Anda di halaman 1dari 6

MODUL PERKULIAHAN

Kewirausahaan

Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan


Usaha

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Teknik Teknik Industri 190571001 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa mampu menjelaskan
peluang dan pengembangan ide pentingnya memulai usaha baru serta
bisnis: menciptakan ide bisnis; dapat mengenal ide, kreativitas dan
pemilihan ide bisnis.
inovasi pada bisnis
Studi Kelayakan Bisnis

Sebelum suatu usaha baru dimulai, terlebih dahulu harus dilakukan penelitian apakah bisnis
yang akan dikembangkan dapat menghasilkan keuntungan atau tidak. Bila menguntungkan,
apakah keuntungan itu memadai dan dapat diperoleh secara terus-menerus dalam waktu yang
lama? Secara teknis, mungkin saja usaha tersebut layak dilakukan, tetapi secara ekonomis
dan sosial, mungkin kurang bermanfaaat. Untuk itu ada dua studi atau analis yang dapat
digunakan untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis untuk dimulai dan dikembangkan,
yaitu studi kelayakan usaha dan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
(strength, weakness, opportunity, threatment: SWOT)
Studi kelayakan usaha, disebut juga analisis proyek bisnis, adalah penelitian tentang layak
tidaknya suatu bisnis dilaksanakan. Studi ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar
yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilhan proyeksi bisnis agar mampu
memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Dalam studi ini pertimbangan
ekonomis dan teknis sangat penting karena dijadikan dasar implementasi kegiatan usaha.
Hasil studi kelayakan usaha pada prinsipnya bisa digunakan antara lain untuk:
1. Merintis usaha baru, misalnya membuka toko, membangun pabrik, mendirikan
perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
2. Mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya menambah kapasitas pabrik,
memperluas skala usaha, mengganti peralatan atau mesin, menambah mesin baru,
memperluas cakupan usaha, dan sebagainya.
3. Memilih jenis usaha atau investasi/proyeksi yang paling menguntungkan, misalnya
pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau perakitan ,
proyeksi A atau proyeksi B, dan lain sebagainya.

Tujuan Melakukan Studi Kelayakan Bisnis


Seperti yang telah diketahui, studi kelayakan bisnis memiliki peranan yang vital dalam menentukan
keberhasilan sebuah bisnis. Pada dasarnya, tujuan utama seorang pebisnis melakukan studi kelayakan
adalah untuk mengukur apakah sebuah bisnis berpeluang memiliki kelanjutan atau akan berhenti pada
titik waktu tertentu. berhenti pada titik waktu tertentu.
Dalam merintis sebuah bisnis, setiap pebisnis pasti ingin usahanya sukses dan berhasil. Namun, tanpa
melakukan studi ini, seorang pengusaha layaknya menerobos medan yang tidak diketahui tanpa
petunjuk apa pun. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi pebisnis karena bisa mengakibatkan bisnis
yang didirikan gagal. Sebaliknya, dengan melakukan studi ini pebisnis bisa mengetahui terlebih

‘20 Kewirausahaan
2 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
dahulu apakah bisnis yang didirikan kedepannya dapat berlanjut atau tidak, sehingga membantu
pebisnis mengambil keputusan.

Manfaat Studi Kelayakan Bisnis


Ketika merintis sebuah usaha, pebisnis yang melakukan studi kelayakan, keberjalanan bisnisnya akan
berbeda dengan pebisnis yang tidak melakukan studi kelayakan. Hal ini dikarenakan ada banyak
manfaat yang akan didapatkan dengan melakukan studi kelayakan bisnis. Beberapa manfaat tersebut
adalah:

1. Memperkecil Resiko Kerugian


Ketika menjalankan sebuah bisnis, ada banyak hal yang tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu,
pebisnis perlu mempersiapkan segala hal guna mengantisipasi semua hal yang terjadi di masa
depan. Dengan melakukan analisis studi kelayakan, pebisnis dapat memperkecil risiko yang
dapat terjadi pada perusahaan, baik itu risiko yang bisa dikendalikan maupun risiko yang
tidak dapat dikendalikan. Akibatnya, apabila perusahaan merugi, kerugian yang diterima
tidaklah besar.

2. Mempermudah Perencanaan Bisnis


Saat melakukan analisis kelayakan usaha, pebisnis akan mendapatkan segala informasi yang
berhubungan dengan bisnis yang akan dirintis termasuk kelebihan dan kekurangan bisnis.
Dari hasil analisis tersebut, pebisnis dapat lebih mudah melakukan perencanaan ke depannya.
Tidak hanya itu, berkat analisis kelayakan yang dilakukan, pebisnis bisa merencanakan
kegiatan yang bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan.

3. Melancarkan Pelaksanaan Bisnis


Melalui analisis kelayakan bisnis, program-program yang sebelumnya direncanakan dapat
dieksekusi dengan lebih mudah dan akurat. Dari hasil analisis, nantinya pebisnis dapat
menilai dan mengevaluasi mana saja program dan kebijakan yang memberikan keuntungan
dan kerugian bagi perusahaan.
Dampaknya, pelaksanaan bisnis menjadi lebih mudah untuk direalisasikan dan semua
program juga akan menghasilkan keuntungan.

4. Mempermudah Melakukan Pengawasan


Ada banyak aspek yang dianalisis ketika studi kelayakan dilakukan. Laporan-laporan hasil
analisis dari berbagai aspek tersebut dapat digunakan oleh pebisnis untuk melakukan
pengawasan.
Selain pengawasan dari internal, sebuah perusahaan juga mendapat pengawasan dari
eksternal. Melalui hasil analisis studi kelayakan, pihak berwenang akan lebih mudah
melakukan pengawasan dengan berpedoman pada laporan analisis tersebut.

‘20 Kewirausahaan
3 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
5. Mempermudah Pengendalian
Dalam menjalankan sebuah bisnis, tidak dapat dipungkiri jika pebisnis terkadang menemui
masalah dan penyimpangan. Agar masalah tersebut tidak menjadi semakin besar, pebisnis
harus dapat mengendalikan masalah tersebut dengan cepat dan tepat.
Hal tersebut dapat terwujud apabila sebelumnya pebisnis melakukan studi kelayakan.
Informasi dan laporan hasil dari analisis tersebut bisa digunakan sebagai dasar menentukan
aspek mana yang menjadi masalah. Kemudian, pebisnis pun bisa mengambil langkah untuk
menyelesaikan masalah tersebut secara tepat.

Tahap-tahap Studi Kelayakan Bisnis


Studi kelayakan usaha dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap penemuan ide atau perumusan gagasan. Tahap penemuan ide adalah tahap di mana
wirausaha mendapatkan ide untuk merintis usaha baru. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan di
identifikasi, misalnya kemungkinan-kemungkinan bisnis yang paling memberi peluang untuk
dilakukan dan menguntungkan dalam jangka waktu panjang. Banyak kemungkinan, misalnya
bisnis industri, perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau jenis usaha lain yang dianggap layak.
2. Tahap formulasi tujuan. Tahap ini merupakan tahap perumusan visi dan misi bisnis, seperti visi
dan misi bisnis yang hendak diemban setelah bisnis tersebut diidentifikasi; apakah misinya untuk
menciptakan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk
menciptakan keuntungan yang langgeng; atau apakah visi dan misi bisnis yang akan
dikembangkan tersebut benar-benar menjadi kenyataan atau tidak? Semuanya dirumuskan dalam
bentuk tujuan.

3. Tahap analisis. Tahap penelitian, yaitu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu
keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahap ini dilakukan seperti
prosedur proses penelitian ilmiah yang lain, yaitu dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah,
menganalisis, dan menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya ada dua,
yaitu dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Adapun aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati
dalam tahap analisis tersebut meliputi:
a. Aspek pasar, mencakup produk yang akan dipasarkan, peluang, permintaan dan penawaran,
harga, segmentasi, pasar sasaran, ukuran, perkembangan, dan struktur pasar serta strategi
pesaing.
b. Aspek teknik produksi atau operasi, meliputi lokasi, gedung bangunan, mesin dan peralatan,
bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja, metode produksi, lokasi, dan tata letak pabrik
atau tempat usaha.

‘20 Kewirausahaan
4 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
c. Aspek manajemen atau pengelolaan, meliputi organisasi, aspek pengelolaan tenaga kerja,
kepemilikan, yuridis, lingkungan, dan sebagainya. Aspek yuridis dan lingkungan perlu
dianalisis sebab perusahaan harus mendapat pengakuan dari berbagai pihak dan harus ramah
lingkungan.
d. Aspek finansial atau keuangan, meliputi sumber dana dan penggunaanny, proyeksi biaya,
pendapatan, keuntungan, dan arus kas.

4. Tahap keputusan. Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, langkah
berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan apakan bisnis tersebut layak dilaksanakan atau
tidak. Karena menyangkut keperluan investasi yang mengandung risiko maka keputusan bisnis
biasanya didasarkan pada beberapa kriteria, seperti Periode Pembayaran Kembali (Pay Back
Period, PDP), Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV), Tingkat Pengembalian Internal
(Internal Rate of Return, IRR), dan sebagainya yang akan dibahas dalam bab ini. Untuk
menganalisa suatu keputusan bisnis dilakukan pengkajian terhadap hal-hal berikut:
a. Aset dan kewajiban. Perlu diketahui daftar atau data secara akurat tentang setiap harta dan
semua kewajiban (liabilitas) yang akan diambil alih. Keakuratan data tersebut, jika
memungkinkan, sebaiknya dinyatakan oleh akuntan publik yang bersertifikat.
b. Piutang usaha. Sebelum membeli suatu bisnis, mintalah daftar umum piutang usaha. Jika
mungkin termasuk masalah penagihan yang dihadapi oleh perusahaan selama ini. Mintalah
juga bukti mengenai berapa persen bisnis itu mampu ditagih dalam kurun waktu tertentu dan
apakah piutang dapat tertagih sesuai nilai ekonomisnya.
c. Lokasi usaha. Apakah lokasi usaha yang akan dibeli cukup strategis. Jika tidak strategis,
berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memindahkannya ke lokasi yang lain yang
lebih startegis, terutama dari sudut pasar, bahan baku, dan tenaga kerja.
d. Persyaratan istimewa. Apakah ada persyaratan istimewa, misalnya lisensi, izin khusus,dan
persyaratan hukum yang lain untuk bisnis tersebut. Apakah persyaratan istimewa tersebut
juga termasuk dalam pembelian bisnis. Dengan kata lain, apakah persyaratan istimewa
tersebut juga dialihkan kepada pemilik baru.
e. Kontrak. Apakah bisnis tersebut terikat dengan kontrak-kontrak yang akan dialihkan kepada
pemilik baru. Semua isi kontrak tersebut (secara legal dan praktis) yang akan diwarisi harus
dipahami. Dapatkah semua kontrak itu dipindahtangankan kepada pemilik, terutama kontrak
yang belum jatuh tempo.

Daftar Pustaka

1. Subagyo, Ahmad. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia.

‘20 Kewirausahaan
5 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2. Humaizar. 2010. Manajemen Peluang Usaha. Bekasi: Dian Anugerah Perkasa.
3. Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.
4. Budiarta, Kustoro. 2009. Pengantar Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media.

‘20 Kewirausahaan
6 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai