Anda di halaman 1dari 19

Makalah Sejarah Indonesia

Kerajaan Tarumanegara

Disusun oleh
KELOMPOK 2

Nama Anggota:
1. Andrean Endrio Jovan T.
2. Yuni Rezky Amallyah
3. Muh. Fadhel Piero Putrana A.

SMA NEGERI 11 MAKASSAR


TAHUN PELAJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas ramatnya
telah selesai tugas sejarah Indonesia tentang “Kerajaan Tarumanegara”. Kami telah berusaha
semaksimal mungkin untuk menyajikan data yang diperoleh dari berbagai sumber. Tidak menutup
kemungkinan terdapat kesalahaan dalam makalah ini karena itu kami mohon kerendahan hati untuk
memakluminya.

Makassar, November 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
1. Latar Belakang....................................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 1
3. Tujuan ................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
1. Sejarah Berdirinya Kerjaan Tarumanegara .............................................................................. 2
2. Aspek Kehidupan Kerjaan Tarumanegara ............................................................................... 3
3. Silsilah Raja-Raja Kerjaan Tarumanegara............................................................................... 4
4. Masa Kejayaan Kerjaan Tarumanegara ................................................................................... 5
5. Masa Kemunduran Kerjaan Tarumanegara ............................................................................. 5
6. Peninggalan Kerjaan Tarumanegara ....................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 14
1. Kesimpulan.......................................................................................................................... 14
2. Saran ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-4, atau lebih tepatnya pada 358 M.Pendiri
Kerajaan Tarumanegara bukan berasal dari nusantara namun Maharesi Jayasingawarman yang
berasal dari India. Raja Jayasingawarman memberi nama kerajaannya Tarumanegara dari nama
pohon tarum yang banyak tumbuh di daerah tersebut. Jayasingawarman memerintah dari tahun
358 M sampai 328 M, dan setelahnya memutuskan untuk menjadi petapa.

Itulah sedikit latar belakang berdirinya Kerjaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara


termasuk kerajaan tertua di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
b) Apa Aspek Kehidupan Kerajaan Tarumanegara
c) Silsillah Raja-Raja Kerajaan Tarumanegara
d) Kapan Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara
e) Kapan Masa Kemunduran Kerajaan Tarumanegara
f) Apa saja Peninggalan Kerajaan Tarumanegara?

3. Tujuan
Makalah ini bertujuan membuat pembaca mengetahui hal hal tentang Kerajaan
Tarumaneegara dan untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Berdirinya Kerjaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-4, atau lebih tepatnya pada 358 M.Pendiri
Kerajaan Tarumanegara bukan berasal dari nusantara namun Maharesi Jayasingawarman yang
berasal dari India.Raja Jayasingawarman memberi nama kerajaannya Tarumanegara dari nama
pohon tarum yang banyak tumbuh di daerah tersebut. Jayasingawarman memerintah dari tahun
358 M sampai 328 M, dan setelahnya memutuskan untuk menjadi petapa.

Kepemimpinan Kerajaan Tarumanegara lalu dilanjutkan oleh Raja Dharmayawarman. Lalu


raja selanjutnya yaitu Purnawarman adalah raja ketiga Kerajaan Tarumanagara yang
memerintah antara 395 – 434. Ia membangun ibu kota kerajaan baru dalam tahun 397 yang
terletak lebih dekat ke pantai dan dinamainya Sundapura, (Kota Sunda). Kerajaan
Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu yang berdiri pada abad ke-4 hingga abad ke-7.
Linggawarman adalah raja terakhir dari Kerajaan Tarumanegara yang memerintah antara 666-
669. Tarumanegara berasal dari dua kata, yaitu Taruma, diambil dari nama sungai yang
membelah Jawa Barat. Serta Negara yang artinya kerajaan atau negara.Meskipun berdiri di
Nusantara, ternyata pendiri kerajaan tersebut bukan orang Indonesia asli. Dia adalah seorang
pendatang asal India bernama Rajadirajaguru Jayasingawarman. Janyasingawarman menguasai
Kerajaan Tarumanegara sejak 358 M dan lengser pada 382 M usai memutuskan untuk menjadi
pertapa. Kekuasaannya lantas diberikan kepada putranya, yakni Raja
Dharmayawarman.Tarumanegara dipimpin oleh 12 raja sejak kerajaan tersebut didirikan.
Sayangnya, informasi mengenai silsilah raja-raja Tarumanegara sangat minim. Dari 12 raja,
hanya dua di antaranya yang diketahui merupakan keturunan langsung dari raja sebelumnya.
Mereka adalah Raja Dharmayawarman, putra dari Raja Jayasingawarman, dan Raja
Candrawarman, putra dari Raja Indrawarman. Raja Purnawarman menjadi nama raja yang
paling terkenal dari Kerjaan Tarumanegara. Pendiri Kerajaan Tarumanegara bukan berasal dari
nusantara namun Maharesi Jayasingawarman yang berasal dari India. Raja Jayasingawarman
memberi nama kerajaannya Tarumanegara dari nama pohon tarum yang banyak tumbuh di
daerah tersebut.Pendiri Kerajaan Tarumanegara bukan berasal dari nusantara namun Maharesi
Jayasingawarman yang berasal dari India. Jayasingawarman memerintah dari tahun 358 M
sampai 328 M, dan setelahnya memutuskan untuk menjadi petapa. Kepemimpinan Kerajaan
Tarumanegara lalu dilanjutkan oleh raja dharmayarwan. Poerbatjaraka,seorang budayawan
Indonesia, memperkirakan pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara terletak di Bekasi
berdasarkan isi Prasasti Tugu. Menurut prasasti Kebon Kopi Kerajaan Tarumanegara
merupakan kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke 4 Masehi atau ke 5 Masehi

2
Jayasingawarman datang ke Indonesia karena terjadi kekacauan pada masa pemerintahan
Maharaja Samudragupta. Jayasingawarman memerintah dari tahun 358 M hingga 328 M dan
kemudian memilih untuk menjadi seorang petapa dan kepemimpinannya dilanjutkan oleh Raja
Dharmayawarman

2. Aspek Kehidupan Kerjaan Tarumanegara


Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang maju pada masanya dan memiliki kegiatan
perdagangan yang sangat aktif.berikut adalah penjelasan kehidupan sosial di kerajaan
Tarumanegara:
a. Adanya Kelas Sosial
Kehidupan sosial dalam kerajaan Tarumanegara ditandai dengan adanya tiga kelas sosial,
yaitu bangsawan, rakyat biasa, dan budak. Bangsawan merupakan golongan tertinggi dalam
kerajaan ini dan memiliki hak istimewa, seperti mendapatkan akses ke pendidikan dan
memegang jabatan di pemerintahan.Sementara itu, rakyat biasa dan budak tidak memiliki hak
istimewa dan harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

b. Kaum Brahmana
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan kuno yang memiliki corak Hindu. Oleh karena
itu kerajaan sangat memperhatikan kaum Brahmana yang dianggap penting dalam memimpin
upacara-upacara ritual di dalam kerajaan Taruma Negara.
c. Perdagangan yang Aktif
Kerajaan Tarumanegara juga dikenal dengan kegiatan perdagangannya yang sangat aktif.
Pada masa itu, kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, emas, dan
perak.Namun, ada beberapa sejarawan yang berpendapat bahwa kerajaan Tarumanegara juga
terlibat dalam perdagangan budak.
d. Kepercayaan
Selain itu, ada juga misteri tentang kepercayaan dan agama yang dianut oleh kerajaan
Tarumanegara. Sejarawan masih belum sepenuhnya mengetahui kepercayaan atau agama
yang dianut oleh kerajaan ini.Namun, diperkirakan bahwa kepercayaan yang dianut oleh
kerajaan Tarumanegara merupakan kombinasi dari agama Hindu dan Buddha.
e. Pendidikan dan Peradaban
Meski dapat dikatakan sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara. Dengan
ditemukannnya berbagai prasasti seperti prasasti Ciaruteun, prasasti Kebon Kopi, prasasti
Muara Cianten dan lainnya, membuktikan pendidikan dan peradaban kerajaan Tarumanegara
sudah berkembang dengan baik.
Kerajaan Tarumanegara akhirnya runtuh pada abad ke-7 Masehi akibat serangan dari Kerajaan
Sriwijaya. Setelah itu, kerajaan ini pecah menjadi dua bagian yakni menjadi Kerajaan Sunda
dan Kerajaan Galuh. Masyarakat Tarumanegara memiliki kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi yang teratur dan maju, karena mereka sudah memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka.Salah satu sumber informasi tentang kehidupan ekonomi
masyarakat Tarumanegara adalah catatan Fa Hien, seorang biksu dari China yang
mengunjungi kerajaan ini pada abad ke-5 Masehi. Dari catatannya, kita dapat mengetahui
bahwa masyarakat Tarumanegara mengandalkan sektor pertanian, peternakan, perburuan, dan
perdagangan sebagai sumber penghasilan mereka. Mereka menjual produk-produk seperti

3
cula badak, kulit penyu, dan perak kepada pedagang-pedagang asing. Untuk mendukung
sektor pertanian dan perdagangan, Raja Purnawarman mengadopsi teknologi pengairan yang
canggih. Ia menginstruksikan rakyatnya untuk menggali sebuah kanal besar yang disebut
Sungai Gomati, yang menghubungkan sungai Citarum dengan Teluk Jakarta. Hal ini dicatat
dalam Prasasti Tugu, salah satu dari tujuh prasasti yang dibuat oleh Purnawarman sebagai
bukti kebesaran kerajaannya. Sungai Gomati memiliki manfaat sangat besar bagi masyarakat
Tarumanegara, karena dapat menyediakan air untuk sawah-sawah mereka, mencegah banjir
dan kekeringan, serta memfasilitasi transportasi barang-barang dari daerah pedalaman ke
daerah pesisir. Kemajuan bidang pertanian juga dapat dilihat dari penemuan beberapa alat
batu yang digunakan oleh masyarakat Tarumanegara untuk bercocok tanam dan berladang.
Dengan demikian, kehidupan sehari-hari dan perekonomian masyarakat Tarumanegara dapat
berlangsung dengan lancar dan sejahtera. Kehidupan sosial-budaya masyarakat Tarumanegara
juga terlihat makmur dan harmonis. Raja Purnawarman adalah seorang pemimpin yang
bijaksana dan adil, yang berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Di Kerajaan
Tarumanegara, terdapat berbagai golongan masyarakat, seperti Brahmana (pendeta), Ksatria
(pejuang), petani, pedagang, pelaut, pemburu, peternak, dan nelayan. Raja Purnawarman
sangat menghormati kaum Brahmana, yang dianggap penting dalam melaksanakan upacara-
upacara penghormatan kepada para dewa. Kehidupan sosial budaya Kerajaan Tarumanegara
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki peradaban yang tinggi dan beragam sejak
zaman dahulu. Kerajaan Tarumanegara menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi kita
semua, karena menunjukkan kemampuan dan kreativitas bangsa Indonesia dalam menghadapi
tantangan dan peluang pada masa lampau.

3. Silsilah Raja-Raja Kerjaan Tarumanegara


Dari 12 raja, hanya dua di antaranya yang diketahui merupakan keturunan langsung dari
raja sebelumnya. Mereka adalah Raja Dharmayawarman, putra dari Raja Jayasingawarman, dan
Raja Candrawarman, putra dari Raja Indrawarman. Raja Purnawarman menjadi nama raja yang
paling terkenal dari Kerjaan Tarumanegara. 12 raja tersebut yaitu:

Daftar Raja-Raja Tarumanegara


1.Jayasingawarman (358-382 M)
2.Dharmayawarman (382-395 M)
3.Purnawarman (395-434 M)
4.Wisnuwarman (434-455 M)
5.Indrawarman (455-515 M)
6.Candrawarman (515-535 M)
7.Suryawarman (535-561 M)
8.Kertawarman (561-628 M)
9.Sudhawarman (628-639 M)
10.Hariwangsawarman (639-640 M)
11.Nagajayawarman (640-666 M)
12.Linggawarman (666-669 M)

4
4. Masa Kejayaan Kerjaan Tarumanegara
Puncak kejayaan Kerajaan Tarumanegara pada masa pemerintahan Raja Purnawarman,
berkuasa antara 395-434 Masehi dan merupakan raja ketiga. Raja Purnawarman adalah
penganut agama Hindu, aliran Vaisnawa. Dia terkenal sebagai sosok raja yang berwibawa dan
cerdas.Pada masa kepemimpinannya, kondisi ekonomi Kerajaan Tarumanegara terbilang maju
dengan pesat. Letaknya yang strategis dan kepiawaian Raja Purnawarman dalam memimpin,
membuat kerajaan tersebut semakin unggul dalam sektor perdagangan. Tak hanya itu, Raja
Purnawarman juga berhasil melakukan penanganan banjir dengan membuat Sungai Gomati
sepanjang 12 kilometer, selain itu sungai juga untuk menghadapi kekringan di musim
kemarau.yang ada diwilayah kekuasaannya, sebagaimana yang telah disinggung pada
pembahasan di awal. Dia menyelesaikan masalah tersebut dengan menggali Kali Candrabaga,
cikal bakal Sungai Citarum untuk mengalirkan air berlebih itu ke laut. Kali sepanjang 11
kilometer ini dikerjakan dalam kurun waktu 21 hari. Sebagai perayaan digalinya irigasi tersebut,
Raja Purnawarman mempersembahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana. Kisah ini
terkuak dari temuan peninggalan Kerajaan Tarumanegara, yaitu Prasasti Tugu.Raja
Purnawarman berhasil melakukan penanganan banjir dengan membuat Sungai Gomati
sepanjang 12 kilometer, selain itu sungai juga untuk menghadapi kekringan di musim kemarau.
Pada masa pemerintahan Purnawarman yang dikenal sebagai seorang pemimpin cerdas dan
berwibawa, Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya.Pada 397 M, ia
membangun ibu kota kerajaan di sekitar pantai yang dianggap sebagai cikal bakal Sunda.
Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Tarumanegara menguasai 48 wilayah yang
termasuk Jawa Barat, Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon.Bahkan, Kerajaan Tarumanegara
juga menjalin hubungan diplomatik dengan cina.Puncak kejayaan Kerajaan Tarumanegara
terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, yang berhasil menjadikan kerajaan ini sebagai
salah satu kekuatan maritim di Asia Tenggara. Ia juga membangun hubungan dagang dan
diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara, seperti Kutai, Sriwijaya, Kalingga, dan
Bali.Dalam bidang keagamaan, kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan Hindu Buddha
yang paling maju di Indonesia

5. Masa Kemunduran Kerjaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara berhasil mencapai masa emasnya di bawah pemerintahan Raja
Purnawarman yang berkuasa antara 395 hingga 434 M.Di bawah pemerintahannya, rakyat
dipimpin secara bijaksana dan Tarumanegara berhasil menguasai 48 kerajaan daerah. Namun,
kejayaan ini hanya sementara karena Kerajaan Tarumanegara runtuh pada abad ke-7 M.
Kerajaan Tarumanegara runtuh ketika dipimpin oleh raja ke-13, yaitu Raja Tarusbawa, setelah
menggantikan Raja Linggawarman yang wafat pada 669 M. Pergantian kekuasaan ini pun
menjadi pemicu berakhirnya Kerajaan Tarumanegara karena Tarusbawa lebih menginginkan
untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda, yang sebelumnya berada di bawah kuasa
Tarumanegara. Pengalihan kekuasaan ke Kerajaan Sunda ini ternyata tidak disepakati oleh
Kerajaan Galuh, yang akhirnya kerajaan tersebut memutuskan untuk memisahkan diri. Dengan
begitu, wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara pun dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda
dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai pembatasnya. Tidak hanya itu, sebab lain
runtuhnya Kerajaan Tarumanegara adalah karena adanya gempuran dari beberapa kerajaan
yang ada di masa lampau.Terlebih, Kerajaan Majapahit, yang pada masa itu berperan sebagai
kerajaan penting dan besar di Nusantara. Setelah Tarusbawa tidak lagi memimpin, kedudukan
raja Kerajaan Tarumanegara diambil alih oleh Sudawarman. Namun, ketika dipimpin oleh Raja
Sudawarman, Kerajaan Tarumanegara sudah mulai mengalami kemunduran yang cukup
signifikan. Pada akhirnya, Kerajaan Tarumanegara pun runtuh pada abad ke-7. Setelah tiga

5
tahun berkuasa, Linggawarman meninggal dan kekuasaannya diserahkan kepada menantunya,
Tarusbawa.
Namun, Tarusbawa tidak melanjutkan kekuasaan Kerajaan Tarumanegara karena ia merasa
bahwa kerajaan tersebut sudah kehilangan pengaruhnya dan dianggap usang.Ia memutuskan
untuk kembali ke Kerajaan Sunda, yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara, dan berencana untuk mendirikan kekuatan baru di sana.Tarusbawa juga
berusaha mengalihkan pusat kekuasaan Kerajaan Tarumanegara ke Kerajaan Sunda, yang
menyebabkan perpecahan ketika Kerajaan Galuh menarik diri dari kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara.Setelah kematian Linggawarman, sisa-sisa wilayah Kerajaan Tarumanegara
terpecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, yang dipisahkan
oleh Sungai Citarum.Keruntuhan ini didukung oleh serangan dari Kerajaan Majapahit yang
mencoba menaklukkan Kerajaan Tarumanegara.Keruntuhan kerajaan ini diperkirakan terjadi di
pertengahan abad ke-7 masehi, selama tiga abad kerajaan ini berdiri hingga mengalami masa
kejayaan namun hingga pada akhirnya hancur tak tersisa. Setidaknya terdapat dua faktor utama
yang membuat kerajaan Tarumanegara mengalami keruntuhan, berikut di antaranya:
• Serangan Kerajaan Sriwijaya
Serangan ini diperkirakan terjadi di tahun 650, terlihat dari isi prasasti Kota Kapur yang
menyebut Dapunta Hyang Sri Jayanasa melancarkan serangan terhadap Bhumi Jawa. Hal itu
dikarenakan kerajaan tersebut tak mau tunduk dengan Sriwijaya, serangan ini terjadi dan
diperkirakan bersamaan dengan keruntuhan Tarumanegara dan Ho-Ling di akhir abad ke-7.
• Tarumanegara pecah
Pecahnya Tarumanegara menjadi Sunda dan Galuh, diambil dari naskah Wangsakerta
meski kebenarannya sempat diragukan. Disebutkan bahwa Linggawarman yang berkuasa di
tahun 666 disebut banyak memberi amanat kepada raja-raja kecil di daerah untuk mewakilinya,
kekuasaan dari kerajaan-kerajaan itu meningkat signifikan. Galuh berada di dekat wilayah
Cirebon dan memilih berpisah dari Tarumanegara, sementara penerus Linggawarman justru
memilih mengubah kerajaannya menjadi Sunda. Berakhirnya kerajaan Tarumanegara ditandai
dengan kemunculan dua kerajaan ini, Galuh dan Sunda. Yang kemudian menjadi kerajaan
terbesar di Jawa Barat pada masanya

6. Peninggalan Kerjaan Tarumanegara


Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara adalah prasasti yang ditulis dalam huruf
Pallawa dengan bahasa Sansekerta.Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang paling
banyak ditemukan adalah prasasti-prasasti yang tersebar di berbagai tempat di Jawa
Barat dan Banten.Prasasti-prasasti ini berisi tentang sejarah, pemerintahan, agama,
budaya, dan geografi kerajaan ini. Beberapa prasasti yang terkenal adalah:
a.Prasati Ciaruteun

6
Prasasti Ciaruteun adalah prasasti yang ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun, tepatnya
berada di dekat Sungai Cisadane yang berlokasi di Kabupaten Bogor. Di dalam
prasasti tersebut terdapat bekas sepasang telapak kaki yang melambangkan
kekuasaan raja atas daerah tersebut.Prasasti Ciaruteun merupakan batu peringatan
yang berasal dari masa Kerajaan Tarumanegara sekitar abad V Masehi yang ditandai
dengan bentuk tapak kaki Raja Purnawarman.Prasasti Ciaruteun merupakan benda
peninggalan bersejarah dari Kerajaan Tarumanegara. Prasasti tersebut memiliki
fungsi sebagai informasi terkait berdirinya Kerajaan Tarumanegara yang dipimpin
oleh Raja Purnawarman beserta dewa yang dipujanya yaitu Dewa Wisnu. Prasasti ini
ditemukan di pinggir Sungai Ciaruteun,Di dalam prasasti tersebut terdapat bekas
sepasang telapak kaki yang melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut.
Gambar tersebut merupakan gambar telapak kaki Raja Purnawarman yang dianggap
setingkat dengan kedudukan Dewa Wisnu, yaitu sosok penguasa sekaligus pelindung
bagi rakyatnya.Dalam prasasti tersebut berisi tulisan yang menggunakan huruf
Pallawa dengan bahasa Sanserta dan terdiri dari empat baris. Prasasti Ciaruteun yang
juga dikenal sebagai Prasasti Ciampea ini juga terdapat nama Kerajaan
Tarumanegara, Raja Purnawarman, serta lukisan sepasang kaki yang diyakini
sebagai telapak kaki Dewa Wisnu.Prasasti Ciaruteun merupakan salah satu benda
bersejarak yang merupakan salah satu bukti penyakralan telapak kaki Dewa
Wisnu.Dalam Prasasti Ciaruteun disebutkan bahwa Raja Purnawarman yang telapak
kakinya ada di prasasti dianggap seperti kaki Dewa Wisnu. Hal ini dapat dikaitkan
dengan aspek religi. Tak hanya itu, hal tersebut juga dapat dihubungkan dengan
aspek politik yang mengidentikkan raja sebagai titisan atau wakil di dunia dari sosok
dewa yang dipuja.
b. Prasasti Tugu

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara berikutnya adalah Prasasti Tugu. Prasasti ini


diberi nama sesuai dengan tempat penemuannya, yakni berada di Kampung
Batutumbuh, Desa Tugu, Koja, Jakarta Utara. Prasasti ini diperkirakan dibuat pada
masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara saat diperintah Raja Purnawarman.Prasasti
Tugu adalah salah satu prasasti yang berasal dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti
tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru
dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 11-12 kilometer oleh Purnawarman pada
tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan
gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada
masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim
kemarau.Prasasti Tugu dipahatkan pada batu berbentuk bulat telur berukuran ±

7
1m.Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya, Prasasti Tugu
merupakan prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan Sri Maharaja Purnawarman.
Prasasti ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Purnnawarmman pada tahun ke-
22 sehubungan dengan peristiwa peresmian (selesai dibangunnya) saluran sungai
Gomati dan Candrabhaga.Prasasti Tugu memiliki keunikan yakni terdapat pahatan
hiasan tongkat yang pada ujungnya dilengkapi semacam trisula. Gambar tongkat
tersebut dipahatkan tegak memanjang ke bawah seakan berfungsi sebagai batas
pemisah antara awal dan akhir kalimat-kalimat pada prasastinya.
c. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon Kopi merupakan salah satu prasasti yang menjadi peninggalan
Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini ditemukan di Kampung Muara, Desa
Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Terdapat dua jenis prasasti yang ditemukan,
yakni Prasasti Kebon Kopi I atau Prasasti Tapak Gajah dan juga Prasasti Kebon
Kopi II.Prasasti Kebon Kopi I disebut juga Prasasti Tapak Gajah karena di
permukaannya terdapat pahatan tapak kaki gajah.Selain itu, isi prasasti ini
menceritakan tentang gajah tunggangan dari Raja Purnawarman.Menurut catatan
sejarah, Prasasti Kebon Kopi I ditemukan pada abad ke-19, ketika sedang
dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi.Awal mula
ditemukannya prasasti ini adalah ketika seorang tuan tanah pemilik perkebunan
kopi bernama Jonathan Rigg melaporkan penemuan prasasti di tanahnya pada
1863.Prasasti Kebon Kopi I menampilkan pahatan tapak kaki gajah yang dipercaya
merupakan tunggangan Raja Purnawarman.Tulisan pada prasasti ini terpahat pada
sebongkah batu andesit dan diapit oleh sepasang gambar telapak kaki gajah.Tidak
jauh dari lokasi ditemukannya Prasasti Kebon Kopi I, ditemukan prasasti
peninggalan Kerajaan Tarumanegara juga yang kemudian dinamakan Prasasti
Kebon Kopi II.Sayangnya, Prasasti Kebon Kopi II atau Prasasti Pasir Muara atau
Prasasti Rakryan Juru Pengambat, kini telah hilang karena dicuri pada sekitar
1940-an. Sebelum hilang, seorang profesor berkebangsaan Belanda, FDK Bosch,
pernah mempelajari prasasti ini. FDK Bosch menyebutkan bahwa terdapat tulisan
dalam aksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno yang berbunyi, "Batu peringatan
ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka (932 Masehi),
bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda." Bosch
melihat penggunaan bahasa Melayu sebagai tanda pengaruh Kerajaan Sriwijaya di
kawasan Jawa Barat

8
d. Prasati Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi adalah salah satu dari tujuh prasasti peninggalan kerajaan tertua
di barat Pulau Jawa. Prasasti ini telah ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya
peringkat nasional.Berbeda dengan keenam prasasti lainnya yang hampir seluruhnya
berada di dekat aliran sungai, lokasi prasasti ini justru berada di perbukitan. Tepatnya
di sebelah selatan bukit Pasir Awi (± 559 mdpl) di kawasan hutan di perbukitan
Cipamingkis Kabupaten Bogor.keberadaannya sudah diketahui sejak 1864.
Ditemukan kali pertama oleh seorang arkeolog asal Belanda, bernama N.W.
Hoepermans. S. Pada prasasti ini terdapat pahatan sepasang tapak kaki yang
menghadap ke arah utara dan timur. Pahatan serupa juga ditemukan di Prasasti
Ciaruteun dan Prasasti Pasir Jambu yang terletak di Kecamatan Cibungbulan dan
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Pahatan tapak kaki tersebut dianggap
sebagai tapak kaki milik Sri Purnawarman raja dari Kerajaan Taruma atau
Tarumanegara.Selain pahatan kaki di prasasti Pasir Awi, tidak ditemukan adanya
aksara yang dapat dibaca. Seperti yang ada di Prasasti Ciaruteun dan Pasir Jambu.
Akan tetapi terdapat piktograf yang menggambarkan sebatang dahan dengan
ranting-ranting dedaunan dan buah-buahan.Sejarah Prasasti Pasir Awi tidak banyak
ditemukan. Namun, prasasti ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1864.Pahatan
tapak kaki tersebut dianggap sebagai tapak kaki milik Sri Purnawarman raja dari
Kerajaan Taruma atau Tarumanegara.
e. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau Prasasti Pasir Kolengkak adalah prasasti yang berasal dari
Kerajaan Tarumanagara yang ditemukan di daerah perkebunan jambu kira-kira 30
km sebelah barat Bogor.Prasasti Jambu juga disebut sebagai Prasasti Pasir
Koleangkak. Prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta.Isi
Prasasti Jambu terdiri dari dua baris tulisan dalam aksara Pallawa dan bahasa
Sanskerta, yang dipahatkan pada sebuah batu cukup besar berbentuk menyerupai
segitiga. Berdasarkan bentuk huruf Pallawa yang digunakan, diduga prasasti ini

9
dibuat pada abad ke-5.Selain tulisan, pada Prasasti Jambu terpahat sepasang telapak
kaki yang diduga milik Raja Purnawarman, yakni pembawa kejayaan Kerajaan
Tarumanegara yang memerintah antara tahun 395-434.Secara keseluruhan, isi
Prasasti Jambu memuji kebesaran Raja Purnawarman yang tercatat sejarah pernah
membawa Kerajaan Tarumanegara menuju kejayaan.Berdasarkan bentuk huruf
Pallawa yang digunakan, diduga prasasti ini dibuat pada abad ke-5. Selain tulisan,
pada Prasasti Jambu terpahat sepasang telapak kaki yang diduga milik Raja
Purnawarman, yakni pembawa kejayaan Kerajaan Tarumanegara yang memerintah
antara tahun 395-434.
f. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten atau Prasasti Pasir Muara adalah salah satu prasasti
peninggalan Kerajaan Tarumanagara.Prasasti ini pertamakali ditemukan oleh N.W.
Hoepermans pada tahun 1864.Tempat ditemukannya prasasti ini merupakan bukit
(bahasa Sunda: pasir) yang diapit oleh tiga sungai: Ci Sadane, Ci Anten dan Ci
Aruteun. Sampai abad ke-19, tempat ini masih dilaporkan sebagai Pasir Muara, yang
termasuk dalam tanah swasta Tjampéa (= Ciampea, namun sekarang termasuk
wilayah Kecamatan Cibungbulang).Prasasti ini memiliki kemiripan dengan Prasasti
Awi, yakni terdapat gambar telapak kaki dan pahatan tulisan ikal. Meski demikian,
isi tulisan dalam prasasti tersebut belum dapat disimpulkan oleh para ahli.Meski
demikian, isi tulisan dalam prasasti tersebut belum dapat disimpulkan oleh para
ahli.Prasasti Muara Cianten merupakan prasasti yang berbentuk batu lonjong atau
oval, ukurannya yaitu 2,7x1,4x1,4 m. Jenis batu dalam prasasti ini adalah batu
andesit, artinya batuan beku yang terbuat dari fine grained (mineral halus),
kandungan silica yang terdapat didalamnya lebih rendah dari batuan felistie-rhylolite
dan lebih tinggi dari batuan basal. Batu andesit ini biasanya terbentuk akibat dari
letusan gunung berapi kemudian terbentuk di atas permukaan bumi.Isi Prasasti
Muara Cianten ternyata sampai sekarang belum bisa dibaca atau diartikan oleh para
ahli sejarah. Hal ini karena tulisan dalam batu andesit tersebut berbentuk ikal atau
lebih tepatnya berupa huruf sangkha. Batu tersebut disebut prasasti karena terdapat
pahatan dan goresan yang menyerupai huruf yang sudah disebutkan diatas. Akan
tetapi sangat disayangkan belum ada yang bisa membaca prasasti yang ditemukan
ditepi sungai tersebut.
g. Prasasti Cidanghiyang

10
Prasasti Cidanghiang adalah prasasti yang ditemukan di Banten, Jawa Barat.Menurut
sejarah, Prasasti Cidanghiang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan
Tarumanegara.Prasasti Cidanghiang terletak di tepi aliran Sungai Ci Danghiang di
Desa Lebak, Banten, Jawa Barat.Prasasti Cidanghiang pertama kali dilaporkan
keberadaannya oleh Toebagus Roesjan kepada Dinas Purbakala pada 1947.Akan
tetapi, prasasti ini diteliti tujuh tahun setelahnya, yakni pada 1954.Prasasti
Cidanghiang ditulis dengan huruf Pallawa yang disusun menggunakan bahasa
Sansekerta.Prasasti Cidanghiang ini ditulis menggunakan teknik pahat dengan
kedalaman goresan sekitar 0,5 centimeter sehingga antara permukaan batu dengan
tulisan memiliki kehalusan permukaan yang hampir sama.Sebab, Prasasti
Cidanghiang dipahat pada permukaan batu andesit dengan ukuran 3,2 x 2,25
meter.Namun, keberadaannya mulai terancam karena letaknya yang berada di tepi
aliran sungai.Apabila arus Sungai Ci Dahyang sedang tinggi, prasasti ini akan
terendam di dalam air. Arus air yang mengenai Prasasti Cidanghiang pun lambat laun
dapat mengikis batu tersebut. Oleh sebab itu, pada saat ini, Prasasti Cidanghiang
dilindungi oleh bangunan berbentuk cungkup terbuka tanpa adanya dinding.
Candi merupakan bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang
berasal dari agama Hindu-Budha. Candi oleh masyarakat dikenal sebagai salah satu
warisan nenek moyang yang masih terlihat nyata dan berdiri kokoh berdampingan
dengan bangunan-bangunan modern. Candi dianggap monumen bersejarah saksi bisu
peristiwa masa lampau. Fungsi candi Hindu adalah sebagai devasthanam (tempat suci)
dan thasthalam (surga di bumi), sehingga candi merupakan tempat suci yang
menghubungkan antara manusia dengan dewa. Di samping untuk memuja dewa, candi
Hindu juga dijadikan tempat pemujaan raja maupun tokoh besar dalam agama Hindu.
Istilah candi diduga berasal dari kata candika, yaitu salah satu perwujudan dewi durga
(dewi kematian), sehingga candi selalu dianggap sebagai tempat pemujaan raja-raja
yang sudah meninggal.
a. Candi Batujaya
Candi Batujaya diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan raja Purnawarman,
yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-4 Masehi.
Candi Batujaya terdiri dari beberapa bangunan candi yang didedikasikan untuk
agama Hindu dan Buddha, dan dikelilingi oleh tembok batu yang membentuk
kawasan suci.Candi ini juga dianggap sebagai salah satu situs arkeologi penting di
Indonesia karena memiliki nilai sejarah dan arkeologi yang tinggi.Selain itu, Candi
Batujaya juga memberikan informasi mengenai sistem pengairan yang digunakan
pada masa Kerajaan Tarumanagara, yaitu dengan memanfaatkan aliran Sungai
Citarum untuk mengairi lahan pertanian di sekitarnya.Walaupun belum didapatkan
data mengenai kapan dan oleh siapa candi-candi di Batujaya dibangun, namun para

11
pakar arkeologi menduga bahwa candi-candi tersebut merupakan yang tertua di
Jawa, yang dibangun pada masa Kerajaan Tarumanegara (Abad ke-5 sampai ke-6
M).Candi ini berfungsi sebagai candi pemujaan ini juga menjadi bukti pemahaman
proses diterimanya agama Hindu–Budha oleh masyarakat Sunda Kuno di Jawa
Barat.candi ditemukan pertama kali pada tahun 1984.Candi Situs Batujaya secara
administratif terletak di dua wilayah desa, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya
dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. 1.
Candi Batujaya
Candi Batujaya diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan raja Purnawarman,
yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-4 Masehi.
Candi Batujaya terdiri dari beberapa bangunan candi yang didedikasikan untuk
agama Hindu dan Buddha, dan dikelilingi oleh tembok batu yang membentuk
kawasan suci.Candi ini juga dianggap sebagai salah satu situs arkeologi penting di
Indonesia karena memiliki nilai sejarah dan arkeologi yang tinggi.Selain itu, Candi
Batujaya juga memberikan informasi mengenai sistem pengairan yang digunakan
pada masa Kerajaan Tarumanagara, yaitu dengan memanfaatkan aliran Sungai
Citarum untuk mengairi lahan pertanian di sekitarnya.Walaupun belum didapatkan
data mengenai kapan dan oleh siapa candi-candi di Batujaya dibangun, namun para
pakar arkeologi menduga bahwa candi-candi tersebut merupakan yang tertua di
Jawa, yang dibangun pada masa Kerajaan Tarumanegara (Abad ke-5 sampai ke-6
M).Candi ini berfungsi sebagai candi pemujaan ini juga menjadi bukti pemahaman
proses diterimanya agama Hindu–Budha oleh masyarakat Sunda Kuno di Jawa
Barat.candi ditemukan pertama kali pada tahun 1984.Candi Situs Batujaya secara
administratif terletak di dua wilayah desa, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya
dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
b. Candi Cibuaya
Situs Cibuaya atau Candi Cibuaya terletak di Dusun Pejaten, Desa Cibuaya,
Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Di situs ini terdapat enam
sektor sisa-sisa percandian dari batu bata merah, serta tinggalan berupa batu pipisan,
lumpang batu, dan dua arca Wisnu.Keberadaan Situs Cibuaya diketahui sejak awal
abad ke-20 dan sejak itu serangkaian kegiatan ekskavasi telah dilakukan. Kegiatan
penelitian belum dapat memastikan situs ini memiliki asosiasi dengan suatu agama
atau kerajaan tertentu. Akan tetapi, para peneliti meyakini bahwa situs ini merupakan
tempat yang disucikan sejak akhir masa praaksara atau sebelum periode Hindu-
Buddha.Situs Cibuaya pertama kali disebut dalam Daftar Inventaris Temuan
Purbakala di Jawa Barat pada 1914 oleh NJ Krom. Namun, penelitian dan ekskavasi
baru dilakukan pada 1950-an dan berlanjut hingga 1990-an.Situs Cibuaya berada di
tengah-tengah kawasan pertanian sawah irigasi yang diolah sepanjang tahun.
c. Candi Serut
Candi serut adalah candi bercorak Buddha yang terletak di kompleks Percandian
Batujaya, Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Karawang, Jawa Barat. Candi ini
merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara.Berdasarkan hasil pemugaran yang
coba dilakukan ditemukan bahwa candi ini pada masa Tarumanegara memang belum
selesai dibangun. Saat kondisi candi belum seluruhnya beres, candi tersebut

12
tertimbun tanah hingga saat ditemukan. Hal ini terlihat dari sisi dinding luar
bangunan candi yang masih belum sepenuhnya terbentuk.Candi Serut memiliki
struktur bangunan yang terlihat miring. Bagian depan terlihat lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bagian belakang sehingga membuat candi ini terlihat seperti
mendongak ke atas. Penyebabnya diduga karena struktur tanah yang kurang
mumpuni karena mudah terendam air.Candi ini berada di dalam kompleks Candi
Batujaya yang diperkirakan menjadi salah satu peninggalan masa Kerajaan
Tarumanegara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog
menyatakan bahwa kompleks candi ini merupakan salah satu situs candi tertua di
Pulau Jawa. Perkiraannya kompleks candi ini dibangun pada abad ke 5 sampai abad
ke 6 Masehi.Kompleks candi ini ditemukan terkubur dalam sebuah kompleks
perumahan dan persawahan. Struktur pelataran kompleks candinya yang sangat
rendah membuat candi ini mudah tergenang oleh air. Sampai tahun 1997 sudah
terdapat 24 situs candi yang ditemukan dalam kompleks ini, yang mana salah
satunya adalah Candi Serut.

13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari yang telah kami sampaikan, dapat disimpulkan pengaruh India di Indonesia tidak
hanya pada perkembangan ajaran Hindu Buddha tetapi ada juga aspek lain seperti ekonomi,
politik, dsb. Hal ini terbukti karena adanya peninggalan prasasti prasasti yang terdapat di daerah
Jawa Barat dan Banten

2. Saran
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara di masa lalu kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur
tersebut dapat diwujudkan dalam sikap hati yang tulus serta di dorong dengan rasa tanggung
jawab untuk melestarikan kebudayaan nenek moyang kita. Oleh karena itu marilah bersama
kita menjaga budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita

14
DAFTAR PUSTAKA

ADMINISTRATOR. (2020, januari 5). Sejarah Rekayasa Air dalam Prasasti Tugu. Retrieved from
INDONESIA.GO.ID: https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1588/sejarah-rekayasa-air-
dalam-prasasti-
tugu?lang=1#:~:text=Prasasti%20Tugu%20adalah%20catatan%20tentang,Sungai%20Chandra
baga%20dan%20Sungai%20Gomati

Kamilah, A. N. (2023, Mei 11). Mengenal Candi Batujaya, Candi Tertua Peninggalan Kerajaan
Tarumanagara. Retrieved from eduhistoria.com:
https://www.eduhistoria.com/histori/amp/8808751457/mengenal-candi-batujaya-candi-
tertua-peninggalan-kerajaan-tarumanagara

Kompas.com. (2022, januari 3). Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara,, Raja-raja, Masa
kejayaan, dan Peninggalan. Retrieved from KOMPAS.com:
https://amp.kompas.com/regional/read/2022/01/03/204255578/sejarah-berdirinya-
kerajaan-tarumanegara-raja-raja-masa-kejayaan-dan

LAMPUNG, U. I. (2023, Agustus 10). Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Tarumanegara: Kerajaan
Hindu Tertua di Nusantara. Retrieved from UNIVERSITAS ISLAM AN NUR LAMPUNG:
https://an-nur.ac.id/blog/sejarah-dan-peninggalan-kerajaan-tarumanegara-kerajaan-hindu-
tertua-di-
nusantara.html#:~:text=Puncak%20kejayaan%20Kerajaan%20Tarumanegara%20terjadi,Sriwij
aya%2C%20Kalingga%2C%20dan%20Bali
Ningsih, W. L. (2023, Juni 1). Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara dan Rajanya. Retrieved from
KOMPAS.com: https://amp.kompas.com/regional/read/2023/06/01/194300878/masa-
kejayaan-kerajaan-tarumanegara-dan-rajanya

Rahmatika, N. (2022, Februari 16). Sejarah Kerajaan Tarumanegara: Silsilah Raja, Kehidupan, dan
Peninggalannya. Retrieved from medcom.id: https://www.medcom.id/pendidikan/news-
pendidikan/ybDXld0b-sejarah-kerajaan-tarumanegara-silsilah-raja-kehidupan-dan-
peninggalannya

Rahmia, N. H. (2023, Maret 31). Sejarah Kerajaan Tarumanegara: dari Berdiri hingga Masa
Keruntuhan. Retrieved from sonora.id: https://www.sonora.id/read/423746409/sejarah-
kerajaan-tarumanegara-dari-berdiri-hingga-masa-keruntuhan?page=3
Sosial, S. d. (2023, April 27). Menjelajahi Kehidupan Sosial Kerajaan Tarumanegara yang Penuh
Misteri. Retrieved from kumparan.com: https://kumparan.com/sejarah-dan-
sosial/menjelajahi-kehidupan-sosial-kerajaan-tarumanegara-yang-penuh-misteri-
20I5ZBH8fqR

Verelladevanka Adryamarthanino, d. T. (2023, Mei 5). Penyebab Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara.


Retrieved from KOMPAS.com:
https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/05/110000179/penyebab-runtuhnya-
kerajaan-tarumanegara

15
Wikipedia. (2023, November 7). Tarumanagara. Retrieved from Wikipedia:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara

16

Anda mungkin juga menyukai