Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDIVIDU

TANJUNG LESUNG

Oleh :

1. Aldi Oktavian Satria Dharma Pamungkas


(3334160062)
2. Eka Nurfitriyani (3334170008)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
1. Lokasi Tanjung Lesung
Berlokasi di ujung paling barat Pulau Jawa, yaitu
Kabupaten Pandeglang, Banten, Tanjung Lesung merupakan
sector Pariwisata pertama dan telah diresmikan beroperasi pada
Februari 2015. Tanjung Lesung memiliki letak yang strategis
dan akses yang mudah dijangkau, yaitu 70 km dari Kota
Cilegon dan dapat ditempuh melalui perjalanan darat selama 1,5
– 2 jam.
Tanjung Lesung memiliki luas area 1.500 Ha dengan
potensi pariwisata yang beragam, antara lain keindahan alam
pantai, keragaman flora dan fauna serta kekayaan budaya yang
eksotis. Tanjung Lesung juga dekat dengan atraksi wisata
Banten lainnya seperti Kawasan Tua Banten, Budaya Badui dan
Debus, Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Krakatau serta
wisata kepulauan.

Gambar 1. Lokasi Tanjung Lesung


Berasal dari kata “lesung” yaitu alat penumbuk padi
tradisional, Tanjung Lesung memiliki bentuk dataran pantai
wilayah yang menjorok ke laut dan mirip lesung. Dengan pantai
dengan pasir putih serta laut yang jernih, Tanjung Lesung telah
menarik baik wisatawan nasional maupun internasional. Selama
tahun 2016 tercatat jumlah kunjungan wisatawan sejumlah
570.000 orang dan ditargetkan meningkat hingga 6,1 juta
wisatawan saat beroperasi penuh pada 2020.

2. Asal-usul Tanjung Lesung

Tanjung Lesung sebenarnya adalah nama kampung di


Pandeglang, Banten. Berdasarkan cerita masyarakat, kampung
ini diberi nama Tanjung Lesung karena peristiwa yang terjadi di
masa silam di daerah itu. Pada mulanya, di pesisir laut selatan
Jawa terdapat seorang pengembara yang bernama Raden Budog.
Raden Budog adalah pemuda yang tampan dan gagah. Kemana-
mana ia selalu ditemani oleh anjing dan kudanya. Pada suatu
ketika, ia bermimpi bertemu dengan gadis yang sangat cantik. Ia
pun berusaha untuk mencari gadis itu. Saat tiba di suatu pantai,
ia beristirahat sejenak. Saat ingin melanjutkan perjalanan, anjing
dan kudanya masih sangat kelelahan. Ia pun menjadi marah dan
menganggap anjing dan kudanya tidak setia dan mengutuk
mereka. Akhirnya kuda dan anjingnya berubah menjadi batu
karang. Ia pun kemudian melanjutkan perjalanan seorang diri.
Suatu ketika, ia mendengar alunan lesung yang sangat merdu.
Pemimpin lesung itu ternyata adalah gadis yang ada di dalam
mimpi Raden Badog. Gadis itu bernama Sri Poh Haci. Raden
Badog berusaha untuk mendekati Sri Poh Haci. Sebenarnya, ibu
Sri Poh Haci tidak menyetujui jika anaknya menjalin hubungan
dengan Raden Badog karena Raden Badog tidak memiliki asal
usul yang jelas dan sifatnya keras kepala. Namun, karena ia
tampan, Sri Poh Haci pun jatuh cinta pada Raden Badog sampai
akhirnya mereka pun menikah. Menurut cerita setempat Sri Poh
Paci menjelma menjadi Dewi Padi. Untuk mengenang kemahiran
Sri Poh Paci dalam bermain lesung, penduduk setempat
menamakan kampung itu dengan nama Kampung Lesung.
Karena berlokasi di sebuah Tanjung, maka kampung itu diberi
nama Tanjung Lesung.

3. Sengketa Lahan di Tanjung Lesung


Sengketa lahan yang berada di kawasan Tanjung Lesung,
Panimbang, rupanya bukan kali ini saja mencuat. Sebelumnya,
pada tahun 2000/2001, pada saat kawasan di ujung pulau jawa
itu akan dijadikan Zona Eklusif Tanjung Lesung, persoalan
lahan itu sebenarnya telah mencuat. Terlebih munculnya Hak
Guna Usaha (HGU) pada sejumlah pengembang saat itu, yang
menjadi perdebatan di tubuh Tim Pansus. Tim Pansus Zona
Eklusif Tanjung Lesung, yang digawangi Teja Heryana, dengan
Sekertarisnya Uneh Junaedi, pada saat itu sempat menolak dan
meminta Pemkab Pandeglang, untuk mencabut HGU yang
diberikan pada 10 perusahaan pengembang kawasan tersebut,
yang diantaranya adalah PT. Banten West Java (BWJ).
"Sewaktu kita masih di Tim Pansus penetapan Tanjung Lesung
sebagai Zona Eklusif, kalau tidak salah tahun 2000 atau 2001
an. Kita sempat meminta semua HGU yang diberikan pada para
pengusaha, untuk dicabut dan dibatalkan, serta ditinjau ulang,
karena kita menilai dan meyakini para pengusaha yang akan
mengelola, maupun mengembangkan kawasan Zona Eklusif itu,
tidak patut diberikan HGU, termasuk BWJ," jelas Teja Heryana,
Eks Ketua Pansus Zona Eklusif Tanjung Lesung, Selasa
(19/12/2017).

Dikatakannya juga, terkait mencuatnya persoalan saling


klaim lahan di Kawasan Tanjung Lesung, antara pihak ahli
waris dengan pihak BWJ, maupun Pemerintah Daerah (Pemda)
Pandeglang. Diakui Teja bukan terjadi kali ini saja, hal tersebut
telah terjadi sejak tahun 1994, pada awal pembebasan lahan,
yang hanya memberikan uang pengganti garap, dan bukannya
uang pembebasan lahan tersebut. "Menurut saya, apa yang
dilakukan para ahli waris ini, sudah melalui tahapan yang lazim.
Dan saya berpendapat, persoalan ini tergolong sangat komplek,
mulai dari HGU yang semestinya sudah dicabut sejak sekian
tahun lalu. Karena saya meyakinkan, bahwa BWJ tidak
mempunyai itikad baik memajukan kesejahteraan masyarakat
Pandeglang, terlebih warga sekitar Tanjung Lesung-nya,"
tambah Teja.
Teja pun berkeyakinan, apa yang saat ini dilakukan ahli
waris atas klaim lahan di kawasan Tanjung Leusung tersebut,
adalah benar adanya, sesuai fakta data yang mereka miliki.
Sehingga ketika adanya niatan ahli waris, yang di pimpin Ketua
KSU Bina Nusantara akan melakukan pemagaran diatas lahan
seluas 462 hektar di Tanjung Leusung, secara tidak langsung
pihaknya menyepakati hal itu. "Saya sih sepakat saja apa yang
dilakukan saudara Uneh Cs. Karena bila dilihat dari sejumlah
data kepemilikan lahan, yang mereka tunjukan pada saya, data-
data itu saya yakini kebenarannya, dan tindakan yang dilakukan
mereka saat ini, sudah sesuai serta tidak harus pula meminta
izin untuk melakukan pemagaran itu," tegas Eks Ketua Pansus
Zona Eklusif Tanjung Leusung ini.
Sementara itu, terkait sikap Pemda Pandeglang yang
terkesan tidak mau menyikapi persoalan itu. Dianggapnya
salah, karena Pemda sendiri punya ambisi untuk mensukseskan
Tanjung Leusung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus.
Sehingga patut melihat, mempelajari, dan menganalisa,
seberapa besar kemanfaatan dan kelangsungan program
tersebut, tanpa menyisakan persoalan bagi masyarakat. "Maka
dari itu, terkait keberadaan BWJ sebagai pengelola kawasan
Tanjung Lesung, dan sebagai perusahaan yang dipercaya untuk
menjadi pengembang dalam proyek trategis nasional, yang
diberi nama KEK tersebut. Saya anggap BWJ sangat tidak
layak, bahkan mungkin pendapat saya ini di-amini sebagian
besar warga Pandeglang, karena memang selama ini mereka
bukan memberi PAD, malah selalu menggerogoti APBD
melalui promosi-promosinya," tutup Teja. [JEM]

4. Review Perjalanan ke Tanjung Lesung


Seperti yang kita ketahui bersama, bahwasanya Banten di
zaman dahulu sudah terkenal sebagai daerah yang memiliki
pelabuhan strategis yang menjadi tempat berlabuhnya kapal dari
berbagai negara. Makanya tidak heran jika kemudian Banten ini
memiliki beberapa objek wisata pantai yang sangat indah.
Uniknya, objek wisata pantai di daerah Banten ini seolah dibagi
menjadi dua, yakni bagian selatan dan bagian barat.
Pantai yang ada di bagian selatan jaraknya lumayan jauh
dari kota besar, aksesnya lumayan sulit dan ombaknya cukup
besar layaknya pantai selatan lainnya, namun sangat terkenal
keindahannya. Sedangkan pantai yang ada di bagian barat
adalah sebaliknya, jaraknya tidak terlalu jauh dari kota besar,
aksesnya lumayan mudah serta ombaknya tidak terlalu besar,
tetapi keindahannya juga layak untuk diacungi jempol.
Pantai Tanjung Lesung ini ada di daerah Tanjung Jata
yang merupakan bagian dari Kecamatan Panimbang, Kabupaten
Pandeglang, Banten. Pantai ini ada di sebelah barat Kabupaten
pandeglang dan tidak langsung menghadap ke arah laut
sehingga anginnya juga tidak terlalu kencang.
Jika kita memulai perjalanan dari Kota Cilegon, maka
rutenya pergi ke sebelah barat sampai ke selatan ke arah Anyer
dan melewati Labuan dan akan tiba di Pantai Tanjung Lesung di
Barat Daya Labuan.
Tiket masuk ke Pantai Tanjung Lesung sebenarnya
adalah hal yang tidak perlu dirisaukan karena harganya sangat
murah hanya Rp 20.000, sedangkan saat weekend bisa
mencapai Rp 40.000.
Jika berbicara soal aktifitas, Anda bisa melakukan
banyak hal di pantai dengan air yang sangat jernih yang
diselimuti oleh pasir putih ini, diantaranya adalah:
a. Water Sport dengan menggunakan jet ski, banana boat, kano
ataupun wahana permainan air yang lainnya
b. Snorkeling dan Diving di beberapa titik seru seperti di Pulau
Liwungan baik dengan menggunakan peralatan sendiri
ataupun menyewa di tempat yang telah disediakan
c. Menikmati sunset yang tentunya bisa Anda lakukan saat sore
hari sambil memandangi matahari yang bersembunyi di
balik anak gunung Krakatau
d. Wisata kuliner di rumah makan yang ada di sekitar area
pantai yang menyajikan aneka seafood
e. Ikut serta dalam kampanye serta praktek budidaya terumbu
karang di Pulang Liwungan
f. Memancing, baik itu di dermaga maupun agak ke tengah laut
dengan menyewa perahu atau boat
g. Menikmati pertunjukan seni berupa tarian api
h. Menikmati sunrise jika Anda datang ke pantai ini pagi-pagi
sekali
i. Berfoto-foto di jembatan Tanjung Lesung.

Gambar 2. Batu Tanjung Lesung


Gambar 3. Papan Pantai Tanjung Lesung

Gambar 4. View Pantai Tanjung Lesung


Gambar 5. Jembatan Tanjung Lesung
Daftar Pustaka

Giyarto. 2015. Pesona Wisata Banten. Serang: PT Intan Pariwara

http://www.jababeka.com/id/tanjung-lesung . (Diakses pada tanggal


15 Maret 2018, Pukul 21:32 WIB)

http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/232-legenda-tanjung-
lesung . (Diakses pada tanggal 15 Maret 2018, Pukul 21:51 WIB)

http://www.rmolbanten.com/read/2017/12/20/3118/Teja:-Konflik-
Lahan-di-Tanjung-Lesung-Sudah-Ada-Sejak-Dulu- . (Diakses pada
tanggal 15 Maret 2018, Pukul 23:47 WIB)

Anda mungkin juga menyukai