Anda di halaman 1dari 24

POLA ASUH DIALOGIS DAN METODE INDIVIDUAL DALAM

PENDIDIKAN SEKS ISLAM PADA PENDIDIKAN AGAMA TERHADAP


SIKAP ANAK BERBUSANA SESUAI DENGAN JENIS KELAMINNYA

Siti Muhayati*

Abstrak
Pola Asuh Dialogis adalah pola asuh dimana orang tua memberi bimbingan,
membina, mengamati, mengingatkan, memberi contoh dan mengajak dialog anak
mengenai masalah yang dihadapi anak. Keterbatasan kemampuan orang tua maka
anak dikirim ke sekolah untuk mengembangkan dan memperkuat jenis kelamin
yang dibawa sejak dari rumah atau sejak lahir. Pendidikan Seks (berbusana sesuai
jenis kelaminnya) merupakan ketrampilan maka untuk mengasuh anak agar
bersikap berbusana sesuai jenis kelaminnya dengan metode individualisasi. Hasil
peneitian menunjukkan bahwa pola asuh dialogis berpengaruh positif terhadap
sikap anak berbusana sesuai jenis kelaminnya (Fo> Ft atau 38,55>4,11), metode
individualisasi berpengaruh positif terhadap sikap anak berbusana sesuai jenis
kelaminnya (Fo>Ft atau 33,33>4.11), pola asuh dialogis dan metode
individualisasi berpengaru positif terhadap sikap anak berbusana sesuai jenis
kelaminnya (Fo>Ft atau 6.32>4.11)

Kata kunci: Pola Asuh Dialogis, Metode Individual, Pendidikan Seks Islam,
Berbusana Sesuai Dengan Jenis Kelaminnya

* Siti Muhayati adalah Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Madiun

1
2

Pendahuluan keburukan tersebut (Ummu


Pola asuh adalah pendidikan
Dini:2004).
dalam keluarga. Diantara pola asuh
Pengetrapan pola asuh dialogis
ada pola asuh dialogis. Pola asuh
ini dalam pembentukan sikap anak
dialogis yaitu pola asuh orang tua
berbusana sesuai jenis kelaminnya
dimana orang tua memelihara,
yaitu dimana orang tua mengajari
mengasuh, membina, mendidik dan
anak untuk berbusana sesuai jenis
mengembangkan fithrah(potensi)
kelaminnya, selain itu orang tua
anak dari waktu ke waktu sesuai
memberi contoh pada anaknya
dengan fithrah penciptaan manusia
bahwa ibu selalu memakai pakaian
sebagai hamba Allah dan kholifah fil
sesuai jenis kelaminnya yang
ard. Dalam pola asuh ini, orang tua
menunjukan feminimitas sedang
membimbing, mengamati dan
ayah memakai pakaian yang sesuai
mengingatkan anak, memberi contoh
dengan jenis kelaminnya yang
dan menjawab pertanyaan anak
menunjukan maskulinnya, baik ada
dengan jawaban yang sesuai dengan
anak atau tidak anak didepan mereka,
usianya. Akibat pola asuh ini
mereka tetap berbusana sesuai jenis
terhadap anak ialah anak akan selalu
kelaminnya, karena orang tua sebgai
percaya diri, mandiri, hidupnya
figur pertama dan utama dalam
berarti, dan menjauhi segala
membentuk sikap anak berbusana
keburukan bukan karena orang tua,
sesuai jenis kelaminnya. Tinggi
tetapi karena dia merasakan akibat
rendahnya sikap anak berbusana

sesuai jenis kelaminnya tergantung


3

pada tinggi rendahnya orang tua untuk diasuh disekolah, Tarbiatul

berbusana sesuai jenis kelaminnya. Athfal atau Taman Kanak-Kanak

Sebagaimana Sabda Nabi agar sikap anak berbusana sesuai

Muhammad S.A.W. yang artinya: jenis kelaminnya berkembang atau

Anak dilahirkan dalam keadaan berkisinambungan.


suci sampai lisannya
mengucapkan kehendak dirinya Tidak semua anak asuh di T A./
maka tergantung ayahnya, anak
menjadi yahudi, nasrani atau T.K. berasal dari keluarga yang
majusi( H.R. Al-Aswad bin
Surai). sama, ada sebagaiananak asuh

berasal dari orang tua yang


Disamping orang tua
mengetrapkan pola asuh dialogis dan
membimbing dan memberi contoh,
sebagaian yang lain ada yang
orang tua mengajak dialog mengenai
mengetrapkan pola asuh permisif.
hikmah berbusana sesuai dengan
Pola asuh permisif yaitu pola asuh
jenis kelaminnya. Hikmah berbusana
dimana orang tua membiarkan anak
sesuai jenis kelaminnya antara lain
diasuh oleh masyarakat atau media
agar ruhnya tidak berubah menjadi
massa yang ada, sambil berharap
lawan janis, misalnya anak
suatu saat akan terjadi keajaiban
perempuan yang selalu diberi
yang datang untuk menyulap anak-
pakaian laki-laki maka ruh anak
anak mereka menjadi shaleh dan
tersebut yang menonjol maskulinnya
shalihah.
dan begitu sebaliknya.
Berdasarkan perbedaan latar
Karena keterbatasan kemampuan
belakang keluarga anak asuh di T.A/
(intelek, waktu dan dana) orang tua
T.K maka dalam pembentukan sikap
maka mereka mengirimkan anaknya
4

berbusana sesuai jenis kelaminnya face agar guru dapat membimbing,

dengan met ode individualisasi. memberi contoh, dan ikut serta

Metode Individualisasi adalah menyelesaikan masalah.

metode pendidikan yang Masalah yang dapat dirumaskan

menekankan penyesuaian pengajaran adalah 1. Sejauh mana pengaruh pola

kepada perbedaan-perbedaan dialogis terhadap sikap anak

individual murid. Jadi metode berbusana sesuai jenis kelaminnya;

individualisasi adalah metode 2. Sejauh mana pengaruh metode

pendidikan yang menekankan individualisasi terhadap sikap anak

penyesuaian pengajaran kepada berbusana sesuai jenis kelaminnya;

perbedaan-perbedaan individual 3. Apa ada pengaruh pola asuh

murid. dialogis dan metode individualisasi

Domain pembentukan sikap anak terhadap sikap anak berbusana sesuai

untuk ranah berbusana sesuai jenis jenis kelaminnya.

kelaminnya tidak hanya pada

kognitif, afektif tetapi juga motor Pembahasan

skill (Ahmad Tafsir:104). Motor skill 1. Konsepsi

dalam pendidikan Islam ada yang Pola Asuh Orang Tua adalah

fisik dan ada yang psikiskill fisik pola perilaku yang diterapkan

misalnya Wudhu, berbusana sesuai pada anak yang relatif, konsisten

jenis kelaminya. Pendidikan dalam dari waktu ke waktu yang dapat

ranah skill tersebut memerlukan dirasakan oleh anak baik dari

metode individualisasi yaitu face to segi positif maupun negatif.


5

Pola asuh ada empat yaitu: kooperatif pada orang-orang

a) Pola asuh Demokratis. Pola lain.

asuh demokratis adalah pola b) Pola asuh otoriter. Pola asuh

asuh yang memperioritaskan otoriter adalah pola asuh

kepentingagu anak, akan dimana orang tua telah

tetapi tidak ragu-ragu menetapkan standar mutlak

mengendalikan mereka. Ciri harus dituruti, biasanya

pola asuh ini pada orang tua dibarengi ancaman-ancaman.

bahwa orang tua bersikap Ciri pola asuh ini pada orang

rasional, realistis terhadap tua bahwa orang tua bersikap

kemampuan anak, cenderung memaksa,

memberikan kebebasan memerintah, menghukum.,

kepada anak untuk memilih tidak mengenal kompromi

dan melakukan suatu (komunikasi satu arah,dari

tindakan, pendekatannya orang tua ke anak tidak

kepada anak bersifat hangat. seutbaliknya), tidak

Ciri pola asuh ini pada anak memerlukan pendapat anak.

adalah bahwa anak mampu Ciri pola asuh ini pada anak

mandiri, mengontrol diri, bahw anak berkarakter

mempunyai hubungan baik penakut, pendiam, tertutup,

dengan teman, mampu tidak berinisiatif, gemar

menghadapi stres, minat menentang, suka melanggar

terhadap hal-hal yang baru,


6

norma,berkepribadian lemah, dan kurang matang secara

cemas dan menarik diri. sosial

c) Pola Asuh Permisif. Pola d) Pola asuh Penelantar Pola

asuh Permisif adalah pola asuh Penelantar. Pola asuh

asuh dimana orang tua penelantar adalah pola asuh

memberikan pengawasan dimana orang tua tidak

yang sangat longgar, memberikan waktu dan dana

memberikan kesempatan yang cukup kepada anak-

pada anak tanpa pengawasan anaknya. Ciri Pola asuh ini

yang cukup darinya. Ciri pola pada orang tua bahwa orang

asuh pada orang tua adalah tua waktunya digunakan

bahwa orang tua tidak mau untuk bekerja dan biaya

menegur atau untuk anaknya dihemat-

memperingatkan anak apabila hemat, Ciri pola asuh ini pada

anak dalam bahaya, sangat anak adalah bahwa anak

sedikit bimbingan, bersifat berkarakter moody, impusif,

hangat sehingga disenangi agresif, kurang bertanggung

anak-anak. Ciri pola asuh ini jawab, tidak mau mengalah,

pada anak adalah bahwa anak Self Esteem nya rendah,

berkarakter impulsive, sering bolos, dan bermasalah

agresif, tidak patuh, manja, dengan teman (Ira

kurang mandiri, mau menang Pretanto:2006).

sendiri, kurang percaya diri,


7

Menurut Umu Dini (2004), b) Pola asuh Permisif. Pola asuh

tradisi pengasuhan anak ada tiga Permisif adalah pola asuh

macam pola asuh yang dimana orang tua memberi

digunakan dalam masyarakat kebebasan kepada anaknya

yaitu: dengan harapan nanti mereka

a) Pola asuh Koersif. Pola asuh tahu sendiri tentang

koersif adalah pola asuh perbuatan mana yang boleh

dimana orang tua hanya dan mana yang tidak atau

mengenal Pujian dan orang tua tidak tahu mana

Hukuman dalam interaksi yang lebih baik untuk

dengan anak. Pujian akan anaknya. Akibat pola asuh ini

diberikan kepada anak jika pada anak, maka anak

anak melakukan sesuai terjebak pada gaya hidup

dengan keinginan orang tua. yang serba boleh dan sesuai

Sedangkan hukuman persis tepat dengan pola yang

diberikan manakala anak berlaku pada masyarakat

tidak melakukan sesuai tempat dia dibesarkan. Di

dengan keinginan orang tua. satu sisi orang tua akan selalu

Akibat pola asuh ini pada menanggung semua akibat

anak maka anak berkarakter perilaku anaknya tanpa

mencari perhatian, unjuk mereka sendiri menyadari hal

kekuasaan, pembalasan dan ini.

penarikan diri.
8

c) Pola asuh dialogis. Pola asuh hal ini sesuai dengan pola asuh

Dialogis adalah pola asuh Islam sebagaimana Firman Allah

dimana orang tua dalam dalam Surat An-Nahl ayat

mengasuh anaknya sesuai 125:Artinya:

bimbingan Allah yaitu anak Serulah (manusia) kepada


jalan Tuhan-mu dengan
diarahkan sesuai dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka
tujuan Allah menciptakan dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu
manusia dengan cara anak Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa
diberi pemahaman, diberi yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih
contoh, diajak berdialog jika mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.
anak belum faham tentang
Ayat tersebut diatas
peraturan peraturan Allah
menjelaskan bahwa seseorang
dalam segala aspek
dlperintahkan untuk mengasuh,
kehidupan. Akibat dari pola
membimbing, anak mengenai hal
asuh ini pada anak adalah
yang baik yang sesuai dengan
anak merasa hidupnya penuh
tingkat kemampuan kognitif
arti dan jika ada masalah
orang yang dibimbing, memberi
mereka merujuk pada orang
contoh dan mengajak dialog
tua untuk menyelesaikan
tentang hal-hal yang perlu adanya
masalah tersebut.
dialog. Firman Allah dalam Surat
Konsepsi pola asuh dalam
An-Nisa’ayat 9 Artinya:
penulisan ini menggunakan
Dan hendaklah takut kepada
konsep pola asuh dialogis karena Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan
9

dibelakang mereka anak-anak sehingga mereka bersikap


yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap berbusana sesuai jenis
(kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka kelaminnya. Penulis tidak
bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka memilih konsepsi pola asuh
mengucapkan perkataan yang
benar. demokrasi walaupun berakibat

baik pada anak karena pola asuh


Ayat tersebut diatas
demokrasi dimana orang tua
menjelaskan bahwa anak tidak
tidak mempunyai konsep
boleh ditinggal dalam keadaan
Ilahiyah dalam mengasuh
lemah pisik dan psikisnya.
anaknya kalaupun ada konsepnya
Lemah Psikisnya antara lain anak
yaitu konsep yang disepakati
tidak mengenal jenis kelaminnya
masyarakat.
maka mereka akan bersikap
Lawan pola asuh dialogis
berbusana tidak sesuai dengan
adalah pola asuh permisif yaitu
jenis kelaminnya.
pola asuh dimana orang tua
Disamping alasan yang
memberikan kebebasan untuk
tersebut diatas, karena pola asuh
memilih apa yang disukai anak
dialogis dimana orang tua
apakah anak mau berbusana
mempunyai konsep Ilahiyah
sesuai jenis kelaminnya atau
dalam mengasuh anaknya yaitu
tidak.
sesuai dengan tujuan manusia
Konsepsi pola asuh dialogis
diciptakan di bumi sebagai
tidak dilawankan dengan pola
kholifah fil’ard agar anak tahu
asuh otoriter karena dalam pola
jenis kelamin sejak lahir
10

asuh dialogis ada hal-hal dimana dialogis adalah suatu sistem

anak tidak boleh memilih, contoh atau pendidikan yang bersifat

anak perempuan ketika sholat terbuka dan komunikatif yang

wajib menutup aurotnya atau dilakukan oleh seseorang

memakai mukena. kepada orang lain.

a. Pola Asuh Dialogis. Pola asuh Menurut Ahmad Tafsir

dialogis menurut etimologi pola asuh dialogis adalah:

adalah pola berarti sistem, Penambahan pengetahuan,

asuh berarti Pembinaan Ketrampilan,

membimbing(membantu, Memberikan contoh atau

melatih dan sebagainya) teladan,

supaya anak dapat berdiri Membiasakan(tentunya yang

sendiri, dialogis berarti baik), Menegakan Disiplin;

bersifat komunikatif dan Memberikan Motivasi atau

terbuka. Jadi pola asuh dorongan; Memberikan hadiah

dialogis artinya pemimpin, terutama psikologis;

pembimbing yang komunikatif Menghukum (mungkin dalam

dan terbuka atau orang yang kedisiplinan);Menciptakan

melakukan tugas suasana yang berpengaruh

membimbing, memimpin atau bagi pertumbuhan positif.

mengelola yang bersifat Menurut Amir Ahmad

komunikatif dan terbuka. Sulaiman pola asuh dialogis

Menurut terminologi pola asuh yang terkait dengan berbusana


11

sesuai jenis kelaminnya dengan jawaban yang sesuai

sebagi berikut: Membimbing usianya.

(mengajarinya); Mengamati; b. Metode Individualisasi.

Mengingatkan; Menjawab Metode Individualisasi

pertanyaan dengan jawaban menurut etimologi metode

yang sesuai usianya. adalah cara yang tersusun dan

Jadi pola asuh dialogis teratur, untuk mencapai tujuan

dalam berbusana sesuai jenis dalam hal pengetahuan.

kelaminnya dapat dilakukan Individualisasi metode

sebagai berikut: Penambahan pendidikan yang menekankan

pengetahuan, Pembinaan penyesuaian pengajaran

Ketrampilan, Memberikan kepada perbedaan-perbedaan

contoh atau teladan, individual murid. Jadi metode

Membiasakan (tentunya yang individualisasi adalah metode

baik), Menegakan Disiplin; pendidikan yang menekankan

Memberikan Motivasi atau penyesuaian pengajaran

dorongan; Memberikan hadiah kepada perbedaan-perbedaan

terutama psikologis; individual murid.

Menghukum (mungkin dalam Penerapan metode

kedisiplinan); Menciptakan induvidualisasi adalah seorang

suasana yang berpengaruh guru memelihara suasana

bagi pertumbuhan positif; belajar yang kondusif. Guru

Menjawab pertanyaan anak memberi nasehat-nasehat


12

terhadap kegiatan yang tentang pendidikan seks Islam

dilakukan anak, menjawab mengingat mereka dari latar

pertanyaan-pertanyaan dan belakang keluarga yang

memimpin kegiatan bersama- berbeda. Mereka diasuh

sama dengan anak-anak dalam disekolah dalam kondisi yang

hal-hal yang mereka disesuaikan dengan jenis

inginkan. Dengan metode ini kelaminnya. Setelah terjadi

diharapkan semua anak proses belajar mengajar maka

mencapai keberhasilan belajar diadakan pos tes, untuk

yang sama walaupun tidak mengetahui tingkat

dapat dipungkiri bahwa anak keberhasilan semua anak

yang cerdas akan lebih cepat secara individual.

menyelesaikan tugasnya c. Drill Project. Drill Project

dibandingkan anak yang adalah salah satu metode

lemah. individualisasi. Drill Project

Metode individualisasi ini dalam pendidikan Islam

dapat diterapkan pada semua adalah pengajaran

materi pendidikan termasuk ketrampilan. Pelajaran

didalamnya bahan ajar ketrampilan ada dua yaitu

pendidikan seks Islam. ketrampilan yang bersifat fisik

Dimulai dengan pre tes untuk misalnya sholat, menutup

mengetahui hasil belajar aurot, memakai pakaian sesuai

pendidikan dari pola asuh jenis kelaminnya dan


13

ketrampilan psikis misalnya Dengan begitu. Jika anak telah

berdo’a, hafalan-hafalan ayat dewasa, ia akan dapat

al-Qur’an yang pendek- mengetahui masalah-masalah

pendek yang diharamkan dan yang

Metode individualisasi dihalalkan, bahkan mampu

dengan drill ini maka anak di menerapkan perilaku Islami

pre tes berbusana sesuai jenis dan tidak akan memenuhi

kelaminnya untuk mengetahui naluri seksualnya dengan cara-

hasil pola asuh mengenai cara yang tidak Islami( Zulia

pendidikan seks Islam dari Ilmawati, 2004).

rumah. Jika sudah sesuai maka Orang tua, Pendidik di

dikuatkan di sekolah bila Sekolah, Pengelola Negara

belum sesuai maka ditambah sebaagai pihak yang

pembiasaan. bertanggung jawab dalam

d. Pendidikan Seks Islam. pendidikan seks. Diantara

Pendidikan Seks Islam adalah ketiganya yang paling pertama

upaya pengajaran, penyadaran, dan utama yang memberikan

penerangan tentang masalah- pendidikan seks kepada anak

masalah seksual yang adalah orang tua. Oleh karena

diberikan kepada anak sejak ia itu orang tua yang beragama

mengerti masalah-masalah Islam mempelajari pendidikan

yang berkenaan dengan seks, seks menurut Islam. Sedang

naluri, dan perkawinan. orang tua yang tidak beragama


14

Islam tidak ada dosa kewajibannya yang telah

mempelajari pendidikan seks ditentukan oleh Allah sesuai

menurut Islam. dengan jenis kelaminnya, 3).

Adapun Pokok Memisahkan tempat tidur

Pendidikan Seks Islam adalah mereka. Usia anak 7tahun

1). Menanamkan rasa malu sudah dipisahkan tempat

pada anak.Rasa malu tidurnya dengan saudaranya

ditanamkankan sejak dini yng berbeds jenis kelamin,

yaitu dibiasakan memakai 4).Mengenalkan tiga waktu

busana muslimah dan jangan berkunjung. Jika anak mau

dibiasakan telanjang dimuka berkunjung ke kamar orang

orang saat keluar dari kamar tua harus mengetuk pintu

mandi, berganti pakaian dan kamar lebih dahulu karena

sebagainya, 2). Menanamkan saat-saat itu ada kemungkinan

jiwa maskulinitas pada anak aurot orang dewasa terbuka

laki-laki dan jiwa feminimitas (Al-Ahzab ayat 3), 5).

pada anak perempuan. Secara Mendidik menjaga kebersihan

fisik dan psikis anak laki-laki alat kelamin. Anak dibiasakan

sangat berbeda dengan anak mengeluarkan hadas kecil dan

perempuan hal ini telah besar ditempatnya dan

diciptakan sedemikian rupa dibiasakan membersihkan alat

oleh Allah. Masing-masing kelamjnnya sesudah buang

mereka mempunyai hak dan hadas kecil dan besar sehingga


15

nantinya anak akan terbiasa dengan teman yang berbeda

menjaga kebersihan sesuai jenis kelamjn ditempat yang

peraturan Islam, 6). sepi, 10). Mendidik etika

Mengenalkan mahramnya. berhias. Dibiasakan jika

Anak dijelaskan perempuan berhias agar terlihat menawan

mana saja yang boleh dinikahi tidak diniatkan untuk menarik

dan perempuan mana sajayang perhatian lawan jenis, 11).

tidak boleh dinikahi (An-Nisa; Ihtilam dan haid. Anaklaki-

ayat 22-23), 7). Mendidik laki diberi penjelasan tentang

anak agar selalu menjaga ihtilam sebagai tanda baligh

pandangan mata. Dijauhkan bagi anak laki-laki, dan anak

anak dari gambar, foto, film perempuan diberi penjelasan

dan bacaan-bacaan pornografi tentang haid sebagai tand

dan porno aksi, 8). Mendidik baligh bagi anak perempuan.

anak agar tidak melakukan Menurut Jamaal ‘Abdur

ikhtilat. Jangan dibiasakan Rahman (2000) Pokok-pokok

anak diajak ketempat-tempat Pendidikan seks adalah: 1).

yang bercampur baur antara Sejak janin dalam kandungan

laki-laki dan perempuan yaitu dengan dibacakan Surat

secara bebas, 9). Mendidik Maryam dan Surat Yusuf,

anak agar tidak melakukan karena janin dalam kandungan

khalwat. Jangan membiasakan pendengarannya sudah

anak bermain hanya berdua berfungsi (Surat Al-A’rof ayat


16

172), 2). Aqiqoh yaitu anak tidurnya. Anak usia sekian

setelah lahir disembelihkan sudah menyadari adanya

dua ekor kambing untuk anak perbedaan dengan saudaranya

laki-laki dan seekor kambing yang berbeda jenis kelamin,

untuk anak perempuan, 3). 6). Pembiasaan anak laki-laki

Pembiasaan berbusana sesuai tidak berbaur dengan anak

jenis kelaminnya. Anak sejak perempuanyang bukan

usia tiga bulan dibiasakan mahram dengan bebas atau

memakai pakaian sesuai jenis tidak pembiasaan anak laki-

kelaminnya, 4). Pembiasaan laki dan anak perempuan

berpisah tempat tidur dengan berduaan di tempat sepi baik

orang tua. Anak usia dua mahram maupun bukan, 7).

tahun dipisahkan tempat Pembimbingan berhias. Anak

tidurnya dari orang tuanya perempuan boleh berhias agar

agar tidak ada memori pada terlihat menawan tetapi tidak

anak tentang pelaksanaan hak untuk menarik perhatian lawan

dan kewajiban, walau halal jenis, 8). Pembimbingan

bagi orang tuanya, 5). tentang ihtilam dan haid.

Pembiasaan berpisa tempat Orang tua harus setiap saat

tidurnya dengan saudara yang siap untuk diajak dialog

berbeda jenis kelaminnya. tentang ihtilam oleh anak laki-

Anak yang sudah baligh maka lakinya atau tentang haid oleh

dibiasakan berpisah tempat anak perempuannya.


17

Pokok-pokok Pendidikan berpisah tempat tidur dengan

seks untuk anak usia orang tua. Anak usia dua

PraTaman Kanak- Kanak dan tahun dipisahkan tempat

usia Taman Kanak-Kanak tidurnya dari orang tuanya

sebagai berikut: 1). agar tidak ada memori pada

Pendidikan seks Pra T.K: anak tentang pelaksanaan hak

a).Sejak janin dalam dan kewajiban, walau halal

kandungan yaitu dengan bagi orang tuanya, e).

dibacakan Surat Maryam dan Pembiasaan berpisah tempat

Surat Yusuf, karena janin tidurnya dengan saudara yang

dalam kandungan berbeda jenis kelaminnya.

pendengarannya sudah Anak yang sudah baligh maka

berfungsi (Surat ayat 172), b). dibiasakan berpisah tempat

Aqiqoh yaitu anak setelah tidurnya. Anak usia sekian

lahir disembelihkan dua ekor sudah menyadari adanya

kambing untuk anak laki-laki perbedaan dengan saudaranya

dan seekor kambing untuk yang berbeda jenis kelamin,

anak perempuan, c). 2). Pendidikan seks di Taman

Pembiasaan berbusana sesuai Kanak-Kanak: a). Pembiasaan

jenis kelaminnya. Anak sejak anak laki-laki tidak berbaur

usia tiga bulan dibiasakan dengan anak perempuanyang

memakai pakaian sesuai jenis bukan mahram dengan bebas

kelaminnya, d). Pembiasaan atau tidak pembiasaan anak


18

laki-laki dan anak perempuan untuk bereaksi terhadap

berduaan di tempat sepi baik sesuatu obyek dengan cara-

mahram maupun bukan, b). cara tertentu. Atau sebagai

Pembimbingan berhias. Anak suatu kecenderungan potensial

perempuan boleh berhias agar untuk bereaksi apabila

terlihat menawan tetapi tidak individu dihadapkan pada

untuk menarik perhatian lawan stimulus yang menghendaki

jenis, c). Pembimbingan ada respon. Atau Sikap

tentang ihtilam dan haid. diartikan sebagai konstelasi

Orang tua harus setiap saat komponen kognitif, afektif,

siap untuk diajak dialog dan konatif, yang beraksi

tentang ihtilam oleh anak laki- dalam memahami, merasakan

lakinya atau tentang haid oleh dan berprilaku terhadap suatu

anak perempuannya. obyek. Jadi sikap adalah suatu

e. Sikap Berbusana sesuai jenis respon evaluatif dalam diri

kelaminnya. Sikap adalah individu, yang memberi

bentuk evaluasi atau reaksi kesimpulan nilai terhadap

perasaan. Sikap seseorang stimulus dalam bentuk baik

terhadap obyek adalah atau buruk, positif atau

perasaan mendukung negatif, menyenangkan atau

(memihak) atau perasaan tidak tidak menyenangkan, suka

mendukung. Dapat juga sikap atau tidak suka, yang

diartikan sebagai kesiapan dikemudian mengkristal


19

sebagai potensi reaksi antara ketiganya secara

terhadap obyek sikap konsisiten dan laras atau

(Syaifuddin Azwar:1988). ketiganya mengarah ke obyek

Adapun struktur sikap sikap secara seragam.

bahwa sikap terdiri atas tiga Konsisitensi antara

komponen yang saling kepercayaan sebagai

menunjang, yaitu komponen komponen, perasaan sebagai

kognitif, komponen afektif, komponen afektif dan perilaku

komponen konatif. Komponen sebagai komponen konatif

kognatif berupa apa yang dijadikan landasan dalam

dipercayai subyek pemilik penyimpulan sikap

sikap, komponen afektif melaluiobservasi perilaku

merupakan perasaan yang (pernyataan/perihal) yang

menyangkut aspek emosional dicerminkan oleh jawaban

dan komponen konatif terhadap skala sikap.

merupakan aspek Selanjutnya sikap dapat

kecenderungan berprilaku dibentuk, antara lain:

tertentu dengan sikap yang Pengalamn pribadi: Pengaruh

dimiliki oleh subyek. orang lain yang dianggap

Komponen-komponen penting; Pengaruh lembaga

sikap jika dihadapkan pada pendidikan dan lembaga

suatu obyek maka ketiga agama.

komponen sikap akan interaksi


20

f. Berbusana sesuai jenis perempuan memiliki

kelaminnya. ecara fisik kepribadian feminim. Islam

maupun psikis, laki-laki dan tidak menghendaki wanita

permpuan mempunyai nenyerupai laki-laki begitu

perbedaan mendasar. juga sebaliknya. Untuk itu,

Perbedaan tersebut telah harus dibiasakan dari kecil

diciptakan sedemikian oleh anak-anak berpakaian sesuai

Allah. Adanya perbedaan ini jenis kelaminnya dan

bukan untuk saling diperlakukan sesuai dengan

merendahkan, namun semata- jenis kelaminnya. Ibn Abbas

mata karena fungsi yang r.a. berkata:

berbeda dalam berperan. Rasululloh S.A.W.,


melaknat laki-laki yang
Mengingat perbedaan berlagak wanita dan wanita
yang berlagak meniru laki-
tersebut, Islam telah laki.(HR Al-Bukhari)

memberikan tuntunan agar


Rasulullah S.A.W.
masing-masing fithrah yang bersabda:
Telah diharamkan
telah ada tetap terjaga. Islam
mengenakan kain sutera
menghendaki agar laki-laki dan emas bagi kaum laki-
laki umatk dan dihalalkan
memiliki kepribadian yang bagi kaum wanitanya(HR
At-Turmidi)
maskulin, dan telah ada tetap

terjaga. Islam menghendaki


Hasil Penelitian
agar laki-laki memiliki Hasil penelitian tentang Pola

kepribadian maskulin, dan Asuh Dialogis Dan Metode


21

Individualisasi Dalam Pendidikan rumah, mereka menyerahkan

Seks Islam Pada Pendidikan Agama pembinaan hal tersebut kepada

Islam Terhadap Sikap Anak sekolah padahal waktu anak di

Berbusana Sesuai Jenis sekolah lebih sedikit bila

Kelaminnyanya yang jenis dibandingkan waktu anak di rumah.

penelitiannya Ex-post-facto dan Selanjutnya dari hasil penelitian

datanya diolah dengan ANAVA diatas menunjukan bahwa metode

menunjukan bahwa Pola asuh individualisasi berpengaruh positif

dialogis dalam pendidikan seks Islam terhadap sikap anak berbusana sesuai

berpengaruh positif pada sikap anak jenis kelaminnya (Fo>Ft atau

berbusana sesuai jenis kelaminnya 33,33>4,11). Hal ini sesuai pendapat

(Fo>Ft atau 38,55>4,11). Hal ini Ahmad Tafsir bahwa sekolah harus

sesuai dengan pendapat Ahmad memperhatikan tiap individu anak

Tafsir (1995) bahwa untuk asuh dalam membina anak tetap

pembinaan sikap anak berbusana berbusana sesuai jenis kelaminnya.

sesuai jenis kelaminnya yang Pembinaan sikap anak berbusana

dilakukan orang tua dengan sesuai jenis kelaminnya merupakan

membimbing, membina, ketrampilan maka perlu adanya

mengingatkan, memberi contoh, metode individualisasi, agar anak

mengajak dialog anaknya akan asuh memiliki sikap yang sama

berbeda dengan orang tua yang tidak untuk berbusana sesuai jenis

pernah membina sikap anaknya kelaminnya.

berbusana sesuai jenis kelaminnya di


22

Dari penelitian diatas, selain dalam pembinaan ketrampilan

menunjukan dua hal tersebut diatas, (berbusana sesuai jenis

juga menunjukan bahwa pola asuh kelaminnya) mengingat anak

dialogis dan metode individualisasi asuh berasal dari keluarga yang

jika diterapkan bersamaan, berbeda dalam mengetrapkan

berpengaruh positif terhadap sikap pola asuh.

anak berbusana sesuai jenis 3. Pola Asuh Dialogis dan Metode

kelaminnya (Fo>Ft atau 6,32>4,11). Individualisasi yang diterapkan

Hal ini sesuai pendapat Ahmad secara bersamaan atau

Tafsir bahwa harus ada kerja sama berkesinambungan akan

antara sekolah dan orang tua dalam menghasilkan pencapaian yang

membina anak berbusana sesuai jenis memuaskan terutama dalam hal

kelaminnya. pembinaan sikap anak berbusana

Dari perumusan masalah, sesuai jenis kelaminnya. Hal ini

landasan teori, dan hasil penelitian sebagai bukti adanya kesatuan

dapat disimpulkan bahwa: misi dan visi antara orang tua dan

1. Pola Asuh Dialogis sangat guru disekolah.

berpengaruh dalam pembinaan Berdasarkan simpulan hasil

karakter anak untuk penelitian tersebut, maka peneliti

berbusanabsesuai jenis memberikan saran sebagai berikut:

kelaminnya. Pembinaan anak dalam segala aspek

2. Metode Individualisasi adalah kehidupan hendaklah antara orang

metode yang baik diterapkan tua, guru, dan pengelola negara wajib
23

satu visi dan satu misi agar negara ini Dan Terjemahannya, Juz l-
Juz 30, Surabaya: Mahkota.
memiliki generasi penerus yang Departemen Pendidikan dan
kebudayaan, 1995, Kamus
iman, taqwa, berwawasan luas, BesarBahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
cerdas, kreatif. dan penuh inovasi Hasbullah, 1999, Dasar-Dasar
Pendidikan, Cetakan l,
sehingga mempercepat negara ini Jakarta:Raja Grafinda
Persada
menjadi negara yang baldatun Hurlock, Elizabet B, 1980, Psikologi
Perkembangan Anak,Suatu
thoyibatun wa robbun ghofur. Pendekatan Sepanjang
rentang kehidupan,ES.D,
Alih Bahasa, istidayanti,
Sudjarwo, jakarta: Erlanga.
Daftar Pustaka Jalaludin, 1977, Psikologi Agama,
Cetakan ll, Jakarta: Raja
Abdur Rahman, Jamaal,2005, Grafindo persada
Tahapan Mendidik Anak Jacinta, F. Rini, 2002, Konsep Diri,
Teladan Rasulullah, cetakan http://www.e-
l, Bandung: Irsyad baitus psikologi.com/jenewa/160502
Salam htm
Agustian, Ary Ginanjar, 2006, John, Gotman, Joan De Claire, 2003,
Emosional Spiritual Quatient, Kiat-Kiat Membesarkan Anak
cetakan 27, Jakarta: Arga Yang Memiliki Kecerdasan
Ahmad, Al Hasyim,1993, Syarah Emosional, Alih Bahasa
Mukhtarul Ahaadits, cetakan Hermaya, Cetakan 6, Jakarta
l, Bandung: Sinar Baru. PT Gramedia.
Ali Had, Al Haq, 1986, Mengasuh Jusuf, Amir Faisal, 1995, Reoreintasi
Anak menurut Ajaran Islam, Pendidikan Islam, Cetakan l,
Jakarta: UNICEF Indonesia Surabaya: Bina Ilmu
Bahrul, Khair Amal, Pendidikan Malawi, Ibadullah, 2007, Statistik
Anak Usia Dini, Lanjut, Madiun: F.I.P.IKIP
http://www.waspada.co.id/ser PGRI.
ba serbi/pendidikan artikel. Malik B Badri, 1986, Dilema
Php artikel id 6 7766 Psikologi Muslim, terjemahan
Crow, Lester D, Allice Crow, Z. SitiZainla Hurfiati, Jakarta:
Ksijan, Psikologi Pendidikan, Pustaka Firdaus.
Buku l, Cetakan l, Surabaya: Monks, F. J, A. M. P. Knors, 2004,
Bina Ilmu Psikologi Perkembangan
Daryanto, 1998, Kamus Lengkap Pengantar berbagai
Bahasa Indonesia, cetakan l, Perkembangannya, Cetakan
Surabaya: Apollo. 16, Yogyakarta: Gajah Mada
Departeman Agama Republik Press.
Indonesia, 1998, Al-Qur’an
24

Mar’at, Sikap Manusia, Perubahan tahrir.or.id/main.php?page=al


Dan Pengukurannya, Jakarta: waie&id=204
Ghali Indonesia.
Marfuah Panji Astuti, 4Tipe Pola
Asuh Orang Tua,
hhtp://www.tabloit.nakita.co
m/hasanah 06279-02htm
Muh.Nazir, Metode Penelitian,
Cetakan l, Jakarta: Galia Indonesia.
Moh. Shohib, 1998, Pola Asuh
Orang Tua Dalam membantu
Anak Mengembangkan
Disiplin Diri, Cetakan l,
Jakarta: Reinika Cipta.
Petranto, Ira, Rasa Percaya Diri
Anakadalah Pantulan Pola
Asuh Orang Tuanya,
http://dwpp.jenewa.,
Swisse.com/buletin/?,Cetakan
5
Sudjono, Nana, Ibrahim, 2001,
Penelitian dan Penilaian
Pendidikan, Cetakan ll,
Bandung: Sinar Baru Al
Gesnida.
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia
Teori dan Pengukurannya,
Cetakan l, Yogyakarta:
Liberty
Suhardi, Metodologi Penelitian dan
Prakteknya, Cetakan l,
Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsini Arikunto,1993, Dasar-
Dasar Evaluasi Pendidikan,
Cetakan l, Jakarta: Bumi
Aksara.
.Tafsir, Ahmad, 1999, Metodologi
Pengajaran Agama Islam,
cetakan lV, Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Ummu Dini, 2004, Tarbiyatul Aulad,
hhtp://www pks.
Anz.org/modulus,php?namil=
news file=artick sid=
Zulia Ilmawati, Pendidikan Seks
Untuk Anak, hhtp://hizbut-

Anda mungkin juga menyukai