Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pengampu Mata Kuliah

H. muhammad,LC,M.H.I Ilmu Kalam

“Ilmu kalam era modern beserta aliran beserta ajarannya”

Disusun oleh :

Kelompok 06

Nama NPM
Nafisah 23.11.1499
Husnul Patimah 23.11.1510
Nur Asifah 23.11.1488

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSALAM MARTAPURA


PRODI AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan nama Allah yang banyak meanugrahi nikmat yang besar-besar, puji
syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
dan Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Ilmu kalam era modern aliran beserta ajarannya ”
dengan baik dan tepat waktu.

Makalah merupakan karya tulis ilmiah karena di susun berdasarkan kaidah


kaidah ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Ilmu kalam” Untuk itu, makalah ini disusun dengan memakai bahasa yang
sederhana dan mudah untuk dipahami.

Dan pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra
Hj. Nurul Aini,M.Pd selaku dosen pengajar dan pengampu yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk hingga makalah ini dapat disusun dengan
baik.

Sebagai sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan, guna
penyempurnaan makalah ini. Selanjutnya terima kasih kami ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan oleh
pembaca dengan baik.

Martapura,30 November 2023

Kelompok 06

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I (Pendahuluan) ....................................................................................... 1
A. Latar belakang masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II (pembahasan) ...................................................................................... 3
A. Ilmu kalam era modern ........................................................................ 3
B. Aliran ilmu kalam ............................................................................... 4
1. Aliran Wahabiyyah ......................................................................... 5
2. Aliran Bahaiyah ............................................................................. 6
3. Aliran Ahmadiyah .......................................................................... 9
BAB III (Penutup) ............................................................................................ 13
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14

iii
BAB II
Pendahuluan
A. Latar belakang
Secara teologis Islam merupakan sistem nilai yang bersifat ilahiyah, tetapi dari
sudut sosiologis, ia merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial
dalam kehidupan manusia.ia tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan sosial
lain, yaitu perubahan, apalagi di lihat dari pandangan ajaran islam sendiri,
perubahan adalah sunnatullah yang merupakan salah satu sifat asasi manusia dan
alam raya secara keseluruhan.Pandangan umat islam terhadap modernitas barat
dapat dipologikan menjadi 3 kelompok, yaitu modrnis (ashraniyyun hadatsiyun),
tradisionalis atau salafi (salafiyyun) dan kaum elektis (tadzabdzub).Yang pertama
menganjurkan adopsi modernitas berat sebagai model yang tepat bagi masa kini.
Artinya sebagai model secara historis memaksakan dirinya sebagai paradigma
peradaban modern untuk masa kini dan masa depan. Sikap kaum salafi sebaliknya
berupaya mengembalikan kejayaan islam masa lalu sebelum terjadinya
penyimpangan dan kemunduran. Sedangkan yang terakhir (kaum elektif) berupaya
menghadapi unsur-unsur yang terbaik, baik yang terdapat dalam model barat
modern maupun dalam islam masa lalu , serta menyatukan diantara keduanya dalam
bentuk yang dianggap memenuhi kedua model tersebut.Era modern secara umum
dimulai ketika masyarakat Eropa menyadari tentang pentingnya kembali berfikir
filsafat. Para pemikir Eropa kembali bergelut dalam dunia ide yang dikembangkan
dalam tataran praktis menjadi gerakan penciptaan alat-alat yang mampu
memudahkan segala urusan manusia.
Sementara dalam islam, bermula dari kesadaran umat Islam untuk bangkit
dari ketepurukan pasca keruntuhan Bani Abbasiyah. Periode modern ini terjadi
sejak tahun 1800-an hingga sekarang. Pada periode ini, muncul banyak tokoh yang
menyerukan ide-ide sekaligus gerakan pembaharuan yang bermuatan visi
peradaban islam. Mereka ini merupakan para pendakwah rasional.Berbicara
tentang corak pemikiran kalam modern, tentu saja akan sangat bervariasi, sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakanya. Pada masyarakat yang maju, barangkali
pemikiran kalamnya cenderung ke arah rasional, yang mengharuskan segala
sesuatu dapat bersifat logis dan empiris. Pada masyarakat berkembang,
kemungkinan besar berada pada garis tengahnya. Sementara pada masyarakat
tertinggal, pemikiran kalam akan cenderung mengarah pada konsep jabariyah yang
pasrah pada segala sesuatu yang saat itu ada di hadapannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ilmu kalam modern ?
2. Apa aliran nya ?
3. Apa itu aliran Wahabiyyah ?
4. Apa itu aliran Bahaiyyah ?
5. Apa itu aliran Ahmadiyyah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ilmu kalam modern
2. Untuk mengetahui apa saja aliran nya
3. Untuk mengetahui apa itu aliran wahabiyyah
4. Untuk mengetahui aliran bahaiyyah
5. Untuk mengatahui aliran ahmadiyah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu Kalam Era Modern
Secara teologis Islam merupakan sistem nilai yang bersifat ilahiyah, tetapi
dari sudut sosiologis, ia merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial
dalam kehidupan manusia.ia tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan sosial
lain, yaitu perubahan, apalagi di lihat dari pandangan ajaran islam sendiri,
perubahan adalah sunnatullah yang merupakan salah satu sifat asasi manusia dan
alam raya secara keseluruhan.Pandangan umat islam terhadap modernitas barat
dapat dipologikan menjadi 3 kelompok, yaitu modrnis (ashraniyyun hadatsiyun),
tradisionalis atau salafi (salafiyyun) dan kaum elektis (tadzabdzub).Yang pertama
menganjurkan adopsi modernitas berat sebagai model yang tepat bagi masa kini.
Artinya sebagai model secara historis memaksakan dirinya sebagai paradigma
peradaban modern untuk masa kini dan masa depan. Sikap kaum salafi sebaliknya
berupaya mengembalikan kejayaan islam masa lalu sebelum terjadinya
penyimpangan dan kemunduran. Sedangkan yang terakhir (kaum elektif) berupaya
menghadapi unsur-unsur yang terbaik, baik yang terdapat dalam model barat
modern maupun dalam islam masa lalu , serta menyatukan diantara keduanya dalam
bentuk yang dianggap memenuhi kedua model tersebut.Era modern secara umum
dimulai ketika masyarakat Eropa menyadari tentang pentingnya kembali berfikir
filsafat. Para pemikir Eropa kembali bergelut dalam dunia ide yang dikembangkan
dalam tataran praktis menjadi gerakan penciptaan alat-alat yang mampu
memudahkan segala urusan manusia. Mereka menyebutnya dengan “moda” atau
“modern”. Era ini terjadi pada awal-awal abad ke-16, yang dikenal dengan istilah
‘renaissance’.
Sementara dalam islam, bermula dari kesadaran umat Islam untuk bangkit
dari ketepurukan pasca keruntuhan Bani Abbasiyah. Periode modern ini terjadi
sejak tahun 1800-an hingga sekarang. Pada periode ini, muncul banyak tokoh yang
menyerukan ide-ide sekaligus gerakan pembaharuan yang bermuatan visi
peradaban islam. Mereka ini merupakan para pendakwah rasional.Berbicara
tentang corak pemikiran kalam modern, tentu saja akan sangat bervariasi, sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakanya. Pada masyarakat yang maju, barangkali
pemikiran kalamnya cenderung ke arah rasional, yang mengharuskan segala
sesuatu dapat bersifat logis dan empiris. Pada masyarakat berkembang,
kemungkinan besar berada pada garis tengahnya. Sementara pada masyarakat
tertinggal, pemikiran kalam akan cenderung mengarah pada konsep jabariyah yang
pasrah pada segala sesuatu yang saat itu ada di hadapannya.
Hal ini dapat dilihat dari corak pemikiran kalam para tokoh muslim di abad
modern, seperti Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad Khan, Ismail Raji Al-Faruqi,
Hasan Hanafi dan lain sebagainya. Masing-masing menunjukkan corak yang

3
berbeda dalam memahami teks-teks agama, yang kemudian melahirkan paham
kalamnya sendiri.Salah satu tokoh kunci yang namanya tak pernah luput dari
perhatian adalah Muhammad Abduh, yang diperkenalkan oleh muridnya yang
terkenal, yaitu Rasyid Ridha. Tokoh yang satu itu, juga banyak disorot terkait
dengan pemikiran kalamnya. Ajaran Islam, yang kristalnya berupa Al-qur‟an dan
sunnah Nabi, diyakini oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan
yang diproduksi oleh kurun zaman. Dengan cita-cita kemajuan, peradaban modern
banyak melakukan kerusakan dan bencana yang menyengsarakan orang banyak.
Manusia hanya dipandang sebagai entitas fisik yang tak berdimensi spritual, maka
peradaban modern justru menjadikan makhluk yang teralienasi, dilanda
klebingunagan dan kemapanan makna.akibat modernisasi yang lepas dari dimensi
spiritual, maka seperti yang dikatakan oleh Doni Gahral Adian, manusia
dihadapkan pada kenyataan bahwa ia kehilangan kontrol atas hidupnya di mana ia
terdeterminasi oleh hukum-hukum biorkasi, mekanisme pasar, hukum besi sejarah
dan lain sebagainya.1
Dalam rangka penyesuaian itu, Abduh mengambil rujukan kepada
pemikiran Ibn Taimiyah yang membagi ajaran Islam ke dalam dua kategori: ibadah
dan mu‟amalah (hidup kemasyarakatan manusia). Ia melihat bahwa ajaran yang
terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadits mengenai ibadah bersifat tegas, jelas dan
terperinci. Sebaliknya, ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan umat Islam
merupakan dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum yang tidak terperinci dan sedikit
jumlahnya. Karena prinsip-prinsip itu bersifat umum, tanpa perincian, maka semua
itu dapat disesuaikan dengan tuntutan zaman. Sedangkan aliran teologi klasik
sebagaimana sering kita diskusikan, hanya berkutat pada persoalan hakikat yang
berdasarkan atas penafsiran terhadap wahyu Allah dan Sunnah berhubungan
dengan ketuhanan, keimanan, takdir, dosa, kafir, imamah, khalifah dan perbuatan-
perbuatan manusia.
B. Aliran Ilmu Kalam
Aliran teologi Islam modern ini bisa saja orang memandang sebagai Islam
kiri, Islam liberal, Islam progresif khazanah. Kadang-kadang aliran ini bisa saja
dinilai positif dan negatif. Positif jika dapat bergerak dalam bidang ekonomi, sosial
dan politik serta benar-benar fokus dan maju dibidang kajiannya dan bisa negatif
bila dilihat sebagai sebuah gerakan mandiri yang tampak menantang dunia. Aliran-
aliran teologi modern saat ini antara lain: 1) Wahhabiyyah,2) Bahaiyyah
3)Ahmadiyah2

1
Karina Purnama Sari Bimbingan dan Konseling Islam (FUAD), Institut Agama Islam
2
PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM KLASIK DAN MODERN Udung Hari Darifah,
Nurwadjah Ahmad, Andewi Suhartini

4
1. Wahhabiyyah
a. Asal-usul aliran Wahabiyyah
PENAMAAN WAHABIYAH adalah dinisbahkan kepada nama pendirinya,
yakni Muhammad Ibn Abd al-Wahab (1703-1787M/1115-1201H). Penamaan
tersebut diberikan oleh pihak-pihak yang kurang senang terhadap gerakan yang
dilakukannya dan kemudian dipopulerkan orang-orang Eropa. Adapun Muhammad
Ibn Abd al-Wahab sendiri menyebutkan gerakan yang dilakukannya dengan nama
“Muwahhidun” atau “Muwahhidin.”
Muhammad Ibn Abdul Wahab dilahirkan pada tahun 1115 H/1701 M di Uyainah
(Najd) lebih kurang 70 km arah barat kota Riyadh. Ayahnya adalah seorang tokoh
agama dan adapun kakeknya merupakan seorang mufti, tempat masyarakat
menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah agama di Najd. Sejak
kecil ia sudah mendapat bimbingan pendidikan agama dari kedua orang tuanya;
bahkan sebelum usia 10 tahun, ia sudah hafal 30 juz Alquran. Ia juga belajar fiqh
Hambali, tafsir, hadis dan telah diperkenalkan dengan kitab-kitab karya Ibnu
Taimiyah dan Ibnu Qoyyim.
Dengan bermodalkan ilmu-ilmu yang diberikan orang tuanya tersebut, ia
berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji, dan kemudian ia belajar ilmu
hukum di Madinah kepada seorang ulama berasal dari Najd bernama Abdullah bin
Ibrahim bin Sayf hingga menerima ijazah dari jalur Imam Ibn Hambal. Dari ulama
ini, ia juga mendapat semangat pemikiran pembaharuan. Ibnu Taimiyah yang
menyerukan umat Islam agar kembali kepada Alquran dan hadis serta
meninggalkan bid’ah. Selanjutnya, ia belajar hadis kepada Syeikh Muhammad
Hayyat sebagai seorang muhaddis terkenal di Haramain hingga mendapat ijazah.
Selain itu, dari ulama ini ia mendapatkan pengajaran tentang tauhid dan perlunya
menentang taklid, bid’ah, dan syirik. Setelah menuntut ilmu di Haramain, sebelum
kembali ke Najd, ia sempat juga berangkat ke beberapa wilayah negeri Islam untuk
menuntut ilmu dan menambah wawasan berpikirnya. Ia menetap di Baghdad
selama empat tahun, di Kurdistan satu tahun, di Hamadan dua tahun. Ia juga
mengembara ke Isfahan dan Qum.
Pada setiap negeri Islam yang dikunjunginya, Muhammad Ibn Abd al-Wahab
melihat praktek-praktek keagamaan masyarakat yang dinilainya telah menyimpang,
yakni bid’ah dan khurafat yang membawa kepada syirik. Hampir di setiap kota dan
desa dijumpai kuburan wali atau syekh. Kuburan-kuburan tersebut selalu diziarahi
masyarakat muslim untuk meminta pertolongan dan menyelesaikan problema
kehidupan sehari-hari, seperti agar mendapat jodoh, disembukan dari penyakit,
supaya diberi kekayaan dan lain-lain. Tidak hanya itu, tidak sedikit anggota
masyarakat yang mengeramatkan pohon kurma dan batu besar yang selalu mereka
puja serta dijadikan tempat mengajukan doa agar dihindarkan dari kesulitan,
kesusahan dan persoalanpersoalan kehidupan.

5
Kenyataan tersebut juga disaksikan Muhammad Ibn Abd al-Wahab pada
masyarakat Najd pada saat ia kembali ke kampung halamannya. Bahkan banyak
masyarakat Najd, selain memuja kuburan para wali atau syekh serta pohon kurma
dan batu-batu besar, juga sudah memiliki kebiasaan meminum arak dan menghisab
candu. Akhlak Alqurani tidak dihiraukan lagi dan dekadensi moral sudah demikian
parah.Menurut analisa Lapidus, kondisi tersebut erat kaitannya dengan keadaan
sosial ekonomi masyarakat yang krisis akibat bencana alam yang berkepanjangan.
Bersamaan dengan itu para amir di Najd selalu bersikap otoriter. Dengan hal
tersebut, masyarakat menjadi frustasi dan mencari jalan keluar dan berupaya
mendapatkan perlindungan dan kedamaian batin dengan memasuki tarekat,
mendatangi dukun serta menyampaikan permohonan ke tempat tertentu dan kepada
benda-benda tertentu yang dianggap memiliki keramat.3
b. Aliran-aliran Wahabiyyah
Ajaran tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika Muhammad ibn Abd al-Wahab memusatkan
perhatian pada masalah ini. Sesuai dengan keilmuan yang diperoleh Muhammad
bin Abd al-Wahab, semuanya itu dinyatakannya telah menyimpang dari ajaran
tauhid. Masyarakat muslim yang melakukan hal-hal tersebut telah berbuat syirik
dan menjadi kafir yang halal untuk dibunuh. Dalam kaitannya dengan itu, ia
mengajukan beberapa pandangan sebagai berikut.Pertama,Yang boleh dan harus
disembah hanyalah Tuhan, dan orang yang menyembah selain dari Tuhan telah
menjadi musyrik dan boleh dibunuh.Kedua,Kebanyakan orang Islam bukan lagi
penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan
bukan lagi dari Tuhan, tetapi dari syekh atau wali dan dari kekuatan ghaib. Orang
Islam yang demikian itu juga telah menjadi musyrik.Ketiga,Menyebut nama Nabi,
syekh atau malaikat sebagai pengantara dalam doa juga merupakan syirik.
Keempat,Meminta syafaat selain dari kepada Tuhan adalah juga
syirik.Kelima,Bernazar kepada selain Tuhan juga syirik. Keenam,Memperoleh
pengetahuan selain dari Alquran, hadis dan qiyas (analogi) merupakan
kekufuran.Ketujuh,Tidak percaya qada dan qadar Tuhan juga merupakan
kekufuran.Kedelapan,Menafsirkan Alquran dengan ta’wil (interpretasi bebas)
adalah kufur.
2. Aliran Bahaiyyah
a. Asal-usul Aliran Bahaiyah
BAHA’IYAH ATAU BABIYAH adalah sebuah gerakan yang lahir dari aliran
Syi’ah pada tahun 1260H-1844M di bawah pengayoman penjajah Rusia, Yahudi

3
Oleh:DR.Sahri,M.A MENGKAJI FALSAFAH ILMU KALAM BILDUNG Jl. Raya Pleret KM 2
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791 Email: bildungpustakautama@gmail.com Website:
www.penerbitbildung.com

6
internasional dan penjajah Inggris dengan tujuan merusak akidah Islam dan
memecah belah barisan kaum muslimin.
Pendirinya adalah Mirza Ali Muhammad Ridha asy-Syirazi, 1235-
1266H/1819-1850 M, belajar dari para syaikh aliran Syaikhiyah, sebuah sekte
Syi’ah, pada saat berusia enam tahun, lalu dia berhenti dan menyibukkan diri
dengan berdagang. Dalam umur 16 tahun ia kembali belajar, menyibukkan diri
mempelajari kitab-kitab aliran sufi sambil melakukan latihan-latihan rohani serta
amalan-amalan kebatinan yang melelahkan.
Pada tahun 1259H, ia pergi ke Baghdad dan dia mulai rajin menghadiri majelis
seorang imam aliran Syaikhiyah di zamannya seperti Kazhim ar-Rasyati, ia
mempelajari pemikiran-pemikiran aliran Syaikhiyah. Di majelis ar-Rasyati,
seorang intelejen Rusia Keynazd Ghorky mengenalnya, orang ini berpura-pura
masuk Islam dengan nama Isa an-Nukarani, selanjutnya orang ini mulai
mempengaruhi hadirin di majelis ar-Rasyati bahwa Mirza Ali Muhammad asy-
Syirazi ini adalah Imam Mahdi yang ditunggutunggu dan ia merupakan Bab (pintu)
–dari sini maka aliran ini disebut dengan Babiyah- yang menghubungkan kepada
hakikat ilahiyah, sang intelejen ini berbuat demikian karena ia melihat bahwa Mirza
asy-Syirazi ini mempunyai kapasitas untuk mewujudkan strateginya yaitu
memecah belah kaum muslimin.
Akhirnya, pada tanggal 5 Jumadil Ula 1260H, Maret 1844M, Mirza asy-Syirazi
ini mengumumkan dirinya sebagai Bab, pintu penghubung dengan Tuhan seperti
apa yang diyakini oleh Syi’ah Syaikhiyah bahwa ia memang akan lahir setelah
wafatnya arRasyati, ia juga mengumumkan dirinya sebagai seorang rasul seperti
Musa dan Isa bahkan lebih unggul dari keduanya. Pada tahun 1266 H, Mirza asy-
Syirazi ini mengaku bahwa Tuhan bersemayam pada dirinya, namun akhirnya dia
berpurapura bertaubat setelah para ulama mengecamnya dan membuka kedoknya,
namun para ulama tersebut tidak mempercayai taubatnya, karena ia terkenal
penakut dan tidak berani berhadapan langsung, akhirnya ia dihukum mati pada 27
Sya’ban tahun 1266H.
Tokoh kedua adalah Qurratul Ain, nama aslinya adalah Ummu Salma, lahir di
Qazwin tahun 1233H dari ayah bernama Mulla Muhammad Shalih al-Qazwini,
salah seorang ulama Syi’ah di masanya. Qurratul Ain ini belajar ilmu-ilmu kepada
ayahnya dan ia cenderung kepada akidah Syaikhiyah karena pengaruh pamannya
Mulla Ali asy-Syaikhi, sehingga dia menjadi pengagum akidah dan pemikirannya.
Wanita ini berkawan dengan Mirza asy-Syirazi selama belajar kepada Kazhim ar-
Rasyati di Karbala, sampai ada yang berkata bahwa wanita ini adalah perancang
pemikiran-pemikiran Mirza, karena ia adalah wanita orator yang berpengaruh, ia
seorang satrawan dan berlisan fasih di samping ia memang sangat cantik dan
menarik, namun ia seorang wanita fajir, pengagum kehidupan seks bebas, sehingga
suaminya berlepas diri darinya termasuk anak-anaknya. Qurratul Ain ini berperan
besar dalam persekutuan rahasia untuk membunuh Syaih Nashiruddin al-Qajari,

7
maka ia ditangkap dan pengadilan menetapkan hukuman bakar hidup-hidup
atasnya, akan tetapi para algojo terlanjur mencekiknya sebelum dibakar pada awal
Dzul Qa’dah tahun 1268 H.
Mirza Yahya Ali, saudara Mirza yang bergelar Shubh Azal, Mirza menyerahkan
kepemimpinan setelahnya kepadanya, kawan-kawannya disebut dengan Azaliyin,
tetapi saudaranya yang lain Mirza Husain al-Baha tidak menerima hal itu, dia
berusaha merebut kepemimpinan, kerasulan dan ketuhanan darinya, sehingga
kedua orang ini berusaha untuk meracuni yang lain. Pertengkaran antara para
pengikut Azal dengan al-Baha terus berlangsung, sehingga pemerintah Khilafah
Usmaniyah membuang al-Baha dengan para pengikutnya ke Akka, sedangkan
Shubh Azal bersama para pengikutnya dibuang ke Qubrus, di sanalah dia mati
dalam usia 82 tahun pada 28 April 1012M, sebelum ia telah mengangkat anaknya
untuk menggantikannya, namun anaknya ini masuk Kristen sehingga para
pengikutnya meninggalkannya.
Mirza Husain Ali yang berjuluk Bahaullah, lahir tahun 1817M, orang ini
bersaing dengan saudaranya Shubh Azal memperebutkan kepemimpinan aliran. Di
Baghdad, ia mengumumkan di depan para pengikutnya bahwa ia adalah utusan
Allah di mana ruh ilahi bersemayam pada dirinya. Ia mempunyai jalinan erat
dengan orang-orang Yahudi di Turki. Pada tahun 1892M, sebagian Azaliyin
membunuhnya dan ia dikubur di Akka, dia meninggalkan buku berjudul al-Aqdas
yang menyerukan agar kaum Yahudi Zionis bersatu di Palestina.
b. Pemikir-pemikir aliran Bahiyyah
Kepercayaan Bahaiyah timbul dalam kalangan kaum Syi’ah Imamiyah di Iran
pada abad ke 19. Seorang Syi’ah bernama Mirza Ali Muhammad, mendakwakan
dirinya “Al-Bab” dan ajarannya dinamakan “Babbiyah.” Dalam dakwahnya ini ia
mengajarkan bahwa agama yang tiga semuanya benar, semuanya datang dari Allah.
Karena itu ketiganya harus disatukan, tidak ada Yahudi, tidak ada Nasrani, dan tidak
ada Islam, yang ada ialah “Dinullah” (Agama Tuhan).
Sesudah Mirza Husein Ali ini meninggal tahun 1892M, maka ajaranya diperluas
oleh anaknya bernama Abdul Baha’, dan anaknya ini berjasa mengembangkan
pahan Bahaiyah ke Eropa dan Amerika, sehingga sekarang paham Bahaiyah agak
terdengar di gelanggang Internasional. Kaum Bahai beri’tiqad (aqidah) bahwa
Tuhan menjelma ke dalam tubuh Bahaullah, jadi ia adalah manifestasi dari Tuhan
di atas dunia. Tampak i’tiqadnya diambil dari kepercayaan Kristen dan Budha, yang
mempercayai ada Tuhan yang batin dan ada bagiannya yang melahirkan diri.
Selain itu, kaum Bahaiyah mengharamkan perang dengan senjata, walaupun
perang itu untuk mempertahankan diri atau mempertahankan agama. Mereka hanya
menganjurkan jihad dengan lisan saja. Misalnya mereka ditanya, bahwa Nabi
Muhammad Saw, acap kali perang dengan kafir Quraisy dan orang-orang Yahudi,
maka mereka menjawab bahwa hal itu dibolehkan pada zaman dahulu, tetapi pada

8
zaman sekarang perang tidak dibutuhkan lagi. Paham Inilah yang membawa
terkenalnya paham Bahaiyah di Eropa dan Amerika, karena paham ini sesuai
dengan selera kaum imperialis yang menjajah negeri-negeri Asia-Afrika. Karena
saat itu, kaum imperialis Barat sedang menjajah hampir seluruh negeri Islam, dan
ummat Islam di dunia sedang mempersiapkan perlawanan senjata dengan kaum
imperialis untuk mengusir mereka. Tiba-tiba datang kaum Bahaiyah di Timur
Tengah yang mengharamkan peperangan dengan senjata. Alangkah senangnya hati
kaum imperialis ketika itu.
Inti atau pokok pemikiran aliran Baha’iyah ini yaitu:
Pertama,Mirza Ali Muhammad Ridha asy-Syirazi yang berjuluk al-Bab adalah
pencipta segala sesuatu dengan kalimatnya, dan dialah awal dari segala
sesuatu.Kedua,Mereka meyakini akidah hulul, ittihad dan reinkarnasi, bahwa azab
hanya berlaku untuk arwah mirip dengan khayalan.Ketiga,Meyakini Budha adalah
yang benar, Konghucu adalah agama langit, Zeroaster adalah agama yang lurus,
para tokoh India, Cina dan Persia adalah para nabi.Keempat,Meyakini bahwa Isa
al-Masih disalib.Kelima,Mentakwilkan Alquran dengan takwil-takwil kebatinan
agar sejalan dengan hawa nafsu mereka.Keenam,Mengingkari mukjizat para nabi,
para malaikat, jin, surga dan neraka.Ketujuh,Mengharamkan hijab atas wanita,
menghalalkan nikah mut’ah, meyakini bahwa harta dan wanita adalah milik
bersama.Kedelapan,Agama Mirza Ali Muhammad menasakh agama Muhammad
SAW.Kesembilan,Shalat dengan sembilan rakaat sebanyak tiga kali, wudhu dengan
air kembang, jika tidak ada maka bismilah-nya dengan mengucapkan, Bismillah
al-Athhar al-Athar lima kali. Tidak ada shalat jamaah selain shalat janazah dengan
enam takbir, setiap takbir mengucapkan Allah Abha.Kesepuluh,Jihad dan
mengangkat senjata haram hukumnya, hal ini karena aliran ini merupakan pelayan
penjajah Barat.Kesebelas,Tidak mengakui bahwa Muhammad saw adalah nabi
penutup, meyakini bahwa wahyu belum terputus, mereka menulis kitab-kitab yang
menentang al-Qur`an yang penuh dengan kekeliruan dan bahasa yang rendah dan
menggelikan.Kedua belas,Haji bukan ke Baitul Haram Makkah, akan tetapi ke
kuburan Bahaullah di Akka Palestina.4
c. Aliran Ahmadiyyah
1. Pengertian Aliran Ahmadiyyah
Paham ahmadiyah yang lahir pada abad ke-19, tampaknya lebih bermotif
pembaharuan pemikiran islam, terutama dalam menghadapi bahaya Kristenisasi
sebagai akibat penjajahan Inggris di India. Mahdiisme ahmadiyah rupanya tidak
bisa terlepas dari kaitannya dengan masalah kehadiran kembali “Isa Al-Masih”
diakhir zaman, dimana ia ditugaskan oleh Tuhan untuk membunuh Dajjal,

4
DR,Sahri MENGKAJI FALSAFAH ILMU KALAM Penerbit: BILDUNG Jl. Raya Pleret KM 2
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791 Email: bildungpustakautama@gmail.com Website:
www.penerbitbildung.com

9
mematahkan tiang salib yaitu membunuh argumen-argumen agama Nasrani dengan
dalildalil atau bukti-bukti yang meyakinkan, serta menunjukkan kepada para
pemeluknya akan kebenaran Islam. Disamping itu, ia juga ditugaskan untuk
menegakkan kembali syari`at Nabi Muhammmad, sesudah ummatnya mengalami
kemerosotan dalam kehidupan beragama. Isa Dan Al Mahdi adalah satu
kepribadian yang menyatu, bukan yang dipahami kebanyakan orang. Oleh karena
itu, mereka hanya mengambil sala satu dari beberapa hadis-hadis Mahdiyah yang
sesuai dengan keyakinan aliran ini, dan mereka yaitu para pengikut paham
Ahmadiyah, memandang hadis Mahdiyah yang mereka pegangi sebagai otentik,
seperti Hadis Ibnu Majah ini yang dianut sebagai pedoman orang Ahmadiyah yang
artinya: “Tiada seorang pun yang menjadi al-Mahdi selain nabi Isa” Hadis tersebut
mereka pahami dan mereka hubungkan dengan kepribadian Mirza Ghulam Ahmad
sebagai nabi mereka yang dismakan dengan Isa Al Masih dan Imam Al Mahdi.yang
berasal dari India.
2. Sejarah aliran Ahmadiyyah
Kelahiran seorang Ghulam Ahmad tidak terlepas dari konteks sosial yang
terjadi ketika dia hidup. Sebelum kelahiran Ghulam Ahmad, kerajaan Mughal yang
saat itu sedang menguasai India tengah berada di ambang keancuran. Hal tersebut
dilatar belakangi oleh beberapa sebab yaitu, melemahnya pemerintahan
dikarenakan oleh adanya moral yang tidak baik dan pola hidup mewah yang
melanda para pejabat kerajaan, selain itu banyak terjadi pemberontakan yang
dilancarkan oleh golongan Hindu dan Sikh, belum lagi campur tangan Inggris yang
datang ke India sejak abad 15 M telah membuat pemerintahan Mughal ketika itu
menjadi mundur. Situasi keagamaan pada tahun-tahun kelahiran Ghulam ahmad
ditandai dengan gencarnya gerakan misionaris Kristen di seluruh dunia karena sejak
pada tahun 1814-1815 M ketika terbentuknya British and foreign Bible Society
orang-orang Kristen menganggap tahun itu sebagi The great Century of World
Evangelization (abad agung penginjilan dunia). Dan India menjadi salah satu target
kristenisasi, Jutaan orang India memeluk agama Kristen melelui gerakan itu.5
Selain kondisi India sedang mengalami kemunduran dan gencarnya gerakan
kristenisasi, di India juga muncul gerakan Neo-Hindu yang sangat agresif dan
militan. Sedangkan kondisi umat Islam saat itu tengah mengalami keprihatianan,
mayoritas dari mereka gemar minum Khamr, melacur, menghisap candu, dan malas.
Umat Islam disana ketika itu mudah berselisih hanya karena hal-hal sepele, sepi
dari majlis-majlis ilmu dan kegiatan di masjid pun kosong dari jamaah.
Ghulam Ahmad lahir pada 13 Februari 1835 M/14 Syawal 1250 H di Qadian ,
India , ayahnya adalah seorang tabib yang mahir. Ghulam ahmad tidak banyak

5
Oleh: Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag. 2013 Akidah Ilmu Kalam Universitas Islam Negri
Sunan Ampel Surabaya

10
mendapatkan pendidikan formal semasa hidupnya. Ia mulai mendapatkan
pndidikan ketika berusia 6 tahun di rumah, dimana ayahnya mendatangkan guru
privat untuk mengajarkan al-Quran dan kitab-kitab berbahasa Parsi, Nahwu-Sharaf,
dan manthiq, sedangkan ilmu ketabiban ia peroleh dari ayahnya sendiri.
Setelah kematian ayahnya, Ghulam ahmad lebih memfokuskan diri untuk
menulis beberapa artikel untuk membela ajaran-ajaran Islam dari serangan yang
dilancarkan oleh berbagai golongan hususnya Nasrani dan Arya Samaj di beberapa
media masa. Pada tahun 1880, Ghulam Ahmad menerbitkan sebuah buku yang
sangat monumental yaitu Barahin Ahmadiyah yang berisi tentang keunggulan-
keunggulan ajaran Islam dan ketinggian Al-Quran dibandingkan agama Nasrani,
Hindu, Arya Samj, dan agama-agama liannya. Dengan penerbitan buku Barahin
Ahmadiyah itu banyak timbul pro-kontra antar umat beragama di1 India .
Sedangkan oleh umat Islam sendiri buku itu disambut dengan suka cita karena telah
dianggap membela ajaran agama Islam.
Selain berisi tentang keunggulan-keunggulan Islam dari agama-agama lain,
dalam buku Barahin Ahmadiyah terdapat pendakwaan bahwa Ghulam Ahmad
adalah seorang mujadid abad ke 14 M. Pada tahun 1883 banyak dari kalangan umat
Islam yang ingin melakukan baiat menjadi muridnya, namun Ghulam menolaknya
dengan alasan belum mendapatkan perintah untuk mnerima baiat. Pada tahun 1888
M, setelah ghulam ahmad mendapatkan ilham untuk menerima baiat muridnya,
sebanyak 40 orang melkukan baiat kepadanya.
Meskipun ada beberapa doktrin yang sepertinya melenceng dari ajaran Islam
pada umumnya, sumbangih Ghulam Ahmad sebagai pendiri aliran Ahmadiyah tidak
bisa dianggap kecil. Selama hidupnya, Ghulam telah banyak melakukan perjuangan
dan pembelaan terhadap umat Islam. Citacitanya untuk menegakkan kembali
puing-puing kejayaan Islam dengan jalan damai telah banyak menginspirasi umat
Islam baik pada masa dia hidup bahkan sampai beberapa tahun kemudian dan
hingga kini. Namun kesempatannya untuk terus memberikan sumbangsih kepada
umat harus berahir karena pada tanggal 26 Mei 1908 Ghulam ahmad wafat di
Lahore dan dikebumikan di Qadian.6
3. Tokoh sakre aliran Ahmadiyyah
Adapun tokoh ahmadiyah yang menyebarkan ajaran yang belakagnan dianggap
sesat ini antara lain; Mirza Ghulam Ahmad, Nuruddin, Muhammad Ali, Mahmud
Ahmad, Khaujah Kamaluddin, Muhammad Ihsân Mruhi, Yar Muhammad dan ,
‘Abdullah Timuburi serta Muhammad Shâdiq, Serta, Al Hajj Hakim Nuruddin,
Basyiruddin Mahmud Ahmad, Mirza Nasir Ahmad dan Mirza tahir Ahmad
menjabat khalifah seumur hidup hingga kematian mereka. Adapun sekte-sekte yang

6
Oleh: Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag. 2013 Akidah Ilmu Kalam Universitas Islam Negri
Sunan Ampel Surabaya

11
muncul ditubuh aliran Ahmadiyah ini antara lain adalah Aliran Ahmadiyah-
Qadiyani. 7
Aliran ini berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi dan Rasul,
kemudian barangsiapa yang tidak mempercayainya adalah kafir murtad.
Ahmadiyah-Qadiyani memang mempunyai Nabi dan Rasul sendiri yaitu Mirza
Ghulam Ahmad dari India. Ahmadiyah-Qadiyan mempunyai kitab suci sendiri yaitu
kitab suci Tadzkirah. Kitab suci ”Tadzkirah” tersebut adalah kumpulan wahyu yang
diturunkan “tuhan” kepada Mirza Ghulam Ahmad yang kesuciannya sama dengan
kitab suci Al-Qur’an, karena sama-sama wahyu dari Tuhan, tebalnya lebih tebal
dari Al-Qur’an. Kalangan Ahmadiyah mempunyai tempat suci tersendiri untuk
melakukan ibadah haji yaitu Rabwah dan Qadiyan di India. 8

7
Oleh: Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag. 2013 Akidah Ilmu Kalam Universitas Islam Negri
Sunan Ampel Surabaya
8
Oleh: Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag. 2013 Akidah Ilmu Kalam Universitas Islam Negri
Sunan Ampel Surabaya

12
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Era modern secara umum dimulai ketika masyarakat Eropa menyadari tentang
pentingnya kembali berfikir filsafat. Para pemikir Eropa kembali bergelut dalam
dunia ide yang dikembangkan dalam tataran praktis menjadi gerakan penciptaan
alat-alat yang mampu memudahkan segala urusan manusia. Mereka menyebutnya
dengan “moda” atau “modern”. Era ini terjadi pada awal-awal abad ke-16, yang
dikenal dengan istilah ‘renaissance’
Ada 3 aliran Yaitu :
1. Aliran Wahabiyyah Didirikan oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahab (1703-
1787M/1115- 1201H)
2. Aliran Bahaiyyah Didirikan oleh Mirza Ali Muhammad Ridha asy-Syirazi,
1235- 1266H/1819-1850 M
3. Aliran Ahmadiyyah Didirikan oleh Gulam Ahmad pada abad ke-19

13
DAFTAR PUSTAKA
Oleh: Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag. 2013 Akidah Ilmu Kalam Universitas Islam Negri
Sunan Ampel Surabaya
https://digilib.iainptk.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2689/Mengkaji%2
0Falsafah%20Ilmu%20Kalam_Dr.%20Sahri_2023.pdf?sequence=1&isAllowed=y
PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM KLASIK DAN MODERN Udung Hari Darifah, Nurwadjah Ahmad,
Andewi Suhartini

https://jurnal.unigal.ac.id/J-KIP/article/view/6521
Oleh:DR.Sahri,M.A MENGKAJI FALSAFAH ILMU KALAM BILDUNG Jl. Raya Pleret KM 2 Banguntapan
Bantul Yogyakarta 55791 Email: bildungpustakautama@gmail.com Website:
www.penerbitbildung.com
https://osf.io/n6zj4/download

14
15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai