Dewasa ini guru adalah profesi yang cukup menantang. Mereka terus-menerus
khawatir dalam memperhatikan tidak hanya pembelajaran akademis, tetapi juga kesejahteraan
sosial dan emosional siswanya. Masa masa sulit seperti terjadinya pandemi, krisis iklim, dan
konflik global telah membuat guru mempunyai lebih banyak beban untuk ditanggung. Guru
sebagai pendidik berupaya beradaptasi dengan berbagai kondisi agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Namun, apa yang sebenarnya dibutuhkan siswa?
Menurut para peneliti pendidikan, salah satu aspek keahlian pendidik yang penting
namun belum jelas adalah keterampilan yang memungkinkan mereka mengajar dengan penuh
kesadaran dan membawa seluruh diri mereka ke dalam kelas. Dalam bab terbaru yang ditulis
oleh Kevin J. Hulburt dan rekan-rekannya, mereka mengusulkan tiga karakteristik yang
menjadi kunci, yakni: tubuh yang tenang, pikiran yang jernih/jelas, dan baik hati (Kerangka
kerja Calm, Clear, and Kind (CCK)).
Yang pertama adalah tenang (calm). Dalam kerangka CCK, “ketenangan tubuh”
mengacu pada kemampuan guru untuk tetap tenang dan mengatur stresnya sendiri dalam
menghadapi tantangan yang melekat dalam pengajaran. Dalam hal ini, guru diharapkan
memilikik kemampuan untuk menumbuhkan suasana yang tenang di kalangan siswa di
kelasnya. Secara khusus, penelitian yang dilakukan Jenna, dkk tahun 2022 mendeskripsikan
guru yang peduli sebagai guru yang melakukan sesuatu dengan tenang seperti tidak berteriak-
teriak, meluangkan waktu untuk menjelaskan pekerjaannya, dan menciptakan lingkungan
yang menenangkan untuk proses belajar mengajar, serta dapat bersabar jika ada siswa yang
tidak memahami materi.
Yang ketiga bersikap baik (kind). Menurut Hulburt dan rekan-rekannya, “baik hati”
mencakup lebih dari sekedar memiliki kepribadian yang baik. Hal ini mencakup melatih
sikap tidak menghakimi dan mengekspresikan kehangatan dalam berkomunikasi, memupuk
kepercayaan dan rasa hormat, serta memenuhi kebutuhan siswa. Aspek kerangka kerja ini
didasarkan pada kepedulian guru, baik terhadap pengalaman dan latar belakang siswanya
(yang mencakup praktik berdasarkan trauma), dan terhadap diri mereka sendiri.
Mempraktikkan rasa welas asih terhadap diri mereka sendiri disoroti sebagai komponen
penting dalam membangun pendekatan welas asih terhadap siswanya. Sikap baik hati ini
meliputi menyapa siswa di pagi hari, perhatian dan membantu siswa saat terlihat sedih, dan
sebagainya. Selain itu siswa juga sering menyebut sikap menolong sebagai tanda kepedulian
guru.