Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KAJIAN TEORETIK
A. Konsep Kegiatan Market Day
1. Pengertian Kegiatan Market Day
Market Day merupakan usaha kompleks untuk memenuhi suatu
kebutuhan berbagai kelompok dalam konteks regulasi untuk memastikan
kualitas serta sarana aksesibilitas untuk belajar. Ciri khas pasar yaitu
antara konsumen dengan penyedia layanan saling berinteraksi yang
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kegiatan market day dapat
menjadikan anak untuk mendapatkan pembelajaran secara tidak
konvensional namun secara partisipatif untuk meningkatkan keterampilan
serta kemampuan anak. Market day dapat diperoleh melalui aktivitas
kewirausahaan, yang mana anak belajar cara mengiklankan dagangannya
kepada para konsumen (Sudjana N. , 2004) .
Market day dapat berupa pembagian tugas sebagai
pembeli dan penjual yang tidak terlepas dari seluruh pihak sekolah
(guru, anak, orang tua) dan tidak menutup kemungkinan pembeli
berasal dari luar pihak sekolah. Persiapan untuk kegiatan ini bukan
sepenuhnya guru yang merencanakan atau menyelenggarakan namun anak
terlibat bersama guru dalam menyiapkan market day. Keterlibatan anak
tentu membutuhkan ketergantungan dengan orang tua karena orang tua di
minta untuk membuat makanan atau minuman yang akan dijual dalam
kegiatan market day. Maka orang tua membantu anaknya untuk
menyediakan sesuai instruksi guru demi lancarnya suatu kegiatan (Saroni,
2012) .
Market Day merupakan salah satu contoh sebuah aplikasi
pendidikan terintegrasi dalam pendidikan kewirausahaan yang melibatkan
semua peserta didik dalam sebuah proses, produksi, dan konsumsi.
Kegiatan produksi adalah dengan memberikan tanggung jawab kepada
siswa berdasarkan kelas secara bergantian untuk membuat sebuah produk
yang memiliki nilai jual dan bermanfaat bagi seluruh civitas academica

8
9

sekolah. Untuk itu siswa diminta untuk menjual sebuah produk


(distribusi), sedangkan siswa-siswi lainnya termasuk juga para Guru
bertanggung jawab sebagai konsumen (pembeli). Kegiatan Market Day
bisa dilakukan secara mandiri (memproduksi barang sendiri atau secara
klasikal (memproduksi dengan kelompok) sesuai minat siswa dan produk
yang akan dijual (Suyanto, 2005) .
Pada satuan pendidik RA, TK, dan SD kegiatan di atas tidak
sepenuhnya dibebankan oleh anak. Namun peran orang tua dan guru
terhadap kegiatan Market Day .berasal dari bahasa inggris yang berarti
hari pasar, hari ini merupakan dimana siswa/siswi dalam satu sekolah/RA
melakukan simulasi penjualan dan pembelian yang dilakukan pada hari
tersebut. Para siswa dalam kegiatan Market Day itu sebagai distibutor.
Sedangkan kegiatan produksi yang terlibat itu orang tua dan guru. Dalam
kegiatan tersebut perlu ditambahkan yaitu mengenai fungsi kontrol.
Fungsi kontrol biasanya dilakukan dilapangan sekolah. Fungsi kontrol ini
bertujuan untuk mengajarkan siswa cara jual beli yang benar, sekaligus
mengajarkan siswa-siswi yang belum bisa bertransaksi dengan uang atau
barang. Dan menjadi konsumenya itu anak-anak dan guru (Ridho, 2017 ).
Kesimpulan dari kegiatan market day merupakan kegiatan
penanaman kewirausahaan kepada anak melalui kegiatan nyata dalam
suatu kehidupan yang dilakukan sehari-hari dalam berbisnis. Anak-anak
belajar bermain peran dalam kegiatan marke day menjadi seorang penjual
dan pembeli secara bergantian dalam setiap minggunya. Sehingga anak-
anak dapat tertanam jiwa kewirausahaan sejak usia dini.
2. Perencanaan Kegiatan Market Day
Perencanaan kegiatan market day merupakan kegiatan penanaman
kewirausahaan melalui kegiatan “Market Day” dengan melibatkan semua
anak dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi
adalah dengan memberikan tanggung jawab kepada anak untuk berperan
sebagai penjual secara bergantian untuk menjualkan produk makanan
atau minuman yang memiliki nilai jual dan sehat bagi anak. Kemudian
10

anak diminta untuk menjual produknya (distribusi), sedangkan anak yang


lainnya termasuk para guru bertanggung jawab sebagai konsumen
(pembeli). Kegiatan “Market Day” bisa dilakukan secara mandiri
(memproduksi barang secara individu) serta produk makanan atau
minuman yang akan diproduksikan oleh para wali muridnya.
Kegiatan pembelajaran “Market Day” anak diajak untuk
memerankan sebagai penjual dan pembeli dimana ada transaksi jual beli
dan anak memperoleh sesuatu secara nyata dengan menggunakan uang
sebagai alat untuk pembayaran. Dengan bermain yang sesungguhnya
maka akan ada komunikasi kedua belah pihak dimana penjual
menawarkan barang dagangannya dan pembeli memilih apa yang
diinginkan sehingga penjual dan pembeli merasakan bahwa uang dari
pemberian ibunya dibelikan makanan sedangkan anak yang menjual
merasakan bahwa makanan yang dibuat oleh ibunya telah laku terjual.
Disinilah anak-anak diajarkan dalam memerankan menjadi seorang
penjual dan pembeli. Dengan cara mengadakan kegiatan market day guru
bisa menjelaskan kepada anak bahwa sebenarnya uang dari hasil
berdagang bisa ditabung selisih dan sebagian bisa untuk membuat kue
untuk jadwal berikutnya, harinya sehingga dapat terkumpul untuk
dibelikan sesuatu yang anak butuhkan.
3. Pelaksanaan Kegiatan Market Day
Pelaksanaan kegiatan Market Day peserta didik terlibat langsung di
dalam suatu kegiatan, mereka berperan sebagai penjual dan pembeli.
Pendidikan kewirausahaan haruslah diterapkan sejak usia dini, sehingga
dapat menumbuhkan mental jiwa kewirausahan secara optimal, serta
sesuai dengan tahapan perkembangan usianya. Maka dari itu, kemampuan
ini dapat diterapkan pada anak usia dini agar terlatih untuk membiasakan
suatu sikap dan mengembangkan diri. Terdapat dalam surat At-Taubah
ayat 24 yang berbunyi sebagai berikut (Daryanto, 2002) :
11

ْ ُ‫آقت ََرفتُ ًَُْٕا َٔتِ َجا َرةْ َٔاَي َٕالْ تُ ُكىْ َٔ َع ِشي َرْ َٔاَز َٔا ُج ُكىْ ٔاِخ َٕاَُ ُكىْ َٔاَبَُا ُء ُكىْ َكاٌَ َءابَا ُؤ ُكىْ اٌِْ ق‬
‫م‬
َ ‫َسبِيهِ ِّ؛فَت ََربصُٕا َحتي َٔ َرسُٕنِ ِّ؛ َٔ ِجَٓا ٍدفِيْ للاِْ ِيٍَْ اِنَي ُكىْ َْااَ َحبْ تَر‬
َ ْ‫ضٌٕ َك َسا َد‬
ٌََْٕ‫َأ َي َس ِكٍ تَحش‬
ْ ‫بِاَي ِر ِِْ يَأتِيَا‬,ُْ‫( انفَ ِسقِيٍ انقَٕ َْو يَٓ ِذي َٔللا‬24)
ُ‫للا‬
Artinya: “Katakanlah, "jika Bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan
(dari) berjihad di Jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang pasik (Surat At-Taubah : 24).”
Market day merupakan suatu aktifitas pembelajaran
kewirausahaan, dimana anak-anak diajarkan untuk membuat produk
sendiri, diajarkan untuk memasarkan serta mempromosikan produk yang
mereka buat kepada teman, guru ataupun kepada pihak luar. Kegiatan
yang dilaksanakan berupa bazzar atau pasar yang diselenggarakan
disekolah. Anak-anak membazarkan makanan atau minuman yang dibuat
oleh orang tuanya. Kegiatan ini juga melibatkan segenap komponen
sekolah (Zultiar & Siwiyanti, 2017) :

‫م َيا‬ َْ ‫م ِيٍْ ُك‬


َْ ‫م يَأْ اٌَْ ِيٍْ خَي ًرا قَطْ ًيا طَ َعا اَ َحذْ اَ َك‬ ِْ ًَ ‫ يَ ِذ ِِْ َع‬، ٌَْ‫ي َٔا‬ ْ ِّْ ‫َكاٌَْ انس ََلو دَا ُٔٔدَا َعهَي‬
َْ ِ‫للاُ َب‬
ُْ ‫م ِيٍْ يأ ُك‬
‫م‬ ِْ ًَ ‫)انبخري رٔاِ( يَ ِذ ِِْ َع‬
Artinya : Dari Al-Miqdam bin Ma‟dikarib RA. : Nabi SAW. bersabda,
“tidak ada makanan yang lebih baik dari seseorang kecuali makanan
yang ia peroleh dari uang hasil keringatnya sendiri. Nabi Allah, Daud
AS. makan dari hasil keringatnya sendiri (H.R. Al Bukhori).”
Kegiatan market day tersebut guru bisa juga menjelaskan istilah
harga makanan atau minuman yang dijual, serta hasil uang yang diperoleh
12

dari jualanya. Dengan memberikan pengertian kepada anak, bila ada


sebuah barang yang dijual dengan harga Rp 1.000,- atau Rp 2.000,-
memberi penjelasan kepada si anak bahwa harga barang dijual murah
karena untuk anak-anak dan lebih murah jika kue tersebut buat sendiri.
Apabila harga kue tersebut jadi lebih mahal karena perlu mengambil
untung. Serta dijual untuk orang dewasa. Hal seperti itu perlu dikenalkan
sejak dini dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Selain itu anak
yang sejak dini diajarkan cara mengelola uang, juga bisa tumbuh menjadi
pribadi yang kreatif dan mandiri. Tak cuma itu, anak pun bisa memiliki
jiwa kewirausahaan. kegiatan di atas tidak sepenuhnya dibebankan
kepada anak.
4. Tujuan Kegiatan Market Day
Tujuan diadakanya Market Day adalah menumbuhkan jiwa
kewirausahaan, memahami dunia bisnis, melatih kreativitas dan inovasi
pada anak. Market Day juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada
anak, meningkatkan kemampuan komunikasi anak dan melatih
kecerdasan bisnis anak. Orang tua dapat memanfaatkan kegiatan Market
Day untuk menunjukan dukunganya atas proses pendidikan anak-
anaknya, sementara guru dan sekolah dapat memanfaatkan wahana
Market Day untuk memperkuat soliditas komunitas sekolah. Jika Market
Day berlangsung dengan optimal, maka sekian banyak manfaat untuk
kepentingan pendidikan di sekolah, dan bisa sekaligus diraih (Rakhman,
2018).
Pendidikan di Indonesia tidak hanya diarahkan pada ranah
intelektual saja, namun diarahkan untuk memiliki berbagai keterampilan
serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial. Karena mendidik
anak selama proses pembelajaran tidak harus terpaku di dalam kelas saja.
Peserta didik dapat belajar di luar kelas seperti melaksanakan kegiatan
market day. Kegiatan market day dilaksanakan untuk melatih jiwa
kewirausahaan, mengenal tentang dunia bisnis, meningkatkan kreatifitas
serta mampu melakukan berbagai inovasi-inovasi baru. Pelaksanaan
13

kegiatan market day peserta didik terlibat langsung di dalam kegiatan,


mereka berperan sebagai penjual dan pembeli. Sehingga mampu
menumbuhkan nilai-nilai kewirausahaan pada anak sejak usia dini.
Pendidikan kewirausahaan haruslah dikembangkan sejak anak berusia
dini, agar terbentuknya mental berwirausaha pada anak secara optimal
sesuai dengan tahap perkembangan usianya.
5. Teori Kegiatan Market Day
Teori Kegiatan Pembelajaran Market Day dalam meningkatkan
kecerdasan Interpersonal itu terdapat dalam teori Pembelajaran
Behavioristik. Teori pembelajaran behavioristik atau tingkah laku
menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku sebagai interaksi stimulus
dan respons. Menurut penganut teori ini, media pembelajaran adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara
konkret. Teori behavioristik hanya menganalisis perilaku yang tampak
saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori ini lebih
dikenal dengan nama teori pembelajaran karena seluruh prilaku
manusia adalah hasil belajarnya. Kaum behavioristik tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau
emosional, behavioristik hanya ingin mengetahui bagaimana prilaku
terhadap apa yang dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan
(Suwarna, 2005).
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan prilaku relaktif (respons) berdasarkan hukum-
hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar
anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
adanya media pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berarti penguatan
ikatan asosiasi, sifat, atau kecenderungan prilaku S-R (Stimulus –
Respons) seperti gambar berikut:
14

Hubungan Langsung
S R
(koneksi)

Gambar 2.1
Skema Hubungan Langsung Stimulus (S) dan Respons (R)
Syarat terjadinya proses pembelajaran dalam pola hubungan S-
R ini adalah adanya unsure dorongan (drive), rangsangan (stimulus),
respons, dan penguatan (reinforcement). Dengan demikian, dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini
berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan hasil belajar.
6. Kegiatan Market Day Melalui Metode Role Playing
Saroni mengungkapkan bahwa kegiatan Market Day merupakan
sebuah kemauan untuk mengikuti yang dimiliki seseorang, dalam hal
ini peserta didik itu merupakan sebagai bentuk penguasaan,
pengetahuan, dan menerapkanya pada suatu kegiatan yang nyata yang
sudah ada didalam kehidupan. Kegiatan Market Day adalah salah satu
program pendidikan yang bertujuan memberikan pemahaman dan
kesadaran yang relatif lebih utuh tentang kehidupan, membentuk
struktur emosi dan memfasilitas yang lebih stabil, serta membangun
sikap-sikap keseharian yang lebih tercerahkan dari waktu ke waktu
(Saroni, 2012).
Kegiatan market day juga merupakan aktifitas pembelajaran
kewirausahaan, dimana anak-anak diajarkan bagaimana memasarkan
produk kepada teman, guru, ataupun pihak luar. Kegiatan ini biasanya
berbentuk bazzar atau pasar yang diselenggarakan oleh sekolah. Selain
para guru, orang tua juga terlibat menyiapkan barang-barang dagangan.
15

Terutama ibu-ibu yang bertugas membuat makanan atau minuman


untuk dijual didalam kegiatan tersebut. Menurut (Titik, 2002)
mengungkapkan :
“Kegitan Market Day bukan hanya mengajarkan tata cara
bertransaksi bagi siswa-siswi. Namun, banyak nilai moril yang
ditanamkan kepada para peserta didik kemandirian,
kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, serta kecerdasan
Interpersonal. Kegiatan tersebut dapat membantu peserta didik
dalam memahami suatu pembelajaran yang sangat berkaitan
dengan kegiatan Market Day, serta menanamkan nilai-nilai
syari‟at Islam yang benar dalam proses jual beli kepada peserta
didik yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama Islam.”

Shim mengemukakan pengertian metode Role Playing atau


bermain peran diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya:
“Pretend play is generally defined in the research literature as
an activity that involves role play, object substitution, and
imaginary situations.” Dengan maksud, bermain pura-pura
adalah aktivitas yang bersangkutan dengan bermain peran, objek
pengganti, dan situasi imajiner yang biasanya didefinisikan
dalam kajian pustaka riset (Shim, 2007).

Rubin Mengungkapkan bahwa bermain peran adalah kegiatan


bermain dengan menirukan kegiatan orang yang pernah di-jumpainya
dalam kehidupan sehari-hari. Peran atau “role” dalam konsep
merupakan suatu rangkaian perasaan, ucapan atau tindakan/action.
Peran merupakan suatu pola hubungan yang ditunjukkan seorang
individu kepada yang lain, sehingga dalam peran akan nampak dia
berperan akrab, bersahabat, jujur, cakap, ramah. Peran yang
dimainkan oleh individu dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap
dirinya, oleh karena itu perlu pemahaman terhadap suatu peran dengan
sebaik-baiknya, sehingga perlu didukung oleh perasaan, penghayatan,
persepsi dan sikap. Maka bermain peran berarti membantu individu
memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan oleh orang
lain (Alma, 2009).
16

Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura,


khayalan, fantasi, make believe, atau simbolik. Menurut Piaget, awal
main peran dapat menjadi bukti perilaku anak. Ia menyatakan bahwa
bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dan
mengulang perilaku menyenangkan yang diingatnya. Piaget
menyatakan bahwa keterlibatan anak dalam bermain peran dan upaya
anak mencapai tahap yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak
lainnya disebut sebagai collective symbyolism Ia juga menerangkan
percakapan lisan yang anak lakukan dengan diri sendiri sebagai
idiosyncratic soliloquies. Selanjutnya sependapat dengan Tarigan
mengatakan dalam bermain peran, anak bertindak, berlaku, dan
berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa, berarti
anak harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa
(Tarigan D. , 1990).
Supriyati dalam Winda Gunarti mengungkapkan definisi
metode bermain peran yang lebih luas bahwa metode bermain peran
adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda yang ada
sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi)
dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. memiliki
pendapat yang sejalan dengan Supriyati bahwa bermain peran
merupakan salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian
atribut tertentu terhadap benda, situasi, dan anak memerankan tokoh
yang ia pilih. Apa yang dilakukan anak melibatkan penggunaan bahasa
yang dapat diamati dalam tingkah laku yang nyata (Supriyati, 2008).
Ungkapan yang serupa dikemukakan oleh Tedjasaputra, bermain
peran berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain
tersebut mampu berbuat (bertindak dan berbicara) seperti peran yang
dimainkannya. Jadi, melalui bermain peran anak dapat berbicara secara
spontan dan dapat meniru bahasa seperti tokoh yang diperankannya
(Ali Mudlofir, 2016 ).
17

Menurut Berger, bermain peran merupakan sebuah kegiatan yang


spontan dan mandiri di saat anak-anak menguji, menjernihkan dan
meningkatkan pemahaman atas diri dan dunianya sendiri. Dalam
metode ini, anak-anak berperan sebagai orang lain tanpa perlu latihan
/spontan dan tidak untuk hiburan, namun lebih menekankan terhadap
masalah yang diangkat dalam pertunjukan dan bukan pada kemampuan
pemain dalam melakukan permainan peran. Model peran dapat
membantu menciptakan antusiasme untuk kegiatan yang
membutuhkan kecerdasan tertentu. Jadi dengan kegiatan pembelajaran
Market Day peran tentu akan menimbulkan antusiasme / motivasi
dari dalam diri individu untuk mengeksplor kecerdasan yang
menonjol dan telah ada dalam diri anak secara sistematis (Chotimah,
2015).
Bermain peran merupakan permainan yang sangat baik untuk
meningkatkan kecerdasan Interpersonal anak, karena peningkatan
kecerdasan aktualisasikan segala kecerdasan yang dimiliki. Permainan
ini merangsang kecerdasan Interpersonal anak dalam berekspresi dan
berkomprehensi sekaligus. Melalui bermain peran anak dapat
mengaktualisasikan segala kecerdasan yang dimiliki (Suryana, 2006).
Hamzah mengungkapkan bermain peran dapat meningkatkan
kemampuan keterampilan pemecahan suatu masalah, baik masalah
individu atau masalah social. Dimensi pribadi strategi ini membantu
anak menemukan makna dalam kehidupan sosial lingkungannya yang
bermanfaat bagi dirinya, sehingga ada kemungkinan dilema-dilema
pribadi dapat dipecahkan bersama temannya. Sedangkan dari dimensi
sosial, terfokus pada pamahaman bahwa manusia tidak dapat hidup
seorang diri, jadi manusia membutuhkan pertolongan orang lain (Uno,
2009).
18

Metode bermain peran memiliki tujuan bagi pertumbuhan dan


perkembangan anak. Tujuan bermain peran di Taman Kanak-kanak
(TK) atau Raudlatul Athfal (RA) yang utama adalah:
a) Mendorong Motivasi dan Minat Anak terhadap Sesuatu.
Motivasi dan minat anak untuk belajar dapat meningkat
melalui peran yang dimainkannya. Hal ini dikarenakan melalui
bermain peran anak belajar dengan cara yang menyenangkan.
b) Melatih Sejumlah Keterampilan.
Bermain peran dapat melatih keterampilan terutama
keterampilan berbicara. Ketika anak bermain peran, anak
membutuhkan kosakata untuk berkomunikasi dengan teman
mainnya.
c) Memberikan Kesempatan untuk Menerapkan Pengetahuan Anak.
Pengetahuan yang didapat anak melalui berbagai informasi dapat
diaplikasikan ketika anak bermain peran melalui peran yang
dimainkannya.
d) Melatih Mempertajam Seluruh Komponen Afektif.
Komponen afektif meliputi perasaan, emosi, cinta, kemauan,
sikap, nilai keinginan. Komponen-komponen tersebut dapat
dilatih melalui bermain peran.
e) Menciptakan Suasana Belajar secara Aktif.
Anak terlibat secara langsung ketika bermain peran sehingga
pembelajaran yang berlangsung adalah pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif akan menyenangkan bagi anak karena
pembelajaran yang berlangsung tidak membosankan (Bahri,
2006).
Pendapat dua orang tokoh mengenai tujuan bermain peran, dapat
disimpulkan bahwa bermain peran memiliki tujuan melatih
keterampilan terutama keterampilan berbicara. Selain itu, dengan
bermian peran pembelajaran berlangsung secara aktif sehingga anak
dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan. Weil
19

mengemukakan bahwa tahap-tahap model peran merupakan langkah


yang berorientasi pada pemberian pengalaman belajar kepada anak
(Weil, 1997).
Terdapat sembilan tahap bermain peran dalam kegiatan
pembelajaran Market Day agar dapat meningkatkan kecerdasan
Interpersonal anak usia dini antara lain sebagai berikut:
Tabel 2.1. Tahapan Role Playing dalam kegitan Market Day
Tahap pertama Tahap ke dua Tahap ke tiga
Memotivasi kelompok Memilih peran Menyiapkan
(1) Mengidentifikasi (1) Menganalisis pengamat
masalah peran-peran (1) Memutuskan apa
(2) Menjelaskan (2) Memilih dan yang akan dan perlu
masalah menetapkan pemeran diamati
(3) Menginterpretasikan (2) Menjelaskan
cerita tugas-tugas
(4) Mengeksplorasikan pengamat
isu (3) Memasuki situasi
(5) Menjelaskan peran pengamat

Tahap ke empat Tahap ke lima Tahap ke enam


Menyiapkan tahap- Pemeranan Diskusi dan evaluasi
tahap peran (1) Memulai bermain (1)
(1) Merinci urutan peran peran (1) Mengkaji
(2) Menjelaskan (2) Meneruskan ketepatan pemeranan
kembali peran-peran pemeranan (2) Mendiskusikan
yang akan dimainkan (3) Menghentikan focus utama
pemeranan (3) Mengembangkan
pemeranan ulang

Tahap ke tujuh Tahap ke delapan Tahap ke Sembilan


20

Pemeranan ulang Diskusi dan evaluasi Membagi


(1) Memainkan peran (1) Ketetapan peran
dengan perbaikan ulang pengalaman dan
(2) Mengemukakan (2) Mendiskusikan isi menarik
alternative perilaku masalah
selanjutnya generalisasi.
(1)
Mengembangkan
situasi masalah
dengan pengalaman
nyata dan masalah-
masalah yang
sedang
berlangsung.
(2) Mengeksplorasi
prinsip-prinsip
umum tentang
prilaku.

Bermain peran bukan kegiatan yang tidak bermanfaat. Bermain peran


memiliki banyak fungsi, sebagaimana disebutkan oleh Gunarti mengungkapkan:
“ In the dramatic play area children have an opportunity to role play
real life situations, release emotions, practice language, develop
social skills, express themselves creatively.”
Fledman berpendapat bahwa di dalam area drama anak memiliki
kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang sebenarnya,
melepaskan emosi, mempraktikkan menjadi seorang pedagang dan pembeli
dalam meningkatkan kecerdasan Interpersonal melalui kegiatan Market Day
serta mengekspresikan diri dengan kreatif secara eksplisit bila ditinjau dari
tujuan pendidikan, melalui metode bermain peran diharapkan anak dapat:
mengeksplorasi perasaan-perasaan, memperoleh wawasan, mengembangkan
keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
mengembangkan kreativitas dengan membuat jalan cerita atas inisiatif anak,
21

melatih daya tangkap, melatih daya konsentrasi, melatih membuat kesimpulan,


membantu perkembangan kognitif, membantu perkembangan fantasi,
menciptakan suasana yang menyenangkan, mencapai kemampuan komunikasi
secara spontan/berbicara lancar, membangun pemikiran yang analitis dan kritis,
membangun sikap positif dalam diri anak, menumbuhkan aspek afektif melalui
penghayatan isi cerita, untuk membawa situasi yang sebenarnya ke dalam bentuk
simulasi miniatur kehidupan, untuk membuat variasi yang menarik dalam
kegiatan pengembangan (Sagala, 2010).
Pendapat-pendapat mengenai fungsi metode bermain peran, dapat
disimpulkan bahwa bermain peran bukan kegiatan bermain yang sia-sia karena
bermain peran memiliki fungsi untuk membantu anak mempraktekkan peran
dalam kehidupan yang sebenarnya, melatih anak berbicara lancar, serta
membantu perkembangan kognitif anak melalui pengalaman bermain.
7. Peran Orang Tua dan Guru Dalam Kegiatan Market Day
Peran orang tua dan guru juga diperlukan dan harus disertakan. Para anak
dalam “Market Day” hanya sebatas distributor. Sedangkan kegiatan Kegiatan
bermain “Market Day” anak diajak untuk memerankan sebagai penjual dan
pembeli dimana ada transaksi jual beli dan anak memperoleh sesuatu secara
nyata dengan menggunakan uang sebagai alat untuk pembayaran. Dengan
bermain yang sesungguhnya maka akan ada komunikasi kedua belah pihak
dimana penjual menawarkan barang dagangannya dan pembeli memilih apa
yang diinginkan sehingga penjual dan pembeli merasakan bahwa uang dari
pemberian ibunya dibelikan makanan sedangkan anak yang menjual merasakan
bahwa makanan yang dibuat ibunya telah laku terjual. Dalam kegiatan market
day orang tua bisa menjelaskan kepada anak bahwa sebenarnya uang dari hasil
berdagang bisa ditabung, selisih dan sebagianya juga bisa untuk membuat kue
selanjutnya sehingga dapat terkumpul untuk dibelikan sesuatu yang anak
butuhkan. Sedangkan kegiatan produksinya bisa melibatkan orang tua maupun
guru. Satu lagi yang perlu ditambahkan adalah fungsi kontrol ketika kegiatan
distribusi berlangsung, disini dibutuhkan peran guru, karena kegiatan “Market
Day” biasanya dilaksanakan di area sekolah. Fungsi kontrol bertujuan untuk
22

mengajarkan kepada anak berjual beli yang benar, mengajarkan anak yang
belum bisa bertransaksi dalam bentuk uang dan barang. Sedangkan yang
menjadi konsumennya adalah semua siswa dan guru (Waluyo, 2002).
Kegiatan “Market Day” bukan hanya mengajarkan tata cara bertransaksi
bagi anak. Tetapi banyak nilai suatu kecerdasan yang bisa ditanamkan seperti
kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, komunikasi
interpersonal, membantu anak dalam memahami situasi dan kondisi yang
berkaitan dengan kegiatan “Market Day”, serta menanamkan nilai-nilai syari‟at
Islam yang benar dalam kegiatan jual-beli kepada siswa yang berhubungan erat
dengan Pendidikan Agama Islam.
Proses Kegiatan Market Day merupakan sebuah aspek psikis yang
membuat seseorang tertarik serta diwujudkan dalam bentuk sikap dorongan
untuk melakukan pencapaian tujuan dan mencoba, yakni melalui,- guru bisa
mempelajari, memberikan perhatian, pengambilan risiko, diikuti usaha aktif
mempelajari dan berkeinginan menjadi tenaga kuat serta pengelolaan sumber
daya yang dimiliki untuk melakukan kegiatan Market Day itu untuk
meningkatkan suatu kecerdasan Interpersonal dan dapat dilakukan pada siswa
sekolah. Adapun indikator bahwa siswa memiliki minat mengikuti kegiatan
Market Day menurut Mun‟iar mengungkapkan :
1) Pernah dan mempunyai pengalaman pada kegiatan penjualan dengan
membantu ibunya berjualan.
2) Pernah dan mempunyai pengalaman pada kegiatan pembelian.
3) Pernah dan mempunyai pengalaman dalam memproduksi barang untuk
dipasarkan bagi orang tuanya (Rohani, 2004).
B. Konsep Kecerdasan Interpersonal
1. Teori Kecerdasan Interpersonal
Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan merupakan suatu
kemampuan untuk memecahkan dan kemampuan untuk menghasilkan
produk yang memiliki nilai suatu budaya. Berdasarkan konsep ini Gardner
menemukan bahwa kecerdasan manusia tidak tunggal tapi ganda bahkan
tidak terbatas. Gardner menemukan 8 kecerdasan yang dimiliki manusia,
23

yang disebutnya dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence).


Kedelapan kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan
logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan naturalis, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan
interpersonal (Roudhatul Janah, 2010).
Kecerdasan Interpersonal dan jiwa wirausaha bisa dikenalkan guru
kepada anak sejak dini. Yang perlu ditekankan adalah cara mendidik anak
dengan suasana yang menyenangkan, dan tidak memaksa kehendak
kepada anak. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk
memahami dan bekerjasama dengan orang lain (Amstrong, 2002).
Kecerdasan ini menuntut kemampuan adalah untuk menyerap dan
tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain.
Kecerdasan interpersonal akan menunjukkan kemampuan anak dalam
berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal yang tinggi
membuat orang bisa bekerjasama dengan orang lain dan melakukan
sinergi untuk membuahkan hasil-hasil yang positif (Rohani, 2004).
Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi akan mampu
menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati
secara baik, mampu mengembangkan suatu hubungan yang harmonis
dengan orang lain, menyukai bekerja secara kelompok. Kecerdasan
interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan
sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan
relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga
kedua belah pihak berada dalam situasi yang menguntungkan. Kata sosial
maupun interpersonal hanya penyebutannya saja yang berbeda, tetapi
keduanya menjelaskan maksud dan inti yang sama. Lwin menjelaskan
kecerdasan interpersonal sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan
memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan
keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak. Dari
beberapa pengertian di atas, maka kecerdasan interpersonal adalah
kemampuan untuk memahami maksud dan perasaan orang lain sehingga
24

tercipta hubungan yang harmonis dengan orang lain. Kecerdasan


interpersonal penting dalam kehidupan seorang manusia karena pada
dasarnya manusia tidak bisa menyendiri. Banyak kegiatan dalam hidup
manusia terkait dengan orang lain, begitu juga seorang anak yang
membutuhkan dukungan orang-orang disekitarnya. Keterampilan sosial
anak terjalin melalui hubungan dengan teman sebayanya (Iswadi, 2017).
2. Karakteristik Anak Usia Dini dalam Kecerdasan Interpersonal
Karakter didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin, mengandung tiga
unsur pokok, yaitu knowing the good, loving the good, dan doing the
good. Hornby dan Parnwell mengemukakan bahwa karakter merupakan
suatu kualitas moral dan mental, kekuatan moral, norma, dan reputasi.
Megawangi pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9
pilar karakter mulia yang dijadikan acuan dalam pendidikan karakter di
sekolah maupun diluar lingkungan sekolah, yaitu sebagai berikut: cinta
Allah dan kebenaran; amanah, disiplin dan mandiri; tanggung jawab;
hormat dan santun; kasih sayang, peduli, dan kerja sama; kratif, percaya
diri, dan pantang menyerah; adil dan berjiwa kepemimpinan; baik dan
rendah hati; serta toleran dan cinta damai (Drost J. , 1999).
Berbicara tentang karakter maka erat kaitannya dengan peserta
didik. Peserta didik merupakan individu yang sedang berkembang
memiliki potensi tertentu. Dengan bantuan pendidik, maka potensi yang
dimiliki peserta didik dapat dikembangkan secara optimal. Dengan
demikian, karakter peserta didik mengandung makna sifat yang ada pada
seseorang dan dapat diidentifikasikan sebagai manusia yang sungguh-
sungguh dalam mencari ilmu pengetahuan untuk bekal di masa depan baik
kehidupan dunia maupun akhirat (Kasmadi, 2013).
Nana Prasetyo mengemukakan beberapa prinsip pembentukan
karakter peserta didik sebagai berikut :
1. Faktor bawaan dan lingkungan
Faktor yang memengaruhi karakter dibagi menjadi 2, yaitu bawaan
dari dalam diri anak dan pandangan anak terhadap pengetahuan,
25

pengalaman, prinsip-prinsip moral yang diterima, bimbingan,


pengarahan, dan interaksi (hubungan).
2. Orang tua yang berkarakter menumbuhkan anak yang berkarakter.
3. Karakter dapat dibentuk mulai sejak usia dini dan berlangsung seumur
hidup.
Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi
dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena dengan tingkat
kecerdasan anak yang berkembang dengan baik akan memudahkan anak
usia dini dengan orang lain. Serta mampu menciptakan hal-hal yang baru.
Santrock mengungkapkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan
untuk menyelesaikan suatu masalah dan beradaptasi serta belajar dari
pengalaman. Melalui pengembangan, kecerdasan akan mampu membantu
seseorang untuk menemukan jalur keluar atau solusi permasalahan yang
dihadapi dalam sehari-hari. Kecerdasan juga dapat pula membantu
seseorang untuk dapat menciptakan sesuatu yang baik. Berupa jasa
maupun benda - benda atau dapat membantu memudahkan seseorang
untuk menyelesaikan persoalan dan kehidupan sehari-hari (Rosyadi,
2013).
Kecerdasan Interpersonal ini merupakan kemampuan mempersepsi
dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang
lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak,
wajah, isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam metode tanda
kecerdasan interpersonal, dan kemampuan menanggapi secara efektif dan
tanda tersebut dengan kegiatan pragmatisn tertentu (Misalnya
mempengaruhi sekelompok orang untuk melalukan tindakan tertentu)
(Asmani, 2015).
Salah satu dari kecerdasan itu adalah kecerdasan interpersonal
yang menggambarkan kemampuan seseorang anak untuk berhubungan
dengan orang – orang sekitarnya. Kecerdasan ini merupakan kemampuan
untuk memaham dan menggambarkan perasaan, suasana hati, maksud, dan
keinginan orang lain. Kecerdasan Interpersonal memungkinkan anak
26

mampu membangun kedekatan pengaruh, pimpinan, dan membangun


hubungan dengan baik dengan orang lain (Ardy, 2013).
Proses wirausaha sejak kecil sangat diperlukan sejak usia masih
kecil. Misalnya melalui Market Day, membuka taman bacaan yang berisi
koleksi buku bacaan si kecil, mengajak anak membuat berbagai kerajinan
tangan, stiker, aksesoris yang dapat dikerjakan oleh anak dan yang bisa
dijual kepada teman-temannya. Agar anak memiliki kemampuan
berwirausaha dan perlu dikembangkan sifat-sifat wirausaha yaitu memiliki
semangat tinggi, keberanian, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab.
Anak perlu memiliki sifat percaya diri pada kemampuannya. Doronglah
agar melakukan aktivitas mereka gemari karena hobi bisa menjadi ide
wirausaha. Orang tua berperan penting dalam sebuah pendidikan karena
sebagai pendidik pertama, berkewajiban dan bertanggungjawab untuk
membina anak dengan segala keunikannya, orang tuapun menjadi teladan
bagi anaknya dan keluarga sebagai pusat pendidikan pertama. Ibu perlu
mengenal perkembangan anak dan memotivasi anak untuk dapat
mengembangkan jiwa wirausahanya .
Sullivan menekankan bahwa teman imajiner bukan tanda
ketidakstabilan atau patologis, melainkan peristiwa positif yang dapat
membantu anak menjadi siap menjalin teman riil selama tahap pra remaja.
Pada masa ini orang tua dapat memberikan contoh perilaku baik atau
memberikan contoh melalui cerita tentang orang-orang yang berhasil.
Nilai kejujuran, pantang menyerah dan tanggung jawab dapat ditanamkan
pada fase tersebut. Sullivan menyebut masa kanak-kanak sebagai periode
akulturasi. Anak belajar jualan, membantu orangtuanya untuk mencari
uang, atau membeli sesuatu yang disuruh orang tuanya. Pada masa ini nilai
kemandirian ditanamkan pada diri anak sejak usia dini. Beri tahukan
kepada anak agar siap menghadapi kegagalan yang mungkin saja terjadi.
Selain itu, berikan pengertian bahwa kegagalan adalah hal yang biasa, jadi
bantulah anak agar bangkit kembali ketika mengalami kegagalan agar
tidak mudah putus asa. Anak merupakan pribadi yang membutuhkan
27

banyak pendampingan dan bimbingan dalam berwirausaha (Musfiroh T. ,


2005).
Namun, jangan lupa prioritaskan pendidikan untuk mereka.
Seorang anak tidak hanya memerlukan materi tetapi membutuhkan
perhatian kasih sayang, pola didik yang baik dan keterlibatan orang tua
setiap hari. Keberhasilan seorang ibu bilamana anak-anaknya berhasil
menjadi pekerja, pemimpin dan warga yang baik. Jika anak berbuat keliru
dalam proses kegiatan Market Day ia akan menyadari dan akan lebih cepat
memahami pelajaran yang mereka dapat daripada jika hanya
mendengarkan nasehat orang tua atau gurunya (susilowati, 2009).
Salah satu kesalahan kecil ketika masih anak-anak dan belajar dari
kesalahan itu adalah lebih baik dari pada membuat kesalahan besar sebagai
orang dewasa. Berikan batasan ketika memberi anak uang untuk keperluan
mereka. Ajari anak bahwa uang tidak sekedar mengalir keluar dari mesin
bank. Mereka dilatih membuat pilihan berdasarkan batasan financial.
Meskipun orang tua punya penghasilan besar dan banyak uang untuk
memenuhi kebutuhan anak, mereka beri kesempatan mengelola uang
dengan baik karena anak diberi sejumlah anggaran. Bantu anak
mengungkapkan individualitas dan kreativitasnya dalam sebuah kerangka
yang tersusun baik. Ajari pengelolaan uang saku, tabungan dan
pembelanjaan yang konsisten. Kerangka semacam ini akan membantu
anak belajar lebih cepat dan dengan keyakinan yang lebih besar (Nana,
2003).
Kecerdasan ini sudah dimiliki anak sejak ia lahir dan perlu
dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran. Oleh sebab itu,
hendaknya untuk membangun kecerdasan interpersonal perlu dibangun
sejak anak usia dini. Kecerdasan interpersonal dibutuhkan dan menjadi
unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebab setiap orang
harus hidup bersama kelompoknya dan membutuhkan orang lain.. Anak–
anak yang seperti itu kurang diajarkan orang tua bagaimana berhubungan
dengan orang lain atau diberi kesempatan untuk saling berbaur dengan
28

teman sebayanya. Kecerdasan interpersonal sangat diperlukan dalam


setiap kegiatan sehari-hari, baik di sekolah, maupun dirumah anak selalu
berhubungan dan membutuhkan bantuan orang lain dalam setiap kegiatan
yang dilakukan. Anak hidup dilingkungan sosial yang secara tidak
langsung harus dapat menjalin suatu hubungan baik dngan orang
lain.Begitupun disekolah,, anak harus mampu menjalin hubungan baik
dengan teman-temanya dan pendidik, karena dengan hal itu anak akan
mudah diterima dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya (Trianto, 2011).
Anak memiliki sifat kemampuan yang berbeda-beda, hal tersebut
dapat dipengaruhi tingkat kematangan dan suatu pengalaman yang
dimiliki. disebabkan oleh orang tua yang mengekang anaknya di rumah.
Kecerdasan interpersonal dapat menjadi bekal dalam kehidupan sosial
anak apabila dapat dikembangkan sejak usia dini. Pendidik dalam
menerapkan pendidikan anak usia dini harus mampu memahami
perbedaan kemampuan yang dimiliki anak didiknya. Sehingga dalam
pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan kesan yang mendalam
pada anak anak didiknya dan kemampuan yang dimiliki pada setiap anak
yang dapat berkembang secara optimal. Dan ajaklah anak Anda untuk
belajar berinteraksi dengan orang lain jika sang buah hati tergolong tipe
pemalu. Selain itu, anda bisa memancing mereka untuk mengungkapkan
hal-hal yang disukai. Jika seseorang memiliki kecerdasan dalam
memahami sesama biasanya ia suka mengamati sesama, mudah berteman,
suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutukan, menikmati
kegiatan-kegiatan kelompok serta percakapan yang hangat dan
mengasyikan, senang membantu sesamanya yang sedang bertengkar agar
segera berdamai peraya diri ketika bertemu orang baru, dan senang
bersukarela untuk menolong sesame. Anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal biasanya disukai teman-temanya karena karena ia mampu
berinterkasi dengan baik dan memiliki rasa empati yang besar kepada
teman-temannya (Gulo, 2002).
29

3. Dimensi Kecedasan Interpersonal


Menurut Andersonn, yang tercantum dalam sebuah kutipann oleh
terdapat tiga tingkat dimensi kecerdasan interpersonal, antara lain adalah:
a. Social Sensitivity
Social communication atau yang dikenal dengan sensitivitas
sosial, merupakan kemampuan seseorang dalam merasakan dan
mengamati berbagai macam reaksi pada individu yang kemudian
ditunjukan baik dalam bentuk verbal ataupun non verbal. Ada
beberapa indicator di dalam sensitivitas sosial yaitu ada 2 yang
pertama Sikap Empati, yang ke dua Prososial
b. Social Insigh
Dimensi ini merupakan kemampuan dalam memahami cara
mencari solusi dari suatu permasalahan yang efektif di dalam
Interaksi sosial. sehingga masalah – masalah yang ada tidak akan
menghambat hubungan sosial yang sudah terbentuk sebelumnya.
c. Social Communication
Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi yang baik, entah
itu dalam bentuk verbal ataupun non verbal. Kemampuan
berkomunikasi ini mencakup dalam ketrampilan berbicara, menulis,
public speaking, hingga dapat mendengarkan dengan baik (Cambell,
2005).
4. Strategi Kecerdasan Interpersonal
Tertarik pada pekerjaan dibidang wiraswasta seperti berdagang dan
menjadi pengrajin. Berusaha mencoba untuk mendapat penghasilan
sendiri. Tertarik dan menyukai pada pekerjaan yang penuh tantangan
pengukuran indikator pengukuran minat kegiatan Market Day dapat
didasarkan pada pengalaman dalam memproduksi barang, penjualan,
pembelian dan tertarik pada pekerjaan yang penuh tantangan,
kewirausahaan juga akutansi, serta berusaha mendapat penghasilan
sendiri, sebagai afeksi dari rasa menyukai dan ketertarikan (Ma‟mur,
2013).
32

Faktor-faktor yang mempengaruhi modul pembelajaran Market


day diantaranya adalah internal berasal dari dalam diri seorang
kewirausahaan seperti sifat-sifat personal, sikap, kemauan, dan Skill
individu, eksternal yang berasal dari luar lingkungan masayarakat maupun
dalam lingkungan keluarga. Jadi di dalam modul ini menjelaskan bahwa
bagaimana mengajarkan anak itu untuk meminta bantuan, memberi maaf,
berbagi dengan temanya apabila anak tersebut mempunyai makanan, atau
berupa barang apapun. Dan berisi tentang permainan-permainan yang
membuat anak itu tidak jenuh, dan tidak merasa sendirian. Agar setiap
anak itu memiliki rasa perduli terhadap teman-temanya. Serta memiliki
sifat sabar dalam mengantri, meminjam, meminta, dan memberi
pertolongan. Didalamnya juga terdapat gambar-gambar yang unik agar
anak itu berimajinasi dan memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti
kegiatan Market Day di sekolahnya. Berikut ada beberapa contoh strategi
pembelajaran Interpersonal untuk anak usia dini antara lain:
1) Strategi “Indahnya Berbagi”.
2) Strategi “Tim Investigasi”.
3) Strategi “Lingkaran Rasa”.
4) Strategi “Carila Temanku (Sujiono Y. N., 2010).
C. Penelitian Relavan
Penelitian Relavan merupakan uraian singkat mengenai penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan kajian penulis. Berikut ini beberapa
penelitian yang sebelumnya dapat diuraikan sebagai kajian relavan:
1. Skripsi yang ditulis oleh Asri Prasetyaningsih dengan judul
Membentuk Jiwa Kewirausahaan Anak Usia Dini Melalui “Market
Day” di STIT NU Al Hikmah Mojokerto. Berdasarkan hasil analisis,
maka dalam INPRES No. 1 dan 6 Tahun 2010 terdapat 17 nilai
kewirausahaan, yang juga dijadikan sebagai landasan dasar sekaligus
tujuan dalam mengenalkan dan menanamkan jiwa wirausaha pada anak
usia dini, yaitu mandiri, kreatif, berani, berorientasi tindakan,
kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif dan tanggung jawab
33

Disamping itu kegiatan Market Day bertujuan untuk menumbuhkan


jiwa entrepreneur, memahami dunia bisnis, melatih kreativitas dan
inovasi pada siswa. Market day juga dapat menumbuhkan rasa percaya
diri pada anak, meningkat kemampuan komunikasi anak dan melatih
kecerdasan bisnis anak. Orangtua dapat memanfaatkan kegiatan Market
Day untuk menunjukkan dukungannya atas proses pendidikan anak-
anaknya, sementara guru dan sekolah dapat memanfaatkan wahana
Market Day untuk memperkuat solidaritas komunitas sekolah. Jika
Market Day berlangsung dengan optimal, maka sekian banyak manfaat
untuk kepentingan pendidikan di sekolah, bisa sekaligus diraih.
2. Skripsi yang ditulis oleh Prihatin Sulistyowati14, Salwa15 (2015) yang
berjudul upaya mengembangkan karakter jiwa kewirausahaan pada
siswa sejak dini melalui program market day (kajian pada sdit mutiara
hati malang). Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti,
maka dapat disimpulkan bahwa, Pelaksanaan program Market Day
dapat terlaksana dengan rutin karena sudah dijadwalkan oleh pihak
sekolah setiap hari Rabu pada jam istirahat agar tidak mengganggu
kegitan pembelajaran. Kegiatan Hasil penelitian menunjukan bahwa
implementasi skripsi yang ditulis Syifauzakia dengan judul
„‟Penanaman Nilai-Nilai Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini Melalui
Media Proyek di RA Miftahul Falah Cileunyi – Bandung‟‟.
Berdasarkan hasil analisis, maka kesimpulan dari hasil penelitian di RA
Miftahul Falah merupakan pengejawantan dari salah satu program
Kementrian Pendidikan Nasional tentang pengembangan pendidikan
dengan cara mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan. Alasan
dilaksanakan penelitian ini dikarenakan sesuai hasil studi pendahuluan
bahwa nilai-nilai kewirausahaan di RA Miftahul Falah belum berjalan
secara optimal. Tujuan inti dari penelitian ini adalah untuk
menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada anak usia dini melalui
metode proyek.
34

3. Skripsi yang ditulis oleh Budi Azwar, M.Ec dengan judul Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Niat Kewirausahaan
(Entrepreneurial Intention) di Studi Terhadap Mahasiswa Universitas
Islam Negeri SUSKA Riau. Berdasarkan hasil analisis beberapa
kesimpulan yaitu Faktor-faktor sosio demografi dalam hal ini jenis
kelamin dan pekerjaan orangtua sebagai wirausahawan tidak terbukti
berpengaruh signifikan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa.
Faktor-faktor sikap (attitudes) yaitu Economic Opport and Challenge,
dan Perceived Confidence, terbukti berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Faktor-faktor
kontekstual yaitu, dukungan sosial (social support), terbukti
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap niat kewirausahaan
mahasiswa. Sementara factor Academic Support, dan Environmental
Support tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap niat
kewiraushaan mahasiswa.

4. Skripsi yang ditulis oleh Noorman Budiawan dengan judul Model


Pendidikan Market Day di SD Alam Ungaran (Studi tentang
Penanaman).
Nilai-Nilai Kewirausahaan pada Siswa Sekolah Dasar).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pendidikan market day di SD Alam Ungaran didasarkan pada visi dan
misi SAUNG yang termuat dalam kurikulum pengembangan diri.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan pada kegiatan market day
dilakukan secara konsep di kelas dan praktik berjualan di sekolah dan
di luar sekolah. Hasil penanaman nilai-nilai kewirausahaan untuk
menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada siswa melalui pembentukan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
Kesimpulan dari 4 penulis skripsi di atas bahwa terdapat
persamaan dan perbedaan dalam penelitianya, antara lain sebagai
berikut :
35

Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan
No Penelitian Persamaan Perbedaan
Relevan
1. Asri wilayah kajian Skripsi penelitian ini
Prasetyaningsih aspek Jiwa untuk menumbuhkan jiwa
(2010) Kewirausahaan entrepreneur, memahami
Anak Usia Dini dunia bisnis, melatih
Melalui Market kreativitas dan inovasi
Day pada siswa.
2. Prihatin wilayah kajian Skripsi tersebut meneliti
Sulistyowati, jiwa tentang pengejawantan
Salwa kewirausahan dari salah satu program
(2015) anak usia dini Kementrian Pendidikan
melalui market Nasional tentang
day. pengembangan pendidikan
dengan cara
mengembangkan nilai-
nilai kewirausahaan.
36

3. Budi Azwar Wilayah kajian Skripsi penelitian relevan


(2014) jiwa ini lebih terfokus pada
kewirausahan Faktor-faktor kontekstual
anak usia dini yaitu, dukungan sosial
melalui market (social support), terbukti
day. berpengaruh secara
signifikan dan positif
terhadap niat
kewirausahaan.
4. Noorman Wilayah kajian Skripsi penelitian relevan
Budiawan jiwa ini lebih mengkaji tentang
(2011) kewirausahan Penanaman nilai-nilai
anak usia dini kewirausahaan pada
melalui market kegiatan market day
day. dilakukan secara konsep
di kelas dan praktik
berjualan di sekolah dan
di luar sekolah.

D. Kerangka Berpikir
Penanaman kegiatan pembelajaran market day dalam
meningkatkan kecerdasan interpersonal terutama dalam menanamkan
jiwa kewirausahaan anak sejak usia dini merupakan upaya yang sangat
bagus untuk melatih kegiatan langsung dalam berwirausaha, agar kelak
bisa menjadi orang yang sukses. Dalam kegiatan market day juga
tertanam jiwa kemandirian pada anak, agar anak dapat bersosialisasi,
beradaptasi dengan teman-temanya. Penerapan kegiatan market day
pada anak usia dini sangatlah penting untuk meningkatkan kecerdasan
interpersonal anak itu sendiri agar tertanam dalam jiwa seorang anak
mengenai jiwa kewirausahaan melalui kegiatan market day yang akan
tertanam hingga kelak ia dewasa.
Kegiatan pembelajaran marke day yang dilakukan sejak usia
dini akan lebih memudahkan orang tua maupun guru, karena pada usia
ini anak akan lebih mudah diarahkan dan dibiasakan untuk belajar
mandiri ketika membutuhkan uang. Bisa kita pahami seperti pepatah
37

yang pernah kita dengar “Kau dapat mengajarkan sebuah pelajaran pada
seorang siswa selama satu hari, tapi jika kau mengajarinya belajar
dengan menciptakan keingintahuan, dia akan akan lanjutkan proses
belajarnya selama dia masi hidup”. Jadi guru ketika menerapkan
kegiatan market day untuk menanamkan jiwa kewirausahaan untuk
meningkatkan kecerdasan interpersonal ini akan lebih cepat dipelajari
segala hal yang nyata yang ada disekitarnya. Jadi, seorang guru maupun
orang tua harus memanfaatkan masa ini semaksimal mungkin melalui
kegiatan market day dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal
terutama perkembangan nilai-nilai kewirausahaan melalui kegiatan
market day.
Lembaga pendidikan seperti TK maupun RA melakukan upaya
kegiatan pembelajaran market day pada anak usia dini bertujuan agar
anak-anak memiliki jiwa kewirausahaan sejak dini. Menjadi anak yang
berguna bagi orang tuanya. Serta bisa Menjadi anak yang berprestasi
disekolahnya. Terkait dengan upaya-upaya tersebut, RA Wadi Fatimah
Cirebon merupakan salah satu RA yang menerapkan pembelajaran
market day yang mana di dalamnya mempunyai makna besar yakni
menanamkan jiwa kewirausahaan, menanamkan sifat kemandirian,
menanamkan sifat kejujuran, dapat bersosialisasi dengan teman-
temanya. Kegiatan pembelajaran market day dalam meningkatkan
kecerdasan interpersonal anak usia dini di RA Wadi Fatimah
merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh guru dan kepala
sekolah dalam upaya menanamkan nilai-nilai kewirausahaan kepada
para anak didiknya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan kegiatan pembelajaran market day di RA Wadi Fatimah
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan nilai tambahan. Selain itu,
penelitian juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
kecerdasan interpersonal anak usia dini yang meliputi kegitan bermain
peran, belajar mandiri, saling tolong menolong, di RA Wadi Fatimah
38

juga menanamkan jiwa kewirausahaan sejak usia dini melalui kegiatan market
day yang juga dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak.

Kegiatan Pembelajaran
Market Day

Kecerdasan
Interpersonal

Perencanaan Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran Market Day


dalam meningkatkan kecerdasan
interpersonal (melatih kewirausahaan,
bermain peran).

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai