Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sudah menjadi sebuah kebutuhan pokok di masyarakat
modern dewassa ini. Pendidikan itu sendiri dapat dibedakan menjadi
pendidikan formal dan non formal. Seiring berjalannya sebuah trend
pendidikan yang semakin berkembang di masyarakat, maka sebuah proses
pendidikan dalam suaru lembaga haruslah terdapat sebuah manajemen
yang baik baik itu manajemen personalia, sarpras, keuangan, maupun
peserta didik.
Mengacu pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi, bisa
diartikan adalah seseorang yang sedang menimba ilmu di berbagai jenjang
maupun jalur di lembaga pendidikan untuk mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran. Dalam proses pendidikan, manajemen
peserta didik sangatlah penting, terutama dalam hal sisitem perekrutan,
pencatatan, pengelompokkan, pendekatan, mutasi, promosi ke jenjang
yang lebih tinggi dan layanan kepada peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi manajemen peserta didik di Indonesia?
2. Bagaimana proses rekrutmen, pencatatan, pengelompokkan, mutasi,
promise dan pelayanan kepada peserta didik di Indonesia?
3. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam manajemen peserta didik?

C. Tujuan
1. Mengetahui kondisi manajemen peserta didik secara umum.
2. Mengetahui kondisi manajemen peserta didik di Indonesia.
3. Menyimpulkan kondisi manajemen peserta didik di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik terdiri dari dua kata manajemen dan
peserta didik. Manajemen bisa diartikan kegiatan pengaturan dan
pendayahgunaan sumber daya secara efisien disertai penetapan cara
pelaksanaannya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan
peserta didik menurut Suharsini Arikunto (1986: 12) adalah siapa saja
yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Menurut
UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Jadi, bisa diartikan adalah seseorang yang sedang menimba ilmu
di berbagai jenjang maupun jalur di lembaga pendidikan untuk
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Manajemen peserta didik adalah penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk
sampai dengan keluar dari suatu sekolah. Secara umum, manajemen
peseta didik bertujuan mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah berjalan dengan lancer,
tertib, dan teratur. Selain itu, terdapat tiga tugas utama dalam bidang
managemen peserta didik untuk mencapai tujuan tersebut yaitu
penerimaan peserta didik, kegiatan kemajuan belajar serta bimbingan dan
pembinaan disiplin.

B. Penerimaan Peserta Didik


Penerimaan peserta didik merupakan kegiatan awal untuk
mendapatkan peserta didik yang akan mengikuti proses pendidikan di
suatu lembaga pendidikan. penerimaan peserta didik merupakan hal sangat
penting, sebab kalau tidak ada peserta didik yang diterima di sekolah,
berarti tidak ada yang harus ditangani atau di atur. Pada bagian ini
akan dibahas sebagai berikut:
1. Kebijaksanaan Penerimaan Peserta Didik
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik baru, memuat
aturan mengenai jumlah peserta didik yang dapat diterima di suatu
sekolah. Penentuan mengenai jumlah peserta didik, tentu juga
didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang ada di sekolah ( faktor
kondisional). Faktor kondisional tersebut meliputi; daya tampung kelas
baru, kriteria mengenai siswa yang dapat diterima, anggaran yang
tersedia, sarana prasarana yang ada, tenaga kependidikan yang
tersedia, jumlah peserta didik yang tinggal di kelas satu, dan
sebagainya.
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik, juga memuat
sistem pendaftaran dan seleksi atau penyaringan yang akan dilakukan
untuk peserta didik. Selain itu, kebijakan penerimaan peserta didik
juga berisi mengenai waktu pendaftaran, kapan dimulai dan kapan
diakhiri. Selanjutnya, kebijakan penerimaan peserta didik harus juga
memuat tentang personalia-personalia yang akan terlibat dalam
pendaftaran, seleksi dan penerimaan peserta didik. Kebijakan
penerimaan peserta didik ini dibuat berdasarkan petunjuk-petunjuk
yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/kota. Petunjuk
demikian harus dipedomani karena ia memang dibuat dalam rangka
mendapatkan calon peserta didik sebagaimana yang diinginkan atau
diidealkan.
2. Sistem Penerimaan Peserta Didik,
Ada dua macam sistem penerimaan peserta didik, yaitu sistem
promosi dan sistem seleksi. Sistem promosi adalah penerimaan peserta
didik, yang sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka yang
mendaftar sebagai peserta didik di suatu sekolah, diterima semua
begitu saja. Karena itu, mereka yang mendaftar menjadi peserta didik,
tidak ada yang ditolak. Sistem promosi, secara umum berlaku pada
sekolah-sekolah yang pendaftarannya kurang dari jatah atau daya
tampung yang ditentukan. Sedangkan sistem seleksi dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu seleksi berdasarkan Daftar Nilai Ebta Murni
(DANEM), Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), dan tes
masuk.
3. Kriteria Penerimaan Peserta Didik Baru
Kriteria yang dimaksud adalah patokan-patokan yang menentukan
bisa atau tidaknya seseorang untuk diterima sebagai peserta didik. Ada
tiga macam kriteria penerimaan peserta didik yang meliputi:
a. Kriteria acuan patokan (standard criterian referenced), yaitu suatu
penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan-patokan
yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Kriteria acuan norma (norm criterian referenced), yaitu suatu
penerimaan peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan
prestasi calon peserta didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini
sekolah menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan prestasi
keseluruhan peserta didik. Keseluruhan prestasi didik dijumlah,
kemudian dicari rata-ratanya. Calon peserta didik yang nilainya di
atas rata-rata, digolongkan sebagai calon peserta didik. Sementara
yang berada di bawahnya dianggap tidak diterima.
c. Kriteria yang didasarkan daya tampung sekolah, sekolah terlebih
dahulu menentukan jumlah daya tampungnya, atau berapa calon
peserta didik baru yang akan diterima. Setelah sekolah
menentukan, kemudian merangking prestasi siswa mulai dari yang
berprestasi paling tinggi sampai dengan prestasi paling rendah.
Penentuan peserta didik yang diterima dilakukan dengan cara
menurut dari atas ke bawah, sampai daya tampung tersebut
terpenuhi.
4. Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru
Prosedur penerimaan peserta didik baru adalah pembentukan
panitia penerimaan peserta didik, rapat penentuan peserta didik baru,
pembuatan, pemasangan atau pengiriman pengumuman, pendaftaran
peserta didik baru, seleksi, penentuan peserta didik yang diterima,
pengumuman peserta didik yang diterima.
5. Problema Penerimaan Peserta Didik Baru
Ada banyak problem penerimaan peserta didik baru yang harus
dipecahkan. Problema penerimaan peserta didik baru meliputi:
1. Adanya peserta didik yang hasil nilai tesnya sama, jumlah danem
dan kecakapannya sama, dan mereka sama-sama berada pada
batas bawah penerimaan. Guna menentukan peserta didik mana
yang diterima, hal demikian tidaklah mudah.
2. Adanya calon peserta didik yang dari segi kemampuan masih
kalah dengan lainnya, namun sementara peserta tersebut
bersangkutan mendapatkan nota dari pejabat tertentu yang
mempunyai kekuasaan tertinggi di daerah dimana sekolah tersebut
berada.
3. Terbatasnya daya tampung dan sarana prasarana sekolah,
sementara masih banyak calon siswa yang memiliki kecakapan
tinggi belum tertampung.

C. Pencatatan Peserta Didik


Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pada proses pendidikan yang di lakukan oleh peserta didik di
harapkan mampu membentuk insan yang bertakwa, mandiri, dan cendekia
yang diperoleh atas interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu
wadah baik yang bersifat formal maupun informal. Ada beberapa tahapan
yang perlu di lalui oleh peserta didik dalam menempuh jenjang pendidikan
yang akan mereka enyam, salah satunya adalah pencatatan peseta didik
yang dalam hal ini berkaitan dengan administrasi kependidikan. Namun
sebelum itu peserta didik perlu melewati tahapan yang sering di sebut
dengan masa orientasi. Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan
siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan
(sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Tujuan
diadakannya orientasi bagi peserta didik antara lain: 1) Agar peserta didik
dapat mengerti, memahami dan mentaati segala peraturan yang berlaku di
sekolah, 2) Agar pesera didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan sekolah, 3) Agar peserta didik siap
menghadapi lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental dan
emosional sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran
di sekolah serta dapat menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah..
Setelah peserta didik selesai menempuh beberapa tahap tersebut
barulah dilakukan tahap pencatatan peserta didik yang memuat beberapa
kriteria tertentu misalnya kondisi peserta ekonomi baik secara fisik
maupun materil agar lembaga yang bersangkutan dapat memberikan
bimbingan yang maksimal terhadap peserta didik. Tidak hanya itu, fungsi
lain dari pencatatan peserta didik juga sebagai bukti akuntabilitas dari agen
kependidikan yang nantinya akan di laporakan kepada pihak-pihak yang
berwenang dalam urusan tersebut.
Adapun pencatatan yang diperlukan untuk mendukung data
mengenai siswa adalah (1) buku induk siswa, berisi catatan tentang peserta
didik yang masuk di sekolah tersebut, pencatatan diserta dengan nomor
induk siswa; (2) buku klapper, pencatatannya diambil dari buku induk dan
penulisannya diurutkan berdasar abjad; (3) daftar presensi, digunakan
untuk memeriksa kehadiran peserta didik pada kegiatan sekolah; (4) daftar
catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik beserta riwayat
keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini mendukung
program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
Pencatatan peserta didik dilakukan secara berkala mulai dari tahap
penerimaan, seleksi maupun setelah peserta didik tersebut tamat ataupun
meninggalkan sekolah.
D. Pengelompokan Peserta Didik
Dalam suatu proses pendidikan tentu kita akan menjumpai apa yang
namanya pengelompokan peserta didik. Pengelompokan atau Ability
Grouping adalah merupakan praktik memasukkan beberapa siswa dengan
kemampuan yang setara ke dalam kelompok yang sama. Fungsi dari
pengelompokan dalam suatu proses pebelajaran ada beberapa macam,
salah satunya adalah motivasi. Persepektif motivasi artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap
anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan
setiap individu pada dasarya adalah keberhasilan kelompok. Tidak hanya
itu ketika dalam suatu kelompok belajar peserta didik mampu memotivasi
setiap anggotanya individu untuk saling berprestasi dalam hal inipun juga
berkaitan dengan peningkatan kemampuan sosial peserta didik dalam
proses pembelajaran karena peserta didik menginginkan semua anggota
kelompok memperoleh keberhasilan.
Menurut William A. Jeager sebagaimana dikutip oleh Tim Dosen
Administrasi Pendidikan, bahwa pengelompokan peserta didik dapat
didasarkan kepada :
1. Fungsi Integrasi, yaitu pengelompokan yang didasarkan atas kesamaan-
kesamaan yang ada pada peserta didik. Pengelompokan ini didasarkan
kepada jenis kelamin, umur dan sebainya. Pengelompokan berdasarkan
fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
2. Fungsi Perbedaan, yaitu pengelompokan peserta didik yang didasarkan
kepada perbedaan-perberdaan yang ada dalam individu peserta didik,
seperti minat, bakat, kemampuan dan lain sebagainya. Pengelompokan
berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran individual.
Sedangkan menurut Hendyat Soetopo sebagaimana dikutip oleh Tim
Dosen Administrasi Pendidikan, bahwa dasar-dasar pengelompokan
peserta didik ada 5, yaitu :
1. Friendship Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan pada kesukaan di dalam
memilih teman antara peserta didik itu sendiri. Jadi dalam hal ini, peserta
didik mempunyai kebebasan di dalam memilih teman untuk dijadikan
sebagai anggota kelompoknya.
2. Achievement Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan pada prestasi yang dicapai
oleh siswa. Dalam pengelompolan ini biasanya diadakan percampuran
antara peserta didik yang berprestasi tinggi dengan peserta didik yang
berprestasi rendah.
3. Aptitude Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas kemampuan dan bakat
sesuai dengan apa yang dimiliki oleh peserta didik itu sendiri.
4. Attention or Interest Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas perhatian atau minat
yang didasari kesenangan peserta didik itu sendiri. Pengelompokan ini
didasarkan oleh adanya peserta didik yang mempunyai bakat dalam bidang
tertentu namun peserta didik tidak senang dengan bakat yang dimilikinya.
5. Intellegences Grouping
Pengelompokan peserta didik didasrkan pada hasil tes intelegensi yang
diberikan kepada peserta didik itu sendiri.

E. Pendekatan dalam manajemen peserta didik.


Menurut Yeager (1994) Menyatakan bahwa pendekatan yang
digunakan dalam manajemen peserta didik ada 2, yaitu pendekatan
kuantitatif (the quantitative approach), dan pendekatan kualitatif (the
qualitative approach).
Pendekatan kualitatif lebih menekankan pada hal yang berkaitan
dengan administrasi dan birokratik. Seorang peserta didik akan dapat
mengembangkan dirinya jika lengkap secara administrasi baik pencatatan
maupun keuangan, lengkap kehadiran, lengkap tugas-tugas dll.
Pendekatan kuantitatif lebih menekakan pada kemampuan peserta
didik. Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk menjalankan
proses pembelajaran dengan nyaman dan senang, oleh karena itu
pendekatan kualitatif mengharuskan suatu kondisi yang kondusif dan
menyenangkan untuk menjalankan proses pembelajaran bagi peserta didik.

F. Mutasi peserta didik


Secara garis besar mutasi peserta didik diartikan sebagai proses
perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah yang lain atau
perpindahan peserta didik yang berada dalam satu sekolah. Oleh karena itu
terdapat dua jenis mutasi peserta didik :
a. Mutasi Ekstern
Mutasi Ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah menuju
sekolah lain. Tujuan adanya mutasi ekstern adalah:
1. Mutasi didasari pada kepentingan peserta didik untuk dapat mengikuti
pendidikan di sekolah yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan
peserta didik seta lingkungan yang mempengaruhinya.
2. Memberikan perlindungan kepada sekolah tertentu untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara wajar sesuai dengan keadaan, kemampuan sekolah
serta lingkungan yang mempengaruhinya.

Mutasi ekstern harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain:


- rmintaan mutasi peserta didik diajukan oleh orang tua/wali karena alasan
yang dapat dibenarkan.

b. Mutasi Internal
Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik dalam suatu sekolah.
Dalam hal ini akan dibahas khusus mengenai kenaikan kelas. Maksud dari
kenaikan kelas adalah peserta didik yang telah dapat menyelesaikan
program pendidikan selama satu tahun, apabila telah memenuhi
persyaratan untuk dinaikkan, maka kepadanya berhak untuk naik kelas
berikutnya. Peserta dikatakan naik kelas apabila telah memenuhi
persyaratan :
- Tidak terdapat nilai mati
- Program pendidikan umum rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,00. Boleh
terdapat 2 nilai kurang dari 6,00 asal bukan pendidikan agama dan
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.
- Program pendidikan akademis rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,00.
Boleh terdapat 2 nilai kurang dari 6,00 asal bukan bahasa indonesia
- Program pendidikan keterampilan rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,00.
Boleh terdapat 1 nilai kurang dari 6,00.

G. Promosi Peserta Didik

Promosi peserta didik pada dasarnya berkaitan dengan proses


penerimaan pserta didik baru. Dalam proses penerimaan peserta didik baru
pada umumnya menggunakan dua sistem yaitu sistem promosi dan sistem
seleksi. Sistem penerimaan peserta didik pomosi adalah sistem penerimaan
peserta didik dengan tanpa menggunakan proses seleksi. Semua peserta
didik yang mendaftar langsung dapat diterima di sekolah terseebut.
Biasanya sistem tersebut digunakan oleh sekolah yang jumlah
pendaftarnya kurang dari jumlah daya tampung yang tersedia. Berbeda
dengan sistem seleksi yang digunakan untuk menerima peserta didik
sesuai dengan kualifikasi yang telah ditentukan oleh pihak sekolah yang
mana pada umumnya jumlah pendaftar melebihi jumlah daya tampung
yang tersedia (Imron, 2011 : 43).

Selanjutnya berdasarkan dengan hal tersebut, maka proses penerimaan


peserta didik harus menentukan beberapa strategi khusus untuk dapat
menarik minat konsumen dalam jasa pendidikan. Berbagai strategi yang
dapat dilakukan oleh penyedia jasa layanan pendidikan diantaranya yaitu
dapat berupa promosi mengenai keunggulan yang dimiliki oleh sekolah
ataupun penyedia jasa layanan pendidikan tersebut. Selain itu manajemen
promosi sekolahg yang baik pun diperlukan untuk mendukung minat
konsumen jasa pendidikan yaitu masyarakat.
Berikut ini terdapat bauran pemasaran jasa pendidikan Alma dan
Hurriyati (2008:303-325) dalam (Tangkilisan, 2014 : 272) adalah konsep
7P yang terdiri atas 4P tradisional dan 3P yang diperluas yaitu :

1. Produk dan jasa yang ditawarkan kepada reputasi, prospek, dan variasi
pilihan

2. Harga dalam kontes jasa pendidikan merupakan seluruh biaya yang


dikeluarkan oleh siswa untuk mendapatkan jasa pendidikan yang
ditawarkan oleh suatu jasa penyedia layanan pendidikan. Penetapan harga
(SPP, biaya pembangunan, dan pengembangan laboratorium), adalah
elemen harga jasa pendidikan, pemberian beasiswa, prosedur pembayaran,
dan syarat cicilan.

3. Lokasi adalah tempat jasa pendidikan yang akan mempengaruhi


preferensi calon pelanggan dalam menentukan pilihannya. Lokasi perlu
mempertimbangkan lingkungan sekitar lokasi itu berada. Seperti jarak
lokasi dengan pusat kota, kondisi lahan parkir, lingkungan belajar yang
kondusif dan sarana transportasi. Serta lokasi dapat dijangkau secara
virtual melalui media internet

4. Promosi yang dapat dilakukan jas pendidikan adalah periklanan (iklan


TV, radio, spot dan billboard) promosi penjualan melakukan kontak
langsung dengan calon siswa dan melakukan kegiatan hubungan
masyarakat

5. Semua sumberdaya manusia terlibat dalam proses penyampaian jasa


kepada konsumen serta mempengaruhi presepsi konsumen. Sumberdaya
manusia dalam jasa pendidikan dikelompokkan menjadi 3 yaitu
administrator, guru, dan karyawan.

6. Bukti fisik seperti sarana dan prasaranauntuk mendukung kinerja dari


suatu jasa pendidikan berupa bukti fisik yang terwujud, seperti gaya
bangunan, fasilitas penunjang (kelengkapan sarana pendidikan,
peribadatan, olahraga, dan keamanan).
7. Proses atau manajemen layanan merupakan satu prosedur, mekanisme
dan serangkaian kegiatan untuk menyampaikan jasa dari produsen kepada
konsumen. Proses ini sangat berkaitan dengan sumberdaya manusia yang
akan menyampaikan jasa kepada konsumen. Proses manajemen pelayanan
berupa serangkaian kegiatan yang dialami siswa selama dalam pendidikan
seperti proses belajar, ujian, dan lainnya.

Berdasarkan hal tersebut maka promosi peserta didik dapat berupa


pemasaran jasa pendidikan seperti yang telah dijelaskan dalam bauran
pemasaran jasa pendidikan yang dilakukan oleh penyedia jasa layanan
pendidikan. Mulai dari pemasaran poduk dan jasa yang ditawarkan kepada
konsumen jasa pendidikan, yaitu berupa reputasi, prospek, dan variasi
pilihan hingga fasilitas dan layanan yang diberikan oleh penyedia jasa
kepada konsumen jasa pendidikan yaitu peserta didik.

H. Layanan Peserta Didik

Setelah proses penerimaan peserta didik selesai dilakukan,


selanjutnya penyedia jasa pendidikan harus berupaya untuk menyediakan
layanan jasa pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Dalam (Jabar, 2016 : 81-82) beberapa layanan pendidikan yang
dibutuhkan oleh peserta didik antara lain;

1. Layanan Bimbingan Konseling

Sebagai proses pemberian bantuan kepada peserta didik agar peserta didik
dapat mengarahkan dirinya kepada tindakan yang diharapkan dan sesuai
dengan tuntunan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Layanan ini juga dapat membantu peserta didik dalam
memilih jenis sekolah lanjutan, memilih program lanjutan, pemilihan
pembelajaran lapangan yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik
agar peserta didik dapat mengembangkan dirinya secara maksimal.

2. Layanan Perpustakaan
Diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran disekolah. Bagi
siswa perpustakaan merupakan penyedia informasi pendukung
pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperluas wawasan dan
meningkatkan cakrawala pengetahuan, memingkatkan keterampilan,
membantu peserta didik untuk melakukan proes penelitian, serta
meningkatkan minat baca peserta didik.

3. Layanan Kantin

Layanan kantin diperlukan agar dalam proses pembelajaran,


kebutuhan akan gizi dan asupan makanan peserta didik tetap dapat
terpenuhi dengan baik. Selain itu kantin dibuat agar peserta didik tidak
pergi meninggalkan lingkunga kegiatan belajar atau sekolah untuk
membeli kebutuhan akan makanan dan minuman.

4. Layanan Kesehatan

Untuk membina dan meningkatkan kesehatan peserta didik.


Program layanan kesehatan pada umumnya berupa Usaha Layanan
Kesehatan atau UKS dengan programnya yang berupa pendidikan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan lingkungan sekolah, dan pencapaian
lingkungan hidup yang sehat.

5. Layanan Transportasi

Sebagai sarana penunjang peserta didik. Seperti layanan mobil


sekolah untuk mefasilitasi peserta didik yang akan melakukan kegiatan
diluar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.

6. Layanan Asrama

Pada umumnya digunakan untuk peserta didik yang memiliki tempat


tinggal yang cukup jauh dari lokasi sekolah.ini bertujuan agar peserta didik
dap[at melakukan pembelajaran dengan baik dan memiliki waktu istirahat
yang cukup. Layanan asrama pada umumnya diterapkan pada pendidikan
tingkat lanjut ataupun pada perguruan tinggi.
Selanjutnya berdasarkan pada penjelasan diatas, dapat diketahui
bahwa setiap jasa penyedia layanan pendidikan harus dapat memberikan
layanan kepada peserta didik sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk
dapat menujang proses pembelajaran agar tujuan dari proses pembelajaran
dapat tercapai dan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik serta
menghasilkan output peserta didik yang baik dan sesuai dengan yang
diharapkan oleh semua komponen seperti sekolah, keluarga dan
masyarakat.

Adapun layanan lain yang dapat diberikan oleh pihak penyedia jasa
layanan pendidikan adalah layanan laboratorium, layanan pengembangan
minat dan bakat oeserta didik, serta layanan fasilitas berupa sarana dan
prasarana yang baik, termasuk diantaranya layanan yang diberikan oleh
komponen tenaga kependidikan seperti guru, karyawan dan tata usaha
kepada peserta didiknya.
BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan sudah menjadi sebuah kebutuhan pokok masyarakat


modern. Manajemen yang baik haruslah ada dalm pendidikan untuk
memudahkan proses pendidikan, baik itu manajemen personalia, sarpras,
keuangan maupun peserta didik.

Dalam manajemen peserta didik dapat digunakan dua pendekatan,


yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantittif
menekankan pada ketercapaian administrasi dari peserta didik, baik itu
administrasi pencatatan, keuangan, kehadiran, maupun jumlah tugas dan
penilaian akhir berupa dokumen hasil belajar peserta didik. Pendekatan
kualitatif lebih menekankan bagaimana seorang peserta didik dapat
mengembangkan kemampuannya, dengan demikian lembaga pendidikan
wajib menyediakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan dengan tambahan sarana prasarana untuk menunjang
perkembangan peserta didik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi
Aksara
Jabar, Cepi Safruddin Abdul, dkk. 2016. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta :
UNY Press
Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Kompas
Media Nusantara.
Tangkilisan, Glendy, dkk. 2014. Jurnal EMBA Bauran Pemasaran Jasa
Pendidikan Pengaruhnya Derhadap Keputusan Siswa Dalam Memilih
Sekolah di SMKN 1 Manado. Vol. 2 No. 4 Desember (Hal 269-277)

Anda mungkin juga menyukai