NIM : 032122028
Mata Kuliah : Audit Komunikasi
BAB I
Pengertian dan Tujuan Audit Komunikasi
Pendahuluan
Istilah "audit komunikasi" diperkenalkan oleh George Odiorne melalui karyanya yang klasik,
"An Application of Communication Audit," yang diterbitkan dalam jurnal Personnel
Psychology 7 (1954: 235-243). Dalam karyanya tersebut, Odiorne ingin menunjukkan bahwa
proses-proses komunikasi dapat diperiksa, dievaluasi, dan diukur secara cermat dan sistematik,
serupa dengan pemeriksaan catatan keuangan. Kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai
implementasi dari sistem komunikasi atau program komunikasi khusus dapat diukur, sehingga
kualitas dan kinerja para eksekutif, pejabat, dan staf komunikasi dapat diketahui. Bila
diperlukan, perbaikan dapat dilakukan secara sistematik, sehingga efektivitas dan efisiensi
komunikasi dapat meningkat. Rintisan George Odiorne ini mendapat sambutan positif dari
kalangan ahli komunikasi, karena audit komunikasi dinilai mampu menetapkan standar
profesionalisasi dalam layanan konsultasi dan kajian komunikasi di dunia perusahaan dan
bisnis. Rekomendasi perbaikan yang didasarkan pada analisis dan interpretasi temuan riset
empiris menjadi andalan, membuat audit komunikasi menjadi alat yang dapat diandalkan.
Dalam kenyataannya, standar profesionalisme yang dimaksud baru terwujud sekitar dua
dekade kemudian, yakni dengan lahirnya Komite Audit Komunikasi yang dibentuk oleh
Asosiasi Internasional Ahli Komunikasi, International Communication Association (ICA),
untuk periode 1971-73. Komite resmi ICA ini berhasil membangun bank data audit komunikasi
mengenai berbagai organisasi usaha. Tujuannya adalah agar data ini dapat dijadikan acuan dan
bahan pembanding untuk kegiatan serupa di kalangan ahli komunikasi, baik dari perguruan
tinggi, lembaga konsultasi, maupun bisnis.
Setelah bekerja keras selama enam tahun, Komite ICA berhasil menerbitkan sebuah buku
standar mengenai teknik dan prosedur audit komunikasi, yang berjudul "Auditing
Organizational Communication: The ICA Communication Audit". Buku ini disunting oleh
Gerald M. Goldhaber dan Donald P. Rogers pada tahun 1979. Dengan penerbitan buku standar
ini, Komite ICA kemudian membubarkan diri, menyatakan bahwa materi dalam bank data audit
yang telah dibangun oleh komite tersebut secara resmi dapat digunakan untuk umum. Buku
"The ICA Communication Audit" ini kemudian diterima sebagai dokumen rujukan di kalangan
para ahli, baik di perguruan tinggi, lembaga konsultasi, maupun bisnis. Dengan demikian, audit
komunikasi tidak lagi menjadi suatu konsep "tanpa format standar yang diakui secara umum",
sebagaimana keluhan yang pernah disampaikan oleh Howard Greenbaum pada tahun 1976.
Namun, mengapa cetusan ide George Odiorne yang mendapat sambutan positif tidak segera
diikuti oleh laporan-laporan audit komunikasi yang menggunakan kriteria yang dapat
disepakati oleh para ahli? Jawabannya terletak pada variasi format laporan kajian komunikasi
selama hampir dua dekade setelah konsep audit komunikasi dicetuskan oleh Odiorne. Setiap
laporan "dijahit" sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi klien. Praktik semacam
ini menegaskan bahwa komunikasi, yang melibatkan dua dimensi yaitu informasi dan interaksi,
merupakan suatu proses sosial yang memiliki konsekuensi penting dalam organisasi.
Komunikasi tidak hanya diakui sebagai keterampilan antarpribadi (interpersonal skill),
melainkan juga sebagai "alat manajemen, sumber kekuasaan, dan penghambat terjadinya
berbagai peristiwa", sebagaimana dicatat oleh banyak ahli, termasuk Gerald Goldhaber dan
Donald Rogers pada tahun 1984.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila audit komunikasi tidak berkembang secepat
dengan meningkatnya kebutuhan organisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
komunikasi mereka. Variasi dalam pendekatan dan format laporan membuat sulit bagi para ahli
komunikasi untuk mencapai konsensus mengenai standar audit komunikasi yang dapat
diterima secara universal. Meskipun demikian, lahirnya buku standar "Auditing Organizational
Communication: The ICA Communication Audit" pada tahun 1979 menjadi tonggak penting
dalam pengembangan audit komunikasi, memberikan dasar yang kokoh bagi para praktisi dan
akademisi untuk merujuk dan memahami prinsip-prinsip audit komunikasi yang kini menjadi
landasan bagi penelitian dan praktik di bidang ini.
Audit dan Audit Komunikasi
Dalam bahasa Indonesia, istilah "audit" biasanya dikaitkan dengan pemeriksaan laporan
keuangan perusahaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebagai kamus resmi yang
diterbitkan oleh pemerintah, memberikan dua pengertian untuk kata "audit," yang semuanya
berhubungan dengan pemeriksaan laporan keuangan. Pengertian-pengertian ini sebagai
berikut:
Definisi yang serupa, yaitu audit tentang laporan keuangan, juga diberikan oleh American
Accounting Association (1973: 2) dalam definisi baku mereka, yang berbunyi sebagai berikut:
Audit adalah proses sistematik dalam perolehan dan penilaian secara objektif atas bukti-bukti
berkenaan dengan pernyataan tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi
untuk menentukan tingkat kecocokan antara pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang
sudah mapan, serta mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Dari definisi baku di atas, terdapat beberapa hal penting yang perlu dicatat. Pertama, audit
adalah proses yang sistematik, yang berarti auditor melakukan pemeriksaan dan pengujian data
dengan metode yang terencana, teratur, dan metodologis. Kedua, audit adalah upaya perolehan
dan penilaian bukti-bukti secara objektif, yang berarti audit merupakan suatu penelitian atau
pemeriksaan empiris yang independen. Ketiga, audit adalah penentuan tingkat kecocokan
antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang berarti audit merupakan suatu
bentuk penilaian profesional dengan kriteria yang sudah baku. Keempat, audit melibatkan
pengkomunikasian hasilnya kepada semua pihak yang berkepentingan, sehingga hasil evaluasi
menjadi transparan bagi pihak-pihak yang berhak mengetahuinya.
Dengan pengertian dan ciri-ciri seperti yang telah dijelaskan di atas, konsep audit telah
berkembang dari pemeriksaan laporan keuangan ke berbagai bidang lain, seperti audit
pemasaran, audit organisasi, audit manajemen, dan audit komunikasi. Sayangnya, istilah-istilah
ini belum begitu dikenal secara luas dan belum termasuk dalam KBBI yang diterbitkan oleh
pemerintah. Namun, bagaimana konsep audit diaplikasikan di luar pemeriksaan laporan
keuangan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu merujuk pada kamus bahasa Inggris, yang
merupakan asal muasal dari istilah-istilah yang telah disebutkan di atas. Kamus bahasa Inggris
umum, seperti Webster's New World Dictionary (WNWD), mencantumkan berbagai makna
untuk kata "audit," yang tidak terbatas pada bidang keuangan. Penjelasan lengkap dalam kamus
tersebut adalah sebagai berikut:
-Audit adalah pemeriksaan formal, seringkali berulang, dan pengecekan atas rekening atau
catatan keuangan untuk memverifikasi kebenarannya.
-Audit adalah penyelesaian atau penyesuaian rekening.
-Audit adalah rekening yang diperiksa dan disesuaikan.
-Audit adalah laporan akhir dari para auditor.
-Audit adalah pemeriksaan menyeluruh dan evaluasi atas suatu masalah.
Arti dalam penjelasan kamus WNWD di atas semuanya berhubungan dengan pemeriksaan
laporan keuangan. Namun, arti kelima, yaitu "pemeriksaan menyeluruh dan evaluasi atas suatu
masalah," menunjukkan bahwa makna dasar dari kata "audit" adalah "pemeriksaan dan
evaluasi yang cermat" atas "segala masalah" yang dianggap penting dalam suatu sistem kerja.
Oleh karena itu, audit juga dapat digunakan untuk masalah-masalah dalam sistem pemasaran,
organisasi, dan sistem komunikasi.
Sebagai contoh, kamus pemasaran "The Dictionary of Marketing," yang disusun oleh Rona
Ostrow dan Sweetman R. Smith (1988: 146), memberikan penjelasan tentang pengertian "audit
pemasaran" yang sejalan dengan makna tersebut di atas:
Audit pemasaran adalah evaluasi sistematik dan menyeluruh terhadap filosofi pemasaran,
tujuan, dan strategi suatu perusahaan dengan tujuan menerapkan tindakan korektif jika
dianggap diperlukan. Audit ini dapat mencakup program pemasaran yang sedang berlangsung
(audit kontrol) untuk menilai efektivitasnya, atau program-program yang sudah selesai (audit
ulasan) untuk mengevaluasi hasilnya.
Dengan demikian, audit dapat diterapkan dalam berbagai aspek bisnis, termasuk pemasaran,
organisasi, dan komunikasi. Konsep audit komunikasi adalah salah satu contoh penggunaan
audit di luar laporan keuangan, yang akan kita bahas lebih lanjut.
Suatu evaluasi yang sistematik dan komprehensif tentang filsafat, tujuan, dan strategi
pemasaran dengan tujuan untuk melakukan tindakan perbaikan bila diperlukan. Audit
pemasaran dapat dilakukan atas program-program yang sedang berlangsung (audit
pengendalian) sebagai upaya untuk menilai efektivitasnya, atau atas program-program yang
sudah selesai (audit peninjauan ulang) sebagai upaya untuk membuat evaluasi atas hasil-
hasilnya.
Istilah penting lain yang belum begitu populer di kalangan para ahli komunikasi dan
manajemen adalah "audit organisasi." Pengertian audit organisasi dapat dilihat dalam kutipan
berikut:
Audit organisasi... mendokumentasikan bagaimana sistem peran-tugas bekerja dan
membandingkannya dengan sistem peran-resmi dan kadang-kadang dengan sistem peran-
kewenangan. Selama proses audit organisasi, auditor mencari kesenjangan dan masalah dalam
wewenang-tugas, dan mulai mengembangkan Logika Organisasi. Selama proses ini, kita akan
kembali melalui Model ABCE dan mengevaluasi kembali lingkungan, tujuan, strategi, dan
premis desain organisasi. Audit organisasi memerlukan waktu yang cukup lama dan
menghasilkan laporan lengkap mengenai kondisi organisasi. Hasil audit organisasi menjadi
dasar bagi desain organisasi. (Model ini menunjukkan hubungan pengaruh sirkuler dari A yang
berarti Tujuan dan Strategi; ke B yang menunjuk pada Teknologi Organisasi; ke C yang
digunakan untuk Hasil-hasil yang pada gilirannya memengaruhi A; sedangkan E adalah
lingkungan yang memengaruhi organisasi, AH).
Akhirnya, istilah "communication audit," yang kami terjemahkan menjadi "audit komunikasi,"
diberikan arti yang sejalan dengan definisi audit pemasaran dan audit organisasi di atas. Dalam
artikel klasik berjudul "The Audit of Organizational Communication" oleh Howard
Greenbaum.
Audit komunikasi dalam konteks organisasi di Amerika Serikat merupakan suatu langkah
antisipatif yang dilakukan dalam berbagai situasi. Audit ini dilakukan untuk memahami dan
mengevaluasi berbagai aspek komunikasi dalam organisasi. Beberapa situasi yang memerlukan
audit komunikasi meliputi:
1. **Kehilangan Kredibilitas Program**: Ketika eksekutif organisasi menyadari bahwa
beberapa program kehilangan kredibilitas tetapi sulit menemukan akar permasalahannya secara
pasti.
8. **Menyikapi Absorpsi Ekonomi dan PHK**: Saat kondisi ekonomi dan bisnis merosot,
termasuk dalam kasus pemutusan hubungan kerja (PHK).
1. **Audit Komunikasi sebagai Alat Diagnosis**: Audit komunikasi dianggap sebagai alat
diagnosis yang mirip dengan pemeriksaan kesehatan rutin. Audit dilakukan secara periodik
untuk mencegah masalah komunikasi dan memelihara efektivitas organisasi.
Manfaat dari audit komunikasi adalah sangat signifikan. Audit ini membantu organisasi dalam:
- **Membuat Keputusan Berbasis Data**: Data dari audit komunikasi membantu organisasi
membuat keputusan berbasis data, terutama dalam situasi perubahan dan ketidakpastian.
Melalui audit komunikasi yang cermat dan terencana, organisasi dapat memperoleh wawasan
mendalam tentang sistem komunikasinya. Informasi yang diperoleh dari audit ini memberikan
kebebasan kepada eksekutif organisasi untuk membuat keputusan yang cerdas dan tepat sesuai
dengan kebutuhan organisasi serta membantu mengantisipasi tantangan masa depan.
BAB II
Pengertian dan Tujuan Audit Komunikasi
Pendahuluan
Alasan dan tujuan yang jelas dalam kegiatan audit komunikasi memiliki pengaruh besar
terhadap pemilihan pendekatan dan model yang dikembangkan untuk audit komunikasi. Oleh
karena itu, audit komunikasi menghasilkan laporan yang sangat bervariasi baik dalam format
maupun kualitasnya. Selain itu, dalam studi komunikasi keorganisasian, terdapat banyak riset
evaluatif khusus yang mengevaluasi berbagai faktor dominan yang mempengaruhi efektivitas
komunikasi organisasi. Riset evaluatif khusus tersebut dapat dimasukkan ke dalam lingkup
audit komunikasi karena "efektivitas komunikasi keorganisasian" pada dasarnya sama dengan
"sistem komunikasi dalam organisasi". Namun, penting untuk diingat bahwa terdapat
perbedaan mendasar antara keduanya terkait dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama
dari riset evaluatif khusus adalah untuk memperdalam pemahaman (understanding) dan
menjelaskan (application) tentang keadaan sistem komunikasi, sementara audit komunikasi,
sebagaimana disebutkan di bagian awal buku ini, bertujuan untuk memperbaiki kebijakan atau
bahkan mengubah sistem komunikasi itu sendiri agar dapat dilaksanakan secara lebih efektif.
Untuk memahami topik ini lebih lanjut, kita akan menjelajahi beberapa pendekatan utama dan
model-model dominan yang terdapat dalam literatur. Istilah "pendekatan" terutama berkaitan
dengan metode dan alat ukur yang digunakan dalam pelaksanaan audit, sedangkan "model"
berkaitan dengan pemahaman konseptual.
Alasan dan tujuan yang jelas dalam kegiatan audit komunikasi memiliki dampak signifikan pada
pemilihan pendekatan dan model yang digunakan dalam audit komunikasi. Dalam konteks ini, audit
komunikasi menghasilkan laporan-laporan yang sangat beragam baik dalam format maupun
kualitasnya. Dalam studi mengenai komunikasi keorganisasian, terdapat berbagai penelitian evaluatif
khusus yang mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam
suatu organisasi. Riset evaluatif tersebut secara konseptual dapat diintegrasikan ke dalam audit
komunikasi karena "efektivitas komunikasi organisasi" pada dasarnya berkaitan dengan "sistem
komunikasi dalam organisasi". Penting untuk dicatat bahwa terdapat perbedaan mendasar antara dua
pemahaman utama tentang audit komunikasi: sebagai alat diagnosis kesehatan dan sebagai penelitian
evaluatif.
Dalam konteks ini, istilah "pendekatan" merujuk pada metode dan alat ukur yang digunakan dalam
pelaksanaan audit, sementara istilah "model" berkaitan dengan pemahaman konseptual dalam
konteks komunikasi organisasi.
Dua Pemahaman Utama tentang Audit Komunikasi:
1. Alat Diagnosis Kesehatan: Dalam pendekatan ini, audit komunikasi bertujuan untuk menjaga
dan meningkatkan kesehatan komunikasi organisasi. Pemilihan pendekatan dan model dalam
audit ini bervariasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Penelitian Evaluatif: Dalam pemahaman ini, audit komunikasi digunakan sebagai alat riset
evaluatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendalam pemahaman dan menjelaskan sistem
komunikasi organisasi. Model-model yang digunakan mencakup Conceptual Structure Model,
Organizational Communication Evaluation (OCE), dan Organizational Communication Profile
(OCP).