Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH, SUMBER, HUKUM MEMPELAJARI LMU MANTIQ SERTA


PROBLEMATIKA
Di susun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Mantiq
Dosen Pengampu: Bpk. Dr.Asep Nursyamsi, S.Ag, M.SI

Di susun oleh :
Kelompok 3
Dede Saepul Anwar
Shofya Shofwatil Milah
Gina Sania Almanafi
Nadia Ayu Lestari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM KH RUHIAT CIPASUNG
2023

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik tuhan semesta alam, rohmat dan keselamatan semoga terus
mengalir deras kepada sang utusan kita yaitu nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah berkat qudrat dan irodat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah, Sumber, Hukum Mempelajari Ilmu Mantiq serta problematika” ini dengan lancar dan
tepat waktu.

Saya ucapkan terimakasih kepada rekan anggota kelompok 3 yang telah mendukung
dalam menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga kepada dosen pengampu mata kuliah ilmu
mantiq Bpk. Dr. Asep Nursyamsi, S.Ag, M.SI yang telah membimbing kami untuk berpikir
kritis, memperkuat analisis, dan belajar untuk menjadi seorang profesionalis. Serta Tidak lupa
juga ucapan terimakasih kepada seluruh dosen di Universitas Islam KH Ruhiat Cipasung tidak
lupa saya haturkan.

Kami memohon maaf atas sebesar-besarnya bilamana terdapat kesalahan ataupun


kekurangan dalam bentuk penulisan makalah ini, oleh karena itu, kami tidak henti-hentinya
mengharapkan bimbingan, kritik, serta sarannya sebagai bentuk perbaikan kompetensi.

Tasikmalaya, September 2023

Penulis

DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................................iii

PENDAHULUAN..........................................................................................................................iii

Latar Belakang..........................................................................................................................................iii

Rumusan Masalah.....................................................................................................................................iv

Tujuan Penulisan.......................................................................................................................................iv

BAB II............................................................................................................................................iv

PEMBAHASAN.............................................................................................................................iv

BAB III.........................................................................................................................................viii

KESIMPULAN..............................................................................................................................ix

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................x
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu Mantiq atau yang dikenal juga sebagai ilmu logika merupakan salah satu
disiplin ilmu yang sangat penting dalam dunia keilmuan Islam. Ilmu ini berfokus pada
cara berpikir yang sistematis dan logis dalam memahami berbagai konsep dan argumen.
Dalam ilmu Mantiq ini terdapat sejarah yang panjang, sumber-sumber yang digunakan,
serta hukum-hukum yang mengatur penggunaannya. Namun, di balik kepentingan dan
manfaatnya, ilmu Mantiq juga memiliki problematika yang perlu dibahas.
Sejarah ilmu Mantiq dapat ditelusuri hingga ke zaman keemasan peradaban Islam.
Pada masa itu, ilmu Mantiq berkembang pesat dan menjadi salah satu mata pelajaran
yang diajarkan di berbagai institusi pendidikan Islam. Pemikiran-pemikiran dan tokoh-
tokoh terkemuka seperti al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina turut mempengaruhi
perkembangan ilmu mantiq pada masa itu.
Sumber-sumber yang digunakan dalam ilmu mantiq terutama bersumber dari al-
Qur'an dan hadits sebagai dua sumber utama dalam agama Islam. Selain itu, terdapat juga
sumber-sumber lain seperti karya-karya para ulama dan filosof muslim yang membahas
tentang ilmu mantiq. Sumber-sumber ini menjadi pedoman dalam mempelajari ilmu
mantiq dan membantu dalam pemahaman konsep-konsep logika yang terkandung
dalamnya.
Dalam konteks hukum, penggunaan ilmu mantiq memiliki aturan-aturan yang perlu
dipatuhi. Hukum-hukum ini mengatur bagaimana cara mengaplikasikan ilmu mantiq
dengan benar dan etis. Selain itu, hukum-hukum ini juga melindungi dari
penyalahgunaan ilmu mantiq dalam menyampaikan argumen yang tidak valid atau
manipulatif. Namun, di balik kegunaannya, ilmu mantiq juga memiliki problematika
yang perlu mendapat perhatian. Salah satu problematika yang sering muncul adalah
kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang kompleks dalam ilmu Mantiq. Selain
itu, terdapat juga perdebatan tentang relevansi ilmu mantiq dalam konteks kekinian dan
kemajuan ilmu pengetahuan modern.
Di dalam makalah ini, akan dibahas secara lebih mendalam mengenai sejarah,
sumber, dan hukum mempelajari ilmu mantiq. Selain itu, akan dianalisis juga berbagai
problematika yang terkait dengan penggunaan dan pemahaman ilmu mantiq saat ini.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu mantiq ?
2. Dari mana saja sumber ilmu mantiq ?
3. Bagaimana hukum nya mempelajari ilmu mantiq ?
4. Apa saja problematika dari ilmu mantiq ?

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui seluruh mahasiwa pembahasan materi mengenai sejarah ilmu
mantiq, sumber, hukum mempelajari nya, serta problematika ilmu mantuq.
\
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Mantiq


Ilmu mantiq (logika) muncul pertama kali di negara Yunani yang
dipelopori oleh Aristoteles. Bagi bangsa Yunani serta di seluruh dunia, Aristoteles
adalah ikon rasionalitas. Dia adalah peletak dasar cara berpikir yang tersusun
dalam premis-premis (mukaddimah-mukaddimah), kemudian ditarik oleh sebuah
konklusi (natryal).
Nah, baru sekitar abad ke-2 M bangsa Arab menerjemahkan dari segi
bahasa yaitu kalam dan talafidz tanpa menghubungkan dengan makna yang
sebenarnya ketika pada waktu itu bangsa yunani menggunakan nya. Namun, para
sejarah mencatat, di sini banyak karya Aristoteles yang telah menerjemahkan ke
dalam berbagai bahasa, di antaranya Syiria, Arab, Persia dan India. Dalam kilas
sejarah, perkembangan, ilmu mantiq ini berawal dari penerjemahan” besar-
besaran” yang diprakarsai oleh Khalifah Al-Ma'mun atau masa penerjemahan
terhadap karya pemikir Yunani dimulai pada masa Khalifah al-Mansur, dari
Dinasti Abbasiyah.
Kemudian pada masa perpindahan madrasah Alexandria ke Syiria,
penertiban dan penyusunan ketika itu menjadikan logika sebagai pedoman dan
ilmu dasar dalam bidang astronomi, kedokteran serta kalam yang berkembang
pesat di Arab sekitar abad ke 9-11 M. Sarjana islam mulai foaktif dalam
mengembangkan ilmu yang berdasarkan sains termasuk Ibnu Sina pada tahun
1037 M, ia seorang fisuf muslim dan juga dokter, sehingga Abu Bakar Al-Razi
yang mengawali pembukuan ilmu kedokteran dan farmasi. Dalam riwayat al-
Qadli al-Sha'id al-Andalusia di jelaskan, bahwa Ibnu Muqaffa' diyakini sebagai
penerjemah awal ilmu mantiq, ia telah menerjemahkan tiga buku karya
Aristoteles yaitu Categorias, Pario Hermenais, Analytica, serta Eisagoge karya
Porphyry. Mantiq dalam hal ini digunakan sebagai rumusan metode dalam
pengambilan hukum gramatikal bahasa, tertebih lagi dalam hal silogisme. Pada
dasamya logika Aristoteles telah hidup dalam budaya Arab kurang lebih satu
setengah abad.
Perjalanan mantiq Arab mengalami sedikit goncangan dari ulama klasik.
Bantahan dan sanggahan terhadap al-Kindi kala itu tidak dapat dihindari, karena
menurut mereka belajar fllsafat sama halnya belajar sesuatu yang menyesatkan.
Penentang terbesar itu terhadap pemikiran yunani adalah golongan teologi
Asy'ariyah terutama Al-Ghazali (1059-1111 M). Perlawanan tersebut meluas dari
wilayah timur hingga barat. Namun , barat Islam lebih terpengaruh akan hal ini
karena mayoritas bermadzhab Maliki. Mantiq dan filsafat terus dikecam oleh
doktrin ke-salafan, sampai pada akhirnya muncul lbnu Rusyd pemikir besar Islam
yang berani melawan mainstream tersebut dengan bukunya Tahafut al- Tahafut.
Meski demikian, perlawanan terus berlanjut bahkan sampai puncaknya
pada abad ke-13 dan ke-14 M. Apalagi setelah terbunuhnya filsuf muslim
sahruwardi pada akhirr abad ke-12 M., Kemudian muncul lah dua penentang
papan atas yaitu, Ibnu Sholah dan Ibnu Taimiyah . Adapun Ibnu Taimiyah
melakukan pembaikotan terhadap buku-buku filsafat dan mantiq, serta
melontarkan predikat”'kafir” terhadap Ibnu Sina dalam bukunya "Majmu'ah
Rasa'il Al-Kubra" (terbitan Kairo, hal 138). Pada masa ini, lalu pengikisan mantiq
mulai terlihat muncul pada abad ke-14 M. Imam Al-Dzahabi juga melakukan
perlawanan ierhadap perjalanan filsafat dan mantiq Yunani. Hal-hal seperti itulah
yang dilakukan ulama salah guna membendung fitnah dalam pentakwilan teks-
teks suci al-Qur'an dan hadist.
Selanjutnya, rnantiq mulai tersebar di Andalusia dan Persia dari abad ke-
12 hingga abad ke-13 M, dengan style baru yang mulai terbebaskan dari Filsafat.
Ketika mantiq dianggap hanya dibutuhkan dalam filsafat, AlGhazali memberikan
inovasi baru yaitu membawa mantiq secara perlahan memasuki wilayah kalam,
nahwu, fiqh, ushul fiqh, dan ilmu sosial. Karena logika adalah perantara dalam
segala hal, tidak hanya problem-problem teologis dan filsafat saja. Sejak itu Al-
Ghazali melegitimasi umat muslim untuk mempelajari logika dalam kapasitasnya
sebagai kewajiban komunal (fardhu kifnyah).

B. Sumber Ilmu Mantiq


Sumber-sumber dalam mempelajari ilmu mantiq ini sangat penting untuk
memahami konsep-konsep logika yang telah terkandung di dalamnya. Di dalam
ilmu mantiq, terdapat beberapa sumber utama yang di gunakan sebagai pedoman
dalam mempelajari serta mengembangkan pemahaman tentang ilmu mantiq.
Berikut ini ada beberapa sumber yang menjadi acuan dalam ilmu mantiq, di
antaranya :
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber utama bagi umat islam dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk juga dalam mempelajari ilmu mantiq. Ayat-ayat Al-
Qur’an telah mengandung konsep-konsep logika serta argument yang dapat
menjadi dasar pemahaman ilmu mantiq.
2. Hadits
Hadits atau perkataan Rasulullah SAW juga menjadi sumber penting dalam
mempelajari ilmu mantiq. Terdapat hadits-hadits yang memberikan petunjuk
tentang berfikir logis, mengajak untuk menggunakan akal sehat dalam ber
argumen, dan memberikan pedoman dalam menggunakan ilmu mantiq secara
benar.
3. Karya-Karya ulama dan filosof muslim
Para ulama dan filosof muslim juga telah menghasilkan karya-karya yang
membahas tentang ilmu Mantiq. Karya-karya ini merupakan sumber penting
dalam memahami berbagai konsep dan teori dalam ilmu Mantiq. Beberapa
karya yang terkenal antara lain "Al-Maqasid" karya Al-Ghazali dan "Tahafut
al-Falasifah" karya Al-Ghazali.

Dengan mempelajari sumber-sumber di atas, kita dapat memperoleh


pemahaman yang lebih baik tentang ilmu Mantiq dan mengaplikasikannya
dengan benar dalam berpikir dan berargumen.

C. Hukum Mempelajari Ilmu Mantiq


Ada beberapa macam h ukum mernpelajari ilmu mantiq ini yang terpilih
sesuai dengan corak dan modelnya. Maka, secara garis besar di antaranya :
1. Ilmu mantiq yang murni (tidak terkontaminasi ilmu filsafat)
Hukum mempelajari ilmu mantiq model ini, ulama sepakat memperbolehkan,
bahkan termasuk kategori fardhu kifayah (kewajiban komunal). Karena
dengan media ilmu mantiq, kekacauan dan keserupaan dalam akidah dapat di
patahkan, kecuali bagi mereka yang sudah tidak membutuhkan ilmu mantiq,
karena mampu membentengi diri dengan kemurnian hati dan watak sehat
seperti para sahabat, tabi’in, mujtahid dan para pengikutnya.
2. Ilmu mantiq yang terkontaminasi ajaran filsafat
Mengenai hukum mempelajari ilmu mantiq jenis ini, pendapat ulama terpecah
menjadi 3 golongan, di antaranya :
1) Golongan pertama memvonis haram, pendapat ini di pelopori oleh imam
Taqiyyudin Abu Amr Utsman bin Ash-Sholah dan Imam Abu Zakariya
Yahya bin Sharal An-Nawawi . Beliau berdua menghawatirkan mereka
yang menggeluti pendalaman ilmu ini yang terpengaruh hatinya dengan
aqidah-aqidah yang menyimpang seperti apa yang terjadi pada orang-
orang Mu’tazillah.
2) Golongan ke dua berpendapat bahwa hukum mempelajarinya adalah
sunnah. Pendapat ini di pelopori oleh sekolompok ulama, di antaranya
Imam Al-Ghazali dan para pengikutnya. Bahkan Al-Ghazali
memperingatkan “Barang siapa yang tidak memiliki pengetahuan tentang
ilmu mantiq, maka ke ilmuannya belum dapat di pertanggung jawabkan”.
Hail ini di karenakan orang tersebut belum mampu membedakan antara
ilmu yang benar (shahih) atau ilmu yang rusak. Kemudian pendapat kedua
ini belum sampai menyatakan bahwa hukum mempelajarinya mencapai
fardhu kifayah, karena operasionalisasi ilmu-ilmu lain tidak bergantung
pada lmu mantiq, tetapi peran ilmu ini hanya sebatas membantu
memperoleh daya tangkap pemahaman yang sempurna, serta terkadang
kesempurnaan akal dapat menggantikan peran dan manfaatnya.
3) Golongan ketiga berpendapat bahwa hukum mempelajarinya adalah di
perbolehkan bagi orang-orang yang memiliki akal dan daya nalar yang
sempurna, serta membiasakan diri untuk mengamalkan isi kandungan Al-
Quran dan As-Sunnah, karena orang-orang tersebut dinilai mampu
membentengi akidah mereka. Sehinggamengajari akidah sesat dan
menyimpang bagi mereka tidak membahayakan, tetapi beda halnya
dengan orang-orang yang bodoh, karena mereka akan sulit menepis
kekacauan dan keserupaan dalam akidah, sehingga akhirnya menjadikan
terpengaruh kepada mereka yang ber otak cerda, akan tetapi tidak akan
membiasakan diri untuk mengamalkan isi kandungan Al-Quran dan As-
Suraah. Oleh karena itu, para ulama melarang untuk mendalami kitab-
kitab tauhid yang memulai banyak kekacauan para filosof, selain itu juga
bagi mereka yang mencapai laraf mutabshkir.

D. Problematika Ilmu Mantiq


Ilmu mantiq merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari filsafat
dengan fokus analisis dan penalaran logis. Namun, dalam perkembangannya, ilmu
mantiq menemui beberapa permasalahan yang perlu di bahas. Beberapa
permasalahan tersebut di antaranya :
1. Keterbatasan Bahasa
Salah satu permasalahan utama ilmu mantiq menyangkut keterbatasan
linguistik. Bahasa manusia mempunyai keterbatasan dalam mengungkapkan
gagasan dan konsep secara sempurna. Hal ini dapat menimbulkan kesalah
pahaman dalam proses penalaran logis. Maka selain itu, adanya perbedaan
bahasa dan arti kata antara orang yang satu dengan yang lainnyadapat
menyebabkan terjadinya kesalah pahaman dalam berkomunikasi.
2. Kesesuaian Konteks Budaya
Ilmu mantiq berkembang dalam konteks budaya tertentu, seperti budaya Arab
kuno. Namun, dalam penerapannya pada berbagai budaya, terdapat perbedaan
cara berpikirdan penaaran logis. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan dalam
menerapkan prinsip mantiq pada konteks budaya yang berbeda.
3. Keterbatasan Penerapan Mantiq Dalam Kehidupan
Meskipun imu mantiq mempunyai nilai teoritis yang besar, namun
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mempunyai keterbatasan. Proses
penalaran logis yang rumit seringkali sulit di terapkan dalam praktik situasi
kehidupan yang nyata. Selain itu juga, terdapat faktor emosional, kebiasaan,
dan preferensi pribadi yang dapat mempengaruhi proses penalaran yang logis.
4. Kritik Terhadap Metode dan Asumsi Mantiq
Dalam perkembangannya, llmu mantiq juga mendapat kritik atas metode dan
asumsi yang di gunakan dalam analisis dan penalaran logis. Beberapa kritikus
berpendapat bahwa mantiq itu terlalu fokus pada aspek formal dan
mengabaikan aspek substantive argumentasinya. Selain itu, meode deduktif
juga mendapat kritik karena di anggap terlalu sempit untuk menggambarkan
kompleksitas dunia nyata.

Menghadapi permasalahan dalam ilmu mantiq, maka perlu di lakukan


penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk mengatasi keterbatasan dan
tantangan yang di hadapi. Dengan demikian, ilmu mantiq dapat terus
berkembang dan relevan dalam memahami dan menganalisispenalaran logis
dalam berbagai konteks.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas adalah bahwa :
1. ilmu Mantiq (logika) memiliki sejarah perkembangan yang panjang,
dimulai dari Yunani kuno dengan kontribusi penting dari Aristoteles.
Selanjutnya, ilmu Mantiq tersebar melalui terjemahan ke berbagai bahasa,
terutama dalam dunia Arab, di mana ilmu ini memainkan peran kunci
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran. Namun, ilmu
Mantiq juga menghadapi perlawanan dan kontroversi, terutama dari
kalangan teologis.
2. Sumber-sumber utama dalam mempelajari ilmu Mantiq mencakup Al-
Qur'an, Hadits, serta karya-karya ulama dan filsuf Muslim. Ini
memberikan landasan penting dalam memahami konsep-konsep logika
dan argumentasi dalam konteks Islam.
3. Terkait hukum mempelajari ilmu Mantiq, terdapat berbagai pandangan
dari ulama, mulai dari membolehkan hingga mengharamkan, tergantung
pada pendekatan dan pemahaman mereka terhadap ilmu ini. Namun,
banyak ulama sepakat bahwa pemahaman ilmu Mantiq dapat membantu
melindungi akidah dari pemahaman yang salah.
4. Problematika ilmu Mantiq termasuk keterbatasan bahasa dalam
menyampaikan gagasan, kesesuaian konteks budaya, keterbatasan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari, serta kritik terhadap metode dan
asumsi yang digunakan. Oleh karena itu, perlu terus melakukan penelitian
dan pengembangan ilmu Mantiq agar dapat mengatasi tantangan dan tetap
relevan dalam memahami dan menganalisis penalaran logis dalam
berbagai konteks.

B. Saran
Tentunya kami menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan serta jauh dari kata sempurna, untuk itu kami perlu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Azka, D. Huda, N. (2012) . Sulam Al-Munawraq : Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq.
https://website.com/dokumen.pdf

Al-Ghazali, “Al-Maqasid”, Beirut: Dar Al-kutub Al-Ilmiyyah, 2003.

Al-Kindi, “On First Philosophy”, Journal of Islamic Philosophy, vol.2, no.1, 2012

Anda mungkin juga menyukai