KELUARGA BERENCANA
RUMAH SAKIT
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT JANTUNG TASIKMALAYA
NOMOR : 005/PER/DIR/RSJT/IX/2023
TENTANG
PEDOMAN
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT (PKBRS)
Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
g. Keputusan Direktur PT. Graha Kardia Indonesia Nomor 001 Tahun 2022
tentang Pengangkatan Direktur Utama Rumah Sakit Jantung
Tasikmalaya;
M E M U T U S K A N:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT JANTUNG
TASIKMALAYA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA RUMAH SAKIT (PKBRS)
Pasal 1
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana (PKBRS) di RS Jantung Tasikmalaya
merupakan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan KB di Rumah Sakit Jantung
Tasikmalaya.
Pasal 2
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana (PKBRS) di RS Jantung Tasikmalaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 3
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana (PKBRS) di RS Jantung Tasikmalaya mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Tasikmalaya
Pada tanggal : 5 Oktober 2023
Direktur Utama
Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
Lampiran Peraturan Direktur RS Jantung Tasikmalaya
Tentang Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS)
Nomor: 005/PER/DIR/RSJT/IX/2023
Pada tanggal 5 Oktober 2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu tantangan dalam pelayanan KB adalah belum optimalnya ketersediaan,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan KB. Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan
pelayanan KB, maka dukungan manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai
dari Perencanaan, Pelaksanaan, sampai dengan Pemantauan dan Evaluasi.
Komunikasi, informasi dan edukasi tentang Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera (KIE KB dan KS) masih belum mencapai hasil baik, dimana Edukasi pada
Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 tahun seharusnya lebih aktif. Cakupan
sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif pun masih belum luas.
Apalagi jumlah pasangan usia subur yang ingin ber-KB masih banyak yang belum
teredukasi, sehingga Peserta KB dari Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB masih kurang. Oleh karena itu dibutuhkan Pedoman
sebagai acuan dalam memberikan pelayanan KB yang berkualitas terutama di RS Jantung
Tasikmalaya.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan pengelola program KB di Rumah Sakit dalam hal
manajemen pelayanan KB sebagai upaya mendukung percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanaan KB secara terpadu dan
paripurna.
b. Mengembangkan kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan
KB dan meningkatkan kualitas pelayanan KB.
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan PKBRS termasuk
pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembinaan teknis dalam
melaksanakan PKBRS.
Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan KB bagi sarana
pelayanan kesehatan lainnya.
f. Melaksanakan sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS.
Batasan Operasional
1. Contraceptive Prevalence Rate (CPR): Persentase cakupan peserta KB aktif
dibandingkan dengan jumlah PUS di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
2. Efek Samping Kontrasepsi: Efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat
penggunaan alat kontrasepsi
3. KB Pasca Persalinan: penggunaan suatu metode kontrasepsi sesudah melahirkan
sampai 6 minggu/42 hari melahirkan.
4. Komplikasi Kontrasepsi: Gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang
terjadi akibat penggunaan metode kontrasepsi.
5. Pasangan Usia Subur (PUS): pasangan yang istrinya berumur antara 15-49 tahun.
6. Peserta KB Aktif (Current User): Akseptor yang pada saat ini sedang memakai alat dan
obat kontrasepsi (alokon) untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan, dan masih terlindungi oleh kontrasepsi.
7. Peserta KB Baru: peserta yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi
termasuk mereka yang pasca keguguran dan sesudah melahirkan,
8. Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM): jumlah perkiraan alokon yang dibutuhkan
masyarakat yang harus dicapai dalam periode waktu tertentu
9. Unsafe abortion: prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil (tenaga
medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan
(WHO, 1998).
10. Kegagalan KB: Kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif, yang pada saat
tersebut menggunakan metode kontrasepsi.
TATA LAKSANA
Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
DOKUMENTASI
Pelaporan dan analisis meliputi:
1. Ketersediaan semua jenis alat dan obat kontrasepsi sesuai dengan kapasitas rumah sakit
dan kebutuhan pelayanan KB.
2. Ketersediaan sarana penunjang pelayanan KB.
3. Ketersediaan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB.
4. Angka capaian pelayanan KB per metode kontrasepsi, baik Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) dan Non MKJP.
5. Angka capaian pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
6. Kejadian tidak dilakukannya KB Pasca Persalinan pada ibu baru bersalin dan KB Pasca
Keguguran pada Ibu pasca keguguran
PENUTUP
Salah satu tantangan dalam pelayanan KB adalah belum optimalnya ketersediaan,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan KB. Oleh karena itu dibutuhkan Pedoman sebagai
acuan dalam memberikan pelayanan KB yang berkualitas.
Pedoman PKBRS ini dilakukan mengingat banyaknya perkembangan kebijakan dan
strategi program KB yang mempengaruhi manajemen pelayanan KB sehingga mampu
mengelola program KB dalam hal manajemen pelayanan KB sebagai upaya mendukung
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Direktur Utama,
Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement