Anda di halaman 1dari 19

Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Oleh : Takdir
***
Abstrak
Bahasa Arab sebagai bahasa yang paling tua dan paling dekat dengan bahasa
Semit. Eksistensi bahasa ini tidak terlepas dari mukjizat Nabi Muhammad saw
yaitu Al-Qur’an yang terjaga keorisinilannya sepanjang masa. Salah satu
objek kajian bahasa ini adalah pada bidang Gramatika (Nahwu) sebagai salah
satu cabang kajian ilmu bahasa Arab yang membahas tentang baris akhir suatu
kata dalam kalimat bahasa Arab dan perubahan-perubahan yang terjadi karena
perubahan kedudukannya dalam kalimat, dengan menggunakan tanda-tanda
(alamat) tertentu dengan adanya perubahan-perubahan ini. Artikel ini ini
membahas tentang kaidah bahasa arab yaitu Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau pada
sebutan lain Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut ini pada
dasarnya adalah tergolong pada tawabi‘.
Kata Kunci: Bahasa Arab, Nahwu, Al-Na‘t wa Al-Man‘ut

A. PENDAHULUAN
ahasa Arab sebagai bahasa yang paling tua dan paling dekat dengan bahasa
Semit. Eksistensi bahasa ini tidak terlepas dari mukjizat Nabi Muhammad
saw yaitu Al-Qur’an yang terjaga keorisinilannya sepanjang masa. Di
samping itu bahasa mempunyai peranan penting sebagai media komunikasi
dalam bidang sosial, politik, dan religiuvitas khususnya agama Islam . Bahasa Arab
dan Islam adalah dua dari asumsi ini, sisi yang mustahil terpisahkan.1 Kemukjizatan
dan keistimewaan ini berimbas kepada bahasa Arab yang menjadi mediumnya
berupa kompleksnya gramatika yang dimiliki bahasa Arab, keindahan sastra dan
bahasanya serta keistimewaan-keistimewaan lainnya.
Berkaitan dengan hal itu, salah satu objek kajian bahasa ini adalah pada
bidang Gramatika (Nahwu) sebagai salah satu cabang kajian ilmu bahasa Arab yang
membahas tentang baris akhir suatu kata dalam kalimat bahasa Arab dan
perubahan-perubahan yang terjadi karena perubahan kedudukannya dalam kalimat,
dengan menggunakan tanda-tanda (alamat) tertentu dengan adanya perubahan-
perubahan ini. Dalam Ilmu Nahwu dikenal berbagai istilah, seperti marfu>‘ (yang
dibaca dengan bacaan yang sama dengan vocal /u/), mans}ub> ( yang dibaca dengan
bacaan yang sama dengan bunyi vocal /a/), majru>r (yang dibaca dengan bacaan yang
sama dengan bunyi vocal /i/) dan majzum (yang dibaca dengan bacaan-bacaan yang

Dosen Tetap Pada Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai
1
Amrah Kasim, Bahasa Arab di Tengah-Tengah Bahasa Dunia (Cet. I; Yogyakarta: Kota
Kembang, 2009), h. 1.

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 125


AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir

sama dengan bunyi vocal /a/i/u/). Adapun tanda-tandanya antara lain d}ammah
(bunyi /u/), fath}ah} (bunyi /a/), kasrah (bunyi /i/) dan suku>n (tanda baca mati). 2
Dari beberapa istilah tersebut di atas dikenal pula dengan istilah tawa>bi‘ (yang
mengikut). Sebahagian kata di I’rab (mengalami perubahan baris akhir) karena
kedudukan asalnya dalam kalimat seperti mubtada dan fail (subjek) dalam posisi
marfu, mafaa’il (objek) dalam posisi manshub, mudhaf ilaih dalam posisi majrur dan
sebahgian kata yang lain dii’rab karena mengikut pada perubahan kata sebelumnya.
Oleh karena perubahannya bukan secara asli maka ulama nahwu menamakannya
tawabi‘ (kata-kata yang ketentuan I’rabnya tergantung I’rab kata yang diikutinya).3
Berdasarkan alasan-alasan diatas maka penulis mencoba mengurai salah satu
bentuk kalimat sederhana dalam Bahasa Arab yaitu Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau
pada sebutan lain Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut ini pada dasarnya
adalah tergolong pada tawabi‘.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Na‘T Wa Al-Man‘U>T
Na’at berasal dari kata َ‫ت‬
َ ‫ نَ َع‬yang berarti mensifati. Sedangkan ‫ت‬
ٌَ ‫ نَ َْع‬adalah isim
masdar-nya yang berarti sifat4. Namun ditinjau dari pengertian Gramatika Bahasa Arab
maka terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya sebagai
berikut:
ٍ ِ َ ‫ََتبِعَي ُد ُّل‬
ُ‫َِفَإِ ْس ٍمَقَ ْب لََو‬
ْ ِ ‫َعلَىَص َفة‬
َ َ ٌ َ ‫َى َو‬ ُ ُ ‫َالَّنَ ْع‬.1
‫ت‬
*. An-Na’at adalah isim yang mengikuti Shifat isim sebelumnya. 5

َ ‫ادلؤولَبوَادلبنيَللفظَادلتبوعو‬
ُ َ‫َىوَالتابعَادلشتقَأو‬
ُّ ُ ‫َالَّنَ ْع‬.2
‫ت‬
*. An-Na’at adalah kata yang musytaq atau mu’awwal yang menjelaskan kata
yang diikutinya.6
َ‫َ(ويسمىَالصفةَأيضا)َى َوَمايذكرَبعدَإسمَليبنيَبعضَاحوالوَأو‬
ُ ُ ‫َالَّنَ ْع‬.3َ
‫ت‬
‫أحوالَماَيتعلقَبو‬

Ainur Rofiq, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab (Cet. V; Gresik: Pustaka Al-Furqa>n,
2

2010), h. 1.
3
A. Zakariya, Ilmu Nahwu Praktis: Sistem Belajar 40 jam (Cet. IV; Garut: Ibnu Azka
Press), h. 173.
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer: Arab Indonesia (Cet. IX;
4

Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt.), h. 1926.


Fuad Ni’mah, Mulakkhos Qawaid al-Lughatul ‘Arabiyah (Beirut: Darul Atssiqofah Al-
5

Islamiyah), h. 51.
6
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, terj. H.M. Fadhil
Sa’id Al-Nadwi (Surabaya: Al-Hidayah, 2001), h. 304.

Page 126 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016


Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

*An-Na’at (dan disebut juga Al-Shifah) adalah sesuatu yang disebutkan


sesudah isim untuk menjelaskan sebagian keadaannya atau keadaan yang
berkaitan dengannya.7
Pada kalimat yang tersusun dengan bentuk al-na’at wa al-man’ut ketika
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, biasanya akan terdapat kata ‚yang‛
antara na’at dan man’ut.
Contoh:
1. ‫ذىبَالطالبَاجملتهد‬ = Telah Pergi mahasiswa yang bersungguh-sungguh
2. ‫ =ذىب َالطالب َاجملتهد َصديقو‬Telah pergi mahasiswa yang bersungguh-sungguh
temannya
Na’at (‫ )اجملتهد‬pada contoh pertama menjelaskan keadaan man’ut (‫ )الطالب‬itu

sendiri. Sedangkan pada contoh kedua na’at (‫ )اجملتهد‬tidak menjelaskan man’ut

(‫ )الطالب‬melainkan menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengannya yaitu ‫صديقو‬.


Selanjutnya hal ini disebut Na’at Haqiqiy pada contoh pertama dan Na’at
Sababiy pada contoh kedua.

2. Pembagian Al-Na‘T
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Al-Na’t terbagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
a. Al-Na‘t Al-Haqiqi>
Na’t Haqiqi> adalah na’t yang mengikuti man’u>t dalam empat bagian.
Diantaranya i’rab, makrifah dan nakirah, mudzakkar dan mua’annats serta mufrad,
tastniyah dan jamak.8
Berikut beberapa contoh:
a. Dari segi I’rab (Rafa’, Nashab dan Jama’)
- Rafa’ : َ‫قَ َام ََزيْ ٌَدَالْ َعاقِ ُل‬
:َ‫داَالْعاقِل‬
- Nashab
َ َ ً ْ‫ت ََزي‬ ُ ْ‫َ َرأَي‬
:َ‫دَالْعاقِ ِل‬ ٍ
- Jar
َ ْ‫تَبَِزي‬ ُ ‫َمَرْر‬
b. Dari segi Makrifah-Nakirah
ََّ ‫قَرأََالطَّالِب‬
َ‫َالذكِ َُّي‬
- Makrifah :
ُ َ
7
Syaikh Mustafa Al-Ghalayany. Jami Al-Durus (Beirut: Maktabah Al-Ashriyah), h. 221.
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 305.
8

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 127


AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir

- Nakirah : ٌَ ِ‫قَ َرأََطَال‬


َ‫بَذَكِ َّّي‬
c. Dari segi Muzakkar-Mu’annats
ََّ ‫قَرأََالطَّالِب‬
َ‫َالذكِ َُّي‬
- Muzakkar :
ُ َ
- Mu’annats : ََّ ُ‫َتَالطَّالِبَة‬
َُ‫َالذكِيَّة‬ َْ ‫قَ َرأ‬
d. Dari segi Mufrad, Tastniyah dan Jama’

1) Mudzakkar
ََّ َ‫َقَرأَََاَلْمَسلِ َم‬
َ‫الذكِ َُّي‬
- Mufrad :
ُُْ َ
- Mutsanna َِ َّ‫الذكِي‬
:َ‫ان‬ َّ َ‫ان‬َِ ‫قَ َرأََاَلْ َُم ْسلِ َم‬
:َ‫اء‬ ِ ِ
- Jama’
َُ َ‫َقَ َرأََاَلْ ُم ْسل ُم ْو َنَاألَذْكي‬
2) Mu’annats
- Mufrad : ُ‫َتَاَلْ ُم ْسلِ َم َةَُال َذكَِيََّة‬
َْ ‫قَ َرأ‬
- Mutsanna :َ‫ان‬ ِ َ‫انَال َذكِيََّت‬ َِ َ‫َتَاَلْ ُم ْسلِ ََمت‬
َْ ‫قَ َرأ‬
- Jama’ : ‫ات‬َُ َّ‫اتَال َذكَِي‬ َُ ‫َتَاَلْ ُم ْسلِ َم‬ َْ ‫قَ َرأ‬
Beberapa ayat yang terdapat bentuk na’at-man’u>t dalam Al-Qur’an,
diantaranya adalah sebagai berikut:9
- QS. Al-Fathir[35]:10

   
   
  
 
  
          
  
  
 
     
  
  
  
   
  
     

     
 
       
    
 
   
      
 
Artinya : Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikkan-Nya. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi
mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur.

- QS. Ibrahim [14]: 24

      
    
  
     
         
    
   
   
  
        
    

 

Salman Harun, Pintar Bahasa Arab Al-Qur’an: Cara Cepat Belajar Bahasa Arab Agar
9

Paham Al-Qur’an (Cet. I; Tangerang: Lentera Hati, 2010), h. 267.

Page 128 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016


Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

Artinya : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit.

- QS. Al-Kahfi [18]: 110

   
         
    
     
 
 
    
   
       
           
        

 
            
     
    
     
   
         
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

- QS. Al-Fath [48]: 25

     


Artinya : Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mukmin dan perempuan-
perempuan yang mukmin.
Dari beberapa ketentuan-ketentuan di atas, terdapat beberapa keadaan yang
membolehkan na’atnya berbeda dari man’utnya. Diantaranya:
1. Apabila man’utnya jama’ mudzakkar tidak berakal, maka na’atnya boleh
mufrad muannats atau jama’ muannats salim.
Contoh:
a. Man’ut-nya jama’ sedangkan na’t-nya mufrad mua’annts
- ‫ىذهَبيوتَعالية‬ : Ini adalah rumah-rumah yang tinggi

- ‫النجومَالساطعة‬ : Bintang-bintang yang berkilauan


b. Man’ut-nya jama’ sedangkan na’t-nya jama’ mua’annts salim
- ‫ىذهَبيوتَعاليات‬ : Ini adalah rumah-rumah yang tinggi

- ‫النجومَالساطعات‬ : Bintang-bintang yang berkilauan


Dalam QS. Al-Baqarah [2]:80 disebutkan:

       


Artinya : Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh
api neraka, kecuali selama beberapa hari saja."

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 129


AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir

Dan pada ayat lain QS. Al-Baqarah [2]:203

     


Artinya : Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari
yang berbilang10

2. Dan jika man’u>t-nya tamyiz sesudah bilangan (11-99) dalam hal ini mufrad
manshu>b, maka na’t-nya boleh mufrad atau jama’.11
Contoh:
a. Na’t-nya berbentuk mufrad
- ‫ جنحَأربعةَعشرَطالباَجمتهدا‬: Telah sukses empat belas siswa yang rajin.
b. Na’t-nya berbentuk jama’
- ‫ جنحَأربعةَعشرَطالباَجمتهدين‬: Telah sukses empat belas siswa yang rajin.
3. Na’t juga tidak mengikuti man’ut-nya dari segi ‘adad dan mudzakkar-
mua’annats jika na’at-nya berupa mashdar. Dalam hal ini meskipun man’ut-
nya mutsanna ataupun jama’ maka na’atnya tetap mufrad. Dan meskipun
man’ut-nya mu’annats maka na’at-nya tetap mudzakkar. Tetapi pada bentuk
ini na’at yang berupa mashdar mufrad tersebut diatas masih mengikuti
man’utnya dari segi hukum i’rabnya.12
Contoh:
a. Man’utnya Mudzakkar

 َ‫عدل‬
ٌ َ‫طالب‬
ٌَ َ‫أنت‬ََ
 ‫انَعدل‬
ٌَ ‫أنتماَطالب‬
 ‫عدل‬
ٌَ َ‫طالب‬
ٌَ َ‫أنتم‬
b. Man’utnya Mu’annats

 َ‫عدل‬ ِ
ٌ ٌَ‫أنتَطالب َة‬
 ‫انَعدل‬
ٌَ ‫أنتماَطالبت‬

10
Beberapa hari yang berbilang ialah tiga hari sesudah hari raya haji Yaitu tanggal 11, 12,
dan 13 bulan Zulhijjah. Hari-hari itu dinamakan hari-hari tasy'riq.
Abduh Al-Rajihi>, Tathbiqunnahwi (Beirut: Dar al-Nahd}a al-‘Arabiyah, t.th) h. 381.
11

Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 306.


12

Page 130 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016


Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

 َ‫عدل‬
ٌَ َ‫أننتَطالبات‬
4. Jika man’utnya berbentuk isim jama’ sesuai dengan hukumnya bisa dihukumi jama’
bisa dihukumi mufrad. Maka na’at/sifatnya juga bisa jama’ atau mufrad. Contoh:
ٌَ‫إنَبينَفالنَقومَصاحل‬
ٌ
Na’at (ٌ‫صاحل‬
َ ) mengikuti man’utnya (‫قوم‬
ٌَ ) dari segi mufradnya karena َ‫قوم‬
ٌ
dianggap mufrad secara lafadznya. Sedangkan
‫إنَبينَفالنَقومَصاحلون‬
ٌ
Na’t (‫ )صاحلون‬tidak lagi mengikuti man’utnya (‫قوم‬ ٌَ ) dari segi mufrad

lafadznya, melainkan ‫قوم‬


ٌَ dianggap jama’ secara maknanya.
5. Apabila na’tnya berbentuk wazan-wazan berikut diantaranya:13

ِ َ‫ ف‬:َ‫ َش ُكور‬-‫فَخوَر‬-‫ َغي وَر‬-‫صب وَر‬


َ‫ فَعُ ْوٌل‬yang bermakna ‫اع ٌَل‬

ٌْ ٌْ ُ ٌْ ُ ٌْ َُ
Contoh:
o ٌَ ِ‫ َطَال‬: Mahasiswa yang bersyukur
َ‫بَ َش ُك ْوٌر‬
o ‫ طَالِبََةٌَ َش ُك ْوٌَر‬: Mahasiswi yang bersyukur, dst.
‫ َش ُك ْوٌَر‬sama artinya dengan ‫ َشاكٌَِر‬. Tetapi bedanya adalah ‫ َشاكٌَِر‬akan
berubah mengikuti manu’tnya jika digunakan dalam kalimat diatas.
Contoh:

o ٌَ ِ‫ َطَال‬: Mahasiswa yang bersyukur


َ‫بَ َشاكٌِر‬
o ٌ‫شاكِرَة‬ ِ
َ َ ٌَ‫ طَالبََة‬: Mahasiswi yang bersyukur, dst.
 ‫ل‬ٌَ ‫ فَعِْي‬yang bermaknaَ‫َ َم ْفعُ ْوٌل‬:َ‫ َج ِريْ ٌح‬-‫قَ ِطْي ٌَل‬-‫ب‬ ِ ‫َخ‬
ٌَ ‫ضْي‬ َ
Contoh:
o َ‫بَ َج ِريْ ٌح‬ ٌَ ِ‫ َطَال‬: Mahasiswa yang terluka
o ‫ طَالِبََةٌَ َج ِريْ ٌَح‬: Mahasiswi yang terluka, dst.
‫ َج ِريْ ٌَح‬sama artinya dengan ‫ح‬ ٌَ ‫ َْجم ُرْو‬. Tetapi bedanya adalah ‫ح‬
ٌَ ‫ َْجم ُرْو‬akan
berubah mengikuti manu’tnya jika digunakan dalam kalimat diatas.

Syaikh Mustafa Al-Ghalayani>. Jami Al-Durus, h. 222.


13

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 131


AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir

Contoh:
o ٌَ ِ‫ َطَال‬: Mahasiswa yang terluka
َ‫بَ َْجم ُرْو ٌح‬
o ٌ‫جمروح َة‬ ِ
َ ْ ُ َْ ٌَ‫ طَالبََة‬: Mahasiswi yang terluka, dst.
ٌَ ‫َ ِم ْف َع‬:َ‫ِم ْه َذ ٌار‬-‫ال‬
 ‫ال‬ ٌَ ‫ْس‬ ِ َ ‫ِمبس‬
َ ‫مك‬-‫ام‬
ٌَْ
Contoh:
o ٌَ ِ‫ َطَال‬: Mahasiswa yang cerewet
َ‫بَ ِم ْه َذ ٌار‬
o ‫ار‬ ٌَ ‫ طَالِبََةٌَ ِم ْه َذ‬: Mahasiswi yang cerewet, dst.
 ‫ل‬ٌَ ‫َ ِم ْفعِْي‬:ََ‫ني‬ ِ ِ ِ ِ
ٌْ ‫م ْسك‬-‫م ْعطْي ٌَر‬
Contoh:
َ‫ني‬ ِ ِ َ ِ‫ َطَال‬: Mahasiswa yang kekurangan
o ٌْ ‫بَم ْسك‬ ٌ
o َ‫ني‬ ِ ِ ِ
ٌْ ‫ طَالبََةٌَم ْسك‬: Mahasiswi yang kekurangan, dst.
 ‫ل‬ٌَ ‫َ ِم ْف َع‬:َ‫ش ٌَم‬
ََ ‫ِم ْغ‬-‫ِم ْه َذٌَر‬-‫س‬
ٌَ ‫ِم ْد َع‬
Contoh:
o َ‫بَ ِم ْغ َش ٌم‬ ٌَ ِ‫ َطَال‬: Mahasiswa yang pemberani
o ‫م‬ ٌَ ‫ طَالِبََةٌَ ِم ْغ َش‬: Mahasiswi yang pemberani, dst.
14

‫ ِم ْغ َش ٌَم‬adalah shifat muba>laghah yang konon maknanya seorang


pemberani yang tidak ada duanya.

b. Al-Na‘t Al-Sababi>
Na’at Sababi adalah na’at yang menjelaskan suatu sifat dari sifat-sifat yang
berhubungan dengan man’ut-nya.15 Ketentuan-ketentuan yang ada pada na’at ini
adalah sebagai berikut:
a. Na’at mengikuti man’ut dalam hal i’rab (rafa’, nashab dan jar) dan makrifat-nakirah
saja.
b. Sedangkan mudzakkar-mu’annats dan mufrad-tasniyah-jama’ tidak diikuti. Na’at
yang demikian diberi hukum seperti fi’il.
Dengan demikian, apabila fail naat itu mu’annats, maka naat harus muannats
meskipun man’ut-nya mudzakkar. Dan sebaliknya, apabila fail naat itu mudzakkar,

Syaikh Musthafa al-Ghulayaini, Jamiud Durusil Arabiyah, h. 225.


14
15
Syaikh Musthafa al-Ghulayaini, Jamiud Durusil Arabiyah, h. 319

Page 132 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016


Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

maka naat harus mudzakkar, meskipun man’ut-nya mu’annats. Na’at ini harus tetap
mufrad, tidak boleh di-tatsniyah-kan atau di-jama’-kan.16
 ُ‫طالبَالقائمةَُوالدتَُو‬
َُ ‫ذىبَال‬ : Telah telah mahasiswa yang berdiri ibunya
Keterangan:
َ‫طالب‬
ُ ‫َ ال‬: Man’ut
ُ‫َ القائمَة‬: Na’at untuk man’ut (‫طالب‬ َُ ‫ )ال‬dan fi’il dari fail (‫)والدة‬
َ‫َ والدة‬: Fa’il untuk fi’il (ُ‫)القائم َة‬
 ‫الدىا‬ُ ‫القائمَو‬
ُ َُ‫ جاءتَالطالب َة‬: Telah datang mahasiswi yang berdiri bapaknya
Keterangan:

ُ‫ الطالب َة‬: Man’ut


‫َ القائم‬: Na’at untuk man’ut (‫ )الطالبة‬dan fi’il dari fail (‫)والد‬
َ‫والد‬ َ: Fa’il untuk fi’il (‫)القائم‬
Selanjutnya contoh yang lebih lengkap untuk mufrad, tastniyah dan jama’
pada man’ut yang mudzakkar dan mu’annatsnya, serta nakirah dan makrifah sebagai
berikut.
a. Man’ut Marfu’-Mudzakkar-Nakirah

ُ‫طالبَقائم َةٌَوالدتَُو‬
ٌَ َ‫ذىب‬
َِ َ‫ذىب‬
‫طالبانَقائم َةٌَوالدتُ َُه َما‬
‫طالبَقائم َةٌَوالدتُ َُه َْم‬
ٌَ َ‫ذىب‬
b. Man’ut Mansub-Mudzakkar-Nakirah

ُ‫رأيتَطالبًاَقائمَةًَوالدتَُو‬
َِ ‫رأيتَطالب‬
‫نيَقائم َةًَوالدتُ َُه َما‬
‫طالبَقائمَةًَوالدتُ َُه َْم‬
ًَ َ‫رأيت‬
c. Man’ut Majrur-Mudzakkar-Nakirah
ٍَ َ‫بطالب‬
ُ‫قائمةَوالدتَُو‬ ٍَ َ‫مررت‬

16
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 310.

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 133


‫‪AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT‬‬ ‫‪Takdir‬‬

‫نيَ ٍَ‬
‫قائمةَوالدتُ َُه َما‬ ‫مررتَبطالب َِ‬
‫بطالبَ ٍَ‬
‫قائمةَوالدتُ َُه َْم‬ ‫مررتَ ٍَ‬
‫‪d. Man’ut Marfu’-Mudzakkar-Makrifah‬‬

‫الطالبَالقائمَةَُوالدتَُوُ‬
‫َُ‬ ‫جاءَ‬
‫َِ‬
‫الطالبانَالقائمَةَُوالدتُ َُه َما‬‫جاءَ‬
‫الطالبَالقائمَةَُوالدتُ َُه َْم‬
‫َُ‬ ‫جاءَ‬
‫‪e. Man’ut Mansub-Mudzakkar-Makrifah‬‬

‫الطالبَالقائم َةَوالدتَُوُ‬
‫رأيتَ ََ‬
‫نيَالقائمةََوالدتُ َُه َما‬‫رأيتَالطالب َِ‬
‫الطالبَالقائم َةَوالدتُ َُه َْم‬
‫ََ‬ ‫رأيتَ‬
‫‪f. Man’ut Majrur-Mudzakkar-Makrifah‬‬
‫بطالبَ ٍَ‬
‫قائمةَوالدتَُوُ‬ ‫مررتَ ٍَ‬
‫نيَ ٍَ‬
‫قائمةَوالدتُ َُه َما‬ ‫مررتَبطالب َِ‬
‫بطالبَ ٍَ‬
‫قائمةَوالدتُ َُه َْم‬ ‫مررتَ ٍَ‬
‫‪g. Man’ut Marfu’-Mu’annats-Nakirah‬‬
‫الدىا‬ ‫قائمَو َُ‬
‫تَطالبَةٌَ ٌ‬
‫جاء َْ‬
‫الد َُهَا‬
‫قائمَو َُ‬ ‫َِ‬
‫طالبتانَ ٌ‬ ‫جاءتَ‬
‫الد َُى َّنَ‬
‫قائمَو َُ‬
‫طالباتَ ٌ‬
‫ٌَ‬ ‫جاءتَ‬
‫‪h. Man’ut Mansub-Mu’annats-Nakirah‬‬
‫الدىا‬ ‫قائماَو َُ‬
‫َرأيتَطالب َةًَ ًَ‬
‫الد َُهَا‬
‫قائماَو َُ‬ ‫رأيتَطالبت َِ‬
‫نيَ ً‬
‫الد َُى َّنَ‬
‫قائماَو َُ‬ ‫رأيتَ ٍَ‬
‫طالباتَ ًَ‬
‫‪i. Man’ut Majrur-Mu’annats-Nakirah‬‬
‫الدىا‬ ‫ٍَ‬
‫مررتَبطالبةَقائ ٍمَو َُ‬
‫مررتَبطالبت َِ‬
‫نيَقائ ٍمَو َُ‬
‫الد َُهَا‬

‫‪Page 134‬‬ ‫‪Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016‬‬


Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

َ‫الد َُى َّن‬ ٍَ


َُ ‫بطالباتَقائ ٍمَو‬ َ‫مررت‬
j. Man’ut Marfu’-Mu’annats-Makrifah
‫الدىا‬ َُ ‫القائمَو‬
ُ َُ‫تَالطالب َة‬ َْ ‫جاء‬
‫الد َُهَا‬
َُ ‫القائمَو‬
ُ َ‫ني‬ َِ ‫جاءتَالطالبت‬
َ‫الد َُى َّن‬
َُ ‫القائمَو‬
ُ َ‫الطالبات‬
َُ َ‫جاءت‬
k. Man’ut Mansub-Mu’annats-Makrifah
‫الدىا‬ َُ ‫القائمَو‬
َ َ‫رأيتَالطالب َة‬
‫الد َُهَا‬
َُ ‫القائمَو‬
َ َ‫ني‬ َِ ‫رأيتَالطالبت‬
َ‫الد َُى َّن‬
َُ ‫القائمَو‬ َِ
َ َ‫الطالبات‬ َ‫رأيت‬
l. Man’ut Majrur-Mu’annats-Makrifah
‫الدىا‬ َِ ‫مررتَبل‬
َُ ‫طالبةَالقائ َِمَو‬
َِ ‫مررتَبلطالبت‬
َُ ‫نيَالقائ َِمَو‬
‫الد َُهَا‬
َ‫الد َُى َّن‬ َِ
َُ ‫طالباتَالقائ َِمَو‬ ‫مررتَبل‬
Selain itu, Ulama Sibawaih berpendapat lain17 bahwa jika isim yang yang
dirafa’kan na’at berupa jama’, maka na’at (failnya) sebaiknya dijama’kan. Contoh:

ٍ
ُ ‫مررتَبطالبَقائ ٍَمَو‬
َ‫الدوى ْم‬

َ‫الدوى ْم‬ ٍَ َ‫مررتَبطالب‬


ُ ‫قيامَو‬ ٍ
Menjama’kan isim setelah na’at pada contoh diatas lebih baik dari pada
memufradkannya. Namun selanjutnya Sibawaih mengungkapkan bahwa lebih baik
memufradkannya jika jama’ yang digunakan adalah jama’ mudzakkar salim.
Contoh:

17
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 312.

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 135


AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir

َ‫الدوى ْم‬ ٍ
ُ ‫مررتَبطالبَقائمنيَو‬

ٍ
ُ ‫مررتَبطالبَقائ ٍَمَو‬
َ‫الدوى ْم‬
Pada sisi lain al-Na’at al-Sababi yang mengandung/memuat dhamir Man’u>t-
nya maka na’at itu mengikuti man’ut-nya dari segi mufrad, mutsanna, jama’,
mudzakkar-mu’annats sebagaimana na’at ini juga mengikuti dari segi i’rab dan
makrifah-nakirah.18
ِ
ِ َ‫جاءَالرجالنَالكرمي‬
َ‫اَاألب‬
ِ ‫جاءتَادلر‬
َِ َ‫أَتنَالكرميت‬
‫اَاألب‬
َِ ‫جاءَالرجالَالكر ُام‬
‫َاألب‬ ُ
َِ
‫مياتَاألب‬‫جاءتَالنساءَالكر‬
c. Syarat-syarat Al-Na’at wa Al-Man’u>t
1. Al-Na’at
Diantara yang bisa menjadi Al-Na’at adalah isim, jumlah dan syibhul jumlah.
a. Isim
Jika berupa isim maka terbagi menjadi dua yaitu:
1) Isim Musytaq adalah isim yang terdiri dari:
a) Isim Fail
‫الطالبةَالناجحة‬ ‫الطالبَالناجح‬
‫الطالبتانَالناجحتان‬ ‫الطالبانَالناجحان‬
‫الطالباتَالناجحات‬ ‫الطالبَالناجحون‬
b) Isim Maf’u>lَ
‫رأيتَالطالبةَاحملبوبة‬ ‫رأيتَالبابَادلفتوح‬
‫رأيتَالطالبتانَاحملبوبتان‬ ‫رأيتَالبابنيَادلفتوحني‬
َِ
‫حملبوبت‬ َِ
‫الطالباتَا‬ َ‫رأيت‬ ‫ابَادلفتوحَة‬
ََ ‫رأيتَاألبو‬
18
Al-Ghalayany, Syaikh Mustafa. Jami Al-Durus, h. 225.

Page 136 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016


‫‪Takdir‬‬ ‫‪AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT‬‬

‫‪c) Shifat Musyabbahah‬‬


‫‪Untuk Shifat Musyabbahah terdapat dua bentuk:‬‬
‫‪‬‬ ‫" ‪Mengikuti wazan‬‬ ‫"َفعيل‬
‫ِ‬
‫َالنشيطَ‬ ‫ِ‬
‫جلسناَمعَالطالب‬ ‫جلسناَعلىَالكرسيَالصغري‬
‫نيَ‬‫نيَالنشيطَ ْ ِ‬
‫جلسناَمعَالطالبَ ْ ِ‬ ‫َالصغرييْ َِن‬ ‫جلسناَعلىَالكرسيَّ ْ ِ‬
‫ني‬
‫َ‬
‫ني‬ ‫ِ‬
‫َالنشيط ْ ََ‬ ‫ِ‬
‫جلسناَمعَالطالب‬ ‫جلسناَعلىَالكراس ِّيَالصغرية‬

‫‪‬‬ ‫" ‪Mengikuti wazan‬‬ ‫"َأفعل‬


‫مؤنث‬ ‫مذكر‬
‫جاءتَادلرأةَُالصفر َاءُ‬ ‫َاألصفرَ‬
‫ُ‬ ‫جاءَالرجل‬
‫ُ‬
‫‪d) Isim Tafhdi>l‬‬
‫مؤنث‬ ‫مذكر‬
‫ىيَطالبةَأمهرَمنَغريىا‬ ‫ىوَطالبَأمهرَمنَغريه‬
‫‪Dalam salah satu ayat Al-Qur’an isim tafdhil sebagai shifat:‬‬
‫وىوَالذيَيبدأَاخللقَمثَيعيدهَوىوَأىونَعليو‬
‫ِّ ٌ‬
‫َعليوَ=َوىوَىنيَعليو‬ ‫وىوَأىو ُن‬
‫‪b. Isim Jamid Muawwal bi Musytaq:‬‬
‫ِ‬
‫كَىؤالءَ‬
‫‪1) Isim Isyarah :‬‬
‫سلَأَصدقاءَ‬
‫)‪2‬‬ ‫‪ :‬الَ ‪Isim Mausul pada posisi/pengganti‬‬

‫َِ‬
‫صاحب الطالبَالذيَيثقَأبَمانتو‬ ‫ادلوثوقَأبَمانتو ‪atau‬‬
‫طالبَ َ‬ ‫َِ‬
‫صاحب ال ََ‬
‫)‪3‬‬ ‫صاحبة ‪ dan Dza>ta bermakna‬صاحب ‪Dzu yang bermakna‬‬

‫وىذاَرجلَذوَعلمَوتلكَفتاةَذاتَأدب‬
‫ٌ‬ ‫َ‬
‫)‪4‬‬ ‫مررتَبرجلَمصريَ‪Isim-isim Nisbatَ:‬‬

‫‪Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016‬‬ ‫‪Page 137‬‬


AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir

5) Mashdar dengan bentuk mufrad muzakkar


a) Man’utnya Mudzakkar
 َ‫عدل‬
ٌ َ‫جل‬
ٌَ ‫أنتََر‬
ََ
 ‫أنتماَرجالنَعدل‬
ٌَ
 ‫َعدل‬
ٌَ ‫أنتمَرجل‬
ٌ
b) Man’utnya Mu’annats
 َ‫َعدل‬ ِ
ٌ ٌ‫أنتَإمرأة‬
 ‫أَتنَعدل‬
ٌَ ‫أنتماَإمر‬
 ٌَ ٌَ‫أننتَنساء‬
‫عدل‬

6) Bilangan : ‫وعنديَكتبَثالثون‬
ٌ atau ‫عنديَكتبَمعدودةٌَثالثني‬
ٌ َ
7) Menyerupakan atau tasybih : ‫د‬
ٌَ ‫ليسَفيهمَرجلَأس‬ atau ٌ‫َشجاع‬
َ ‫رجل‬
ٌ ٌ
8) ‫ ما‬yang masih memiliki makna samar: ‫سأزوركَيوماَما‬
9) ‫ أي‬dan ‫ كل‬yang bermakna kesempurnaan :
َِ
‫َكلَالرجل‬ ‫أنتَرجل‬
ٌ ٍَ
dan ‫أيَرجل‬ َ‫جائينَرجل‬
ٌَ
Menunjukkan kesempurnaan (kelaki-lakian) yang dimiliki oleh seorang laki-
laki.
c. Jumlah
Jumlah dengan syarat (mausuf/man’ut) kata yang diikutinya berupa isim nakirah.
Contoh:
‫مؤنثَلغريَالعاقل‬ ‫مذكرَلغريَالعاقل‬
‫ركبناَسيارةًَإشرتاىاَاألستاذ‬ ‫كتابَإشرتيناهَِفَالسوق‬
ً َ‫أان‬
َ ‫قر‬
‫مؤنثَللعاقل‬ ‫مذكرَللعاقل‬
‫قبلتَطالبةَجنحتَِفَاإلمتحان‬ ‫قابلتَطالباَجنحَِفَاإلمتحان‬

d. Syibhul Jumlah

Page 138 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016


Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

Adapun untuk syibhul jumlah maka dapat berupa semua bentuk dzarf (keterangan)
dan jar-majrur yang menjadi shifat bagi mausuf yang ada sebelumnya yang berupa
isim nakirah.
Contoh:
 ‫ىذاَفارسَعلىَفرسو‬
ٌ
Ini adalah seorang kesatria yang berada di atas kudanya

 َ‫ذلكَأستا َذٌَأمامَطالبو‬
Itu seorang guru yang berada di depan siswanya

2. Al-Man’u>t (Al-Mausu>f)
Diantara yang bisa menjadi Al-Man’u>t dalam beberapa contoh sebagai berikut:
a. ‫دمحمَالناجح‬
b. ‫أانَالناجح‬
c. ‫سوالويسيَاجلنوبية‬
d. ‫الطبيبَالنشيط‬
e. ‫الضاربَالكسالن‬
f. ‫الكتابَاجلديد‬
g. ‫ىذاَماَأريد‬
h. ‫ايَمنَسرقَقليب‬
i. ‫َحيييينَوسيميتين‬,‫منَأانَمؤمنَبوَحيَالميوت‬
ٌ َ‫إن‬
j. ‫أانَكتابَإشرتيناهَِفَالسوق‬
ً ‫قر‬
Perbandingan antara man’u>t yang makrifah dan man’u>t yang nakirah adalah
jika man’utnya makrifah maka menggunakan isim mausul, tapi jika isim yang
diikuti (man’u>tnya) nakirah maka na’atnya berupa jumlah tanpa ada isim mausul
yang mengantarai. Contoh:
‫نكرة‬
َ ‫معرفة‬
‫قابلتَطالباَجنحَِفَاإلمتحان‬ ‫قابلتَالطالبَالذيَجنحَِفَاإلمتحان‬

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 139


AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir

Selain itu pada contoh dan penjelasan yang lain, jumlah juga tidak bisa menjadi
na’t jika man’utnya adalah ma’rifah, tetapi hanya berkedudukan sebagai hal
Contoh:
)‫نكرةَ(النعتَوادلنعوت‬ )‫معرفةَ(حال‬
‫جاءَرجلَحيملَكتاب‬ ‫جاءَدمحمَحيملَكتاب‬
Seorang laki-laki telah datang yang Muhammad telah datang sambil membawa
membawa buku buku

Hal ini sesuai dengan kaidah yang mengatakan:


‫اجلملةَبعدَاَلنكرةَصفةَواجلملةَبعدَادلعرفةَحال‬
Jumlah sesudah nakirah adalah sifat sedangkan
jumlah sesudah ma’rifah adalah hal

3. Fungsi Al-Na‘t Dalam Kalimat


Beberapa fungsi na’at dalam kalimat sebagai berikut:19
1. Men-takhsis kata yang diikuti (man’ut), jika man’ut berupa isim nakirah,
seperti:
‫رأيتَطالبًاَذكَيِّا‬
Telah datang seorang mahasiswa yang cerdas
‫ ذكيا‬menjadi na’at bagi ‫ طالبا‬yang berarti tidak semua orang cerdas dan orang
yang cerdas yang dimaksud dalam kalimat ini adalah ‫طالبا‬
2. Menjelaskan man’ut, apabila man’utnya berupa isim makrifah
‫كتبتَالدرسَبلقلمَاجلديد‬
Saya menulis pelajaran dengan pulpen yang baru

3. Memuji
‫بسمميحرلا نمحرلا هللا‬
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
4. Mencela
‫أعوذَبهللَمنَالشيطانَالرجيم‬
Saya berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk

Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 315-316.


19

Page 140 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016


Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

5. Memohon belas kasih


‫اللهمَارحمَعبدكَادلسكني‬
Ya Allah, kasihanilah hamba-Mu yang miskin ini.

6. Mengukuhkan (taukid)

     


Artinya : Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari
yang berbilang20

4. Kedudukan Al-Na‘T Dalam Kalimat


Berikut akan dijelaskan beberapa kedudukan Al-Na‘t dalam kalimat yang
menggambarkan hubungan antara Al-Na‘t dan Al-Man‘u>t tetap terpelihara dari segi
tawabi‘-nya.
1. Na‘t bagi Mubtada’

َ‫َحضر‬
َ ‫َاجلديد‬
ُ ‫الطالب‬
ُ
Mahasiswa yang baru itu telah hadir

2. Na‘t bagi Khabar

َ‫ىذاَطالبَجدي ٌد‬
ٌ
Ini seorang mahasiswa yang baru

3. Na‘t bagi Fa>‘il

َ‫اجلديد‬
َُ َ‫الطالب‬
َُ َ‫حضر‬
َ
Mahasiswa yang baru itu telah hadir

4. Na‘t bagi Maf‘u>l

َ‫اجلديد‬
ََ َ‫الطالب‬
ََ َ‫بت‬
ُ ‫ضر‬
Saya telah memukul mahasiswa yang baru itu

5. Na‘t bagi Isim Majru>r


ِ َ‫الطالب‬
َ‫اجلديد‬ َِ َ‫نظرتَإىل‬
ُ
Saya telah melihat mahasiswa yang baru itu21

20
QS. Al-Baqarah [2]:203

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 141


AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir

C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f adalah bentuk kalimat
dimana Al-Na‘t mengikuti Al-Man‘ut secara keseluruhan atau sebagian.
2. Al-Na‘t dibagi menjadi dua yaitu Al-Na‘t Al-Haqiqi> dan Al-Na‘t Al-Sababi>.
3. Al-Na‘t bisa berasal dari isim fa>>‘il, isim maf‘u>l, s}ifat musyabbah}ah, isim tafd}i>l,
isim isya>rah, isim maus}u>l, z|u> (berarti: mempunyai), isim-isim nisbat, jumlah
(kalimat), mashdar, kullu-ayyu, bilangan, tasybi>h, ma> (yang masih samar),
jumlah dan syibhul jumlah.
4. Fungsi Al-Na‘t dalam kalimat, diantaranya mentakhsis man’u>t, menjelaskan,
memuji, mencela, memohon belas kasihan dan mengukuhkan.
5. Kedudukan Al-Na‘t dalam kalimat diantaranya Na‘t bagi mubtada‘, khabar, fa>‘il,
maf‘u>l dan isim majru>r.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghalayany, Syaikh Mustafa. Jami Al-Durus, Beirut: Maktabah Al-Ashriyah.

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor,. Kamus Kontemporer: Arab Indonesia, Cet.
IX; Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt. 1926.

Al-Rajihi Abduh , Tathbiqunnahwi (Beirut: Dar al-Nahd}a al-‘Arabiyah, t.th.

Al-Ra’ini Syekh Syamsuddin Muhammad, Mutammimah Al-Jurumiyyah, terj. H.M.


Fadhil Sa’id Al-Nadwi, Surabaya: Al-Hidayah, 2001.

Harun, Salman,. Pintar Bahasa Arab Al-Qur’an: Cara Cepat Belajar Bahasa Arab
Agar Paham Al-Qur’an, Cet. I; Tangerang: Lentera Hati, 2010.

Ni’mah, Fuad,. Mulakkhos Qawaid al-Lughatul ‘Arabiyah, Beirut: Darul Atssiqofah


Al-Islamiyah

Raya Ahmad Thib, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab, Jakarta: Al-Qus}wa, 1986.

Rofiq, Ainur,. Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, Cet. V; Gresik: Pustaka Al-
Furqan, 2010.

21
Ahmad Thib Raya, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab (Jakarta: Al-Qus}wa, 1986), h. 165-
169.

Page 142 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016


Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT

Kasim, Amrah,. Bahasa Arab di Tengah-Tengah Bahasa Dunia, Cet. I; Yogyakarta:


Kota Kembang, 2009.

Zakariya, A., Ilmu Nahwu Praktis: Sistem Belajar 40 jam, Cet. IV; Garut: Ibnu Azka
Press.

Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 143

Anda mungkin juga menyukai