Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Hasil Pengembangan Produk Awal


1. Tahap Analisis (Analysis)
Tahap pertama pada penelitian ini adalah tahap analisis. Pada tahap inilah
dilakukannya analisis kebutuhan peserta didik, kebutuhan guru dan kebutuhan
media pembelajaran. Analisis ini dilakukan dengan penyebaran angket dan
observasi di lingkungan sekolah. Dari hasil angket dan observasi, peneliti
menemukan beberapa kendala dan permasalahan.
a. analisis kebutuhan peserta didik
Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti didapatkan beberapa
karakteristik dari peserta didik antara lain
1) Peserta didik kurang aktif dalam belajar, dilihat dari sikap peserta didik

yang cenderung diam dan enggan bertanya. Ketika disuruh maju ke

depan kelas untuk menjelaskan hasil dari diskusi dengan teman

kelompok masing-masing pun lebih banyak yang menolak dan malu

untuk maju.

2) Rendahya minat belajar peserta didik, dilihat dari sikap peserta didik

yang tidak serius dalam belajar dan lebih suka berbicara dengan teman-

temannya ketika guru sedang menjelaskan di depan kelas. Ada juga

peserta didik yang cenderung bermalas-malasan dengan cara tidur ketika

proses belajar mengajar berlangsung.

3) Kurang tertarik terhadap buku ajar yang digunakan, ini terlihat dari sikap

peserta didik ketika belajar dengan menggunakan buku paket dari

sekolah dimana, peserta didik jarang yang mau membaca buku dengan

serius.

b. analisis kebutuhan guru


Berdasarkan angket yang sudah disebar ke beberapa sekolah,
peneliti dapat menganalisis bahwa beberapa guru masih jarang memberikan
proyek kepada siswa misalnya merekonstruksi bangunan dalam
pembelajaran geometi yang akan membuat peserta didik mampu untuk
meningkatkan literasi matematikanya khususnya pada materi geometri.
Adapun metode pembelajaran yang digunakan guru juga masih mengajar
dengan metode konvensional atau ceramah, dan kurang memberikan soal-
soal berbentuk cerita sehingga tingkat kemampuan peserta didik dalam
mendefinisikan geometri masih tergolong sedang. Mendefinisikan geometri
yang dimaksud adalah bagaimana peserta didik dapat mengamati,
mengartikan dan memahami bentuk-bentuk geometri yang ada pada
kehidupan sehari-hari. Sehingga matematika yang mereka temukan di
sekolah sangat berbeda dengan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari

c. media pembelajaan.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di kelas ada beberapa point
yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran. Yakni media
pembelajaran yang hanya menggunakan buku paket seadanya dan terbatas,
sehingga membuat proses belajar dan mengajar tidak maksimal. Fasilitas
yang digunakan juga sangat sederhana dan tidak memadai, seperti tidak
adanya pengadaan proyektor yang dapat meningkatkan ketertarikan peserta
didik dalam pembelajaran sangat kurang.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap perancangan ini meliputi beberapa perencanaan pengembangan
modul ajar geometri sebagai berikut :
a. Melakukan analisis kurikulum merdeka belajar terkait dengan capaian
pembelajaran, alur tujuan pembelajaran pada materi geometri, selanjutnya
membuat rumusan tujuan pembelajaran yang akan menjadi landasan
modul.
b. Menyusun materi geometri yang akan disajikan dalam modul yang
terintegrasi artefak budaya sasak yang sudah disesuaikan dengan capaian
pembelajaran.
c. Menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang termuat dalam
modul ajar kurikulum merdeka belajar yang sudah disesuaikan dengan
pembelajaran terintegrasi artefak budaya sasak.
d. Penyusunan tes hasil belajar atau posttest yang disesuaikan dengan capaian
pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang sudah terintegrasi artefak
budaya sasak

3. Tahap Pengembangan (Development)


Tahap pengembangan merupakan tahap realisasi rancangan produk yang
telah disusun untuk direalisasikan menjadi produk yang siap untuk diterapkan.
Pengembangan produk dilakukan sesuai dengan tahapan yang dibuat pada
tahap perancangan kemudian direvisi berdasarka hasil bimbingan dengan
dosen pembimbing dan validator. Ada tiga tahapan dalam pengembangan
produk sebelum diimplementasikan ke lapangan, yakni pengembangan
perencanaan, validasi dan revisi.
a. Rancangan Modul Ajar merdeka belajar
1) Capaian Pembelajaran

Gambar 4.1
Capaian Pembelajaran
Gambar 4.2
Cakupan Materi capaian pembelajaran

2) Alur Tujuan Pembelajaran

Gambar 4.3
Alur Tujuan Pembelajaran

b. Rancangan Modul
1) Cover
Gambar 4.4
Sampul Depan Modul

2) Kata Pengantar

Gambar 4.5
Kata Pengantar
3) Daftar Isi
Gambar 4.6
Daftar Isi

4) Peta Konsep

Gambar 4.7
Peta Konsep
5) Pendahuluan
a. Deskripsi

Gambar 4.8
Deskripsi
b. Prasarat
Gambar 4.9
Prasarat

c. Materi Pembelajaran

Gambar 4.10
Materi Pembelajaran

d. Petunjuk Penggunaan Modul

Gambar 4.11
Petunjuk Penggunaan Modul
6) Kegiatan Pembelajaran

Gambar 4.12
Kegiatan Pembelajaran

7) Uraian Materi
Gambar 4.13
Uraian Materi

8) Contoh Soal

Gambar 4.14
Contoh Soal

9) Rangkuman
Gambar 4.15
Rangkuman

10) Latihan

Gambar 4.16
Latihan

11) Penutup
Gambar 4.17
Penutup

12) Daftar Pustaka


Gambar 4.18
Daftar Pustaka

4. Tahap Implementasi (Implementation)


Tahap implementasi dilakukan setelah produk selesai divalidasi oleh

tim ahli dan dinyatakan layak digunakan. Selanjutnya peneliti akan

menerapkan hasil pengembangan produk yaitu modul ajar geometri

terintegrasi artefak budaya sasak, kepada peserta didik kelas VII SMP Tahfidz

Darussomad. Implentasi produk dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan

dengan menggunakan modul ajar geometri terintegrasi artefak budaya sasak.

Jadwal Uji coba dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Jadwal Uji Coba

Pertemuan Ke- Kegiatan Waktu

Hari/Tanggal Jam ke-

1 Pre-Test Selasa, 22 1-2 (13.00 –

Agustus 2023 14.30)

2 Uji Coba Modul Selasa, 29 1-2 (13.00 –

ajar geometri Agustus 2023 14.30)

3 Uji Coba Modul Rabu, 30 Agustus 3-4 (14.30 –

ajar geometri 2023 16.00)

4 Post-Test Selasa, 5 1-2 (13.00 –

September 2023 14.30)


5. Tahap Penilaian (Evaluation)
Tahap ini merupakan tahap untuk menghasilkan penilaian dari produk
yang telah dikembangkan. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengukur
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dari produk yang dikembangkan.
a. Validasi Produk
Sebelum produk diterapkan, terlebih dahulu harus divalidasi oleh tim
ahli untuk mengetahui kevalidan produk yang dikembangkan. Validasi
produk terdiri dari validasi bahan ajar dari segi materi maupun media,
serta validasi alat ukur penilaian yaitu tes hasil belajar.
1) Analisis Data Validasi Ahi Materi
Analisis hasil validasi modul untuk ahli materi dilakukan untuk
mengetahui kualitas validitas materi yang terdapat pada modul. Hasil
validasi terhadap modul ajar geometri terintegrasi artefak budaya sasak
ini menggunakan skala lima. Banyak item validasi untuk bahan ajar
yang divalidasi adalah 25 item. Skor minimum ideal didapat dari hasil
kali banyak item bahan ajar yaitu 25 dengan banyak validator yang
digunakan yaitu 2 validator, sehingga skor minimum ideal adalah 25 x
2 = 50. Untuk skor maksimum ideal didapat dari hasil kali banyak item
bahan ajar yaitu 25 dengan banyak validator yang digunakan yaitu 2
validator dan penilaian yang digunakan yaitu skala lima, sehingga skor
maksimum idealnya adalah 25 x 2 x 5 = 250. Adapun untuk nilai mean
1
idealnya yaitu Mi = (250 + 50) = 150 dan simpangan baku idealnya
2
1
yaitu Si = (250 – 50 ) = 33,3 sehingga diperoleh kriteria interval
6
untuk kategori validasi seperti yang disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel 4.2
Interval Validasi Bahan Ajar Ahli Materi
Bahan Ajar Kategori
209,94 < X Sangan Valid
169,98 < X ≤ 209,94 Valid
130,02 < X ≤ 169,98 Cukup Valid
90,02 < X ≤ 130,02 Kurang Valid
X ≤ 90,02 Tidak Valid

Hasil penilaian menunjukkan kualitas validitas rancangan pembelajaran


berada pada kriteria sangat valid dengan perolehan skor total aktual
sebesar 220.
2) Analisis Data Validasi Ahli Media
Analisis hasil validasi modul untuk ahli media dilakukan untuk
mengetahui kualitas validitas media yang terdapat pada modul. Hasil
validasi terhadap modul ajar geometri terintegrasi artefak budaya sasak
ini menggunakan skala lima. Banyak item validasi untuk bahan ajar
yang divalidasi oleh ahli media adalah 17 item. Skor minimum ideal
didapat dari hasil kali banyak item bahan ajar yaitu 17 item dengan
banyak validator yakni 2 validator, sehingga didapat skor minimum
idealnya adalah 17 x 2 = 34. Adapun untuk skor maksimum ideal
didapat dari hasil kali banyak item bahan ajar yaitu 17 item dengan
banyak validator yakni 2 validator dan peniaian yang digunakan yaitu
skala 5, sehingga skor maksimum idealnya adalah 17 x 2 x 5 = 170.
1
Sedangkan untuk nilai mean idealnya yaitu Mi = (170 + 34) = 102,
2
1
kemudian simpangan baku idealnya yaitu Si = (170 – 34 ) = 22,6,
6
sehingga diperoleh kriteria interval untuk kategori validasi seperti yang
disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3.
Interval Validasi Bahan Ajar Ahli Media
Bahan Ajar Kategori
142,68 < X Sangan Valid
115,56 < X ≤ 142,68 Valid
88,44 < X ≤ 115,56 Cukup Valid
61,32 < X ≤ 88,44 Kurang Valid

X ≤ 61,32 Tidak Valid

Hasil penilaian menunjukkan kualitas validitas rancangan


pembelajaran berada pada kriteria valid dengan perolehan skor total
aktual sebesar 142.

3) Analisis Hasil Validasi Tes Hasil Belajar (THB)


Hasil validasi terhadap tes hasil belajar ini menggunakan rumus
validasi Aiken’s V. Tes hasil belajar yang telah disusun digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes hasil belajar terdiri dari 5 soal.
Hasil penilaian menunjukkan kualitas butir soal berada pada kriteria
sangat valid dan layak digunakan.
b. Kepraktisan Produk
Penilaian kepraktisan didapatkan dari penilaian tehadap bahan ajar yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik. Hasil analisis kepraktisan sebagai
berikut:
1) Analisis Hasil Kepraktisan Modul Ajar Oleh Guru
Analisis hasil penilaian kepraktisan modul oleh guru dilakukan untuk
mengetahui kualitas kepraktisan modul ajar. Hasil penilaian kepraktisan
modul oleh guru berada pada kriteria praktis dengan perolehan skor aktual
sebesar 38.
2) Analisis Kepraktisan Modul Ajar Oleh Siswa
Analisis hasil angket respon peserta didik dilakukan untuk mengetahui
kualitas kepraktisan modul. Hasil angket respon peserta didik menunjukkan
bahwa produk yang dikembangkan praktis dengan presentase 98,7%.
c. Kefektifan Produk
Analisis penilaian keefektifan dilakukan menggunakan instrumen tes yang
telah divalidasi dan dinyatakan layak digunakan. Hasil instrumen tersebut
menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan efektif dilihat dari nilai rata-
rata peserta didik.
B. Hasil Uji Coba Produk
1. Analisis Data Kevalidan Produk
Hasil uji coba produk dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data
sebagai dasar untuk mengetahui kelayakan produk Modul Ajar Geometri.
a. Analisis Data Validasi Modul
Analisis data validasi modul dibagi menjadi dua validasi yakni validasi
ahli materi dan validasi ahli media.
1. Analisis Data Validasi Ahli Materi
Modul yang dikembangkan divalidasi oleh duah ahli materi yakni
bapak Fahrurrozi, M.Pd dan bapak Muhammad Rasidi, M.Pd. Adapun
hasil validasinya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.4
Hasil Validasi Ahli Materi
Validator
Validator II Skor Aktual Kriteria
I
Sangat
120 100 220
Valid
Sumber : Lembar Validasi Modul untuk Ahli Materi
Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat disimpulkan bahwa materi
yang terdapat pada modul mencapai kriteria sangat valid sesuai dengan
kriteria interval validitas modul untuk ahli materi.
2. Analisis Data Validasi Ahli Media
Modul yang dikembangkan divalidasi oleh duah ahli media yakni
bapak Fahrurrozi, M.Pd dan bapak Muhammad Rasidi, M.Pd. Adapun
hasil validasinya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.5
Hasil Validasi Ahli Materi
Validator
Validator II Skor Aktual Kriteria
I
80 62 142 Valid
Sumber : Lembar Validasi Modul untuk Ahli Materi
Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
maedia yang terdapat pada modul mencapai kriteria valid sesuai
dengan kriteria interval validitas modul untuk ahli media.

b. Analisis Data Validasi Instrumen Tes


Modul yang dikembangkan divalidasi oleh dua validator yakni bapak
Fahrurrozi, M.Pd dan bapak Muhammad Rasidi, M.Pd. Adapun hasil
validasinya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.6
Hasil Validasi THB
Butir Validator Ʃs V Ket
I II
Butir 1- 42 35 59 0,81944 SANGAT VALID
16

Sumber : Lembar Validasi Instrumen Tes


Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat disimpulkan bahwa materi yang
terdapat pada modul mencapai kriteria sangat valid sesuai dengan kriteria
interval validitas modul untuk ahli materi.
2. Analisis Data Kepraktisan Produk
Penilaian kepraktisan didapatkan dari penilaian tehadap bahan ajar yang
dilakukan oleh guru dan siswa. Hasil analisis kepraktisan sebagai berikut:
a. Analisis Penilaian Kepraktisan Modul Oleh Guru
Penilaian kepraktisan modul ajar geometri oleh guru mata pelajaran

matematika. Hasil penilaian terhadap modul ajar geometri terintegrasi

artefak budaya sasak ini menggunakan skala lima. Skor penilaian dari guru

akan dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima dengan

mengadaptasi interval nilai pada tabel 7. Banyak item respon untuk bahan

ajar ini yaitu ada 8 item. Skor minimum ideal didapat dari hasil kali

banyak item bahan ajar yaitu 8 item dengan banyak responden yakni 1

guru, sehingga didapat skor minimum idealnya adalah 8 x 1 = 8. Adapun

untuk skor maksimum ideal didapat dari hasil kali banyak item bahan ajar

yaitu 8 item dengan banyak responden yakni 1 guru, dan penilaian yang

digunakan yaitu skala 5, sehingga skor maksimum idealnya adalah 8 x 1 x

1
5 = 40. Sedangkan untuk nilai mean idealnya yaitu Mi = (40 + 8) = 24,
2

1
kemudian simpangan baku idealnya yaitu Si = (40 – 8 ) = 5,3 , sehingga
6

diperoleh kriteria interval untuk kategori kepraktisan seperti yang disajikan

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7
Interval Kepraktisan Bahan Ajar Oleh Guru
Bahan Ajar Kategori
33,54 < X Sangan Praktis
27,18 < X ≤ 33,54 Praktis
20,82< X ≤ 27,18 Cukup Praktis
14,46 < X ≤ 20,82 Kurang Praktis
X ≤ 14,46 Tidak Praktis

Tabel 4.8
Hasil Penilaian Bahan Ajar Oleh Guru
No Aspek Skala
Penilaian

1 Kejelasan isi 5
2 Kemenarikan tampilan 5
3 Kemudahan penggunaan 5
4 Kemudaha bahasa untuk 4
dimengerti
5 Kejelasan informasi 4
6 Kejelasan dengan kurikulum 5
merdeka belajar
7 Kebenaran isi materi 5
8 Kebergunaan untuk 5
pembelajaran
38

Berdasarkan data tabel di atas, jumlah skor aktual yang didapat dari

penilaian kepraktisan dari guru sebesar 38. Jumlah skor aktual dari

penilaian guru berada pada interval 33,54 < X dengan kategori sangat

praktis. Oleh karna itu, produk modul ajar geometri terintegrasi artefak

budaya sasak sangat praktis dan layak untuk digunakan.

b. Analisis Penilaian Kepraktisan Modul Oleh Peserta Didik


Penilaian kepraktisan diperoleh dari data hasil angket respon yang
diberikan kepada peserta didik yang menggunakan modul ajar geometri
terintegrasi artefak budaya sasak. Jumlah peserta didik yang mengikuti
kelas 27 orang dan jumlah angket respon terdiri dari 14 item. Berdasarkan
jawaban peserta didik terhadap butir pertanyaan pada angket respon
peserta didik adalah berjumlah 195 dengan persentase angket respon
peserta didik mencapai 96,56%. Bahan ajar dikatakan praktis jika hasil
persentase kepraktisan bahan ajar ≥ 75%. Ini berarti bahan ajar yang
dikembangkan sangat praktis digunakan dengan peserta didik menyatakan
merasa senang, berminat, tertarik, mengerti, dan jelas terhadap komponen
dan kegiatan pembelajaran.

3. Analisis Keefektifan Produk


a. Analisis Keefektifan Peserta Didik
Untuk mencari keefektifan dari produk yang dikembangkan dapat dicari
dengan menggunakan rumus N-gain. Adapun data hasil posttest siswa

dapat dilihat pada lampiran 13.

Sf −Si
N-gain (g) = x 100%
100−Si
95−69 , 07
N-gain (g) = x 100%
100−69 , 07
23 ,14
N-gain (g) = x 100%
0 , 75
N-gain (g) = 75,24%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh skor akhir sebesar

75,24%. Dimana, skor tersebut berada pada interval > 75 yang berarti

bahan ajar yang dikembangkan efektif untuk digunakan dalam

pembelajaran.

C. Revisi Produk
Revisi produk merupakan tahap perbaikan berdasarkan usulan dan saran dari
dosen pembimbing, validator, dan guru mata pelajaran. Tahap revisi pada produk
dilakukan pada saat produk masih dalam tahap pengembangan (development) dan
belum diterapkan (implementation) kepada peserta didik. Adapun hasil revisi
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Revisi Modul
a. Cover
Berikut Tampilan Modul sebelum dan sesudah revisi
Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Gambar 4.19
Cover Setelah dan Sebelum Revisi

b. Tujuan pembelajaran

Sebelum Revisi Sesudah Revisi


Gambar 4.20
Tujuan Pembelajaran

c. Isi
1) Bab I
Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Gambar 4.21
Bab 1

d. Cover Belakang

Setelah Revisi Sebelum Revisi


Gambar 4.22
Cover Belakang

2. Revisi Instrumen Test


a. Lembar Soal

Sebelum revisi Sesudah Revisi


Gambar 4.23
Lembar Soal

b. Lembar Jawaban

Sebelum revisi Sesudah Revisi


Gambar 4.24
Lembar Jawaban
D. Kajian Produk Akhir
Proses pengembangan produk modul ajar geometri terintegrasi artefak

budaya sasak (kerajinan dan kesenian) dalam meningkatkan literasi dikembangkan

dengan langkah-langkah Research and Development (R & D) ADDIE (Endang

Mulyatiningsih, 2011: 183). Pengembangan ini mencangkup analisis kebutuhan,

perancangan produk, pengembangan produk, implementasi produk dan evaluasi

produk.

Tahap awal dalam proses pengembangan modul ajar ini adalah dengan

menganalisis kebutuhan peserta didik dan guru dalam menunjang proses belajar

dan mengajar yang maksimal. Kemudian membuat dan menyusun rencana

pengembangan yang sesuai dengan judul yang telah ditetapkan. Sebelum memulai

mengembangkan atau membuat produk, terlebih dahulu peneliti mengumpulkan

refrensi-refrensi yang relevan terkait materi geometri..

Tahap yang selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti dalam proses

pengembangan ini adalah dengan mulai mendesain atau merancang produk.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyesuaikan rancangan modul yang

akan dibuat dengan kurikulum merdeka yakni capaian pembelajaran yang sudah

ditetapkan yang kemudian akan diintegrasiakan kepada artefak budaya sasak.

Rancangan modul yang akan dibuat mencakup cover modul, isi, materi, contoh

soal, rangkuman, latihan dan daftar pustaka. Serangkaian isi daripada modul ajar

geometri ini kemudian dikembangkan menjadi produk yang siap untuk divalidasi

oleh validator-validator ahli yakni ahli materi dan ahlli media untuk mengetahui

kualitas produk yang akan diimplementasikan.

Dari hasil penilaian oleh validator ahli materi I dan II, diperoleh skor

220 yang artinya produk berada pada kriteria sangat valid. Sedangkan penilaian

dari validator ahli media, diperoleh skor 142 yang berarti produk berada pada
kriteria valid dan layak digunakan. Setelah bahan ajar valid, kemudian akan

diimplementasikan kepada peserta didik untuk melihat kepraktisan dan

keefektifan bahan ajar. Tahap selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti sebelum

melakukan uji coba produk adalah melakukan revisi produk terkait masukan-

masukan pembimbing dan validator. adapun bagian-bagian yang direvisi atau

diperbaiki setelah mendapat masukan dari validator adalah cover modul, isi

modul, dan design modul. Setelah produk direvisi atau diperbaiki barulah lanjut

ke tahap implementasi atau tahap uji coba produk untuk mengetahui kepraktisan

dari produk yang dikembangkan.

Hasil uji coba lapangan (implementasi) dengan menggunakan modul

ajar geometri terintegrasi artefak budaya sasak telah memenuhi kriteria praktis.

Kriteria tersebut terpenuhi berdasarkan hasil lembar penilaian kepraktisan dan

lembar angket respon peserta didik. Hal ini sesuai dengan analisis data

kepraktisan dari hasil penilaian guru yaitu sebesar 38 yang artinya produk berada

pada kriteria sangan praktis. Sedangkan dari hasil penilaian peserta didik

mencapai persentase skor 95,56% yang artinya produk berada pada kriteria sangat

praktis dan siswa merasa senang berminat, tertarik, mengerti, serta jelas terhadap

komponen kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah bahan yang dikembangkan

efektif atau tidak, peneliti memberikan soal tes (posttest) kepada peserta didik.

Berdasarkan hasil tes (posttest) yang diberikan setelah peserta didik

menggunakan modul ajar geometri terintegrasi artefak budaya sasak yang telah

dikembangkan mencapai kriteria efektif dengan skor 75,24%. Ini bisa diketahui

setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus N-gain.


E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang dialami oleh peneliti selama melakukan uji coba
dilapangan adalah pertemuan pembelajaran yang seharusnya dihadiri oleh 35
peserta didik namun yang hadir hanya 29-30 peserta didik dan berbeda-beda
setiap pertemuan. Sehingga pengimplementasian produk tidak maksimal kepada
semua peserta didik di kelas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai