Anda di halaman 1dari 6

BAB 6

MANAJEMEN RISIKO BISNIS

Setiap bisnis pasti mengandung risiko. Tidak ada bisnis yang tidak memiliki risiko. Baik itu usaha yang
dibuka usaha di bidang keuangan ataupun usaha selain di bidang keuangan, pasti memiliki risiko
bisnis. Semua yang membuka usaha harusnya sadar bahwa setiap keputusan yang diambilnya pasti
mengandung risiko. Oleh karena itu, seorang pelaku usaha harus bisa mengelola risiko bisnis. Berikut
akan dijelaskan tentang risiko bisnis.

PENGERTIAN RISIKO BISNIS

Menurut Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (2007), risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan
posisi kompetitif perusahaan dan prospek perusahaan untuk berkembang dalam pasar yang
senantiasa berubah.

Menurut Djohanputro (2008) risiko bisnis adalah potensi penyimpangan hasil korporasi (nilai
perusahaan dan kekayaan pemegang Saham) dan hasil kenangan karena perusahaan memasuki
suatu bisnis tertentu dempet lingkungan industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu.

Risiko bisnis merupakan salah satu jenis risiko yang tidak dapat ditransfer ke pihak lain. Sekali
perusahaan terjun ke bisnis tertentu, maka saat itu juga perusahaan akan langsung menanggung
risiko bisnis. Hal yang terpenting adalah bagaimana memastikan bahwa selera manajemen terhadap
risiko tetap memenuhi prinsip semakin tinggi risiko semakin tinggi ekspektasi hasil high risk high
return.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi
kompetitif perusahaan dan prospek perusahaan untuk berkembang dalam pasar yang senantiasa
berubah.

Resiko bisnis saat ini telah menjadi perhatian utama direksi dan Komisaris perusahaan. Resiko bisnis
meliputi prospek jangka pendek dan jangka panjang terhadap dan jasa yang ada.

Banyak kasus yang menunjukkan pentingnya mengelola risiko bisnis. Diantara kasus yang pernah
terjadi adalah kasus Best Bank, Boulder, Colorado pade bulan Juli 1998 Kelalaian perusahaan dalam
membuat provisi yang cukup untuk mengantisipasi kredit macet menyebabkan mereka mengalami
kerugian sekitar USD 200 juta. Perusahaan terlena karena menghasilkan tingkat pendapatan yang
tinggi Belajar dari kasus tersebut, kini perusahaan perlu mengelola risiko bisnis secara lebih serius
dan sistematik.

SEKTOR USAHA DAN RISIKO BISNIS

Semua usaha memiliki kekhasan risiko bisnisnya masing-masing. Oleh karena itu, setiap pelaku usaha
harus memiliki pengetahuan dan pandai mencari solusi dari risikan bisnisnya. Kunci kesuksesan
menghadapi risiko itu adalah adanya pengendalian dan sikap kehati-hatian dalam berusaha.

Ketika sebuah usaha baru dimulai, pengusaha disarankan untuk memili referensi dan pengalaman
sebanyak mungkin. Referensi bisa didapat dan rencana bisnis perusahaan. Dengan demikian,
kegagalan dalam berbisnis dapat diminimalkan. Aspek anggaran prediksi penjualan dan keuntungan,
prediksi masa penurunan penjualan penciptaan produk baru, biaya gaji karyawan dalam keputusan
investasi merupakan hal-hal yang perlu dirumuskan secara matang belum sebuah usaha dimulai.
Sedangkan faktor pengalaman akan didapat dalam jangka panjang, yang penting semua pelaku usaha
itu harus mampu untuk fokus dalam usahanya.

Berikut disampaikan beberapa risiko bisnis pada beberapa sektor usaha non keuangan

Tabel 6.1

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BISNIS

Penerapan manajemen risiko bisnis bagi perusahaan yang ideal minimal terdiri atas beberapa
cakupan:

1. Adanya pengawasan aktif dari dewan komisaris dan direksi.

2. Adanya kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit risiko

3. Adanya proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko, serta sistem
informasi untuk risiko bisnis.

4. Adanya sistem pengendalian

PENGAWASAN AKTIF DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Kewenangan dan Tanggung Jawab Dewan Direksi dan Komisaris

Direksi dan komisaris memiliki kewenangan dan tanggung jawab menyusun dan menyetujui rencana
bisnis dan mengomunikasikan kepada pejabat dan/ atau pegawai perusahaan pada setiap jenjang
organisasi.

Direksi bertanggung jawab dalam penerapan manajemen risiko bisnis, termasuk menjamin bahwa
sasaran bisnis yang ditetapkan telah sejalan dengan misi dan visi perusahaan. Direksi juga berwenang
memberikan persetujuan terhadap rencana bisnis serta melakukan tinjauan berkala. Direksi harus
menetapkan satuan kerja/fungsi yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang mendukung
perumusan dan pemantauan pelaksanaan rencana bisnis.

Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa manajemen risiko bisnis telah diterapkan
secara efektif dan konsisten pada seluruh level operasional terkait di bawahnya. Dalam hal direksi
mendelegasikan sebagian dari tanggung jawabnya kepada pejabat eksekutif dan manajemen di
bawahnya, pendelegasian tersebut tidak menghilangkan kewajiban direksi sebagai pihak utama yang
harus bertanggung jawab.

Sumber Daya Manusia

Perusahaan harus menerapkan sanksi secara konsisten kepada pejabat dan pegawai yang terbukti
melakukan penyimpangan dan pelanggaran terhadap ketentuan ekstern dan intern serta kode etik
internal perusahaan.
Organisasi Manajemen Risiko bisnis

Seluruh unit bisnis dan unit pendukung bertanggung jawab membantu direksi menyusun
perencanaan dan implementasi rencana bisnis. Unit bisnis dan unit pendukung bertanggung jawab
memastikan bahwa praktik manajemen risiko bisnis dan pengendalian di unit bisnis telah konsisten
dengan kerangka manajemen risiko secara keseluruhan dan unit bisnis dan unit pendukung telah
memiliki kebijakan, prosedur, dan sumber daya untuk mendukung efektivitas kerangka manajemen
risiko bisnis.

KEBIJAKAN, PROSEDUR, DAN PENETAPAN LIMIT

Strategi Manajemen Risiko

Dalam penyusunan rencana bisnis, perusahaan wajib memahami kondisi lingkungan bisnis, ekonomi,
dan industri di mana perusahaan beroperasi, termasuk bagaimana dampak perubahan lingkungan
terhadap bisnis, produk teknologi, dan jaringan kantor perusahaan.

Kebijakan dan Prosedur

Perusahaan harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk menyusun dan menyetujui rencana bisnis.
Kecukupan prosedur untuk dapat mengidentifikasi dan merespons perubahan lingkungan bisnis juga
diperlukan. Selain itu, perusahaan harus memiliki prosedur untuk mengukur kemajuan yang dicapai
dari realisasi rencana bisnis dan kinerja sesuai jadwal yang ditetapkan.

Limit

Limit risiko bisnis secara umum antara lain terkait dengan batasan penyimpangan dari rencana bisnis
yang telah ditetapkan, seperti limit deviasi anggaran dan limit deviasi target waktu penyelesaian
limit.

PROSES IDENTIFIKASI, PENGUKURAN, PEMANTAUAN, DAN PENGENDALIAN RISIKO, SERTA SISTEM


INFORMASI UNTUK RISIKO BISNIS

Identifikasi Risiko Bisnis

Perusahaan harus mengidentifikasi dan mengelompokkan deviasi atau penyimpangan sebagai akibat
tidak terealisasinya atau tidak efektifnya pelaksanaan rencana bisnis yang telah ditetapkan, terutama
yang berdampak signifikan terhadap permodalan perusahaan.

Pengukuran Risiko Bisnis

Dalam upaya mengukur sejauh mana risiko bisnis, rasio yang sering dipakai adalah degree of
operating leverage (DOL). Rasio ini adalah perubahan laba operasi dengan perubahan penjualan.

Degree of operating leverage = (EBIT-EBIT/EBIT (SALES-SALES/SALES

Di mana:

EBIT° = Laba operasi sesudah perubahan

EBIT- Laba operasi sebelum perubahan

SALES = Penjualan sesudah perubahan sebelum perubahan


DOL Tinggi versus DOL Rendah Manakah yang lebih baik, perusahaan yang memiliki DOL tinggi atau
DOL rendah? Jawabannya tergantung pada jenis perusahaan. Jika perusahaan memiliki DOL tinggi
tapi termasuk dalam industri yang penjualannya sangat terpengaruh oleh perubahan aktivitas
perekonomian secara umum, seperti industri barang tahan lama (mesin dan mobil), perusahaan itu
akan mengalami perubahan besar dalam EBIT (earning before interests and taxes)

karena fluktuasi penjualan. Namun demikian, meskipun EBIT-nya meningkat, risiko arus
pendapatannya juga bertambah tinggi.

CONTOH:

PT Rania membuat proyeksi tahun 2017 untuk anggaran penjualan dan laba operasional. Bila asumsi
terpenuhi, maka perusahaan akan mencapai penjualan Rp200 miliar dan laba operasi Rp20 miliar.
Namun, terjadi perubahan regulasi dari pemerintah sehingga beberapa pesaing muncul. Dengan
perubahan tersebut, diperkirakan penjualan naik menjadi Rp220 miliar dan laba operasi perusahaan
akan naik menjadi Rp25 miliar. Hitunglah besar Dol-Nya.

Pembahasan

(EBIT-EBITY EBIT

Degree of operating leverage

(SALES-SALES SALES

DOL (Rp25 miliar-Rp20 millar) Rp20 milar (Rp 220 milliar Rp200 miliar)/Rp200 miliar - 25

DOL sebesar 2,5 seperti contoh di atas menunjukkan bahwa setiap kenalkan 1 persen penjualan akan
menyebabkan kenaikan laba operasi sebesar 2.5 persen. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya, bila
penjualan turun 1 persen, maka laba operasi akan turun 2,5 persen, Semakin besar DOL, maka
semakin tinggi risiko operasi perusahaan Suatu perusahaan yang memiliki DOL tinggi berarti
perusahaan u sangat peka terhadap perubahan penjualan. Artinya, semakin tinggi DOL akan
membuat fluktuasi EBIT bertambah besar, baik ke atas maupun ke bawah. Sebaliknya, perusahaan
yang memiliki DOL rendah berarti EBIT perusahaan tidak peka terhadap perubahan penjualan.
Dengan kata lain, semakin rendah DOL akan membuat fluktuasi EBIT bertambah rendah, baik ke atas
maupun ke bawah.

Adanya DOL yang tinggi berarti biaya variabelnya rendah. Hal ini memungkinkan untuk diterapkannya
kebijaksanaan harga yang agresif untuk meningkatkan keuntungan. Jika pesaing tidak dapat
mengimbangi penurunan harga karena biaya mereka tinggi, hal ini akan menguntungkan bagi
perusahaan.

Faktor yang Memengaruhi DOL Terdapat dua faktor yang memengaruhi tinggi rendah DOL, yaitu
tingkat kompetisi dalam industri dan struktur biaya.

6-1 Faktor yang Memengaruhi Degree of Operating Leverage

GAMBAR
Struktur Biaya
Tingkat Kompetisi Industri
DOL

Menurut Djohanputro (2008), semakin ketat persaingan, semak kecil margin yang akan didapat
perusahaan. Akan terjadi perang diskon sebagaimana pernah terjadi di bisnis telekomunikasi dan
hampir semua bir ritel di Indonesia saat ini. Pola persaingan diskon ini akan memperkecil DO
perusahaan.

Cravens (2012) menyatakan bahwa kapabilitas yang nyata dimiliki sebu perusahaan akan menjadi
keunggulan dalam bisnis yang berorientasi pasar. Di antara kapabilitas yang penting dimiliki oleh
sebuah perusahaan adalah memiliki biaya overhead yang rendah. Misalkan Air Asia di bisnis
transportasi udara. Air Asia memiliki biaya overhead paling rendah sehingga Air Asia memilik
kesempatan untuk menjual lebih rendah.

Faktor kunci yang menyebabkan ini bisa terjadi adalah struktur biaya yang kompetitif, terutama biaya
tetap. Struktur biaya terdiri atas biaya tetap dan bias variabel. Semakin tinggi komposisi biaya tetap
dibanding total biaya, maka semakin besar DOL perusahaan. Manakala perusahaan memiliki biaya
variabel yang besar, biaya akan membesar ketika penjualan juga meningkat. Begitu juga sebaliknya,
ketika penjualan menurun, maka DOL akan menurun. Perlakukan dominasi biaya tetap dan biaya
variabel ini akan sangat tergantung dari selera manajemen. Semakin tinggi selera risiko, manajemen
semakin berani mengubah struktur biaya dari dominasi biaya variabel ke dominasi biaya tetap.

Perusahaan asuransi jiwa dan asuransi umum banyak menggunakan tenaga komisi untuk penjualan.
Apabila nasabah yang didapatkan banyak, nilai komisi yang diberikan perusahaan juga tinggi begitu
juga sebaliknya.

Pemantauan Risiko Bisnis

Perusahaan wajib memantau dan mengendalikan pengembangan implementasi rencana bisnis


secara berkala. Pemantauan dilakukan antara lain dengan memerhatikan pengalaman kerugian di
masa lalu yang disebabkan oleh risiko bisnis atau penyimpangan pelaksanaan rencana bisnis.

Isu-isu yang timbul akibat perubahan operasional dan lingkungan bisnis yang memiliki dampak
negatif terhadap kondisi bisnis atau kondisi keuangan perusahaan wajib dilaporkan kepada dewan
direksi secara tepat waktu disertai analisis dampak terhadap risiko bisnis dan tindakan perbaikan
yang diperlukan.

Pengendalian Risiko Bisnis

Perusahaan harus memiliki sistem dan pengendalian untuk memantau kinerja, termasuk kinerja
keuangan, dengan cara membandingkan ‘hasil aktual' dengan 'hasil yang diharapkan' untuk
memastikan bahwa risiko yang diambil masih dalam batas toleransi dan melaporkan deviasi yang
signifikan kepada dewan direksi. Sistem pengendalian risiko tersebut harus disetujui dan ditinjau
secara berkala oleh dewan direksi untuk memastikan kesesuaiannya secara berkelanjutan.

Sistem Informasi Manajemen Risiko Bisnis

Perusahaan harus memastikan bahwa sistem informasi manajemen yang dimiliki telah memadai
dalam rangka mendukung proses perencanaan dan pengambilan keputusan bisnis dan ditinjau secara
berkala. Satuan kerja/fungsi yang melaksanakan manajemen risiko bisnis bertanggung jawab
memastikan bahwa seluruh risiko material yang timbul dari perubahan lingkungan bisnis dan
implementasi rencana bisnis dilaporkan kepada dewan direksi secara tepat waktu.

Sistem Pengendalian Intern

Penilaian proses penerapan manajemen risiko bisnis yang efektif harus dilengkapi dengan sistem
pengendalian intern yang andal. Penerapan sistem pengendalian intern secara efektif dapat
membantu pengurus perusahaan menjaga aset, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial yang dapat dipercaya meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan, dan pelanggaran aspek kehati-hatian. Terselenggaranya sistem pengendalian intern
perusahaan yang andal dan efektif menjadi tanggung jawab dari seluruh satuan kerja operasional
dan satuan kerja pendukung serta satuan kerja audit intern.

Anda mungkin juga menyukai