masih beroperasi hingga dilikuidasi pada 2000.
Seluruh pegawai dipindahkan ke kantor dinas.
Dia menjelaskan pada 2002 kantor kawedanan disewakan kepada Bank
Pembangunan Daerah Jawa Tengah selama 10 tahun. Kini, kantor kawadenan tidak
dipakai. Pedagang sekitar terminal memanfaatkan teras bangunan untuk
menyimpan meja dan kursi.
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar sebagai pengelola
bangunan berencana menjadikan bangunan itu sebagai rumah kreatif Karanganyar.

Anda mungkin juga menyukai