Anda di halaman 1dari 13

Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENELITIAN ANALISIS AKTIVITAS FOSFORILASI


PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA KAMBING UNTUK MATAKULIAH TEKNIK ANALISIS
BIOLOGI MOLEKULER
Alif Yanuar Zukmadini1*, Umie Lestari2, Murni Sapta Sari2
1
Program Studi S-1 Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu
2
Program Studi S-2 Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
email :ayzukmadini@unib.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk 1) menghasilkan modul berbasis penelitian analisis aktivitas fosforilasi protein
membran spermatozoa kambing;2) untuk mengetahui aktivitas fosforilasi protein membran spermatozoa
kambing PE dan Boer. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan model
pengembangan Borg & Gall (1983) yang dibatasi sampai lima tahap yaitu, research and information collecting,
planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, dan main product revision. Analisis
aktivitas fosforilasi protein membran spermatozoa dilakukan dengan beberapa prosedur laboratorium yaitu,
isolasi protein, elektroforesis, elektroelusi protein 43 kDa, dan uji aktivitas fosforilasi. Metode penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif yang menggunakan instrumen berupa lembar validasi. Hasil validasi
menunjukkan bahwa persentase kevalidan modul dari ahli materi sebesar 95,40%, dari ahli bahan ajar
sebesar 99,49% dan dari uji coba kelompok kecil sebesar 86,35%. Keseluruhan persentase yang diperoleh
termasuk ke dalam kategori valid. Hasil penelitian mengenai aktivitas fosforilasi protein 43 kDa menunjukkan
bahwa jumlah ATP yang difosforilasi pada protein membran spermatozoa kambing PE sebesar 179 ppm,
sedangkan pada kambing Boer sebesar 159,5 ppm. Unit aktivitas fosforilasi protein 43 kDa pada kambing PE
sebesar 69,29 x 10-2 µmol/mL.menit, sedangkan pada kambing Boer sebesar 61,61 x 10-2µmol/mL.menit.

Keywords : Modul berbasis penelitian, aktivitas fosforilasi, teknik analisis biologi molekuler

Abstract

This research aimed 1) to produce research-based module analysis of phosphorylation activity in goat
spermatozoa membrane protein; 2) to know phosphorylation activity of goat spermatozoa membrane
protein in Peranakan etawa (PE) and Boer goat. This research was a development research that used
development model from Borg & Gall (1983) that limited to five stages namely, research and information
collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, and main product
revision. Analysis of phosphorylation activity in goat spermatozoa membrane protein was conducted by some
of laboratory procedures, they were isolation of protein, electrophoresis SDS-PAGE, electroelution, and
phosphorylation activity test. Method of this research was descriptive quantitatif that used validation
sheetinstrument. The results of validation showed the percentage of validity module from material expert
was 95.40%, from teaching material expert was 99.49%, and from small group trial was 86.35%. All
percentage obtained fall into the category of very valid. The result of research in phosphorylation activity of
protein 43 kDa showed the number of ATP was phosphorylated in PE spermatozoa membrane protein was
179 ppm, at the Boer was 159.5 ppm. Unit activity of protein phosphorylation 43 kDa at PE was 69.29 x 10-2
mol/mL.menit, while at the Boer was 61.61 x 10-2μmol/mL.menit.

Keywords: Module-based research, phosphorylation Activity, Molecular Biology Analysis Technique

DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 153


Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669

PENDAHULUAN dan wawancara dengan dosen pengampu


Perkembangan ilmu pengetahuan dan matakuliah TABM, diperoleh informasi bahwa
teknologi terutama di bidang biologi tidak bahan ajar yang digunakan hanya menyajikan
lepas dari peranan pendidikan di perguruan materi mengenai prosedur teknik analisis
tinggi. Pendidikan tinggi merupakan molekuler secara umum dan belum
kelanjutan pendidikan menengah yang mengakomodir kegiatan dan aktivitas
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta mahasiswa selama praktikum. Selain itu,
didik menjadi anggota masyarakat yang materi yang terdapat pada bahan ajar yang
memiliki kemampuan akademik dan digunakan selama ini tidak menampilkan
profesional yang dapat menerapkan, materi yang aplikatif, padahal teknik-teknik
mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu analisis yang dipelajari oleh mahasiswa pada
pengetahuan, teknologi, dan kesenian matakuliah TABM dapat dimanfaatkan di
(Kepmendiknas No. 232/U/2000). Universitas bidang bioteknologi peternakan. Pemanfaatan
Negeri Malang sebagailembaga penyelenggara prosedur teknik analisis protein yang dipelajari
pendidikan tinggi program studi Biologi oleh mahasiswa pada matakuliah TABM dapat
memiliki tujuan untuk mempersiapkan lulusan dimanfaatkan untuk mengetahui kualitas
biologi yang prospektif terhadap dunia sains sperma kambing secara molekuler untuk
(Katalog Biologi UM, 2013). Upaya yang inseminasi buatan.
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan Keberhasilan inseminasi buatan pada
tinggi tersebut adalah mahasiswa diwajibkan ternak kambing saat ini masih berada di bawah
untuk menempuh matakuliah Teknik Analisis angka 40% (Tambing & Sariubang, 2008).
Biologi Molekuler. Matakuliah ini merupakan Keberhasilan inseminasi buatan tersebut
matakuliah keahlian dan keterampilan (MKK) dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
yang memberikan bekal kepada mahasiswa satunya kualitas sperma (Pamungkas, 2009).
biologi untuk terampil dalam melakukan Indikator kualitas sperma yang digunakan
teknik-teknik molekuler protein,sehingga masih terbatas pada aspekmakroskopis dan
dapat digunakan untuk menciptakan dan mikroskopis, sangat terbatas sekali informasi
mengembangkan ilmu pengetahuan terutama mengenai kualitas sperma secara molekuler.
di bidang bioteknologi. Thieman & Palladino Analisis kualitas sperma secara molekuler
(2013) menyatakan teknik-teknik molekuler dapat diketahui dengan menerapkan teknik-
merupakan salah satu bagian dari cabang ilmu teknik analisis protein yang dipelajari pada
biologi sel dan molekuler yang yang sangat matakuliah TABM dengan cara melakukan
mendukung keberhasilan penerapan analisis aktivitas fosforilasi protein membran
bioteknologi pada berbagai bidang kehidupan. spermatozoa kambing. Analisis aktivitas
Adanya peranan matakuliah TABM untuk fosforilasi protein berperan penting dalam
membantu mempersiapkan lulusan perguruan menyediakan energi bagi sperma untuk proses
tinggidalam mengembangkan dan kapasitasi dan reaksi akrosom pada saat
menciptakan IPTEK, makasalah satukegiatan membuahi sel telur. Adanya peranan aktivitas
pembelajaran dilakukan melalui kegiatan fosforilasi dalam membuahi sel telur sangat
praktikum serta didukung oleh penggnaan mendukung keberhasilan fertilisasi (Nath &
bahan ajar. Majumder, 2007).
Bahan ajar merupakan salah satu Berkaitan dengan adanya peranan
segala bentuk bahan baik berupa informasi, teknik analisis protein yang dipelajari pada
alat, maupun teks yang disusun secara matakuliah TABM, namun belum terakomodir
sistematis, menampilkan kompetensi yang dengan adanya penggunaan bahan ajar yang
akan dikuasai oleh mahasiswa, dan digunakan dapat memandu mahasiswa untuk belajar
dalam proses pembelajaran (Prastowo, 2011). secara mandiri terutama pada saat kegiatan
Berdasarkan analisis kebutuhan bahan ajar praktikum, maka dikembangkan modul

DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 154


Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669

berbasis penelitian analisis aktivitas fosforilasi METODE


protein membran spermatozoa kambing. Penelitian ini merupakan penelitian
Depdiknas (2008) menyatakan bahwa modul pengembangan yang dilakukan untuk
merupakan bahan ajar cetak yang ditulis mengembangkan modul berbasis penelitian
dengan tujuan agar peserta didik dapat analisis aktivitas fosforilasi protein membran
belajar secara mandiri tanpa atau dengan spermatozoa kambing. Pengembangan modul
bimbingan pendidik. Pengembangan modul berbasis penelitian dilakukan menggunakan
berbasis penelitian juga pernah dilakukan model pengembangan Borg &Gall (1983) yang
oleh Purnama (2014) yang mengembangkan dibatasi sampai pada lima tahap
modul analisis proteomik untuk matakuliah pengembangan yaitu research and
TABM. Pengembangan bahan ajar berbasis information collecting, planning, develop
penelitian saat ini semakin banyak dilakukan preliminary form of product, preliminary field
karena bahan ajar berbasis penelitian mampu testing, dan main product revision.Pada tahap
menumbuhkan jalinan yang kuat antara riset Research and information colecting dilakukan
dan pengajaran di jenjang pendidikan tinggi analisis kebutuhan bahan ajarmelalui
(Brew, 2007). wawancara dengan dosen pengampu dan
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menyebarkan angket kepada mahasiswa
menghasilkan modul berbasis penelitian TABM. Pada tahap ini juga dilakukan review
analisis aktivitas fosforilasi protein membran literatur dan dilakukan penelitian
spermatozoa kambing yang telah tervalidasi laboratorium dalam rangka mengumpulkan
sehingga untuk digunakan pada matakuliah informasi mengenaiaktivitas fosforilasi
TABM di Jurusan Biologi Universitas Negeri protein membran spermatozoa kanbing.
Malang, (2) mengetahui aktivitas fosforilasi Prosedur laboratorium yang dilakukan terdiri
protein membran spermatozoa kambing PE dari isolasi protein, elektroforesis SDS-PAGE,
dan kambing Boer.Modul berbasis penelitian elektroelusi, dan uji aktivitas fosforilasi.
diharapkan dapat membantu mahasiswa Penelitian mengenai analsis aktivitas
dalam melakukan kegiatan pembelajaran fosforilasi dilakukan dengan terlebih dahulu
secara mandiri terutama pada saat kegiatan mengisolasi protein membran spermatozoa
praktikum, sehingga mahasiswa yang akan dari kambing PE dan Boer, kemudian isolat
menjadi lulusan program studi biologi mampu protein digunakan untuk diketahui berat
memanfatkan teknik analisis molekuler dalam molekulnya menggunakan metode
memecahkan permasalahan di masyarakat elektroforesis SDS-PAGE. Hasil dari
terutama dalam mengatasi keterbatasan elektroforesis SDS-PAGE adalah pita protein
informasi mengenai kualitas sperma secara dengan berat molekul tertentu. Berat molekul
molekuler. pita protein dihitung menggunakan rumus:
Jarak pergerakan pita protein dari tempat awal
Rf = Jarak pergerakan warna pelacak dari tempat awal

(Fatchiyah dkk, 2011)


Pita protein hasil elektroforesis panjang gelombang 260 nm. Nilai absorbansi
dengan berat molekul 43 kDa kemudian kemudian dikonversi menggunakan kurva
dielektroelusi. Isolat protein 43 kDa kemudian baku ATP. Konsentrasi ATP yang telah
dihitung absorbansinya menggunakan diketahui kemudian dihitung jumlah ATP yang
nanodrop spektrofotometer UV-Vis pada bereaksi menggunakan rumus:

ATP yang bereaksi= ATP awal-ATP sisa

DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 155


Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669

Setelah diketahui jumlah ATP yang


bereaksi kemudian dihitung nilai unit aktivitas
fosforilasinya menggunakan rumus:
[ ATPawal  ATPsisa ] V
Unit aktivitas = Mr ATP
x
p .q
x fp

(Aulanni’am, 2004)

Keterangan: V : volume total percobaan pada tiap tabung (mL)


P : volume enzim (mL)
Q : waktu reaksi (menit)
Fp : faktor pengenceran enzim=4 (perbandingan protein dan Tris)
Mr ATP: 551,2 μg/μmol
Tahap planning dilakukan untuk materi, ahli bahan ajar, uji coba kelompok
menetapkan indikator dan tujuan kecil, serta data mengenai aktivitas fosforilasi
pembelajaran yang akan dikembangkan di pada protein membran spermatozoa
dalam modul, serta menyusun lembar validasi kambing. Data kualitatif meliputi kritik dan
untuk ahli materi, ahli bahan ajar, dan uji coba saran dari validator dan uji coba kelompok
kelompok kecil. Tahap develop preliminary kecil. Instrumen yang digunakan yaitu lembar
form of product dilakukan untuk validasi, adapun teknik analisis data yang
mengembangkan modul sesuai dengan digunakan yaitu dengan menghitung
sistematika yang dibuat dan memuat persentase setiap aspek penilaian dari lembar
prosedur teknik analisis aktivitas fosforilasi validasi menggunakan rumus:
protein membran spermatozoa kambing. x
P x 100 % (Arikunto, 2012)
Tahap preliminary field testing dilakukan  xi
untuk mengetahui tingkat kelayakan modul Keterangan:
yang dikembangkan. Pada tahap ini dilakukan P = Persentase Kevalidan
validasi ahli materi, ahli bahan ajar, dan uji Σx = Jumlah seluruh skor jawaban
coba kelompok kecil yang melibatkan 10 responden per item
orang mahasiswa yang telah menempuh Σxi = Jumlah seluruh skor ideal per item
matakuliah TABM. Tahap main product 100% = Konstanta
revision dilakukan untuk merevisi produk Berdasarkan perhitungan persentase
berdasarkan saran dan masukkan dari ahli kevalidan yang diperoleh, selanjutnya
materi, ahli bahan ajar, dan mahasiswa. dilakukan pengambilan keputusan mengenai
Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah ahli kevalidan modul yang mengacu pada Tabel 1.
materi, ahli bahan ajar, dan mahasiswa. Tabel 1. Kriteria Kevalidan Data dan Pengambilan
Modul berbasis penelitian yang Keputusan Revisi Modul
Skala Nilai (%) Keterangan Keputusan
dikembangkan mengacu pada sistematika Uji
pengembangan modul menurut Depdiknas 86-100 Sangat valid Sangat
(2008) yang terdiri dari bagian pendahuluan, layak dan
tidak revisi
kegiatan pembelajaran, dan penutup. jika
Komponen yang terdapat di dalam setiap mencapai
kegiatan pembelajaran terdiri dari tujuan 100%
71-85 Valid Layak
kegiatan pembelajaran, materi, rangkuman, namun
lembar kegiatan mahasiswa, tes formatif, tetap
umpan balik (self assessment), kunci jawaban dilakukan
revisi kecil
tes formatif. Jenis data penelitian ini adalah 56-70 Cukup valid Cukup layak
data kuantitatif dan data kualitatif. Data dan perlu
kuantitatif meliputi skor validasi oleh ahli revisi besar

DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 156


Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669

41-55 Kurang valid Kurang 25-20 Sangat kurang valid Tidak layak
layak dan dan perlu
perlu revisi revisi besar
besar
(Sumber: Akbar, 2013)
HASIL DAN PEMBAHASAN terpisah berdasarkan berat molekulnya. Pada
Berdasarkan penelitian dan kambing PE, protein yang muncul terdapat
pengembangan yang dilakukan terhadap pada berat molekul 55, 43, 38, 32, 21, dan 14
modul berbasis penelitian analisis aktivitas kDa. Pada kambing Boer, protein yang muncul
fosforilasi protein membran spermatozoa terdapat pada berat molekul 43 dan 14 kDa.
kambing, maka diperoleh dua data hasil Protein yang telah terpisah berdasarkan berat
penelitian dan pengembangan yaitu data molekulnya dapat dilihat dari profil pita
mengenai analisis aktivitas fosforilasi protein protein yang terdapat pada gel hasil
membran spermatozoa kambing dan data elektroforesis. Penampakan profil pita protein
mengenai uji coba produk pengembangan, dari gel hasil elektroforesis kemudian
kedua data dijabarkan sebagai berikut dibuatkan zimogramnya yang bertujuan untuk
Data Hasil Analisis Aktivitas Fosforilasi mempermudah pola pembacaan pita protein.
Protein Profil pita protein membran spermatozoa
Hasil elektroforesis SDS-PAGE menunjukkan kambing PE dan Boer beserta zimogramnya
bahwa protein membran spermatozoa yang dapat dilihat pada Gambar 1.
terdapat pada kambing PE dan Boer telah

(a) (b)
Gambar 1 (a) Profil Pita Protein Membran Spermatozoa Kambing Hasil Elektroforesis SDS-PAGE dan (b)
Zimogram Pita Protein Membran Spermatozoa Kambing Hasil Elektroforesis SDS-PAGE
Keterangan: BM : Berat Molekul (kDa)
M : Marker Protein
PE : Pita Protein Kambing PE
Bo : Pita Protein Kambing Boer

Hasil elektroforesis SDS-PAGE dengan berat molekul yang sama pada kedua
memperlihatkan adanya kesamaan berat spesies kambing, namun hanya digunakan
molekul pada kedua jenis kambing, yaitu pada satu protein dengan berat molekul yang sama
protein dengan berat molekul 43 kDa dan 14 dan telah teridentifikasi memiliki aktivitas
kDa. Meskipun terdapat dua jenis protein fosforilasi. Nath & Majumder (1999) yang

DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 157


Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669

menyatakan bahwa salah satu protein yang fosforilasi dari kambing PE dan kambing Boer
memiliki aktivitas fosforilasi pada membran adalah protein dengan berat molekul 43 kDa.
spermatozoa kambing adalah protein 43 Data hasil uji aktivitas fosforilasi dapat dilihat
kDa.Berdasarkan literatur tersebut, maka pada Tabel 2.
protein yang digunakan untuk uji aktivitas

Tabel 2. Nilai Aktivitas Fosforilasi Protein Membran Spermatozoa Kambing PE dan Boer
Spesies ATP mula-mula ATP sisa ATP yang bereaksi Unit aktivitas
(ppm) (ppm) (ppm) (µmol/mL.menit)
PE 186 7 179 69,29 x 10-2
Boer 186 26,5 159,5 61,61 x 10-2

Data Hasil Uji Coba Produk Keseluruhan prosedur teknik


Produk yang diperoleh dari hasil tersebutdijadikan sebagai materi untuk
penelitian dan pengembangan berupa modul mengembangkan modul berbasis penelitian
yang memuat prinsip dan prosedur teknik analisis aktivitas fosforilasi protein membran
yang digunakan dalam analisis aktivitas spermatozoa kambing. Pengembangan
fosforilasi. Prosedur-prosedur teknik yang produk dilakukan berdasarkan sistematika
dilakukan meliputi isolasi protein dan pengembangan modul yang telah dirancang,
penentuan kadar protein, elektroforesis dan adapun sistematika produk dapat dilihat pada
perhitungan berat molekul elektroforesis, Tabel 3.
elektroelusi, dan uji aktivitas fosforilasi.
Tabel 3. Sistematika Desain Pengembangan Modul Berbasis Penelitian Analisis Aktivitas Fosforilasi
Protein Membran Spermatozoa Kambing
Bagian Modul Konten
Bagian Awal Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Singkatan
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Kompetensi Dasar, Indikator kompetensi, dan Tujuan Pembelajaran
Peta Materi
Pendahuluan
Pengantar Deskripsi Modul
Petunjuk penggunaan modul
Petunjuk keselamatan kerja laboratorium
Perkembangan dan Konsep Dasar Teknik Analisis Protein
Bagian inti Berisi materi yang dikembangkan berdasarkan penelitian laboratorium mengenai
analisis aktivitas fosforilasi protein membran spermatozoa kambing yang terdiri
dari:
Kegiatan laboratorium I Pengenalan alat, bahan kimia, dan larutan
Kegiatan laboratoriumII Isolasi dan penentuan kadar protein
Kegiatan laboratorium III Elektroforesis SDS PAGE
Kegiatan laboratoriumIV Perhitungan Berat Molekul Protein
Kegiatan laboratorium V Elektroelusi
Kegiatan laboratorium VI Uji Aktivitas Fosforilasi
Bagian Akhir Tes Sumatif
Kunci jawaban tes
Hasil Penelitian
Daftar Rujukan
Glosarium

DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 158


Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669
Materi pada setiap bab terdiri dari Total 195 196 99,49 Sangat
komponen-komponen yang dapat keseluruhan Valid
memandu mahasiswa untuk belajar secara
mandiri. Komponen dalam setiap kegiatan Hasil persentase penilaian modul
pembelajaran terdiri dari judul materi, dari uji coba kelompok kecil yang
tujuan pembelajaran, uraian materi, melibatkan mahasiswa yang telah
rangkuman materi, kegiatan/aktivitas menempuh matakuliah TABM dapat dilihat
mahasiswa, tes formatif, kunci jawaban pada Tabel 6.
tes, dan umpan balik (self assessment).
Produk yang telah dikembangkan
Tabel 6Hasil Persentase Penilaian Modul dari
kemudian divalidasi oleh ahli materi, ahli
Uji Coba Kelompok Kecil
bahan ajar, dan dilakukan uji coba Aspek Total skor Total Persentase Kategori
kelompok kecil untuk memperoleh data Penilaian yang Skor (%)
mengenai kelayakan modul. Hasil penilaian diperoleh ideal
oleh ahli materi, bahan ajar, dan mahasiwa Penyajian 105 120 87,5 Sangat
berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data valid
Materi 139 160 86,87 Sangat
kuantitatif berupa persentase kevalidan
valid
modul, sedangkan data kualitatif berupa Self 170 200 85 Sangat
kritik dan saran yang kemudian dijadikan instructional valid
sebagai bahan pertimbangan untuk Total 480 414 86,35 Sangat
merevisi modul. Hasil persentase penilaian keseluruhan Valid
modul oleh ahli materi dapat dilihat pada
Tabel 4. Berdasarkan persentase yang
Tabel 4 Hasil Persentase Penilaian Modul diperoleh dari hasil penilaian oleh ahli
oleh Ahli Materi materi, bahan ajar, dan uji coba kelompok
Aspek Total Total Persentase Kategori kecil diketahui bahwa modul berbasis
penilaian skor yang Skor (%)
penelitian analisis aktivitas fosforilasi
diperoleh ideal
Isi/materi 41 44 93,18 Sangat
protein membran spermatozoa kambing
valid termasuk ke dalam kategori valid dan tidak
Penyajian 91 96 94,79 Sangat diperlukan revisi besar. Meskipun tidak
valid dilakukan revisi secara keseluruhan,
Bahasa 55 56 98,21 Sangat namun modul tetap perlu diperbaiki
valid
Total 187 196 95,40 Sangat
berdasarkan kritik dan saran dari ahli
keseluruhan valid materi, ahli bahan ajar, dan mahasiswa.
Kritik dan saran yang diperoleh merupakan
Hasil persentase penilaian modul data kualitatif yang sekaligus dijadikan
oleh ahli bahan ajar dapat dilihat pada sebagai bahan pertimbangan untuk
Tabel 5. memperbaiki produk.
Menurut ahli materi hal yang perlu
Tabel 5Hasil Persentase Penilaian Modul oleh perbaiki, yaitu judul sebaiknya diganti
Ahli Bahan Ajar sesuai dengan isi modul, pemenggalan
Aspek Total Total Persentase Kategori bahan/materi perlu dilakukan untuk
penilaian skor yang Skor (%)
memberi arahan pembaca. Menurut ahli
diperoleh ideal
Ukuran fisik 8 8 100 Sangat bahan ajar hal yang perlu diperbaiki adalah
modul valid warna cover, penambahan penilaian sikap,
Desain kulit 72 72 100 Sangat penambahan keterangan mengenai
modul valid petunjuk risiko kerja laboratorium, dan
Desain isi 115 116 99,14 Sangat
peringatan tentang konsistensi langkah
modul valid
kerja. Berdasarkan hasil penilaian oleh uji
DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 159
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669
coba kelompok kecil sebaiknya warna maka semakin meningkat unit aktivitas
cover halaman dirubah dengan tampilan fosforilasi proteinnya. Adanya perbedaan
yang lebih menarik, ukuran header jumlah gugus fosfat yang bereaksi pada
diperkecil, serta kata kerja yang kedua jenis protein kambing, menunjukkan
mendeskripsikan prosedur laboratorium bahwa jumlah gugus fosfat yang
menggunakan kata kerja pasif. difosforilasi pada protein membran
Berdasarkan beberapa pertimbangan dari spermatozoa kambing PE lebih banyak
ahli materi, ahli bahan ajar, dan mahasiswa dibandingkan dengan kambing Boer.
maka telah dilakukan perbaikan modul Semakin banyaknya ATP yang difosforilasi,
berdasarkan kritik dan saran yang maka semakin banyak pula energi yang
disampaikan. dibebaskan. Pembebasan energi akibat
Penelitian pengembangan yang adanya aktivitas fosforilasi protein
diawali dari penelitian laboratorium dikarenakan adanya reaksi hidrolisis yang
mengenai aktivitas fosforilasi protein menguraikan ATP menjadi ADP dan Pi yang
membran spermatozoa kambing, terjadi pada protein fosforilasi (Campbell
memberikan hasil berupa data aktivitas et al., 2008).
fosforilasi yang terjadi pada protein Energi yang dihasilkan oleh proten
membran spermatozoa. Data hasil membran spermatozoa karena adanya
penelitian aktivitas fosforilasi protein aktivitas fosforilasiberperan penting dalam
membran spermatozoa kambing dapat menyediakan energi bagi motilitas sperma
dilihat dari banyaknya ATP yang bereaksi terutama pada saat melakukan kapasitasi
dan unit aktivitas fosforilasinya. Jumlah dan reaksi akrosom pada saat membuahi
ATP yang bereaksi pada protein 43 kDa sel telur (Naz &Rajesh, 2004). Jenis protein
membran spermatozoa kambing PE yang memiliki aktivitas fosforilasi pada
sebesar 179 ppm, sedangkan pada protein 43 kDa diduga merupakan protein
kambing Boer sebesar 159,5 ppm. Jumlah kinase. Nath et al (2012) menyatakan
ATP yang bereaksi menunjukkan bahwa aktivitas fosforilasi protein kinase
banyaknya jumlah gugus fosfat yang yang terdapat pada membran
difosforilasi atau dipindahkan ke suatu ke spermatozoa kambing berperan penting
protein substrat. Hal ini sesuai dengan dalam menyediakan energi motilitas
pernyataan Sherwood (2014) yang sperma.Urner & Sakkas (2003)
menyatakan bahwa aktivitas fosforilasi menyatakan bahwa kemampuan sperma
merupakan penambahan atau untuk melakukan motilitas progresif pada
pemindahan gugus fosfat ke suatu molekul saat membuahi sel telur ditandai dengan
protein substrat. adanya peningkatan aktivitas fosforilasi
Unit aktivitas fosforilasi protein oleh protein tirosin kinase yang terjadi di
membran spermatozoa kambing, bagian flagel atau ekor spermatozoa.
menunjukkan bahwa nilai unit aktivitas Adanya nilai aktivitas fosforilasi
fosforilasi protein 43 kDa pada protein yang lebih tinggi pada kambing PE
membran spermatozoa kambing PE dibandingkan dengan Boer, menunjukkan
sebesar 69,29 x 10-2 µmol/mL.menit, bahwa peluang keberhasilan inseminasi
sedangkan pada kambing Boer sebesar buatan pada kambing PE lebih besar
61,61 x 10-2 µmol/mL.menit. Nilai unit dibandingkan dengan kambing Boer,
aktivitas fosforilasi berkaitan dengan meskipun banyak faktor lain yang dapat
kemampuan protein dalam memfosforilasi mempengaruhi keberhasilan inseminasi
gugus fosfat ke suatu protein substrat buatan. Correa et al (1996) menyatakan
dalam setiap mL.menit. Jika dihubungkan bahwa keberhasilan program IB dapat
dengan jumlah gugus fosfat yang bereaksi, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
semakin banyak jumlah ATP yang bereaksi kualitas ternak betina, keterampilan
DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 160
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669
Inseminator dalam melakukan inseminasi, protein yang terdapat di dalam modul ini
ketepatan waktu IB, deteksi berahi, diharapkan dapat membantu mahasiswa
handling semen dan kualitas semenNilai mengatasi keterbatasan bahan ajar
aktivitas fosforilasi protein yang lebih berbasis penelitian. Adanya modul yang
tinggi pada kambing PE dapat dipengaruhi menjabarkan mengenai prosedur dan
oleh sifat genetik yang berhubungan teknik analsis yang aplikatif, diharapkan
dengan daya adaptasi kambing PE dapat digunakan oleh mahasiswa untuk
terhadap lingkungan. Suharno & Syukur belajar secara mandiri dalam
(2014) menyatakan bahwa kambing PE mengembangkan ilmu pengetahuan dan
merupakan kambing hasil persilangan teknologi di bidang penelitian lainnya.
antara kambing Etawa dan kambing lokal Depdiknas (2008) menyatakan bahwa
(Kacang) yang memiliki daya adaptasi yang modul merupakan bahan ajar yang
tinggi terhadap lingkungan Lokal digunakan oleh peserta didik untuk dapat
Indonesia. Adanya perbedaan nilai belajar secara mandiri dengan atau tanpa
aktivitas fosforilasi yang terdapat pada bimbingan instruktur pendidik.
kedua jenis kambing diharapkan dapat Pengembangan modul yang
memberikan informasi yang akurat dilakukan berbasis penelitian analisis
mengenai kualitas sperma secara aktivitas fosforilasi protein membran
molekuler sehingga dapat memperbesar spermatozoa kambing menunjukkan
peluang keberhasilan inseminasi buatan. bahwa modul bersifat kontekstual karena
Hasil penelitian mengenai analisis dapat digunakan oleh mahasiwa pada saat
aktivitas fosforilasi protein membran melakukan kegiatan praktikum mengenai
spermatozoa kambing selanjutnya analisis protein. Pernyataan tersebut
digunakan sebagai materi atau bahan sesuai dengan Depdiknas (2008) yang
untuk mengembangkan modul berbasis menyatakan bahwa salah satu karakteristik
penelitian. Pengembangan modul berbasis yang perlu diperhatikan dalam
penelitian analisis aktivitas fosforilasi pengembangan modul adalah modul harus
protein membran spermatozoa kambing, bersifat kontekstual dimana materi-materi
dilakukan untuk memperoleh bahan ajar yang disajikan berkaitan dengan suasana
yang layak digunakan oleh mahasiswa atau konteks tugas dan lingkungan
pada matakuliah TABM. Modul yang penggunannya.
dikembangkan berbasis penelitian telah Materi pembelajaran yang
diuji kelayakannya oleh validator ahli terdapat di dalam modul tersaji secara
materi, ahli bahan ajar, dan uji coba berurutan sesuai dengan sistematika
kelompok kecil. Hasil validasi dan uji coba pengembangan modul yang telah dibuat.
kelompok kecil menunjukkan bahwa Adanya penyajian materi yang sistematis
modul yang dikembangkan termasuk ke dan terstrukur antara bagian awal, isi, dan
dalam kategori sangat valid sehingga layak akhir dapat mengarahkan mahasiswa
digunakan pada matakuliah TABM. untuk belajar secara mandiri. Pernyataan
Modul berbasis penelitian memuat ini didukung oleh Amin, dkk (2006) bahwa
prosedur dan teknik analisis protein yang modul sebagai suatu unit bahan ajar
penerapannya dapat digunakan untuk dirancang secara khusus untuk dipelajari
mengetahui kualitas sperma secara secara mandiri yang disusun secara
molekuler. Materi mengenai isolasi sistematis, mengacu pada pembelajaran
protein, elektroforesis SDS-PAGE, yang jelas dan terukur, memuat tujuan
elektroelusi, dan uji aktivitas fosforilasi pembelajaran, bahan, kegiatan untuk
yang terdapat di dalam modul merupakan mencapai tujuan, dan evaluasi terhadap
materi yang dipelajari mahasiwa TABM. pencapaian tujuan pembelajaran.
Materi mengenai prosedur teknik analisis
DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 161
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669
Setiap kegiatan pembelajaran yang Pengembangan bahan ajar berupa modul
terdapat di dalam modul memuat berbasis penelitian analisis aktivitas
komponen seperti adanya tujuan fosforilasi protein membran spermatozoa
pembelajaran, uraian materi, rangkuman, yang dilakukan memiliki keunggulan
kegiatan mahasiswa, tes formatif, dan tersendiri karena dapat membantu
umpan balik. Materi yang disajikan di peranan perguruan tinggi dalam
dalam modul merupakan materi yang mengembangkan pendidikan dan ilmu
dikemas secara utuh, yang penggunaannya pengetahuan, sekaligus membuat benang
tidak bergantung kepada media penghubung antara riset dan
pembelajaran lain, serta sesuai dengan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan pernyataan Brew (2007) bahwa adanya
teknologi. Jika dilihat dari aspek penyajian bahan ajar berbasis penelitian mampu
materi dan bahasa yang digunakan, modul menumbuhkan jalinan yang kuat antara
mampu memaparkan informasi yang dapat riset dan pengajaran di jenjang pendidikan
membantu penggunanya untuk tinggi.
memahami materi pembelajaran yang Keunggulan dari modul berbasis
terdapat di dalam modul. Karakteristik penelitian ini adalah materi yang
penyajian materi yang terdapat pada dikembangkan berasal dari hasil kegiatan
modul ini, menunjukkan bahwa modul penelitian analisis aktivitas fosforilasi
berbasis penelitian analisis aktivitas protein membran spermatozoa kambing,
fosforilasi protein membran spermatozoa modul bersifat kontekstual, modul
kambing yang dikembangkan sesuai memuat penilaian tidak hanya pada aspek
dengan karakteristik pengembangan kognitif dan psikomotor, namun dilengkapi
modul menurut Depdiknas (2008), yang juga dengan penilaian aspek afektif dan
menyatakan bahwa karakteristik spiritual. Modul sebagai bahan ajar selain
pengembangan modul adalah self dapat digunakan pada matakuliah TABM,
instructional, self contained, stand alone, juga mampu memberikan informasi
adaptive, dan user friendly. mengenai dasar penentuan kualitas
Pengembangan modul berbasis sperma secara molekuler ditinjau dari
penelitian yang materinya dikembangkan aktivitas fosforilasi yang terdapat pada
sesuai dengan dengan indikator membran spermatozoa kambing. Selain
kompetensi matakuliah TABM, memiliki keunggulan, modul ini juga
menunjukkan bahwa modul ini memiliki memiliki kelemahan. Kelemahan dari
relevansi dengan kurikulum perguruan modul ini yaitu hanya memuat materi dan
tinggi. Adanya relevansi tersebut maka prosedur analisis protein 43 kDa, yang
modul berbasis penelitian analisis aktivitas belum diketahui secara pasti jenis
fosforilasi protein membran spermatozoa proteinnya karena masih diduga
kambing dapat digunakan pada matakuliah merupakan protein kinase. Sebaiknya
TABM sekaligus membantu mahasiswa dilakukan pengembangan produk dengan
mengetahui keterkaitan antara materi menganalisis pita protein yang berbeda
pembelajaran dengan hasil penelitian yang berat molekulnya dan dilakukan
dilakukan. Mulyasa (2006) menyatakan identifikasi jenis protein menggunakan
bahwa keunggulan modul dalam prosedur laboratorium lebih lanjut.
pembelajaran adalah modul memiliki Prosedur laboratorium lebih lanjut
relevansi dengan kurikulum yang dapat tersebut dapat ditambahkan sebagai
ditunjukkan dengan adanya tujuan dan materi di dalam modul berbasis penelitian.
cara pencapaiannya, sehingga peserta
didik dapat mengetahui keterkaitan antara
pembelajaran dan hasil yang diperoleh.
DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 162
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669
PENUTUP jumlah subjek uji coba yang lebih banyak.
Simpulan Penggunaan modul yang diterapkan pada
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 1) perkuliahan TABM hendaknya bertujuan
modul berbasis penelitian analisis aktivitas untuk memecahkan permasalahan yang
fosforilasi protein membran spermatozoa berkaitan dengan pencapaian kompetensi
yang dikembangkan merupakan modul dasar matakuliah TABM, 2) modul berbasis
yang valid dan layak digunakan pada penelitian yang telah diujicobakan dalam
matakuliah TABM. Hal ini dilihat dari hasil rangka mengatasi permasalahan
validasi oleh ahli materi, ahli bahan ajar, pembelajaran sebaiknya dilaporkan hasil
dan uji coba kelompok kecil yang masing- uji cobanya melalui sebuah kegiatan
masing memperoleh persentase kevalidan diseminasi dan disertai dengan
sebesar 95,40%, 99,49% dan 86,35%. 2) penyebaran produk yang telah direvisi
Nilai aktivitas fosforilasi protein membran berdasarkan hasil uji coba pada skala yang
spermatozoa kambing PE pada BM 43 kDa lebih luas.
lebih besar dibandingkan dengan nilai Modul berbasis penelitian analisis
aktivitas fosforilasi protein membran aktivitas fosforilasi protein membran
spermatozoa kambing Boer. Pada kambing spermatozoa kambing dapat
PE jumlah ATP yang difosforilasi sebesar dikembangkan lagi materinya berdasarkan
179 ppm, sedangkan pada kambing Boer analisis aktivitas fosforilasi pada protein
sebesar 159,5 ppm. Unit aktivitas dengan berat molekul yang berbeda. Selain
fosforilasi protein membran spermatozoa itu, produk pengembangan selanjutnya
pada berat molekul 43 kDa sebesar 69,29 x diharapkan dapat memuat prosedur
10-2 µmol/mL.menit, sedangkan pada laboratorium lebih lanjut berkaitan dengan
kambing Boer sebesar 61,61 x 10- identifikasi jenis protein yang memiliki
2µmol/mL.menit. aktivitas fosforilasi.

SARAN DAFTAR PUSTAKA


Saran pemanfaatan produk yaitu 1)
modul berbasis penelitian analisis aktivitas Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat
fosforilasi hendaknya dapat dimanfaatkan Pembelajaran. Bandung. Remaja
sebagai bahan ajar mandiri yang digunakan Rosdakarya.
pada matakuliah TABM, 2) modul dapat Amin, M., Widodo, W., Pratiwi, R.,
dijadikan sebagai penunjang bahan ajar Chandra, T., Sumartini. &
selain buku teks yang dapat memandu Sulastri, S. (2006). Panduan
mahasiswa untuk mengetahui petunjuk Pengembangan Bahan Ajar IPA.
praktis dalam melakukan kegiatan Jakarta: Direktorat Pembinaan
laboratorium, 3) modul berbasis penelitian Sekolah Menengah Pertama,
analsis aktivitas fosforilasi protein Direktorat Jenderal Pendidikan
membran spermatozoa diharapkan dapat Dasar dan Menengah,
dijadikan sebagai dasar dalam memberikan Departemen Pendidikan
informasi mengenai kualitas sperma secara Nasional.
molekuler.
Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi 2. Jakarta:
Saran
Rineka Cipta.
Modul yang dikembangkan dalam
penelitian ini tidak sampai pada tahap Aulanni’am. (2004). Prinsip dan Teknik
diseminasi, namun jika ingin dilakukan Analisis Biomolekul. Malang:
diseminasi maka produk perlu diterapkan Fakultas Pertanian. Universitas
pada kegiatan pembelajaran dengan Brawijaya Press.
DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 163
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669
Brew, A. (2007). Imperatives and men-232-2000.pdf), diakses 21
Challenges in Integrating Januari 2015.
Research and Teaching. Higher Mulyasa. (2006). Implementasi Kurikulum
Education Research and
2004. Bandung:Rosdakarya.
Development, (Online), 29 (2)
139-150. Nath, D., B moumik, A., Das, S.,
(http://www.tandf.co.uk/journa Bhattacharyya, D., Dungdung,
ls/pdf/freeaccess/HERDSA_201 S.D. & Majumder, G.C. (2012). A
1.pdf), diakses 12 Juni 2015. Novel Membrane Protein-
Specific Serine/Threonine
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational Kinase: Tissue Distribution and
Research. New York: Longman Role in Sperm Maturation.
Inc. Urology,
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, (Online),(http://www.hindawi.c
M.L., Minorsky, P.V., om/journals/isrn/2012/789105/
Wasserman, S.A., & Jackson, R.B. ), diakses 21 Januari 2015
(2008). Biology Eighth Edition. Nath, D., Maiti, A., & Majumder, G.C.
US: Pearson Education.
(2007). Cell Surface
Correa, J.R., Rodriquez, Petterson, Zavos. Phosphorylation by a Novel
(1996). Thawing and Processing Ecto-Protein Kinase: a Key
Spermatozoa at Various Regulator of Cellular Functions
Temperatures and Their Effects in Spermatozoa. Biochimica et
on Sperm Viability, Osmotic Biophysica Acta 1778 (2008)
Shock and Sperm Membrane 153–165. (Online),
Functional Integrity. (www.sciencedirect.com),
Theriogenology. Volume 46. diakses 20 Juni 2015.
Depdiknas. (2008). Panduan Nath, D., & Majumder, G.C. (1999).
Pengembangan Bahan Ajar. Maturation-dependent
Jakarta: Direktorat Jendral Modification of the Protein
Manajemen Pendidikan Dasar PhosphorylationProfile of
dan Menengah. Isolated Goat Sperm Plasma
Membrane. Journal of
Fatchiyah, Aruminingtyas, E. L., Widyarti, S.
Reproduction and Fertility.
& Rahayu, S. (2011). Biologi
115.29-37. (Online),
Molekular. Jakarta: Erlangga.
(http://www.reproduction-
Katalog Jurusan Biologi Universitas Negeri online.org/content/115/1/29.fu
Malang. (2013). Malang: ll.pdf), diakses 21 Januari 2015.
Universitas Negeri Malang.
Naz, R.K. & Rajesh, P.B. (2004). Role of
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Tyrosine Phosphorylation in
Republik Indonesia No. Sperm Capacitation/Acrosome
232/U/2000 Tahun 2000 Reaction. Reprod. Biol. Endo.
tentang Pedoman Penyusunan 2:1-12. (Online),
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
Penilaian Hasil Belajar mc/articles/PMC533862/),
Mahasiswa. (Online), diakses 21 Januari 2015.
(http://www.kopertis3.or.id/ht
Pamungkas, F.A. (2009). Potensi Dan
ml/wp-
Kualitas Semen Kambing Dalam
content/uploads/2011/04/kep
DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 164
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 3(2): 153-165 (November 2019) e-ISSN 2598-9669
Rangka Aplikasi Teknologi
Inseminasi Buatan,(Online),
(http://peternakan.litbang.pert
anian.go.id/fullteks/wartazoa/w
azo191-3.pdf?secure=1), diakses
22 Juni 2015.
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif
membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Purnama, D. (2014). Pengembangan
Modul Berbasis Teknik Analisis
Proteomik embran Spermatozoa
Sapi (Bos sp) pada Matakuliah
Teknik Analisis Biologi Molekuler
di Universitas Negeri Malang.
Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Pascasarjana UM.
Sherwood, L. (2014). FisiologiManusia.
Terjemahan Brahm, U.P. 2011.
Jakarta: EGC.
Suharno, B. & Syukur, A. (2014). Bisnis
pembibitan Kambing. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Tambing, S.N., & Sariubang, M. (2008).
Kajian Komponen Teknologi
Inseminasi Buatan(IB) Pada
Induk Kambing, (Online),
(http://peternakan.litbang.pert
anian.go.id/fullteks/semnas/pro
08-83.pdf?secure=1 ), diakses 7
Juni 2015.
Thieman, W.J. & Palladino, M.A. (2013).
Introduction to Biotechnology
Third edition. US: Pearson.
Urner, F. & Sakkas, D. (2003). Protein
Phosphorylation in Mammalian
Spermatozoa. Reproduction
(125): 17-26, (Online),
(http://www.reproduction-
online.org/content/125/1/17.fu
ll.pdf), diakses 19 Juni 2015

DOI: https://doi.org/10.33369/diklabio.3.2.153-165 165

Anda mungkin juga menyukai