Anda di halaman 1dari 43

HALAMAN JUDUL

ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS PADA BY. NY. A DENGAN


HIRSCHSPRUNG DISEASE DI RUANG BAYIRSUD DR. SOETOMO
SURABAYA

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Pelatihan Keperawatan Neonatologi

Disusun oleh:

Cintya Febri Prasetyowati, A.Md.Kep

PELATIHAN KEPERAWATAN NEONATOLOGI


ANGKATAN XXXIII

23 Agustus 2023 - 27 Oktober 2023

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


DR. SOETOMO
SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................i
DAFTAR TABEL............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
BAB I TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA................................1
1.1 Tinjauan Teori Hirschsprung........................................................1
1.1.1 Pengertian..........................................................................1
1.1.2 Klasifikasi.........................................................................2
1.1.3 Etiologi.............................................................................2
1.1.4 Gejala Klinis......................................................................3
1.1.5 Patofisiologis.....................................................................4
1.1.6 Patofisiologis.....................................................................4
1.1.7 Patofisiologis.....................................................................5
1.1.8 Patofisiologis.....................................................................6
1.2 Tinjauan Pustaka Asuhan Keperawatan.........................................8
1.2.1 Pengkajian.........................................................................8
1.2.2 Analisis Data.....................................................................12
1.2.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................12
1.2.4 Intervensi Keperawatan.......................................................13
BAB II TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN...............................20
2.1 Pengkajian..................................................................................20
2.1.1 Identitas.............................................................................20
2.1.2 Riwayat Kesehatan.............................................................20
2.1.3 Riwayat Fisik.....................................................................21
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................23
2.1.5 Program Terapi..................................................................25
2.1.6 Analisa Data......................................................................25
2.1.7 Diagnosa Keperawatan.......................................................26
2.1.8 Intervensi Keperawatan.......................................................27
2.1.9 Implementasi Keperawatan.................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................38

i
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman


Tabel 1 Analisis Data Pre Operasi 9
Tabel 2 Analisis Data Post Operasi 14
Tabel 3 Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium 19
Tabel 4 Pemeriksaan Penunjang Hasil Kultur Darah 20
Tabel 5 Analisa Data 21
Tabel 6 Intervensi Keperawatan 23
Tabel 7 Implementasi Keperawatan 26

ii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Tabel Halaman


Gambar 1 Gambar kolon normal dan tidak normal 1
Gambar 2 Foto pasien penderita hirschsprung berusia 3 hari 3

iii
1

BAB I
TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Tinjauan Teori Hirschsprung

I.1.1 Pengertian
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persyarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persyarafan (aganglion), maka terjadi
“kelumpuhan” usus besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk
setiap individu.

Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion


parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus (Ngastiyah,
1997:138).

Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan


obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus (Donna
L.Wong, 2003:507).

Gambar 1 Gambar kolon normal dan tidak normal


2

I.1.2 Klasifikasi
Penyakit ini disebabkan agang lionis Meissner dan Aurbach dalam lapisan
dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70% terbatas di
daerah rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon dan sekitarnya, 5% dapat
mengenai seluruh usus sampai papilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik
serig terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub
mukosa dinding plexus (Budi, 2010). Berdasarkan panjang segmen yang terkena,
penyakit hirschsprung dapat dibedakan 2 tipe, yaitu:

1. Penyakit hirschsprung segmen pendek


Segmen aganglionis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70% dari
kasus penyakit hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan.
2. Penyakit hirschsprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau
usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki-laki maupun perempuan
(Ngastiyah, 1997: 138).

I.1.3 Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel “Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan
submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal didalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari plesus auerbach di
kolon. Bisa juga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada
anak dengan down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam
dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan submukosa
dinding plexus.

Megacolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan


peristaltik dibagian distal akibat defisiensi sel ganglion pada organ usus
3

(Hidayat.M,2009). Hal ini mengakibatkan feses tidak dapat terdorong seperti


fungsi fisiologis seharusnya (Henna N, 2011).

I.1.4 Gejala Klinis


Penyakit hirschsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan
penyakit hirschsprung dapat menunjukkan gejala klinis antara lain obstruksi total
saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi
mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi,
muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu
atau bulan yang diikuti dengan obstuksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis
dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pada
colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis
nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat
berdarah (Nelson, 2002:317).

1. Bayi Baru Lahir


Kegagalan mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir,malas
minum, distensi abdomen, dann emesis yang mengandung empedu. (Gambar

Gambar 2Foto pasien penderita hirschsprung berusia 3 hari. Terlihat abdomen


sangat distensi dan pasien tampak penderita
2)

2. Bayi
4

Gagal tumbuh, konstipas, distensi abdomen, muntah, dan diare episodik.

3. Anak-anak Yang Lebih Besar


Anoreksia, konstipasi kronis feses berbau busuk dan berbentuk pita, distensi
abdomen, peristalsis yang dapat terlihat massa feses dat dipalpasi, malnutrisi
atau pertumbuhan yang buruk, tanda-tanda anemia, dan hipoproteinemia.
Tanda-tanda yang memburuk yang menandakan enterokolitis antara lain diare
hebat yang tiba-tiba, diare bercampur darah, demam, dan kelelahan yang
parah.

I.1.5 Patofisiologis
Kondisi aganglionik usus disebabkan oleh adanya gangguan migrasi dan
deferensiasi sel krista neuron pada Enteric Nervous System (ENS). Segmen
aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara
normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran
cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada mega colon (Betz,
Cecily & Sowden).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan dibagian kolon tersebut melebar (Price, S & Wilson).

I.1.6 Patofisiologis
1. Gawat perfasan akut
2. Enterokolitis akut
3. Triktura ani pasca bedah
4. Inkontinesia jangka panjang
5

5. Obstruksi usus
6. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
7. Konstipasi

I.1.7 Patofisiologis
1. Menurut Ngastiyah, 1997:139
a. Biopsi isap, yakni mengampil mukosa dan submukosa dengan alat
penghisapan mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
b. Biopsi otot rektum, yakni pengambilan lapisan otot rektum, dilakukan
dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatik.
c. Pemeriksaan aktivitas enzim aestilkolin dari hasil biopsi asap. Pada
penyakit ini terdapat peningkatan aktivitas enzim aestikolin enterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jatingan biopsi usus.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia darah: pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal
basanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang
sesuai dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan
pada penatalaksanaan cairan dan elektrolit.
b. Darah rutin: pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan
platelet preoperative. Pemeriksaan albumin, CRP juga diperlukan.
c. Profil koagulasi: pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada
gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi
dilakukan. (Kartono, Darmawan:2004)
3. Menurut Betz, 2002:197
a. Foto abdomen (terlentang, tegak, tengkurap, dekubitus lateral)
diagnostik: untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
b. Enema barium (diagnostik): untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
kolon.
c. Biopsi rektal: untuk mendeteksi ada tidaknyasel ganglion.
6

d. Manometri anorektal: untuk mencatat respons refluks sfingter interna dan


eksternaInkontinesia jangka

I.1.8 Patofisiologis
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan
motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau
double barrel dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan
hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan. Terdapat
prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a. Prosedur duhanel biasanya diakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun
dengan cara penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, membuat dinding
ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal
yang telah ditarik.
b. Prosedur swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang beraganglion dengan
saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada
bagian posterior.
c. Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara
membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon
yang bersyaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya
anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang
tersisa.
2. Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif
melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan
mekonium dan udara. Stabilisasi keadaan umum pasien.
7

3. Tindakan bedah sementara


Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa
yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan endoterkolitis berat dan
keadaan umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal
yang paling distal.
8

I.2 Tinjauan Pustaka Asuhan Keperawatan

I.2.1 Pengkajian
Pengumpulan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang
yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk
dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan
berlangsung (Mufdillah dkk, 2012).
1. DATA SUBYEKTIF
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien atau
keluarga klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak ditentukan oleh tim kesehatan secara
independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Mufdillah
dkk, 2012).
Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara dengan
keluarga dan tim kesehatan yang lain, dimana wawancara tersebut untuk
mengetahui data dari ibu meliputi :
a. Identitas
1) Identitas anak
Nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien dalam
keluarga, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnosa medus, nomor rekam medis, alamat
2) Identitas orang tua
Nama ayah, nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, dan
alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24
jam setelah lahir, distenis abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan
tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masah tersebut.
2) Riwayat natal
9

Meliputi proses kelahiran bayi, warna ketuban, adakah faktor


penyulit saat melahirkan, apgar scoreI adakah ketuban pecah
dini, BB lahir, lingkar kepala, panjang badan, dan lingkar dada,
ibu riwayat hidromnion.
3) Riwayat post natal
Kondisi bayi setelah lahir, kapan bayi mulai bisa BAB secara
spontan, bagaimana konsistensi, warna, dan frekuensi. Distensi
abdomen atau tidak, tindakan apa saja yang telah dilakukan,
adakah muntah hijau, dan bagaimana pola menyusu bayi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain
menderita hirschsprung.
c. Riwayat kehamilan sekarang
1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Sesuai dengan hukum Naegele yaitu dari hari pertama haid
terakhir ditambah dengan tujuh dikurangi tiga bulan ditambah
satu tahun (Manuaba dkk, 2012).
2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk mengetahui taksiran persalinan (Manuaba dkk, 2012).
3) Keluhan pada kehamilan
Berisi keluhan pemakaian obat-obatan, maupun penyakit pada
saat hamil, mulaidari trimester I,II, dan III (Manuaba dkk,
2012).
4) Ante Natal Care (ANC)
Ante Natal Care adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim (Manuba dkk, 2012). Untuk mengetahui riwayat
ANC teratur atau tidak sejak hamilberapa minggu, tempat ANC
dan riwayat kehamilannya (Saifuddin, 2006).
10

2. DATA OBYEKTIF
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur
informasi tersebut biasanya diperoleh melalui kepekaan perawat “senses”
selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S (sight, smell) dan HT
(hearing and touch atau taste) (Nursalam, 2009).
Hal ini diperoleh dari pemeriksaan fisik yang meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing) merupakan pengkajian bagian organ pernapasan.
Hasil yang didapatkan meliputi bayi sesak, adanya retraksi dada.
2) B2 (Blood) merupakan pengkajian organ yang berkaitan dengan
sirkulasi darah yaitu jantung dan pembuluh darah. Hasil yang
didapatkan meliputi tekanan darah turn bradikardi bila terjadi
syok, takikardia bila terjadi hiponatremia.
3) B3 (Brain) merupakan pengkajian fisik menganai kesadaran dan
fungsi persepsi sensori. Hasil yang didapatkan meliputi tidak
ada kelainan, namun ada kelainan sel gangliom pada ususnya,
ada tangis, biasanya anak cenderung rewel tonus otot kuat.
4) B4 (Bladder) merupakan pengkajian sistem urologi. Bayi
dengan hirschsprung akan mengalami penurunan produksi
urine.
5) B5 (Bowel) merupakan pengkajian sistem digestif atau
pencernaan (peningkatan/penurunan aktivitas peristaltik
gastrointestinal). Hasil yang didapatkan meliputi abdomen
distended, meconium terlambat keluar, muntah berwarna hijau,
malas minum, pemeriksaan colok dubur feses menyemprot.
6) B6 (Bone) merupakan pengkajian sistem muskuloskeletal dan
integumen. Bayi dengan hirschsprung mengalami ikterus,
kekuatan otot lemah hipotonus.
1. Pre operasi
 Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan, dan
keluaran).
11

 Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus.


 Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis.
 Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan
koping terhadap pembedahan yang akan datang.
 Kaji tingkat nyeri yang dialami anak.
2. Post operasi
 Kaji status pasca bedah anak (tanda-tanda vital, bising
usus, distensi abdomen).
 Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan
cairan.
 Kaji adanya komplikasi.
 Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
 Kaji tingakt nyeri yang dialami anak
 Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan
koping terhadap pengalamannya di rumah sakit dan
pembedahan.
 Kaji kemmapuan orang tua dalam menatalaksanakan
pengobatan dan perawatan yang berkelanjutan.
b. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar-X (Thorax AP) merupakan pemeriksaan untuk melihat
paru-paru pasien.
2) Sinar-X (BOF) merupakan pemeriksaan untuk melihat bayangan
gas yang tampak pada usus.
3) Colon in loop adalah pemeriksaan radiografi colon dengan
memanfaatkan media kontras positif dan negatif yang
dimasukkan melalui anak untuk memperlihatkan struktur
anatomi dan fisiologis dari colon.
12

I.2.2 Analisis Data


Pengumpulan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang
yang me Merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-toeri yang
dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian,
mengintrepretasikan data atau membandingkan dengan standar fisiologi setelah
dianalisa maka akan didapat penyebab terjadinya masalah pada klien.
Data tersebut dapat diperoleh dari keadaan pasien yang tidak sesuai
dengan standar kriteria yang sudah ada. Untuk itu perawat harus jeli memahami
tentang standar keperawatan sebagai bahan pembandingan apakah keadaan
kesehatan klien sesuai atau tidak dengan standar yang ada.
Pengelompokan data adalah mengelempokkan data-data klien dimana
klien mengalami permasalahan kesalahan atau keperawatan berdasarkan kriteria
permasalahnnya, setelah data dikelompokkan maka perawat dapat
mengidentifikasikan masalah keperawatan klien dan merumuskannya.
minta asuhan.

I.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Pre operasi
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
akibat distensi abdomen.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
ditandai dengan berat menurun 10% dibawah rentang ideal.
c. Konstipasi berhubungan dengan aganglionik.
d. Resiko infeksi dibuktikan dengan gangguan peristaltik dan konstipasi.
2. Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi dan perbaikan
pembedahan.
13

I.2.4 Intervensi Keperawatan


1. Pre operasi

Tabel 1 Intervensi Keperawatan Pre Operasi

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Dx Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas. (1.01011)
berhubungan dengan keperawatan 1 jam pola nafas Observasi :
penurunan ekpansi paru membaik - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
akibat distensi Kriteria hasil (L.01004) - Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurgling, wheezing, ronchi
abdomen. (D.0005) - Frekuensi nafas 40-60x/menit kering)
- Sesak menurun - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Penggunaan otot bantu nafas Terapiutik :
menurun - Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan posisi midline-control
- Pernafasan cuping hidung - Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
menurun - Posisikan semi-fowler atau fowler
- Kedalaman nafas membaik - Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan ibu tetap memberikan ASI, jika tidak ada kontraindikasi
14

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu
2. Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Intervensi : Manajemen Nutrisi (1.03119)
ketidak mampuan keperawatan selama 3x24 jam status Observasi :
mencerna makanan nutrisi bayi membaik - Identifikasi status nutrisi
ditandai dengan berat Kriteria Hasil (L.03031) - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
badan menurun 10% - BB naik 20-30 gram/hari - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
dibawah rentang ideal. - Bayi cengeng menurun - Monitor asupan minum
(D.0019) - Pucat menurun - Monitor berat badan
- Proses tumbuh kembang - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat Terapiutik :
- Membran mukosa kuning - Lakukan oral hygiene sebelum menyusu
menurun - Berikan minum sesuai kalori yang dibutuhkan
- Pola minum membaik - Hentikan pemberian minum melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori yang
15

dibutuhkan
3. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Manajemen Konstipasi (1.04155)
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam eliminasi Observasi :
aganglionik. (D.0049) fekal membaik - Periksa tanda dan gejala konstipasi
Kriteria Hasil (L.04033): - Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk,
- Keluhan defekasi lama dan sulit volume dan warna)
menurun - Monitor tanda dan gejala rupture usus dan/atau peritonitis
- Kontrol pengeluaran feses Terapiutik :
meningkat - Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu
- Distensi abdomen menurun - Berikan enema atau irigasi, bila perlu
- Konsistensi feses membaik Edukasi :
- Frekuensi defekasi membaik - Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- Peristaltik usus membaik - Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
- Ajarkan ibu tentang cara pemberian lavement
Kolaborasi :
- Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan atau peningkatan
suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
16

4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Pencegahan Infeksi (1.14539)


berhubungan dengan keperawatan 7x24 jam tingkat infeksi Observasi :
gangguan peristaltik. menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
(D.0142) Kriteria Hasil (L.14137) Terapiutik :
- Demam menurun (36,5 - 37,5C) - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan tangan meningkat - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
- Nyeri menurun lingkungan pasien
- Bengkak menurun - Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
- Letargi menurun Edukasi :
- Kadar sel darah putih membaik - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kultur darah membaik - Ajarkan cara 5 momen mencuci tangan
- Kultur feses membaik - Ajarkan cara mencuci tangan 6 langkah
- Ajarkan etika batuk pada keluarga
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
17

2. Post Operasi

Tabel 2 Intervensi Keperawatan Post Operasi

No.Dx Asuhan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Intervensi Manajemen Nyeri (1.08238)
berhubungan keperawatan 8 jam tingkat Observasi :
dengan insisi nyeri menurun. - Identifikasi skala nyeri
atau Kriteria Hasil (L.08065) - Identifikasi respon nyeri non verbal
pembedahan. - Gelisah menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
(D.0077) - Kesulitan tidur menurun - Monitor efek samping penggunaan analgesik
- Frekuensi nadi membaik Terapiutik :
(100-160x/mnt) - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri pada bayi misal
- Pola nafas membaik (40- pemberian non nutritive sucking ( empeng), memposisikan bayi senyaman
60x/mnt) mungkin.
- Pola tidur membaik - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
- Skala nyeri 0 pencahayaan, kebisingan)
Edukasi :
- Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri kepada orang tua bayi.
18

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit ( I.11353)
integritas kulit keperawatan selama dalam Observasi :
b/d kolostomi perawatan integritas kulit - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
dan perbaikan dan jaringan meningkat perubahan status nutrisi, perkembangan mikroorganisme
pembedahan. Kriteria Hasil. (L.14125) : Terapiutik :
(D.0129) - Elastisitas meningkat - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Perfusi jaringan - Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
meningkat - Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Kerusakan jaringan Edukasi :
menurun - Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
- Kerusakan lapisan kulit - Ajarkan/libatkan ibu dalam perawatan kolostomi
menurun Kolaborasi :
- Nyeri menurun - Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun
- Hematoma menurun
- Nekrosis menurun
19

- Suhu kulit membaik


- Tekstur membaik
BAB II
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

II.1 Pengkajian

Pada Pengkajian Kali ini dilakukan pada tanggal 15 September 2023


II.1.1 Identitas
Nama Bayi : By. Ny. A
Umur : 23 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
No RM : 1303xxxx
Diagnosa Medis : Hirschsprung
disease
Anak Ke : 1
Tanggal Lahir : 23 Agustus 2023
pukul 19.56 WIB
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. F
Umur : 24 tahun Umur : 32 tahun
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Terapis
reflexiology
Alamat : Medayu utara
31C/19
Status Perkawinan : Menikah

II.1.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan utama/keadaan sekarang ini
Bayi tidak bisa BAB, abdomen distended, urine keluar
2. Riwayat prenatal
21

Ibu hamil G1P1A0 dengan usia kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu
ANC 8 kali di puskesmas dan USG 8 kali.
3. Riwayat natal
Bayi lahir dengan secara caesar tanggal 23 Agustus 2023 jam 19.56 WIB.
Jenis kelamin perempuan. Lahir di RS Puraraharja Surabaya. Bayi lahir
langsung menangis kuat, apgar score 7-8. Ketuban hijau. BB lahir 2500 gram.
Lingkar abdomen 32 cm.
4. Riwayat post natal
Setelah bayi lahir, dan 3 minggu dirawat dirumah, Ibu mengatakan tiba-
tiba perut bayi besar dan keras, bayi tidak kentut, tidak BAB dan tidak bisa
BAK bayi gumoh sedikit-sedikit sejak tgl 11/08, diberi ASI dimuntahkan
kembali, tidak menyemprot, pada pagi hari tgl 12/08 bayi sudah bisa keluar
kencing dan BAB, bisa kentut tapi perut masih besar, kemudian oleh keluarga
dibawa ke RS Puraraharja dan diacarakan untuk dirujuk ke RSUD DR.
Soetomo Surabaya. Bayi dirujuk dalam kondisi STABLE. GDA 67 mg/dL,
suhu 36,6°C. Airway tidak terpasang oksigen, bayi nafas spontan dengan RR
46x/mnt. Pengecekan laboratorium DL, PPT, APTT, Bun, Alb, GDA, SE, Ca,
FH, Baby gram. Edukasi keluarga tentang kondisi bayi dan terapi yang akan
dilakukan, serta prognosis penyakit bayi sampai dengan perburukan kondisi
resusitasi bila diperlukan dilakukan saat bayi tiba di RSUD DR Soetomo
Surabaya.
5. Riwayat perawatan
Selama dirawat diruang bayi RSUD DR. Soetomo Surabaya, Ibu bayi
merasa khawatir dan sering bertanya kepada Dokter dan perawat jaga tentang
perkembangan bayinya.

II.1.3 Riwayat Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 15 September 2023 saat bayi dirawat
diruang bayi (RKL).

Diperiksa tanggal : September 2023 jam 12.00 WIB


22

Berat badan : 3000 gram

Lingkar abdomen : 29 cm

Pemeriksaan B1 sampai B6

1. B1 Breathing (Sistem Pernapasan)


Gerakan dada: simetris.
Napas: reguler, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada retraksi, tidak
ada suara napas tambahan, suara napas vesikuler dikedua lapang paru,
pernapasan menggunakan O2 ruangan bebas. RR 46x/mnt
2. B2 Blood (Sistem Kardiovaskuler)
CRT < 3 detik
Suara jantung: tidak ada murmur, reguler
Denyut perifer: kuat, teratur
HR: 146x/mnt
Ekstremitas: demam, suhu 37,7°C. Tidak ada oedema
Terpasang infus di vena dorsalis pedis dextra
3. B3 Brain (Sistem Persyarafan)
Tingkat kesadaran: composmentis, bayi menangis kuat, gerak aktif
Tonus otot: kuat
Pupil: ukuran kanan kiri sama
Membuka mata: bayi membuka matareflek hisap ada
Tangisan: ada tangisan
Kejang: tidak ada kejang
4. B4 Bladder (Sistem Perkemihan)
Kencing spontan dengan pampers
Kesulitan BAB: ada
5. B5 Bowel (Sistem Pencernaan)
Abdomen distended, bising usus: ada, lemah
Terpasang OGT no 10. Px puasa, produksi NGT tidak ada
Total input : 475 cc
Total output : 405 cc
23

Lingkar abdomen : 29
6. B6 Bone (Sistem tulang, otot, kulit, selaput lendir
Akral: teraba demam
Suhu: 37,7°C
Mukosa bibir: lembab
Pergerakan sendi: ada
Kekuatan otot: kuat
Turgor kulit: elastis
Icterus: tidak ada
Kulit sekitar anus tampak kemerahan

II.1.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Hasil Laboratorium

Tabel 3 Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium

No Tanggal Jenis pemeriksaan Nilai normal


1 12/09/ Hb:12,3 mg/dl 11,7-15,5mg/dl
2023 Leukosit:17,46 ribu/mm3 3,8-10,6ribu/mm3
Hct: 32,3% 55-56%
FT4: 1,23 0,89-1.76mg/dl
TSH: 5.5210uIU/mL 0,72-11,0uIU/mL
APTT: 36,1det 29-33det
PPT: 18,8 9-12
Natrium: 137mmol/l 136-134mmol/l
Kalium: 6,10meQ/L 3,5-5,5meQ/L
Clorida: 107,0 135-144
Albumin : 3,99Gr/dl 4,4-5,4Gr/dl
Gda : 67mg/dl <180mg/dl
24

2. Hasil Kultur darah

Tabel 4 Pemeriksaan Penunjang Hasil Kultur Darah

No Tanggal Tindakan Hasil


1 13/09/ Biakann Aerob & uji Tidak ada pertumbuhan bakteri aerob
2023 kepekaan antibiotik - darah
Organism Tidak ada pertumbuhan bakteri aerob
Pewarnaan gram - darah Tidak ditemukan bentukan bakteri
Biakan khusus jamur & uji Tidak ada pertumbuhan jamur
kepekaan antijamur - darah
Organism Tidak ada pertumbuhan jamur

3. Pemeriksaan Babygram
Tanggal :12/09/2023
Hasil :Thorax AP (Asimetris): Cor besar dan bentuk kesan normal.
Pulmo :Tak tampak infiltrat. Trachea kesan di tengah. Sinus
phrenicocostalis kanan kiri tajam. Hemidiafragma kanan kiri tampak baik.
Tulang-tulangtampak baik. Soft tissue tak tampak kelainan.

BOF. Hasil: Bayangan gas usus prominent bercampur fecal material di


cavum abdomen dengan distribusi hingga cavum pelvis . Tampak dilatasi
bayangan gas large dan small bowel terdistribusi hingga cavum pelvis. Tak
tampak gambaran colled spring, herring bone appearance, maupun step ladder
patologis. Preperitoneal fat tampak baik.
25

II.1.5 Program Terapi


1. OGT fr 10
2. Cairan ~ 450 ml/kg/BB/hari
3. Inj ampicillin 150mg/12 jam
4. Inj furosemid 1,5mg/24jam
5. Inj Paracetamol 31mg/8jam
6. TPN 270ml/hr
7. ASI/Sufor 12x20

II.1.6 Analisa Data


Tabel 5 Analisa Data

No Tanggal Data Etiologi Masalah


& Jam
1 15/09/ DS :- Tidak adanya segmen Konstipasi
2023 DO : aganglionik berhubungan
Pukul - Perut bayi distensi dengan
08.00 - Lingkar abdomen 32cm aganglionik.
Peristaltik usus
WIB - Bising usus: ada, lemah (D.0049)
abnormal
5x/mnt
- Feses keluar dari rectal
tube berwarna kuning, Obstruksi pada usus
cair besar
- Bayi puasa, ada
muntah.
Feses menumpuk di
usus

konstipasi
2 15/09/ DS :- Penyempitan lumen Resiko infeksi
2023 DO: usus (D.0142)
Pukul - Perut bayi distended
08.00
26

WIB - Ada muntah warna hijau Obstruksi di proksimal


- Bayi dilakukan lavement

Tinja dan gas


berkumpul

Berak cemendil dan


kentut bau sekali

Resiko infeksi
3 15/09 DS :ibu sering menayakan Dampak hospitalisasi Defisit
/2023 tentang kondisi bayi pengetahuan
Pukul DO: (D.0111)
kurang terpapar
08.00 - ibu terlihat cemas
informasi
WIB - ibu selalu menanyakan
kondisi tentang anak
- keringat dingin Defisit pengetahuan

II.1.7 Diagnosa Keperawatan


1) Konstipasi berhubungan dengan aganglionik.
2) Resiko infeksi dibuktikan dengan gangguan peristaltik dan konstipasi.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
27

II.1.8 Intervensi Keperawatan


Tabel 6 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


.
1. Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Manajemen Konstipasi (1.04155)
dengan aganglionik. keperawatan 1x24 jam eliminasi Observasi :
(D.0049) fekal membaik - Periksa tanda dan gejala konstipasi
Kriteria Hasil (L.04033) - Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk, volume
- Keluhan defekasi lama dan dan warna)
sulit menurun - Monitor tanda dan gejala rupture usus dan/atau peritonitis
- Distensi abdomen menurun Terapiutik :
- Konsistensi feses membaik - Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu
- Frekuensi defekasi membaik - Berikan enema atau irigasi, bila perlu
- Peristaltik usus membaik Edukasi :
- Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
Kolaborasi :
- Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/ peningkatan suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
28

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Pencegahan Infeksi (1.14539)


berhubungan dengan keperawatan 7x24 jam tingkat Observasi :
gangguan peristaltik dan infeksi menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
konstipasi. (D.0142) Kriteria Hasil (L.14137) Terapiutik :
- Demam menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan tangan meningkat - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
- Nyeri menurun pasien
- Bengkak menurun - Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
- Letargi menurun Edukasi :
- Kadar sel darah putih - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
membaik - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Kultur darah membaik - Ajarkan etika batuk pada keluarga
- Kultur feses membaik - Ajarkan cara memeriksa kondisi lukan atau luka operasi
- Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Edukasi perkembangan bayi (1.12436)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
29

kurang terpaparnya tingkat pengetahuan membik - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informsi
informasi. Kriteria Hasil (L.12111) Terapiutik :
(D.0111) - Perilaku sesuai anjuran - Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat . Edukasi :
- Kemampuan menjelaskan - Jelakan proses tumbuh kembang bayi dan kondisi bayi saat ini
pengetahuan tentang suatu - Anjurkan membanguninteraksi yang baik dengan bayi.
topik meningkat - Anjurkan memonitor pengobatan anak
- Perilaku sesuai dengan Kolaborasi :
pengetahuan meningkat - Rujuk keluarga ke support group, jika perlu
- Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun
30

II.1.9 Implementasi Keperawatan


Tabel 7 Implementasi Keperawatan

No. Tanggal
Implementasi Paraf Evaluasi
Dx. dan Jam
1. 15/09/2023 1. Melakukan cuci tangan 6 langkah Jam 14.00
08.00 dengan air mengalir sebelum dan S:-
sesudah melakukan tindakan O:
2. Memeriksa pergerakan usus, Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, produksi BAB
karakteristik feses warna kuning sedikit. Lingkar abdomen 32. Abdomen
12.00 Hasil: Bising usus (+) 5x/menit. Feses distended, bayi minum ASI/SF sesuai dengan advis Dokter.
keluar di pampers, cair (khas feses) A : Konstipasi belum teratasi
3. Menganjurkan ibu tetap memberikan P : Lanjutkan intervensi
14.00 ASI sesuai kebutuhan - Observasi pergerakan usus
- Lakukan lavement sesuai dengan advis dokter bedah anak

2. 08.00 1. Melakukan cuci tangan 6 langkah Jam 14.00


dengan air mengalir sebelum dan S:-
sesudah melakukan tindakan O:
31

2. Memonitor tanda dan gejala infeksi Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, demam turun, suhu
lokal dan sistematik 37,5C
Hasil: pasien teraba demam, suhu P : Lanjutkan intervensi
37,8C - Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laborat
3. Memberikan terapi ampicillin penunjang
150mg/12 jam - Lanjutkan terapi dokter
4. Mengajarkan ibu cara mencuci tangan
12.00 dengan benar
Hasil: Ibu dapat mempraktekkan cara
mencuci tangan dengan benar
14.00 5. Menganjurkan ibu memberikan ASI
Hasil: Setiap jam menyusui ibu selalu
memberikan ASI sesuai kebutuhan
3. 14.00 1. Menanyakan kepada ibu tentang S : Ibu menanyakan bagaimana kondisi bayi saat ini
kesiapan menerima informasi O:
Hasil: ibu mengatakan siap - Ibu terlihat bingung saat ditanya penyakit bayi
2. Memberikan kesempatan ibu untuk - Ibu terlihat bingung saat bayi menangis
bertanya - Ibu terus bertanya tentang kondisi anaknya
Hasil: ibu bertanya tentang kondisi A: Defisit pengetahuan belum teratasi
32

bayi dan keperluan apa saja yang P : Lanjutkan intervensi


dibutuhkan saat ini - Jelaskan kepada ibu tentang perkembangan bayi
3. Menjelaskan tentang perkembangan - Anjurkan ibu untuk tetap membangun interaksi
bayi dengan bayi setiap jam kunjungan ibu
Hasil: ibu mengetahui berat badan
bayi naik setiap harinya
4. Menyarankan ibu untuk membangun
interaksi yang baik dengan bayi
Hasil: ibu selalu menggendong dan
menyusui bayi saat jam kunjungan
ibu
No. Tanggal
Implementasi Evaluasi
Dx. dan Jam
1. 16/09/ 1. Melakukan cuci tangan 6 langkah Jam 14.00
2023 dengan air mengalir sebelum dan S:-
08.00 sesudah melakukan tindakan O:
2. Memeriksa pergerakan usus, Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, produksi BAB
karakteristik feses warna kuning sedikit. Lingkar abdomen 32. Abdomen
12.00 Hasil: Bising usus (+) 5x/menit. Feses distended, bayi minum ASI/SF sesuai dengan advis Dokter.
33

keluar di pampers, cair (khas feses) Hasil lab Hb: 11,0g/dL Lekosit: 12,79 Trombosit: 507
14.00 3. Mengambil bahan darah untuk Kreatinin: 0,4 BUN: 5,3 Kalsium: 9,9 Albumin: 3,60
pemeriksaan laboratorium Magnesium: 2,30 Natrium: 138 Kalium: 4,10 Klorida: 107,0
4. Menganjurkan ibu tetap memberikan A : Konstipasi belum teratasi
ASI sesuai kebutuhan P : Lanjutkan intervensi
- Observasi pergerakan usus
- Lakukan lavement sesuai dengan advis dokter bedah
anak
2. 08.00 1. Melakukan cuci tangan 6 langkah Jam 14.00
dengan air mengalir sebelum dan S:-
12.00 sesudah melakukan tindakan O:
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, demam turun, suhu
lokal dan sistematik 37,5C
Hasil: pasien teraba demam, suhu P : Lanjutkan intervensi
37,8C - Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laborat
14.00 3. Memberikan terapi ampicillin penunjang
150mg/12 jam - Lanjutkan terapi dokter
4. Mengajarkan ibu cara mencuci tangan
dengan benar
34

Hasil: Ibu dapat mempraktekkan cara


mencuci tangan dengan benar
5. Menganjurkan ibu memberikan ASI
Hasil: Setiap jam menyusui ibu selalu
memberikan ASI sesuai kebutuhan
3. 14.00 1. Menanyakan kepada ibu tentang S : Ibu menanyakan bagaimana kondisi bayi saat ini
kesiapan menerima informasi O:
Hasil: ibu mengatakan siap - Ibu terlihat bingung saat ditanya penyakit bayi
2. Memberikan kesempatan ibu untuk - Ibu terlihat bingung saat bayi menangis
bertanya - Ibu terus bertanya tentang kondisi anaknya
Hasil: ibu bertanya tentang kondisi A: Defisit pengetahuan belum teratasi
bayi dan keperluan apa saja yang P : Lanjutkan intervensi
dibutuhkan saat ini - Jelaskan kepada ibu tentang perkembangan bayi
3. Menjelaskan tentang perkembangan - Anjurkan ibu untuk tetap membangun interaksi
bayi dengan bayi setiap jam kunjungan ibu
Hasil: ibu mengetahui berat badan
bayi naik setiap harinya
4. Menyarankan ibu untuk membangun
interaksi yang baik dengan bayi
35

Hasil: ibu selalu menggendong dan


menyusui bayi saat jam kunjungan
ibu
No. Tanggal
Implementasi Evaluasi
Dx. dan Jam
1. 17/09/ 1. Melakukan cuci tangan 6 langkah Jam 14.00
2023 dengan air mengalir sebelum dan S:-
08.00 sesudah melakukan tindakan O:
2. Memeriksa pergerakan usus, Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, produksi BAB
karakteristik feses warna kuning sedikit. Lingkar abdomen 32. Abdomen
Hasil: Bising usus (+) 5x/menit. Feses distended, bayi minum ASI/SF sesuai dengan advis Dokter.
keluar di pampers, cair (khas feses) A : Konstipasi belum teratasi
12.00 Menganjurkan ibu tetap memberikan P : Lanjutkan intervensi
ASI sesuai kebutuhan - Observasi pergerakan usus
- Lakukan lavement sesuai dengan advis dokter bedah
anak
2. 08.00 1. Melakukan cuci tangan 6 langkah Jam 14.00
dengan air mengalir sebelum dan S:-
sesudah melakukan tindakan O:
36

2. Memonitor tanda dan gejala infeksi Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, demam turun, suhu
lokal dan sistematik 37,5C
Hasil: pasien teraba demam, suhu P : Lanjutkan intervensi
37,8C - Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laborat
3. Memberikan terapi ampicillin penunjang
150mg/12 jam - Lanjutkan terapi dokter
4. Mengajarkan ibu cara mencuci tangan
14.00 dengan benar
Hasil: Ibu dapat mempraktekkan cara
mencuci tangan dengan benar
5. Menganjurkan ibu memberikan ASI
Hasil: Setiap jam menyusui ibu selalu
memberikan ASI sesuai kebutuhan
3. 14.00 1. Menanyakan kepada ibu tentang S : Ibu menanyakan bagaimana kondisi bayi saat ini
kesiapan menerima informasi O:
Hasil: ibu mengatakan siap - Ibu terlihat bingung saat ditanya penyakit bayi
2. Memberikan kesempatan ibu untuk - Ibu terlihat bingung saat bayi menangis
bertanya - Ibu terus bertanya tentang kondisi anaknya
Hasil: ibu bertanya tentang kondisi A: Defisit pengetahuan belum teratasi
37

bayi dan keperluan apa saja yang P : Lanjutkan intervensi


dibutuhkan saat ini - Jelaskan kepada ibu tentang perkembangan bayi
3. Menjelaskan tentang perkembangan Anjurkan ibu untuk tetap membangun interaksi dengan bayi
bayi setiap jam kunjungan ibu
Hasil: ibu mengetahui berat badan
bayi naik setiap harinya
4. Menyarankan ibu untuk membangun
interaksi yang baik dengan bayi
Hasil: ibu selalu menggendong dan
menyusui bayi saat jam kunjungan
ibu
38

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.

Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3.Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih


(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U


Pendit. Jakarta : EGC.

Carpenito , Lynda juall. 1997 .Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -


^.Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-
2 .Jakarta : FKUI .

Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 .Jakarta : Media
Aesulapius FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016).Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
39

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2019)Standart Luaran Keperawatan Indonesia.


Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai