Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL

TOKOH TUMENGGUNG SURAJAYA


Disusun Untuk Memenuhi : Tugas PKKMB 2023

i
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN

2023

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................................................2

ii
A. Siapa Tumenggung Surajaya?.........................................................................................2

B. Bagaimana Sejarah Kabupaten Lamongan.....................................................................4

C. Sosial Budaya Kabupaten Lamongan.............................................................................7

D. Letak Geografis Kabupaten Lamongan..........................................................................8

E. Perkembangan Musik di Lamongan................................................................................9

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................10

A. Kesimpulan...................................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumenggung Surajaya adalah Bupati Lamongan Periode 1569-1607.
Pada tahun 1569 Lamongan berganti status menjadi Katuranggan.
Tumenggung Surajaya diangkat sebagai Adipati Lamongan pertama pada
masa itu. Dan tanggal 26 Mei 1569 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota
Lamongan. Tumenggung Surajaya disebut juga Mbah Lamong, dari
sinilah nama Kota Lamongan berasal. Asal usul Kota Lamongan sendiri
tidak bisa lepas dari kisah seorang pemuda bernama Hadi. Dia adalah
santri kesayangan Sunan Giri, yang berasal dari Desa Cancing, Ngimbang,
Lamongan. Karena kecakapan ilmu agama yang dimiliki, Hadi dipercaya
untuk menyebarkan ajaran Islam ke barat Kasunanan Giri.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa Yang Dimaksud dengan Tumenggung Surajaya?
2. Bagimana Sejarah Kabupaten Lamongan?
3. Bagaimana Sosial Budaya Kabupaten Lamongan?
4. Bagaimana Letak Geografis Kabupaten Lamongan?
5. Bagaimana Perkembangan Musik di Lamongan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami Tokoh Tumenggung Surajaya
2. Mengetahui dan memahami Sejarah Kabupaten Lamongan
3. Mengetahui dan memahami Sosial Budaya Kabupaten Lamongan
4. Mengetahui dan memahami Letak Geografis Kabupaten Lamongan
5. Mengetahui dan memahami Perkembangan Musik di Lamongan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Siapa Tumenggung Surajaya?


Tumenggung Surajaya merupakan gelar yang diberikan Sunan Giri
IV alias Sunan Prapen kepada Rangga Hadi yang dikenal masyarakat
sekitar sebagai Mbah Lamong. Pemberian gelar tersebut menjadi babak
baru perubahan status wilayah karanggaan menjadi kadipaten yang
sekarang dikenal dengan Lamongan. Perubahan keranggaan menjadi
kadipaten, memberikan kedaulatan untuk melakukan perlawanan membela
diri jika sewaktu-waktu diserang asing. Rangga Hadi dengan gelar
Tumenggung Surajaya menjadi adipati pertama wilayah Lamongan tepat
pada tanggal 26 Mei 1569 atau 10 Dzulhijjah 976 H.

Dalam masa pertumbuhannya, Hadi adalah sosok yang cerdas.


Terlihat semenjak remaja, dia selalu mendatangi orang-orang pintar untuk
belajar dan memperdalam ilmunya. Pertemuannya dengan Sunan Prapen
seperti air mineral yang menghapus dahaga dalam kekeringan. Pada
mulanya Hadi tidak berniat menuju Giri Kedaton. Dia berniat menuju
bekas wilayah pusat pemerintahan Majapahit.

Dari tanah kelahirannya, di tengah hutan yang sekarang dikenal


dengan Dusun Cancing, Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, Hadi
bertekad untuk berkelana dan meninggalkan desanya menuju Trowulan
untuk mempelajari khazanah bekas kekuasaan dan kekuatan Majapahit.
Namun di tengah perjalanan, Hadi bertemu dengan para pedagang di Desa
Pamotan yang sekarang masuk Kecamatan Sambeng. Pedagang-pedagang
tersebut ternyata berasal dari Mapel (Gresik) menyusuri sebuah sungai
(Kali Lamong) yang bermuara di Segara Madu.

Pedagang-pedagang tersebut memberikan informasi kepada Hadi


bahwa di Mapel, tepatnya di perbukitan Giri ada seorang wali yang
memiliki kesaktian luar biasa. Mendengar kabar tersebut, Hadi

2
membatalkan niatnya menuju Trowulan dan berniat berguru kepada
Kanjeng Sunan Giri. Dengan tekad yang kuat, berjalanlah Hadi selangkah
demi selangkah menuju perbukitan Giri. Sesampainya di hadapan Kanjeng
Sunan Giri, Hadi menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya.
Diterimalah Hadi sebagai salah satu santri Kanjeng Sunan Giri.

Hadi adalah santri yang cerdas. Tekadnya untuk belajar, membuat


Hadi cepat menyerap dan menguasai ilmu Agama Islam dan ilmu-ilmu
lainnya yang diajarkan Sunan Giri, termasuk ilmu pemerintahan. Karena
itulah Hadi menjadi santri kesayangan dan kepercayaan Sunan Giri.

Berdasarkan catatan sejarah, wilayah kekuasaan Sunan Giri pada


masa Kerajaan Demak mencakup wilayah Keranggaan (Kranggan)
Lamongan. Ketika Demak dilanda perang saudara, Ario Penangsang
terbunuh oleh Hadi Wijaya alias Mas Karebet atau Joko Tingkir. Mas
Karebet adalah putra dari Ki Ageng Pengging, murid Syekh Siti Jenar
yang dihukum mati oleh Raden Patah karena dituduh memberontak.

Hadiwijaya kemudian memimpin pemerintahan dengan gelar Sultan


Hadiwijya dan memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang. Semenjak
saat itu, Sultan Hadiwijaya dikenal sebagai Sultan Pajang. Pemindahan
pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang ternyata dikemudian hari
memberikan efek negative. Wilayah-wilayah yang dulu di bawah naungan
Demak yang kini dikuasai Sultan Hadiwijaya sebagai Sultan Pajang
menjadi tidak aman dari invasi bangsa-bangsa asing. Spanyol dan Portugis
sangat perkasa di lautan sedangkan Pajang tidak berdaya. Ini sebuah
ancaman bagi pesisir utara Jawa Timur, Sunan Prapen tidak ingin
pelabuhan Mapel dikuasai penjajah.

Melihat kondisi tersebut, Sunan Prapen khawatir dengan tidak


adanya pemerintahan yang kuat akan mengganggu aktivitasnya dalam
menyebarkan dakwah Islam. Untuk memperkuat wilayah Kasunanan Giri
di sebelah barat, Sunan Prapen mengutus Hadi untuk menjalankan tugas di
wilayah yang dimaksud. Sunan Prapen memberikan gelar Rangga kepada
Hadi sehingga dikenal sebagai Rangga Hadi.

3
Hadi pun berangkat meninggalkan Kasunanan Giri menyusuri
sebuah sungai dan mendarat di Pamotan. Kemudian Hadi melanjutkan
perjalanan darat sampai di Gondang dan berakhir di Kenduruan. Dari
tempat ini, Rangga Hadi menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan
tugasnya sekaligus menyebarkan dakwah Islam, Rangga Hadi sangat dekat
dengan rakyat. Rakyat beranggapan bahwa Rangga Hadi sangat pandai
ngemong rakyat sehingga rakyat memberikan sebutan kepadanya Kyai
Lamong atau Mbah Lamong. Sungai yang menjadi saksi perjalanannya
pun dinamai Kali Lamong.

Di sisi lain, Kasultanan Pajang semakin lama semakin melemah.


Kasultanan Pajang tak mampu membendung invasi asing yang telah
menguasai perairan Laut Jawa. Melihat kondisi yang cukup
mengkhawatirkan itu, Kasunan Giri meningkatkan status Kranggan
Lamongan menjadi kadipaten. Harapannya Lamongan dapat membela diri
jika sewaktu-waktu diserang penjajah asing.

Tumenggung Surajaya wafat pada tahun 1607 Masehi. Beliau


dimakamkan di wilayah kekuasaannya sebagai Tumenggung, sehingga
daerah itu disebut dengan nama Tumenggungan yang sekarang menjadi
nama kelurahan. Dan nama Surajaya digunakan sebagai nama stadion
markas club sepak bola PERSELA yang berjuluk Laskar Joko Tingkir.

B. Bagaimana Sejarah Kabupaten Lamongan


Kabupaten Lamongan adalah sebuah kabupaten kecil yang terletak di
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Batas wilayah kabupaten Lamongan
berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Gresik di
sebelah timur, Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto di sebelah
selatan, serta Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro di sebelah
barat. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Lamongan terbagi atas
27 kecamatan yang terdiri dari sejumlah desa dan kelurahan. Pusat
pemerintahan terletak di jantung kota lamongan yaitu di Kecamatan
Lamongan. Asal mula sejarah nama “Lamongan” berasal dari nama
seorang tokoh pada masa silam. Pada zaman dulu, terdapat seorang

4
pemuda yang bernama Tumenggung Surajaya atau Rangga Hadi, karena
mendapatkan pangkat rangga, maka ia disebut Rangga Hadi. Nama
Rangga Hadi kemudian berubah menjadi Mbah Lamong. Nama tersebut
diberikan oleh rakyat setempat pada masa itu dikarenakan Rangga Hadi
dianggap pandai Ngemong Rakyat. Selain itu, Rangga Hadi juga pandai
dalam mengatur dan membina pemerintahan daerah serta mahir
menyebarkan ajaran agama Islam sehingga dicintai oleh seluruh rakyatnya.
Dari asal kata Mbah Lamong inilah kawasan ini kemudian disebut dengan
Lamongan. Penobatan Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan
yang pertama yang dilakukan oleh Kanjeng Sunan Giri IV yang bergelar
Sunan

Prapen bertepatan dengan hari pasamuan agung yang


diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik. Hari pasamuan tersebut
dihadiri oleh para pemuka agama Islam dan para Sentana Agung
Kasunanan Giri. Pelaksanaan Pasamuan Agung bertepatan dengan
peringatan Hari Besar Islam Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

Berbeda dengan sejarah awal mula berdirinya daerah-daerah


Kabupaten lain khususnya di Jawa Timur yang kebanyakan mengambil
sumber dari sesuatu prasasti atau peninggalan sejarah yang lain, hari lahir
kabupaten Lamongan mengambil sumber dari buku wasiat. Buku wasiat
berisi tentang Silsilah Kanjeng Sunan Giri yang ditulis tangan dengan
huruf Jawa Kuno/Lama yang disimpan oleh Juru Kunci Makam Giri di
Gresik. Buku wasiat tersebut menjelaskan bahwa diwisudanya
Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang bernama Rangga
Hadi / Mbah Lamong dilakukan dalam pasamuan agung pada Tahun 976
H. Namun yang tertulis dalam buku wasiat tersebut hanya tahunnya saja,
sedangkan untuk hari, tanggal dan bulannya tidak ada. Dari hal tersebut,
Panitia Khusus Penggali Hari Jadi Lamongan mencari sumber bukti-bukti
yang lebih banyak lagi sebagai dasar yang kuat untuk mencari dan
menetapkan tanggal, hari dan bulannya. Setelah proses pencarian dan
penelusuran berbagai buku sejarah yang bersangkutan dengan Kasunanan
Giri maupun Sejarah para wali dan adat istiadat pada waktu itu, akhirnya

5
Panitia khusus menemukan bukti. Dari temuan bukti menjelaskan bahwa
adat atau tradisi kuno yang berlaku di zaman Kasunanan Giri dan Kerajaan
Islam di Jawa waktu itu selalu melaksanakan pasamuan agung. Yang
diutamakan dalam pesamuan yaitu memanggil menghadap para Adipati,
Tumenggung serta para tokoh pembesar lainnya yang sudah memeluk
agama Islam. Pasamuan Agung dilaksanakan bersamaan dengan hari besar
Islam Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah atau biasanya yang disebut Grebeg
Besar. Berdasarkan adat istiadat yang berlaku pada waktu itu, maka
Panitia menetapkan wisuda Tumenggung Surajaya menjadi Adipati
Lamongan yang pertama dilaksanakan dalam pasamuan agung Garebeg
Besar yaitu pada tanggal 10

Tumenggung Surajaya atau Mbah Lamong adalah Rangga Hadi


yang berasal dari Dusun Cancing yang sekarang adalah wilayah Desa
Sendangrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Sejak masih
muda Rangga Hadi sudah nyuwito atau mengabdi di Kasunanan Giri dan
menjadi seorang santri yang dikasihi oleh Kanjeng Sunan Giri.
Kesukaannya terhadap Rangga Hadi karena memiliki ia pemuda yang
baik, terampil, cakap dan cepat menguasai ajaran agama Islam serta seluk
beluk pemerintahan. Karena pertimbangan itulah akhirnya Kanjeng Sunan
Giri menunjuk Rangga Hadi untuk menjalankan perintah menyebarkan
Agama Islam dan mengatur pemerintahan serta kehidupan rakyat di
kawasan Kenduruan yang terletak di sebelah barat Kasunanan Giri. Dari
hasil kerja kerasnya dalam melaksanakan tugas berat tersebut Sunan Giri
memberikan pangkat Rangga kepada Hadi. Ringkas cerita, Rangga Hadi
dengan segenap pengikutnya naik perahu melalui Kali Lamong yang
akhirnya menemukan tempat yang bernama Kenduruan tersebut. Kawasan
yang disebut Kenduruan tersebut masih ada sampai saat ini dan tetap
bernama Kenduruan yang berstatus Kampung di Kelurahan Sidokumpul
Kecamatan Lamongan. Di daerah baru tersebut semua usaha dan rencana
yang dibuat oleh Rangga Hadi berjalan dengan mudah dan lancar,
terutama dalam usaha menyebarkan agama Islam, kehidupan
bermasyarakat dan mengatur pemerintahan. Adapun pesantren untuk

6
menyebar Agama Islam peninggalan Rangga Hadi sampai sekarang masih
ada.

C. Sosial Budaya Kabupaten Lamongan


Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lamongan adalah
penduduk pedesaan. Sektor pertanian dan perikanan masih menjadi
sumber mata pencaharian utama dan sekaligus menjadi salah satu
komoditas penyumbang pendapatan daerah. Hasil alam berupa padi,
palawija dan ikan tawar maupun laut masih menjadi urutan teratas dalam
daftar hasil alam terbesar. Selain profesi di bidang pertanian, dengan
berdirinya perusahaan-perusahaan di wilayah Lamongan masyarakat baik
dari desa maupun kota mulai beralih profesi menjadi buruh pabrik dengan
upah yang menjanjikan.

Kondisi sosial budaya masyarakat di Kabupaten Lamongan masih


kental dengan tradisi adat istiadat yang berlaku di daerah masing-masing.
Dalam aktivitas sehari-hari, mayoritas masyarakat masih berpegang teguh
dalam tradisi budaya Jawa dan keagamaan. Budaya dan tradisi yang
terdapat di Kabupaten Lamongan beragam di masing-masing daerah.
Sebagai salah satu contoh implementasi aspek sosial budaya yang masih
berlaku di masyarakat hingga kini di Kabupaten Lamongan khususnya
Lamongan wilayah tengah (Sukodadi, Kalitengah, Karanggeneng) yaitu
tradisi Megengan. Megengan adalah berbagi nasi berkatan dengan
lingkungan sekitar (biasanya di daerah pedesaan) ketika puasa Ramadhan
berakhir. Biasanya warga satu RT secara bergiliran menyediakan berkatan
berisi nasi dan lauk dibungkus plastik untuk dibagi sesama warga. Kadang
dilakukan serentak, namun seringkali digelar dalam beberapa hari agar
tidak kesulitan membawa berkatan terlalu banyak.

Selain budaya diatas, dapat dilihat di sebuah acara khitanan masih


banyak masyarakat yang mengundang pertunjukan Wayang dan Jidor
dengan tujuan memberikan hiburan dan tidak melupakan tradisi terdahulu.
Selanjutnya hampir sebagian besar pemuda di Kabupaten Lamongan

7
masih menyukai budaya musik dangdut (orkes) atau grup musik qasidah
yang diundang di acara Peringatan Hari Kemerdekaan maupun pernikahan.

Seiring dengan berjalannya waktu dan westernisasi, tradisi budaya


tersebut mulai bergeser ke arah modern. Grup musik band dengan genre
pop dan sejenisnya bermunculan di acara-acara resepsi pernikahan.
Kalangan anak muda yang sebelumnya menyukai genre musik dangdut
(orkes) sedikit demi sedikit beralih ke musik keras seperti metal, hardcore,
grindcore dan sebagian beralih ke musik indie populer. Event-event musik
tersebut juga sering diadakan di berbagai tempat di Lamongan khususnya
Kota Lamongan. Dengan adanya perkembangan dan edukasi mengenai
wawasan berbagai genre musik, kini musik-musik tersebut sudah tidak
asing terdengar di banyak tempat baik di coffee shop, supermarket dan
tempat-tempat hiburan lainnya.

D. Letak Geografis Kabupaten Lamongan


Luas wilayah Kabupaten Lamongan sebesar 1.812,80 km2 yang
terdiri dari 27 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 462 desa dan
kelurahan sejumlah 12 kelurahan. Wilayah kabupaten Lamongan
merupakan dataran rendah dan bonorowo yang memiliki tingkat
ketinggian 0-25 meter dengan luas 50,17%, sedangkan untuk ketinggian
25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100
meter di atas permukaan air laut, 6º 51’ 54’’ sampai dengan 7º23’6’’
lintang selatan dan antara 112º 4’41’’ sampai dengan 112º 33’12’’ bujur
timur. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8
km2 atau +3.78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Dengan panjang
garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten
Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari
permukaan laut. Kabupaten Lamongan terdiri atas 27 kecamatan yang
terbagi menjadi 3 karakteristik daratan berdasarkan aliran sungai
bengawan solo. Untuk bagian tengah selatan merupakan daratan rendah
dengan ciri tanah relatif agak subur yang membentang cukup luas dari
Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket,
Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo,dan Kembangbahu. Sedangkan untuk

8
bagian utara dan selatan merupakan rentetan pegunungan kapur berbatu-
batu dengan tingkat kesuburan sedang meliputi wilayah Kecamatan
Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong,
Paciran, dan Solokuro serta bagian tengah utara yang merupakan daratan
dengan daerah rawan banjir di setiap tahunnya meliputi Kecamatan
Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun, dan
Glagah.

E. Perkembangan Musik di Lamongan


Musik di Lamongan cukup ramai diminati oleh semua kalangan baik
dari yang muda hingga yang tua. Keberagaman musik yang terjadi di
lamongan memunculkan berbagai macam kalangan mulai dari qasidah,
gending jawa, dangdut, reggae, pop, rock, dan underground. Para
penikmat musik dangdut di lamongan identik dengan tawuran antar
penonton sehingga memang seringkali polisi banyak yang berjaga di
konser-konser musik dangdut. Peminat pada musik dangdut ini juga
sangatlah banyak dan biasanya berbasis di daerah pinggiran kota hingga ke
desa. Musik dangdut menjadi favorit untuk anak muda di desa dan juga
tidak dipungkiri oleh sebagian besar masyarakat di Lamongan.

Banyak dari sekolah-sekolah di lamongan yang mengadakan


ekstrakurikuler band dan mengikuti festival band atau perlombaan band
antar sekolah. Budaya musik mulai dikenalkan kepada siswa-siswi di
sekolahan untuk dikompetisikan, hal itu cukup populer ketika peneliti
masih berada di bangku sekolah menengah.

Satu sekolah bisa membuat 1-3 grup band untuk mengikuti kompetisi
band. Namun seiring dengan berjalannya waktu, musik mengalami
pendewasaan yang akhirnya membentuk komunitas-komunitas musik yang
menekuni genre musik tertentu. Beberapa komunitas ada yang tetap eksis
namun juga banyak yang telah bubar. Komunitas musik ini dulunya adalah
wadah bagi pemuda yang sedang kebingungan menyalurkan minatnya.
Para pemuda biasanya mengikuti gathering di Alun-alun Lamongan yang
saat itu sangat ramai karena menjadi pusat kota. Karena muda-mudi sering

9
membawa motor maka saat itu sangat ramai dari mulai klub motor sampai
dengan komunitas musik yang memarkirkan motornya sambil memasang
spanduk komunitasnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kabupaten Lamongan adalah sebuah kabupaten kecil yang terletak di
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Batas wilayah kabupaten Lamongan
berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Gresik di
sebelah timur, Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto di sebelah
selatan, serta Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro di sebelah
barat. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Lamongan terbagi atas
27 kecamatan yang terdiri dari sejumlah desa dan kelurahan. Pusat
pemerintahan terletak di jantung kota lamongan yaitu di Kecamatan
Lamongan. Asal mula sejarah nama “Lamongan” berasal dari nama
seorang tokoh pada masa silam. Pada zaman dulu, terdapat seorang
pemuda yang bernama Tumenggung Surajaya atau Rangga Hadi, karena
mendapatkan pangkat rangga, maka ia disebut Rangga Hadi. Nama
Rangga Hadi kemudian berubah menjadi Mbah Lamong. Nama tersebut
diberikan oleh rakyat setempat pada masa itu dikarenakan Rangga Hadi
dianggap pandai Ngemong Rakyat.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam
upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik
ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah

10
ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah
bagi penulis, pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5786797/dari-mana-lamongan-
mendapatkan-namanya-begini-ceritanya

https://id.wikipedia.org/wiki/Tumenggung_Surajaya

https://www.ardiansyahbs.com/2018/10/santri-pamong-bergelar-tumenggung.html?
m=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lamongan

11

Anda mungkin juga menyukai