Anda di halaman 1dari 12

https://www.kompas.

com/skola/read/2021/09/23/140000769/metode-analisis-kelayakan-usaha-
dan-pengertiannya#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Analisis%20kelayakan%20usaha,usaha
%2C%20serta%20memudahkan%20perencanaan%20bisnis.&text=Hasil%20analisis%20ini
%20dimanfaatkan%20sebagai%20bahan%20pertimbangan%20dalam%20pengambilan
%20keputusan%20usaha.
https://lifepal.co.id/media/studi-kelayakan-usaha/
https://accurate.id/marketing-manajemen/studi-kelayakan-bisnis/
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/apa-itu-break-even-point/
https://accurate.id/akuntansi/biaya-total/
https://accurate.id/akuntansi/revenue-adalah/
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/07/21/biaya-tetap-dan-biaya-variabel
https://kamus.tokopedia.com/b/biaya-variabel/

A. Studi Kelayakan Usaha

1. Pengertian
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:7),” Studi kelayakan usaha atau bisnis adalah suatu
aktivitas yang mendalami tentang sebuah usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam
rangka memutuskan layak atau tidak usaha tersebut diaplikasikan.” Secara singkat, studi
kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menentukan apakah suatu bisnis layak dijalankan
atau tidak di samping aktivitas operasionalnya yang berkesinambungan. Kegiatan ini
meliputi identifikasi masalah, peluang, menentukan tujuan, menggambarkan bagaimana
situasi bisnis dan menilai berbagai manfaat yang dihasilkan.
Umumnya, studi kelayakan usaha dilakukan sebelum kegiatan bisnis mulai dijalankan
sehingga hasil analisis ini dimanfaatkan untuk membantu pengusaha mengambil sebuah
keputusan yang tepat. Bagi seorang pemula, studi ini sangat penting dilakukan karena
dapat menghindarkan pebisnis dari kerugian.

2. Tujuan Studi Kelayakan Usaha


Beberapa tujuan dari dilakukannya studi kelayakan bisnis , di antaranya:
 Memperkecil Resiko Kerugian
Ketika menjalankan sebuah bisnis, ada banyak hal yang tidak bisa diprediksi.
Oleh karena itu, pebisnis perlu mempersiapkan segala hal guna mengantisipasi semua
hal yang terjadi di masa depan. Dengan melakukan analisis studi kelayakan, pebisnis
dapat memperkecil risiko yang dapat terjadi pada perusahaan, baik itu risiko yang
bisa dikendalikan maupun risiko yang tidak dapat dikendalikan. Akibatnya, apabila
perusahaan merugi, kerugian yang diterima tidaklah besar.
 Mempermudah Perencanaan Bisnis
Saat melakukan analisis kelayakan usaha, pebisnis akan mendapatkan segala
informasi yang berhubungan dengan bisnis yang akan dirintis termasuk kelebihan dan
kekurangan bisnis. Dari hasil analisis tersebut, pebisnis dapat lebih mudah melakukan
perencanaan ke depannya. Tidak hanya itu, berkat analisis kelayakan yang dilakukan,
pebisnis bisa merencanakan kegiatan yang bisa memberikan keuntungan bagi
perusahaan.
 Melancarkan Pelaksanaan Bisnis
Melalui analisis kelayakan bisnis, program-program yang sebelumnya
direncanakan dapat dieksekusi dengan lebih mudah dan akurat. Dari hasil analisis,
nantinya pebisnis dapat menilai dan mengevaluasi mana saja program dan kebijakan
yang memberikan keuntungan dan kerugian bagi perusahaan. Dampaknya,
pelaksanaan bisnis menjadi lebih mudah untuk direalisasikan dan semua program
juga akan menghasilkan keuntungan.
 Mempermudah Melakukan Pengawasan
Ada banyak aspek yang dianalisis ketika studi kelayakan dilakukan. Laporan-
laporan hasil analisis dari berbagai aspek tersebut dapat digunakan oleh pebisnis
untuk melakukan pengawasan.
Selain pengawasan dari internal, sebuah perusahaan juga mendapat pengawasan
dari eksternal. Melalui hasil analisis studi kelayakan, pihak berwenang akan lebih
mudah melakukan pengawasan dengan berpedoman pada laporan analisis tersebut.
 Mempermudah Pengendalian
Dalam menjalankan sebuah bisnis, tidak dapat dipungkiri jika pebisnis terkadang
menemui masalah dan penyimpangan. Agar masalah tersebut tidak menjadi semakin
besar, pebisnis harus dapat mengendalikan masalah tersebut dengan cepat dan tepat.
Hal tersebut dapat terwujud apabila sebelumnya pebisnis melakukan studi
kelayakan. Informasi dan laporan hasil dari analisis tersebut bisa digunakan sebagai
dasar menentukan aspek mana yang menjadi masalah. Kemudian, pebisnis pun bisa
mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut secara tepat.
3. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Usaha
Ada beberapa aspek dasar yang pasti akan diteliti ketika analisis dilakukan, antara
lain:
 Aspek hukum atau legalitas
Salah satu aspek yang pasti diteliti ketika studi kelayakan dilakukan adalah aspek
hukum atau legalitas. Aspek hukum atau legalitas erat kaitannya dengan semua hal
yang berhubungan dengan legalitas atau ketentuan pendirian perusahaan. Adapun
poin-poin yang umum dianalisis yaitu:

 Izin lokasi
 Surat tanda daftar perusahaan
 NPWP
 Akta pendirian perusahaan dari notaris
 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

 Aspek ekonomi dan budaya


Aspek ekonomi dan budaya pada studi kelayakan usaha menganalisis dampak
yang diakibatkan oleh perusahaan pada kondisi sekitar. Jika dilihat dari sisi ekonomi,
studi kelayakan bisnis menganalisis dampak pada tingkat pendapatan perkapita di
wilayah perusahaan didirikan. Sedangkan dari sisi budaya, studi kelayakan akan
menganalisis bagaimana perusahaan mempengaruhi adat istiadat di daerah sekitar.
 Aspek pasar dan pemasaran
Pasar dan pemasaran merupakan aspek dasar yang diteliti dalam studi kelayakan.
Analisis yang dilakukan pada aspek ini akan menjawab pertanyaan apakah produk
yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki peluang pasar. Beberapa hal yang perlu
dianalisis adalah:

 Potensi pasar
 Jumlah konsumen
 Daya beli masyarakat
 Segmentasi
 Situasi persaingan

 Aspek manajemen
Studi kelayakan juga turut menyertakan aspek manajemen sebagai aspek dasar
yang harus dianalisis. Aspek ini berkaitan erat dengan operasional perusahaan baik itu
pembangunan maupun pengembangan. Dari semua aspek yang dianalisis, aspek
manajemen memiliki cangkupan yang sangat luas. Hal ini dikarenakan semua hal
yang berhubungan dengan operasional perusahaan ikut ke dalam kategori aspek
manajemen, mulai dari manajemen sumber daya hingga finansial perusahan.

 Aspek keuangan

Modal termasuk hal utama yang harus dimiliki sebelum berbisnis. Aspek
keuangan mempunyai andil dalam menentukan nasib perusahaan. Oleh karena itu,
proses penganggaran harus dilakukan dengan perencanaan bisnis yang matang.

4. Tahapan Penerapan Studi Kelayakan Usaha

Untuk melakukan studi kelayakan usaha, setidaknya ada beberapa tahap yang harus
dilalui:

 Penemuan ide untuk pengembangan usaha

Inisiatif ide adalah tahap awal dari studi kelayakan bisnis yang bisa juga
digunakan untuk melihat peluang dari ide usaha yang dibuat. Ide yang sudah
ditemukan masih butuh proses penelitian agar bisa terealisasi menjadi sebuah usaha.
Urgensi tahap ini untuk melihat persaingan. Oleh karena itu, proses ini harus
dilakukan dengan baik untuk meminimalisir kegagalan.

 Penelitian terhadap potensi dari penemuan ide

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa studi kelayakan perlu dilakukan penelitian.
Langkah ini bertujuan untuk mengetahui potensi inisiatif dengan cara penelusuran
aspek studi kelayakan bisnis yang ada dan implikasi potensinya.

 Evaluasi  

Selain aspek hukum, evaluasi usaha juga meliputi beberapa aspek lainnya:

 Manajemen
 Keuangan
 Sumber daya manusia
Dari aspek tersebut, pebisnis bisa melakukan pengkajian di semua lini melalui
bentuk faktor-faktor produksi.

 Penentuan

Tahap ini akan menentukan layak atau tidaknya usaha yang direncanakan. Kalau
tidak, maka diperlukan penelitian ulang atau menjalankan inisiatif baru
pengembangan usaha lainnya. Perlu digaris bawahi kalau di tahap ini, pebisnis perlu
mengambil keputusan yang mungkin saja berisiko.

 Tahap perencanaan pelaksanaan

Jika dinilai layak, tahap selanjutnya adalah realisasi perencanaan yang bisa
diinisiasi dengan penjadwalan dan persiapan. Di tahap ini usaha yang dijalankan
harus mendapatkan komitmen dari para pihak manajemen, para investor, kreditor,
pemerintah bahkan masyarakat.

 Pelaksanaan usaha

Dua tahap harus diperhatikan oleh pebisnis ketika semua tahap sudah terpenuhi,
yaitu:

 Tahap pelaksanaan usaha

Risiko dan hambatan usaha sudah lumrah terjadi, maka diperlukan


perbaikan rencana awal. Selain itu, perubahan kondisi lingkungan mungkin saja
terjadi, jadi penyesuaian pada kondisi ini perlu ditata ulang.

 Tahap evaluasi terhadap perencanaan dibandingkan dengan kenyataan

Dalam sebuah kelayakan usaha, tidak menutup kemungkinan terdapat


alternatif yang bisa dievaluasi secara bersamaan. Selain itu, ditentukan
inisiatif yang paling layak untuk diteruskan dengan pertimbangan akan
sumber daya yang tersedia, alokasi modal dan pengembalian. 

B. Pengertian Break Event Point (BEP)

BEP adalah titik impas yang mengacu pada jumlah pendapatan yang harus diperlukan
untuk menutup total biaya yang sudah dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, baik biaya
tetap maupun biaya variabel. Dapat dikatakan, titik impas adalah kondisi dimana jumlah
keseluruhan pendapatan sama dengan jumlah keseluruhan pengeluaran dalam setiap produksi
barang atau jasa. Pada posisi ini, laba akan bernilai nol mutlak, atau orang awam
menyebutnya dengan istilah balik modal.

1. Dasar-Dasar Break Event Point (BEP)

Mengetahui nilai BEP suatu produk adalah hal yang mendasar dikarenakan perusahaan
bisa mengetahui prediksi keuangan perusahaan di periode-periode berikutnya. Maka,
sebagai pengusaha perlu mengetahui konsep yang merupakan asumsi-asumsi dasar dalam
penentuan BEP adalah sebagai berikut:

 Biaya yang menjadi elemen utama dalam penghitungan BEP harus termasuk ke dalam
biaya tetap dan biaya variabel.
 Nilai biaya tetap akan tetap konstan meskipun terjadi perubahan aktivitas produksi.
 Nilai biaya variabel secara keseluruhan akan berubah sesuai dengan perubahan volume
kapasitas produksi.
 Selama periode analisis adalah harga jual per unit tetap, sehingga selama waktu
tersebut tidak ada perubahan harga jual dari perusahaan.
 Dalam penghitungan BEP, jumlah produk yang dihasilkan selalu dianggap telah habis
terjual.
 Perhitungan BEP bisa berlaku untuk satu produk, namun jika perusahaan
memproduksi banyak produk maka diperlukan perimbangan hasil penjualan pada
setiap produk.

Asumsi dasar ini akan membantu dalam pengimplentasian rumus perhitungan Break
Even Point. Selain itu, bisa dikatakan bahwa dasar-dasar ini merupakan aturan tetap untuk
menghitung BEP yang benar.

2. Pembentuk Break Event Point (BEP)

Dalam mendapatkan sebuah nilai BEP terdapat empat elemen pembentuk, diantaranya:

 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap atau lebih sering disebut fixed cost adalah biaya yang nilainya akan
tetap dan konstan walaupun terjadi perubahan pada proses produksi. Perubahan yang
dimaksud adalah beroperasi atau tidak beroperasinya suatu perusahaan untuk
memproduksi barang pada periode tertentu. Biaya tetap bisa berupa biaya penyusutan
mesin, biaya tenaga kerja, biaya sewa gedung atau gudang, dan sebagainya.

 Biaya Variabel (Variable Cost)


Biaya variable atau yang lebih dikenal dengan istilah variable cost adalah biaya
yang nilainya dapat berubah-ubah per unit nya. Perubahan ini disebabkan oleh
volume kapasitas produksi yang bisa meningkat atau menurun sesuai dengan
permintaan pasar. Hubungan sejajar antara biaya variabel dan kapasitas produksi akan
saling berkaitan karena jika salah satu terjadi peningkatan maka yang lain akan
mengikuti. Contoh dari biaya variabel adalah biaya listrik, biaya baku, biaya
transportasi, dan sebagainya.

 Harga Jual (Price)

Harga jual adalah harga yang diperoleh dari seluruh biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi sebuah barang ditambah dengan nilai keuntungan atau margin yang
ingin diperoleh. Biasanya, harga jual akan dihitung per unit setelah diproduksi.

 Pendapatan (Revenue)

Dalam hal ini pendapatan atau penghasilan yang didapatkan dari semua penjualan
produk. Jumlah pendapatan diperoleh dari harga jual dikalikan dengan jumlah produk
yang terjual di pasar. Nilai dari pendapatan dibutuhkan untuk memproyeksikan
pendapatan periode berikutnya dengan nilai margin dan/atau jumlah unit dan harga
yang berbeda.

3. Faktor-Faktor yang Meningkatkan Break Event Point Perusahaan

 Peningkatan penjualan pelanggan

Ketika ada peningkatan penjualan pelanggan, itu berarti ada permintaan yang
lebih tinggi. Perusahaan kemudian perlu memproduksi lebih banyak produknya untuk
memenuhi permintaan baru ini yang, pada gilirannya, menaikkan BEP untuk
menutupi biaya tambahan tersebut.

 Kenaikan biaya produksi

Bagian tersulit dalam menjalankan bisnis adalah ketika penjualan pelanggan atau
permintaan produk tetap sama sementara harga biaya variabel meningkat, seperti
harga bahan baku. Ketika itu terjadi, BEP juga naik karena adanya biaya tambahan.
Selain biaya produksi, biaya lain yang mungkin meningkat antara lain sewa gudang,
kenaikan gaji karyawan, atau tarif utilitas yang lebih tinggi.

 Perbaikan peralatan
Dalam kasus di mana jalur produksi terputus-putus, atau bagian dari jalur
perakitan rusak, BEP meningkat karena jumlah target unit tidak diproduksi dalam
kerangka waktu yang diinginkan. Kegagalan peralatan juga berarti biaya operasional
yang lebih tinggi dan, oleh karena itu, impas yang lebih tinggi.

C. Biaya Tetap (Total Cost)

Biaya tetap atau lebih sering disebut fixed cost adalah biaya yang nilainya akan tetap dan
konstan walaupun terjadi perubahan pada proses produksi. Perubahan yang dimaksud adalah
beroperasi atau tidak beroperasinya suatu perusahaan untuk memproduksi barang pada
periode tertentu. Biaya tetap dapat berupa:

 Penyusutan – Penyusutan adalah pembebanan bertahap dan sistematis terhadap biaya


aset berwujud.
 Asuransi – Biaya berkala yang perlu dibayarkan terkait kontrak asuransi.
 Beban Bunga – Biaya dana yang dipinjamkan ke perusahaan oleh pemberi pinjaman. 
 Pajak Properti – Pajak yang dibebankan ke perusahaan berdasarkan aset yang dimiliki.
 Biaya Sewa – Biaya berkala terkait penggunaan real estat (kantor, gudang, pabrik,
toko) yang dimiliki orang lain dan digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan
operasional.
 Gaji – Pembayaran perusahaan terhadap karyawannya secara berkala (biasanya
bulanan).
 Utilitas – Tagihan listrik, telepon, dan sebagainya. Meskipun elemennya termasuk
variabel, namun utilitas termasuk dalam biaya tetap.

Adapun rumus untuk menghitung biaya tetap, yaitu:

Fixed Cost (FC) = Total Cost (TC) - (Unit Variable Cost (UVC) X Quantity)

D. Biaya Variabel

Biaya variable atau yang lebih dikenal dengan istilah variable cost adalah biaya yang
nilainya dapat berubah-ubah per unit nya. Perubahan ini disebabkan oleh volume kapasitas
produksi yang bisa meningkat atau menurun sesuai dengan permintaan pasar. Hubungan
sejajar antara biaya variabel dan kapasitas produksi akan saling berkaitan karena jika salah
satu terjadi peningkatan maka yang lain akan mengikuti. Biaya variable dapat berupa:

 Bahan Langsung – Bahan yang berhubungan dengan proses produksi langsung atau yang
biasa disebut sebagai bahan baku. Bahan langsung bisa berubah sesuai dengan jumlah
produk yang telah diproduksi.
 Tenaga Kerja Langsung – Tenaga kerja yang langsung berperan dalam produksi
sebuah barang. Tenaga kerja akan dibayar saat sudah menghasilkan suatu produk.
Hanya tenaga kerja sementara saja yang upahnya masuk ke dalam biaya variabel.
 Pemenuhan Kebutuhan Alat Produksi – Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
berjalannya alat proses produksi. Seperti oli untuk mesin produksi, atau listrik untuk
mesin.
 Upah Lembur Tenaga Kerja – Jumlah jam yang dihabiskan oleh tenaga kerja untuk
lembur saat bekerja akan dihitung sebagai biaya variabel.
 Komisi – Komisi dihitung setiap keberhasilan penjualan produk dengan jumlah
tertentu, karena berubah berdasarkan jumlah produksi dan penjualan.

Adapun rumus untuk menghitung biaya variable, yaitu:

Variable Cost (VC) = (Total Cost (TC) - Fixed Cost (FC)) / Quantity

E. Analisis Break Event Point (BEP), Total Cost, dan Total Revenue

1. Analisis Break Event Point

 Tujuan Analisa Break Event Point

Berikut empat tujuan dari mengetahui nilai Break Event Point (BEP).

 Mengetahui nilai BEP membantu pengusaha dalam menentukan volume kapasitas


produksi yang tersisa setelah tercapainya BEP. Dengan mengetahui nilai BEP
tersebut, maka akan mendapatkan proyeksi laba maksimum yang dapat diperoleh.
 Dengan adanya nilai BEP, maka perusahaan bisa menentukan langkah efisiensi
kerja yang bisa dilakukan. Sebagai contoh, penggantian tenaga kerja dengan mesin.
Saat terjadi otomatisasi produksi, maka akan terjadi perubahan pada biaya tetap dan
biaya variabel. Hal ini dikarenakan biaya variabel yang semula berasal dari biaya
kerja digantikan oleh biaya tetap berupa mesin.
 Nilai BEP membantu pengusaha untuk mengetahui perubahan nilai laba jika terjadi
perubahan harga produk. Hubungan antara nilai BEP, harga produk serta laba
adalah hubungan sejajar, maka jika salah satu nilai dari elemen tersebut meningkat
maka elemen yang lain juga akan mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya.
 Karena BEP berfungsi untuk mengetahui perubahan laba, maka BEP juga bisa
menentukan kerugian yang terjadi. Bagi pengusaha, dengan mengetahui nilai BEP
maka pengusaha bisa mengantisipasi nilai kerugian ketika terjadi penurunan pada
penjualan.

 Metode dan Cara Perhitungan Break Event Point


Terdapat tiga rumus yang digunakan dalam menghitung BEP, antara lain:

 BEP per unit

BEP Unit = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)

BEP diperoleh dari biaya tetap dibagi dengan margin kontribusi per unit. Nilai
margin kontribusi per unit diperoleh dari selisih antara harga jual per unit dengan
biaya variabel per unit. Selain itu, nilai margin kontribusi bisa diperoleh dari hasil
pembagian antara total penjualan keseluruhan dengan biaya variabel.

 BEP Nilai Penjualan

BEP = Biaya Tetap / (1 – (Biaya Variabel/Harga))

BEP dapat dihitung berdasarkan hasil nilai penjualan. Nilai BEP diperoleh dari
biaya tetap dibagi dengan hasil selisih antara 1 dengan hasil pembagian variabel dan
harga penjualan.

 BEP Satuan Mata Uang

BEP Mata Uang = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)

BEP diperoleh dari harga jual satuan per unit dikalikan dengan BEP per unit.
Maka, dari hasil perkalian tersebut akan diperoleh nilai BEP dengan satuan mata uang
yang sdigunakan.

2. Total Cost

Biaya Total adalah biaya aktual yang dikeluarkan dalam produksi tingkat output
tertentu. Dengan kata lain, total biaya (biaya) yang dikeluarkan, baik eksplisit maupun
implisit, pada sumber daya untuk memperoleh tingkat output tertentu disebut biaya total.

Adapun cara menghitung biaya total yaitu:

Biaya total = (Biaya tetap rata-rata x biaya variabel rata-rata) x Jumlah unit
yang diproduksi

3. Total Revenue
Revenue adalah pendapatan yang mampu dihasilkan oleh perusahaan dengan adanya
kegiatan atau aktivitas utama perusahaan tersebut. Adapun cara untuk menghitung
revenue terdiri atas 3 cara, anatara lain:

 Total Pendapatan atau Total Revenue (TR)

Cara perhitungan revenue dengan cara total pendapatan adalah cara yang paling


dasar. Karena, jumlah total revenue pada jenis ini akan menjadi dasar dalam
perhitungan revenue pada jenis uang lainnya. Untuk bisa mendapatkan informasi
terkait total pendapatan perusahaan, maka rumus yang bisa digunakan adalah:

Total pendapatan = harga jual x jumlah produksi

 Pendapatan Rata-Rata atau Average Revenue (AR)

Cara yang kedua adalah dengan mengetahui pendapatan rata-rata pada perusahaan
tersebut. Cara menghitungnya adalah dengan membagi total pendapatan dengan nilai
jumlah produk yang mampu dijual, atau dengan menggunakan rumus.

AR = Total Pendapatan : Jumlah Produk Terjual

 Pendapatan Marginal atau Marginal Revenue (MR)

Cara yang ketiga adalah dengan menghitung marginal revenue atau MR. MR


adalah suatu pendapat tambahan karena adanya tambahan pada tiap unit barang yang
dijual. Rumus menghitungnya adalah sebagai berikut:

Marginal Revenue = Tambahan TR : Tambahan Jumlah Barang yang Terjual

Anda mungkin juga menyukai