Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN LAUT

KELURAHAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN


BINTAN

PHYTOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE IN SEA WATERS

VILLAGE TEMBELING DISTRICT OF TELUK BINTAN REGENCY BINTAN

Marguslan

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, Pacul_agoes@yahoo.com

Muzahar

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, mzet.oke@gmail.com

Tengku Said Razai

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, saidumrah@yahoo.com

Abstract

This study was conducted in June 2014. Samples were taken from marine phytoplankton
Tembeling, Bintan regency and analysis conducted in Integrated Faculty of Marine Sciences and
Fisheries Maritime University Raja Ali Haji Tanjungpinang Laboratory. Phytoplankton
identification using manual identification of Exterminate (1999). The average phytoplankton
abundance was higher in residential areas with a value of 2179.71. Value diversity index (H ') is
the highest in residential areas with a value of 1.41. Uniformity Index (E) 0.5, and the dominance
index (C) 0.55 wich distribution of the individual being and stability of communities in aquatic
organisms sedang.keseragaman balanced and not be competitive with both the food and the place
and there species in these waters dominance.

Keywords : Community Structure, phytoplankton, Tembeling Seawater

1
I. PENDAHULUAN seperti fitoplankton di perairan tersebut.
Pembangunan yang terjadi di sekitar
Perairan laut Tembeling adalah perairan laut Kelurahan Tembeling seperti
perairan yang sangat penting bagi pemukiman dan pertambangan, akan
masyarakat, karena masyarakat nelayan memberikan limbah yang mempengaruhi
banyak mencari ikan di perairan ini. kualitas perairan tersebut. Masuknya limbah
Pembangunan yang terjadi disekitar perairan tersebut ke dalam perairan dapat
ini memiliki dampak yang negative bagi menyebabkan perubahan kualitas perairan
kualitas lingkungan perairan laut Tembeling. dan memberikan dampak bagi struktur
Pada sekitaran perairan ini banyak komunitas fitoplankton di perairan ini.
pemukiman penduduk dan berdirinya
pertambangan bauksit yang memberikan II. TINJAUAN PUSTAKA
limbah ke dalam perairan. Selain itu,
Menurut Odum (1993) bahwa
perairan ini dijadikan sebagai jalur
plankton berasal dari kata, Planktus yang
transportasi bagi penduduk yang
artinya keluyuran, yakni organisme yang
menyebabkan timbulnya limbah dari kapal-
hanyut bebas diperairan dan memiliki daya
kapal yang melintas diperairan tersebut
renang yang sangat lemah karena gerakan-
seperti limbah air balas kapal. Masuknya
gerakan plankton tidak cukup untuk
limbah tersebut ke dalam perairan akan
mengimbangi gerakan air di sekelilingnya,
menyebabkan perubahan kualitas perairan
dengan kata lain gerakan plankton sangat
dan mengganggu kehidupan biota laut
dipengaruhi oleh gerakan air. Selanjutnya
seperti fitoplankton di perairan tersebut.
menurut Yudhi (2008) bahwa istilah
Perairan laut Tembeling ini sangat
plankton berasal dari kata Yunani yang
dipengaruhi unsur abiotik dan biotik yang
berarti pengembara, plankton adalah
sangat berkaitan satu sama lainnya sehingga
organisme (tumbuhan atau hewan) yang
menjadi suatu fungsi ekosistem perairan.
hidupnya bebas melayang-layang, hanyut
Masyarakat sekitar perairan ini
terapung didalam air yang kemampuan
mempergunakan perairan ini sebagai tempat
geraknya terbatas sehingga mudah terbawa
mencari ikan dan jalur transportasi laut.
arus air.
Plankton merupakan salah satu
Menurut Bougius, (1976) bahwa
biota laut yang memiliki peranan yang vital
plankton adalah mikroorganisme yang hidup
bagi suatu perairan karena sebagai produsen
melayang dalam air, dimana kemampuan
primer suatu perairan. Selain sebagai
renagnya terbatas, menyebabkan
produsen primer perairan, plankton juga
mikroorganisme tersebut mudah hanyut oleh
memegang peranan kunci sebagai gambaran
gerakan atau arus air. Selanjutnya menurut
kesuburan suatu perairan. Masuknya limbah
Nyabakken (1992), plankton adalah
tersebut ke dalam perairan akan
kelompok-kelompok organisme yang hanyut
menyebabkan perubahan kualitas perairan
bebas dalam laut dan daya renangnya sangat
dan mengganggu kehidupan biota laut
2
lemah. Kemampuan berenang organisme- sangat dipengaruhi oleh gerakan air seperti
organisme planktonik demikian lemah arus, dan lain-lain. Menurut Thurman (1997)
sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh dalam perairan Fitoplankton merupakan
gerakan air, hal ini berbeda dengan hewan produsen primer (produsen utama dan
laut lainnya yang demikian gerakan dan pertama) sehingga keberadaan fitoplankton
daya renangnya cukup kuat untuk melawan dalam perairan mutlak adanya. Selanjutnya
arus laut. menurut Sachlan (1982), Meadows dan
Menurut Nontji (2007) plankton Campbell (1993) dan Sumich (1999), bahwa
adalah organisme baik hewan maupun fitoplankton merupakan organisme
tumbuhan yang hidup melayang diperairan, berklorofil yang pertama ada di dunia dan
kemampuan geraknya sangat terbatas merupakan sumber makanan bagi
sehingga organisme tersebut selalu terbawa zooplankton sebagai konsumen primer,
arus. Sedangkan menurut Sachlan (1982) maupun organisme aquatik lainnya sehingga
bahwa plankton adalah jasad-jasad renik populasi zooplankton maupun populasi
yang hidup melayang dalam air, tidak konsumer dengan tingkat tropik yang lebih
bergerak atau bergerak sedikit dan tinggi secara umum mengikuti dinamika
pergerakannya dipengaruhi oleh arus. populasi plankton.
Selanjutnya Odum (1994) menyatakan Prabandani (2002) menyatakan
bahwa plankton adalah organisme yang bahwa kemampuan fitoplankton yang dapat
mengapung diperairan dan pergerakanya berfotosintesis dan menghasilkan senyawa
kurang lebih tergantung pada arus, secara organik membuat fitoplankton disebut
keseluruhan plankton tidak dapat bergerak sebagai produsen primer. Fitoplankton
melawan arus. tergolong sebagai organisme autotrof, yang
Arinardi et. al. (1997) menyatakan membangun tubuhnya dengan mengubah
bahwa plankton memiliki ukuran yang unsur-unsur anorganik menjadi zat organik
sangat kecil kurang lebih 0,45mm yang tak dengan memanfaatkan energi karbon dari
nampak oleh mata telanjang. Plankton dibagi CO2 dan bantuan sinar matahari melalui
dalam dua golongan besar yaitu proses fotosintesis (Basmi, 1988). Beberapa
fitoplankton/plankton tumbuhan atau nabati fitoplankton dapat menggunakan flagel, cilia
dan zooplankton/plankton hewani. dan lendir untuk gerakannya, tetapi sebagian
Selanjutnya Sumich (1999) mengatakan besar melayang bebas di perairan
bahwa plankton dapat dibedakan menjadi (Galingging, 2010).
dua golongan besar yaitu Fitoplankton Odum (1993) menyatakan bahwa
(plankton nabati) dan Zooplankton (plankton dalam ekosistem perairan, fitoplankton
hewani). memegang peranan yang cukup penting
Odum (1971) mengatakan bahwa pada daur siklus hidup didalam air.
fitoplankton adalah organisme yang hidup Selanjutnya Nontji (2007) menyatakan
melayang-layang di dalam air, relatif tidak dalam rantai pakan (food chain) fitoplankton
memiliki daya gerak, sehingga eksistensinya akan dimakan oleh hewan herbivore yang
3
merupakan produsen sekunder (secondary nutrisi di permukaan air (Arinardi et al.,
producer). Sedangkan Barus (2004) 1997).
mengatakan bahwa konsumen utama Lalli dan Parson dalam Haumahu
fitoplankton dimulai dengan zooplankton (2004) menyatakan bahwa distribusi
dan diikuti oleh kelompok organisme plankton yang tidak merata di perairan
lainnya. Kemampuan fitoplankton untuk terjadi karena plankton merupakan
mensintesis sendiri bahan organiknya organisme yang memiliki pola distribusi
menjadikan mereka sebagai dasar dari patchy (mengumpul) dan juga memiliki
sebagian besar rantai makanan di ekosistem kemampuan bergerak yang lemah sehingga
lautan dan di ekosistem air tawar (Barus, distribusinya akan bergantung pada
2002). pergerakan massa air. Faktor-
Fitoplankon dapat digunakan faktor fisik yang mempengaruhi distribus
sebagai indikator terhadap kategori i fitoplankton tidak merata, diantaranya
kesuburan perairan maupun sebagai adalah arus, kandungan nutrient, suhu,
indikator perairan yang tercemar atau tidak cahaya, kecerahan, angin, pH, kekeruhan
tercemar (Basmi, 1995). Lubis (2011) dan migrasi diurnal dari plankton itu sendiri.
mengemukakan bahwa alga yang Tingginya kelimpahan fitoplankton
berhubungan dengan air bersih adalah pada suatu perairan adalah akibat
Cladophora, Ulothrix, dan Navicula, pemanfaatan nutrien, dan radiasi sinar
sedangkan alga yang berhubungan dengan matahari, disamping suhu, dan pemangsaan
perairan yang tercemar adalah Chlorella, oleh zooplankton (Basmi, 1988). Menurut
Chlamydomonas, Oscillatoria, Phormidium, Goldman dan Horne (1983), bahwa terdapat
dan Stigeoclonium. 2 faktor utama penentu tingkat pertumbuhan
Fitoplankton sebagai produsen fitoplankton adalah mencapai tingkat
primer, berperan sebagai dasar rantai pertumbuhan maksimum pada temperatur
makanan. Selain itu, fitoplankton juga tertentu dan mampu mencapai cahaya dan
berperan sebagai penyedia oksigen di dalam nutrien optimum.
ekosistem perairan yang sangat dibutuhkan Muharram (2006) menyatakan
untuk mendukung kehidupan organisme lain bahwa struktur komunitas merupakan suatu
pada tingkat trofik yang lebih tinggi (Lubis, kumpulan berbagai jenis mikroorganisme
2011). yang berinteraksi dalam suatu zonasi
Dari hasil berbagai penelitian, tertentu. Dinamika kelimpahan dan struktur
ternyata sebaran vertikal plankton komunitas fitoplankton terutama
tergantung dari berbagai faktor, antara lain dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia,
intensitas cahaya, kepekaan terhadap khususnya ketersediaan unsur hara (nutrien)
perubahan salinitas, arus, dan densitas air. serta kemampuan fitoplankton untuk
Untuk fitoplankton, pengelompokkan secara memanfaatkannya. Komunitas dikendalikan
vertikal dipengaruhi pula oleh tersedianya oleh spesies-spesies yang dominan yang
memperlihatkan kekuatan spesies tersebut
4
dengan spesies lainnya. Hilangnya spesies- paling sederhana untuk menyatakan indeks
spesies yang dominan akan menimbulkan keanekaragaman yaitu dengan menentukan
perubahan-perubahan penting yang tidak prosentase komposisi dari spesies di dalam
hanya pada komunitas biotiknya sendiri sampel. Semakin banyak spesies yang
tetapi juga dalam lingkungan fisiknya terdapat dalam suatu sampel, semakin besar
(Odum, 1993). keanekaragaman, meskipun harga ini juga
Odum (1993) menyatakan bahwa sangat tergantung dari jumlah total individu
suatu ekosistem mengalami perubahan masing-masing spesies (Kaswadji, 2001).
dari waktu ke waktu. Sedangkan Basmi Dalam suatu komunitas,
(1988) mengatakan faktor-faktor lingkungan kemerataan individu tiap spesies dapat
tersebut akan mempengaruhi peningkatan diketahui dengan menghitung indeks
atau penurunan laju suksesi dari komunitas keseragaman. Indeks keseragaman ini
fitoplankton. merupakan suatu angka yang tidak
Raymont (1981) menyatakan bersatuan, yang besarnya antara 0 – 1,
bahwa bila kelimpahan fitoplankton di suatu semakin kecil nilai indeks keseragaman,
perairan tinggi, maka dapat diduga perairan semakin kecil pula keseragaman suatu
tersebut memiliki produktivitas perairan populasi, berarti penyebaran jumlah individu
yang tinggi pula. Selanjutnya menurut tiap spesies tidak sama dan kecenderungan
Nybakken (1992) bahwa fitoplankton yang bahwa suatu spesies mendominasi populasi
berukuran besar dan biasanya tertangkap tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai
oleh jaring plankton terdiri dari dua indeks keseagaman, maka populasi
kelompok besar yaitu Fitoplankton dan menunjukan keseragaman, yang berarti
dinoflagellata. Menurut Arinardi et al., bahwa jumlah individu tiap spesies boleh
(1997), kelas Bacillariophyceae lebih dikatakan sama atau merata (Pasengo,
mampu beradaptasi dengan kondisi 1995).
lingkungan yang ada, kelas ini bersifat Menurut Odum, (1971) menyatakan
kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan bahwa apabila nilai indeks dominansi
daya adaptasi yang tinggi. Sedangkan kelas mendekati 1, maka komunitas tersebut
Dinoflagelata (Dinophyceae) adalah grup didominasi oleh spesies atau filum tertentu,
fitoplankton yang sangat umum ditemukan dan apabila mendekati 0, maka tidak ada
di laut setelah Fitoplankton (Nontji, 2007. spesies atau filum yang dominan pada
Indeks keanekaragaman atau komunitas tersebut.
“Diversity Indeks” diartikan sebagai suatu
gambaran secara matematik tentang jumlah
spesies suatu organisme dalam populasi.
Indeks keanekaragaman akan mempermudah
dalam menganalisis informasi-informasi
mengenai jumlah individu dan jumlah
III. METODA PENELITIAN
spesies suatu organisme. Suatu cara yang
5
Penelitian dilaksanakan di perairan liter air laut disaring menggunakan plankton
laut Kelurahan Tembeling Kecamatan Teluk net, yang hasil penyaringannya dimasukkan
Bintan Kabupaten Bintan Provinsi ke dalam botol sampel, lalu diberi larutan
Kepulauan Riau pada bulan Juni 2014. pengawet formalin 4 %. Pengukuran
Metoda yang digunakan adalah metoda parameter perairan laut Kelurahan
survei terhadap tiga stasiun yaitu Stasiun 1 Tembeling Kecamatan Teluk Bintan
kawasan yang berada pada aktivitas bekas Kabupaten Bintan dilakukan di setiap
penambangan bauksit, Stasiun 2 merupakan stasiun pengamatan. Adapun parameter
kawasan yang terletak dekat dengan perairan yang akan diukur adalah suhu,
pemukiman penduduk dan kawasan salinitas, kecerahan, pH dan oksigen terlarut.
mangrove serta Stasiun 3 merupakan Identifikasi fitoplankton menggunakan buku
kawasan kontrol yang bebas dari aktivitas panduan identifikasi dari Basmi (1999).
pemukiman maupun pertambangan. Setelah fitoplankton diidentifikasi barulah
Pengambilan sampel fitoplankton dan plankton dihitung kelimpahan,
pengukuran parameter perairan dilakukan keanekaragaman jenis, keseragaman dan
pada waktu yang sama. Setelah itu, sampel dominansi.
akan dianalisis di Laboratorium Terpadu Data yang diperoleh dalam
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan penelitian ini, kemudian dibuat ke dalam
(FIKP) Universitas Maritim Raja Ali Haji basis data. Selanjutnya data tersebut diolah
(UMRAH) Tanjungpinang. dalam bentuk tabel maupun grafik yang
kemudian data tersebut akan dianalisis
secara deskriptif baik kuantitatif dan
kualitatif sebagaimana prosedur analisis
yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Lokasi Penelitian

Kelurahan Tembeling merupakan

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian salah satu kelurahan yang terletak di


Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan

Pengambilan sampel pada provinsi Kepulauan Riau. Batas wilayahnya

penelitian ini dilakukan sebanyak 3x adalah sebelah utara berbatasan dengan

ulangan disetiap titik sampel pada stasiun Kecamatan Teluk Sebong, sebelah timur

pengamatan. Pengambilan sampel berbatasan dengan Kecamatan Toapaya,

fitoplankton dilakukan dengan sebelah selatan berbatasan dengan Kota

menggunakan plankton net. Sebanyak 10


6
Tanjung Pinang dan sebelah barat LH No.51 tahun 2004, kondisi perairan
berbatasan dengan Kecamatan bintan Utara. Tembeling tergolong baik.

Kelurahan Tembeling merupakan Jenis Fitoplankton yang Ditemukan


daerah yang padat akan aktivitas penduduk
dan langsung berhubungan ke laut. Limbah Jenis fitoplankton yang ditemukan
organik dari rumah tangga serta limbah yang di perairan Tembeling terdiri dari beberapa
dihasilkan dari pembangunan masuk ke Spesies yaitu, Nitzschia pungens,
perairan Tembeling, hal ini mengaikabatkan Rhizosolenia calcar avis, Rhizosolenia
penambahan konsentrasi nutrien yang bergonii, Coscinodiscus granii, Guinardia
mempengaruhi kelimpahan serta flaccida, Isthima nervosa, Leptocylindrus
keanekaragaman Fitoplankton. minimus, dan Triceratium reticulum.

Tabel 1. Nilai rata-rata Parameter Tabel 2. Kelimpahan Fitoplankton Pada


Kualitas Perairan Tembeling Titik Sampling di Perairan
Tembeling

Suhu DO Salinitas
Stasiun pH Kelimpahan
(ºC) (mg/L) (ppt) Titik Rata -
Stasiun Fitoplankton
sampling rata
1 27,3 7,09 5,4 29 (ind/L)
2 26,3 6,9 4,8 29,3 1 1.089,85
3 27,3 6,9 4,9 29,3 1 2 653,91 871,88
3 871,88
1 1.089,85
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
2 2 3.705,51 2.176,71
hasil pengukuran rata-rata suhu di perairan
3 1.734,77
Tembeling diketahui bahwa pada stasiun I
1 1.525,80
diperoleh suhu sebesar 27,3 0C, stasiun II
3 2 2.179,68 2.034,38
sebesar 26,3 0C dan di stasiun III diperoleh
3 2.397,68
suhu sebesar 27,3 0C. Hasil pengukuran nilai
pH di perairan Tembeling ini diketahui
bahwa pada stasiun I sebesar 7,09, stasiun II Pada Tabel 2 terlihat bahwa

sebesar 6,9 dan pada stasiun III sebesar 6,9. kelimpahan Fitoplankton pada setiap titik

Hasil pengukuran oksigen terlarut di sampling bervariasi. Rata-rata kelimpahan

perairan Tembeling ini diketahui bahwa Fitoplankton pada titik sampling di Perairan

pada stasiun I sebesar 5,4 mg/l, stasiun II Tembeling ini berkisar antara 871,88 ind/L –

sebesar 4,8 mg/l, dan stasiun III sebesar 4,9 2.034,38 ind/L dengan total kelimpahan titik

mg/l. Hasil pengukuran salinitas di perairan sampling tertinggi terdapat pada Stasiun 2

Tembeling ini bahwa pada stasiun I sebesar dengan nilai rata-rata 2.176,71 ind/L

29 ‰, stasiun II sebesar 29,3 ‰, dan stasiun sedangkan total kelimpahan titik sampling

III sebesar 29,3 ‰. Berdasarkan Kepmen

7
terendah terdapat pada Stasiun 1 yaitu Tabel 3. Jenis dan Total Kelimpahan
871,88 ind/L. Fitoplankton (ind/L) di
Perairan Tembeling Pada
Total kelimpahan Fitoplankton
Setiap Stasiun
tertinggi terdapat pada Stasiun 2 (2.034,38
ind/L) yaitu pada kawasan pemukiman STASIUN
Spesies
penduduk, dan kelimpahan Fitoplankton 1 2 3
terendah terdapat pada Stasiun 1 (871,88 Coscinodiscus granii 0 0 72,66
ind/L) yaitu kawasan penambangan bauksit. Guinardia flaccida 72,66 0 72,66
Kelimpahan Fitoplankton pada stasiun 2 ini Isthima nervosa 0 72,66 72,66
Leptocylindrus minimus 290,63 217,97 435,94
terjadi karena adanya limbah rumah tangga
Nitzschia pungens 508,60 1.598,45 1.380,48
yang masuk ke perairan yang juga dapat
Rhizosolenia bergonii 0 72,66 0
meningkatkan nutrien yang mengalir ke
Rhizosolenia calcar avis 0 72,66 0
kawasan mangrove, sesuai dengan pendapat Triceratium reticulum 0 145,31 0
Odum (1998), kelimpahan Fitoplankton di TOTAL 871,88 2.179,71 2.034,37
perairan juga dipengaruhi oleh: a) proses
fisiologi secara langsung diantaranya seperti
Spesies yang paling tinggi
proses respirasi dan fotosintesis seperti
kelimpahannya dan banyak dijumpai pada
cahaya, suhu, salinitas dan unsur hara, b)
setiap stasiun adalah Nitzschia pungens.
faktor eksternal yang menyebabkan
Jenis dari ordo pennales ini seperti Nitzschia
kurangnya Fitoplankton seperti pemangsaan,
pungens merupakan Fitoplankton epifit
turbulensi, perubahan salinitas dan
(melekat pada substrat) yang sering dijumpai
kekeruhan. Variasi kelimpahan Fitoplankton
pada setiap stasiun dan juga kelimpahannya
disebabkan karena perbedaan aktivitas yang
paling tinggi pada Stasiun 2 yaitu kawasan
terjadi di perairan dan menghasilkan
pemukiman penduduk dan berdekatan
konsentrasi nutrien berbeda-beda, sehingga
dengan kawasan mangrove. Spesies
mempengaruhi kelimpahan Fitoplankton
Nitzschia pungens ini juga mampu bertahan
Hasil dari pengidentifikasian terhadap arus dan gelombang, hal ini
Fitoplankton yang ditemukan di Perairan diperkuat oleh Wetzel (1975) menyebutkan
Tembeling bahwa stasiun yang total bahwa beberapa spesies mikroalga yang
kelimpahannya tertinggi terdapat pada hidupnya menempel dapat mendominasi
Stasiun 2 yaitu 2.179,71 ind/L dan stasiun perairan berarus kuat dan berkurangnya
yang total kelimpahannya terendah terdapat kecepatan arus akan meningkatkan
pada Stasiun 1 yaitu 871,88 ind/L. keragaman jenis spesies organisme yang
melekat. Untuk kelimpahan terendah adalah
spesies Coscinodiscus granii, dan
Rhizosolenia calcar avis 72,66 ind/L.

8
Spesies Coscinodiscus granii, 40 ind/l. Selanjutnya stasiun I juga
Guinardia flaccida, Isthima nervosa, ditemukan jenis Globigerinoides ruber
Rhizosolenia bergonii, R. calcar avis dan dengan kelimpahan sebanyak 60 ind/l,
Triceratium reticulum adalah spesies Macrocyclops fuscus dengan kelimpahan
Fitoplankton yang teridentifikasi namun sebanyak 100 ind/l, Microsetella norvegica
tidak terdapat pada semua stasiun. Hal ini dengan kelimpahan sebanyak 160 ind/l,
disebabkan karena Fitoplankton memiliki Brachyura dengan kelimpahan sebanyak 100
kemampuan gerak yang lemah sehingga ind/l, Corycaeus ovalis dengan kelimpahan
distribusinya akan sangat tergantung pada sebanyak 60 ind/l dan Sphaerozoum
gerakan massa air, distribusi Fitoplankton geminatum dengan kelimpahan sebanyak
juga sangat bergantung dari ketersediaan 100 ind/l ( Hendro, 2014 ).
cahaya yang sampai ke dalam perairan,
Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks
suhu, zat hara dan pemangsaan oleh
Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (D)
organisme herbivora (Hasibuan, 2008).
Menurut penelitian Yusuf (1998) yang
Tabel 4. Indeks keanekaragaman jenis
mengamati fitoplankton di perairan Selat
(H’), indeks Keseragaman (E),
Sele (Papua Barat) dan menemukan
dan indeks dominansi (C)
Fitoplankton genus Rhizosolenia,
Chaetoceros, Nitzschia, Ceratium dan
Stasiun H' E D
Bacilaria, bahwa jenis Fitoplankton ini
1 1,28 0,4 0,45
sering dijumpai di perairan lepas pantai
2 1,41 0,5 0,55
Indonesia. Menurut Effendi (2000), plankton
3 1,37 0,5 0,51
mempunyai respon yang berbeda-beda Rata-
1,36 0,46 0,5
terhadap kondisi perairan, khususnya unsur rata
hara, sehingga jenis Fitoplankton bervariasi
dari satu tempat ke tempat yang lain. Tabel 4 menunjukkan indeks
keanekaragaman jenis (H’) yang tertinggi
Sedangkan kelimpahan zooplankton
adalah pada Stasiun 2 (1,41) dan indeks
di perairan Tembeling berkisar antara 620 –
keanekaragaman jenis (H’) yang terendah
900 ind/l. Kelimpahan zooplankton pada
adalah pada Stasiun 1 (1,28). Indeks
stasiun I sebanyak 820 ind/l, stasiun II
keseragaman (E) yang paling tinggi adalah
sebanyak 900 ind/l dan pada stasiun III
pada Stasiun 2, dan Stasiun 3 (0,5) dan
sebanyak 620 ind/l. kelimpahan tertinggi
indeks keseragaman (E) terendah terdapat
pada stasiun I diperoleh dari jenis
pada Stasiun 1 (0,4). Indeks dominansi (D)
Tintinnidium muscicola dengan kelimpahan
yang tertinggi terdapat pada Stasiun 2 (0,55)
sebanyak 200 ind/l. Sedangkan kelimpahan
dan indeks dominansi (D) terendah terdapat
zooplankton terendah pada stasiun I
pada Stasiun 1 (0,45).
diperoleh dari jenis Aulosphaera
elegantissima dengan kelimpahan sebanyak

9
Keanekaragaman jenis (H’) didukung juga bahwa Fitoplankton akan
digunakan untuk menilai tingkat mendominasi perairan dengan adanya
keseimbangan dari struktur komunitas yang pengaruh konsentrasi posfat 0,00-0,02 ppm
diamati yang berkaitan erat dengan (Ardiwijaya, 2002).
karakteristik habitat yang dihuni oleh biota
tersebut (Supono, 2008). Berdasarkan KESIMPULAN DAN SARAN
metode Shannon-Winner dalam Odum
(1998), maka keanekaragaman jenis Hasil penelitian di Perairan
tergolong sedang (prima) artinya indeks Tembeling Kabupaten Bintan, menunjukkan
keanekaragaman sedang dengan sebaran bahwa kelimpahan Fitoplankton tertinggi
individu sedang dan kestabilan komunitas terdapat pada stasiun 2, dimana stasiun 2
sedang. merupakan kawasan yang terletak dekat
dengan pemukiman penduduk dan kawasan
Indeks keseragaman (E) pada
mangrove. Dan kelimpahan terendah
Stasiun 1 (0,4), Stasiun 2 (0,5), Stasiun 3
terdapat pada stasiun 1, yaitu kawasan yang
(0,5) berdasarkan metode Pilou dalam Krebs
berada pada aktivitas bekas penambangan
1989, maka keseragaman organisme di
bauksit.
perairan seimbang dan tidak terjadi
Indeks keanekaragaman jenis (H’)
persaingan baik makanan maupun tempat.
tergolong di Perairan Tembeling Kabupaten
Indeks dominansi (D) pada Fitoplankton
Bintan tergolong sedang, dengan sebaran
Stasiun 1 (0,45), Stasiun 2 (0,55), dan
individu sedang dan kestabilan komunitas
Stasiun 3 (0,51). Berdasarkan metode
sedang, indeks dominansi (D) yaitu adanya
Simpson dalam Odum (1996) terdapat
spesies yang mendominasi, indeks
spesies yang mendominasi pada setiap
keseragaman (E) seimbang dan tidak terjadi
stasiun yaitu spesies Leptocylindrus minimus
persaingan makanan maupun tempat.
dan Nitzchia pungens. Hal ini dikarenakan
Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan
kedua spesies ini mampu beradaptasi dengan
sebagai gambaran mengenai struktur
perubahan lingkungan serta lokasinya
komunitas Fitoplankton yang dihubungkan
berdekatan dengan pemukiman dan kawasan
dengan faktor-faktor nutrient yang masuk
mangrove sehingga berpengaruh mendapat
kedalam perairan.
masukan nutrien dari kedua stasiun dan ada
beberapa spesies yang mempunyai tingkat
adaptasi yang tinggi saja dapat bertahan DAFTAR PUSTAKA
hidup. Faktor utama yang mempengaruhi
Arinardi, O.H., Trimaningsih; S.H. Riyono.
dominansi Fitoplankton antara lain adanya 1997. Kisaran Kelimpahan dan
perusakan habitat alami seperti Komposisi Plankton Predominan
Di Kawasan Timur Indonesia.
pengkonversian lahan mangrove, Jakarta : Pusat Penelitian dan
pencemaran kimia dan organik, serta Pengembangan Oseanologi-LIPI.
perubahan iklim (Widodo, 1997). Hal ini

10
Barus. T. A. 2002. Pengantar Limnologi. Laut). Fakultas Perikanan dan
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.
Sumatra Utara. Medan
Lubis, S. R. 2011. Studi Keanekargaman dan
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Identifikasi Organisme
Studi Tentang Ekosistem Air Fitoplankton Pada Perairan Pantai
Daratan. Medan: USU Press. Tanjung Tiram Kabupaten
Batubara, Skripsi Sarjana Biologi
Basmi, J. 1988. Perkembangan Komunitas FMIPA, UNIMED, Medan.
Fitoplankton Sebagai Indikator
Perubahan Tingkat Kesuburan Maheswara, A. 2004. Meroplankton Laut.
Kualitas Perairan (Tidak Jakarta : Djambatan.
Dipublikasikan). Makalah
Pelengkap Mata Ajaran Manajemen Muharram, N. 2006. Struktur Komunitas
Kualitas Air. Program Studi Perifiton dan Fitoplankton di
Manajemen Sumberdaya Perairan. Bagian Hulu Sungai Ciliwung,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Basmi J. 1995. Planktonologi, Produksi Institut Pertanian Bogor.
Primer. Fakultas Perikanan. Institut.
Pertanian Bogor. Bogor. Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan.
Jakarta. 368 hal
Basmi, J. 1999. Planktonologi (Bioekologi
Plankton Algae). Fakultas Nybakken, J. W. 1992. Biologi laut: Suatu
Perikanan dan Ilmu Kelautan pendekatan ekologis. PT. Gramedia
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pustaka Utama, Jakarta. 459 hal.

Bougis, P. 1976. Marine Pankton Ecology. Odum, E, P. 1971. Fundamentals of ecology.


North- Holand publishing Co. 3rd Ed W.B Saunders, Co
Amstedam. 355 pp. Philadelphia.

Galingging, M. 2010. Hubungan Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.


Produktivitas Primer Fitoplankton Edisi ketiga. Terjemahan :
Dengan Faktor Fisik Kimia Air Di Samingan, T., Srigandono.
Muara Sungai Asahan. [Tesis], Fundamentals Of Ecology. Third
Universitas Sumatera Utara, Edition. Gadjah Mada University
Medan. Press.

Goldman, C. R. dan A. J. Horne. 1983. Odum, E. P., 1994. Dasar-dasar Ekologi


Limnology. Mc Graw Hill (Terjemahan) Edisi ke tiga. Gadjah
International Book Company. MadaUniversity Press, Yogyakarta:
Tokyo. pp 174 – 200.

Haumahu, S. 2004. Distribusi Spasial Prabandani, D. 2002. Struktur Komunitas


Fitoplankton Di Teluk Ambon Fitoplankton di Teluk Semangka,
Bagian Dalam. Ichthyos, 3(2). Lampung Pada Bulan Juli, Oktober
dan Desember 2001. [Skripsi].
Hutagalung, H. P. dan Rozak, A., 1997. Program Studi Manajemen
Metode Analisis Air Laut, Sedimen Sumberdaya Perairan. Fakultas
dan Biota Laut. Institut Pertanian Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Bogor. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Raymont, J. E. G. 1981. Plankton dan


Di Dalam Wilayah Pesisir. Produktivitas Bahari (Alihbahasa
Sebagian bahan kuliah SPL.727 Koesoebiono). Institut Pertanian
(Analisis Ekosistem Pesisir dan Bogor.

11
Sachlan, M., 1982. Planktonologi. Fakultas
Peternakan dan Perikanan UNDIP,
Semarang: pp. 1 -101

Sumich, J. L., 1999. An Introduction to The


Biology of Marine Life. 7th. ed.
McGraw- Hill. New York. pp: 73 –
90; 239 – 248; 321 – 329

Thurman, H. V. 1997. Introductory


Oceanography. Prentice Hall
College. New Jersey.

Wibisono. M. S. 2005. Pengantar Ilmu


Kelautan. Penerbit PT. Grasindo.
Jakarta

Yudhi. M. 2008. Media Pembelajaran:


Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Pers.

12

Anda mungkin juga menyukai