Disusun oleh:
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................i
DAFTAR TABEL............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
BAB I TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA................................1
1.1 Tinjauan Teori Hirschsprung........................................................1
1.1.1 Pengertian..........................................................................1
1.1.2 Klasifikasi.........................................................................2
1.1.3 Etiologi.............................................................................2
1.1.4 Gejala Klinis......................................................................3
1.1.5 Patofisiologis.....................................................................4
1.1.6 Patofisiologis.....................................................................4
1.1.7 Patofisiologis.....................................................................5
1.1.8 Patofisiologis.....................................................................6
1.2 Tinjauan Pustaka Asuhan Keperawatan.........................................8
1.2.1 Pengkajian.........................................................................8
1.2.2 Analisis Data.....................................................................12
1.2.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................12
1.2.4 Intervensi Keperawatan.......................................................13
BAB II TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN...............................20
2.1 Pengkajian..................................................................................20
2.1.1 Identitas.............................................................................20
2.1.2 Riwayat Kesehatan.............................................................20
2.1.3 Riwayat Fisik.....................................................................21
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................23
2.1.5 Program Terapi..................................................................25
2.1.6 Analisa Data......................................................................25
2.1.7 Diagnosa Keperawatan.......................................................26
2.1.8 Intervensi Keperawatan.......................................................27
2.1.9 Implementasi Keperawatan.................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................38
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
1
BAB I
TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
I.1.1 Pengertian
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persyarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persyarafan (aganglion), maka terjadi
“kelumpuhan” usus besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk
setiap individu.
I.1.2 Klasifikasi
Penyakit ini disebabkan agang lionis Meissner dan Aurbach dalam lapisan
dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70% terbatas di
daerah rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon dan sekitarnya, 5% dapat
mengenai seluruh usus sampai papilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik
serig terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub
mukosa dinding plexus (Budi, 2010). Berdasarkan panjang segmen yang terkena,
penyakit hirschsprung dapat dibedakan 2 tipe, yaitu:
I.1.3 Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel “Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan
submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal didalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari plesus auerbach di
kolon. Bisa juga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada
anak dengan down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam
dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan submukosa
dinding plexus.
2. Bayi
4
I.1.5 Patofisiologis
Kondisi aganglionik usus disebabkan oleh adanya gangguan migrasi dan
deferensiasi sel krista neuron pada Enteric Nervous System (ENS). Segmen
aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara
normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran
cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada mega colon (Betz,
Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan dibagian kolon tersebut melebar (Price, S & Wilson).
I.1.6 Patofisiologis
1. Gawat perfasan akut
2. Enterokolitis akut
3. Triktura ani pasca bedah
4. Inkontinesia jangka panjang
5
5. Obstruksi usus
6. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
7. Konstipasi
I.1.7 Patofisiologis
1. Menurut Ngastiyah, 1997:139
a. Biopsi isap, yakni mengampil mukosa dan submukosa dengan alat
penghisapan mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
b. Biopsi otot rektum, yakni pengambilan lapisan otot rektum, dilakukan
dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatik.
c. Pemeriksaan aktivitas enzim aestilkolin dari hasil biopsi asap. Pada
penyakit ini terdapat peningkatan aktivitas enzim aestikolin enterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jatingan biopsi usus.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia darah: pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal
basanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang
sesuai dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan
pada penatalaksanaan cairan dan elektrolit.
b. Darah rutin: pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan
platelet preoperative. Pemeriksaan albumin, CRP juga diperlukan.
c. Profil koagulasi: pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada
gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi
dilakukan. (Kartono, Darmawan:2004)
3. Menurut Betz, 2002:197
a. Foto abdomen (terlentang, tegak, tengkurap, dekubitus lateral)
diagnostik: untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
b. Enema barium (diagnostik): untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
kolon.
c. Biopsi rektal: untuk mendeteksi ada tidaknyasel ganglion.
6
I.1.8 Patofisiologis
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan
motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau
double barrel dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan
hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan. Terdapat
prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a. Prosedur duhanel biasanya diakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun
dengan cara penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, membuat dinding
ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal
yang telah ditarik.
b. Prosedur swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang beraganglion dengan
saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada
bagian posterior.
c. Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara
membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon
yang bersyaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya
anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang
tersisa.
2. Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif
melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan
mekonium dan udara. Stabilisasi keadaan umum pasien.
7
I.2.1 Pengkajian
Pengumpulan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang
yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk
dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan
berlangsung (Mufdillah dkk, 2012).
1. DATA SUBYEKTIF
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien atau
keluarga klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak ditentukan oleh tim kesehatan secara
independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Mufdillah
dkk, 2012).
Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara dengan
keluarga dan tim kesehatan yang lain, dimana wawancara tersebut untuk
mengetahui data dari ibu meliputi :
a. Identitas
1) Identitas anak
Nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien dalam
keluarga, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnosa medus, nomor rekam medis, alamat
2) Identitas orang tua
Nama ayah, nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, dan
alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24
jam setelah lahir, distenis abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan
tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masah tersebut.
2) Riwayat natal
9
2. DATA OBYEKTIF
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur
informasi tersebut biasanya diperoleh melalui kepekaan perawat “senses”
selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S (sight, smell) dan HT
(hearing and touch atau taste) (Nursalam, 2009).
Hal ini diperoleh dari pemeriksaan fisik yang meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing) merupakan pengkajian bagian organ pernapasan.
Hasil yang didapatkan meliputi bayi sesak, adanya retraksi dada.
2) B2 (Blood) merupakan pengkajian organ yang berkaitan dengan
sirkulasi darah yaitu jantung dan pembuluh darah. Hasil yang
didapatkan meliputi tekanan darah turn bradikardi bila terjadi
syok, takikardia bila terjadi hiponatremia.
3) B3 (Brain) merupakan pengkajian fisik menganai kesadaran dan
fungsi persepsi sensori. Hasil yang didapatkan meliputi tidak
ada kelainan, namun ada kelainan sel gangliom pada ususnya,
ada tangis, biasanya anak cenderung rewel tonus otot kuat.
4) B4 (Bladder) merupakan pengkajian sistem urologi. Bayi
dengan hirschsprung akan mengalami penurunan produksi
urine.
5) B5 (Bowel) merupakan pengkajian sistem digestif atau
pencernaan (peningkatan/penurunan aktivitas peristaltik
gastrointestinal). Hasil yang didapatkan meliputi abdomen
distended, meconium terlambat keluar, muntah berwarna hijau,
malas minum, pemeriksaan colok dubur feses menyemprot.
6) B6 (Bone) merupakan pengkajian sistem muskuloskeletal dan
integumen. Bayi dengan hirschsprung mengalami ikterus,
kekuatan otot lemah hipotonus.
1. Pre operasi
Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan, dan
keluaran).
11
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu
2. Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Intervensi : Manajemen Nutrisi (1.03119)
ketidak mampuan keperawatan selama 3x24 jam status Observasi :
mencerna makanan nutrisi bayi membaik - Identifikasi status nutrisi
ditandai dengan berat Kriteria Hasil (L.03031) - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
badan menurun 10% - BB naik 20-30 gram/hari - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
dibawah rentang ideal. - Bayi cengeng menurun - Monitor asupan minum
(D.0019) - Pucat menurun - Monitor berat badan
- Proses tumbuh kembang - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat Terapiutik :
- Membran mukosa kuning - Lakukan oral hygiene sebelum menyusu
menurun - Berikan minum sesuai kalori yang dibutuhkan
- Pola minum membaik - Hentikan pemberian minum melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori yang
15
dibutuhkan
3. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Manajemen Konstipasi (1.04155)
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam eliminasi Observasi :
aganglionik. (D.0049) fekal membaik - Periksa tanda dan gejala konstipasi
Kriteria Hasil (L.04033): - Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk,
- Keluhan defekasi lama dan sulit volume dan warna)
menurun - Monitor tanda dan gejala rupture usus dan/atau peritonitis
- Kontrol pengeluaran feses Terapiutik :
meningkat - Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu
- Distensi abdomen menurun - Berikan enema atau irigasi, bila perlu
- Konsistensi feses membaik Edukasi :
- Frekuensi defekasi membaik - Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- Peristaltik usus membaik - Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
- Ajarkan ibu tentang cara pemberian lavement
Kolaborasi :
- Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan atau peningkatan
suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
16
2. Post Operasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit ( I.11353)
integritas kulit keperawatan selama dalam Observasi :
b/d kolostomi perawatan integritas kulit - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
dan perbaikan dan jaringan meningkat perubahan status nutrisi, perkembangan mikroorganisme
pembedahan. Kriteria Hasil. (L.14125) : Terapiutik :
(D.0129) - Elastisitas meningkat - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Perfusi jaringan - Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
meningkat - Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Kerusakan jaringan Edukasi :
menurun - Anjurkan ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan
- Kerusakan lapisan kulit - Ajarkan/libatkan ibu dalam perawatan kolostomi
menurun Kolaborasi :
- Nyeri menurun - Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun
- Hematoma menurun
- Nekrosis menurun
19
II.1 Pengkajian
Ibu hamil G1P1A0 dengan usia kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu
ANC 8 kali di puskesmas dan USG 8 kali.
3. Riwayat natal
Bayi lahir dengan secara caesar tanggal 23 Agustus 2023 jam 19.56 WIB.
Jenis kelamin perempuan. Lahir di RS Puraraharja Surabaya. Bayi lahir
langsung menangis kuat, apgar score 7-8. Ketuban hijau. BB lahir 2500 gram.
Lingkar abdomen 32 cm.
4. Riwayat post natal
Setelah bayi lahir, dan 3 minggu dirawat dirumah, Ibu mengatakan tiba-
tiba perut bayi besar dan keras, bayi tidak kentut, tidak BAB dan tidak bisa
BAK bayi gumoh sedikit-sedikit sejak tgl 11/08, diberi ASI dimuntahkan
kembali, tidak menyemprot, pada pagi hari tgl 12/08 bayi sudah bisa keluar
kencing dan BAB, bisa kentut tapi perut masih besar, kemudian oleh keluarga
dibawa ke RS Puraraharja dan diacarakan untuk dirujuk ke RSUD DR.
Soetomo Surabaya. Bayi dirujuk dalam kondisi STABLE. GDA 67 mg/dL,
suhu 36,6°C. Airway tidak terpasang oksigen, bayi nafas spontan dengan RR
46x/mnt. Pengecekan laboratorium DL, PPT, APTT, Bun, Alb, GDA, SE, Ca,
FH, Baby gram. Edukasi keluarga tentang kondisi bayi dan terapi yang akan
dilakukan, serta prognosis penyakit bayi sampai dengan perburukan kondisi
resusitasi bila diperlukan dilakukan saat bayi tiba di RSUD DR Soetomo
Surabaya.
5. Riwayat perawatan
Selama dirawat diruang bayi RSUD DR. Soetomo Surabaya, Ibu bayi
merasa khawatir dan sering bertanya kepada Dokter dan perawat jaga tentang
perkembangan bayinya.
Lingkar abdomen : 29 cm
Pemeriksaan B1 sampai B6
Lingkar abdomen : 29
6. B6 Bone (Sistem tulang, otot, kulit, selaput lendir
Akral: teraba demam
Suhu: 37,7°C
Mukosa bibir: lembab
Pergerakan sendi: ada
Kekuatan otot: kuat
Turgor kulit: elastis
Icterus: tidak ada
Kulit sekitar anus tampak kemerahan
3. Pemeriksaan Babygram
Tanggal :12/09/2023
Hasil :Thorax AP (Asimetris): Cor besar dan bentuk kesan normal.
Pulmo :Tak tampak infiltrat. Trachea kesan di tengah. Sinus
phrenicocostalis kanan kiri tajam. Hemidiafragma kanan kiri tampak baik.
Tulang-tulangtampak baik. Soft tissue tak tampak kelainan.
konstipasi
2 15/09/ DS :- Penyempitan lumen Resiko infeksi
2023 DO: usus (D.0142)
Pukul - Perut bayi distended
08.00
26
Resiko infeksi
3 15/09 DS :ibu sering menayakan Dampak hospitalisasi Defisit
/2023 tentang kondisi bayi pengetahuan
Pukul DO: (D.0111)
kurang terpapar
08.00 - ibu terlihat cemas
informasi
WIB - ibu selalu menanyakan
kondisi tentang anak
- keringat dingin Defisit pengetahuan
kurang terpaparnya tingkat pengetahuan membik - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informsi
informasi. Kriteria Hasil (L.12111) Terapiutik :
(D.0111) - Perilaku sesuai anjuran - Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat . Edukasi :
- Kemampuan menjelaskan - Jelakan proses tumbuh kembang bayi dan kondisi bayi saat ini
pengetahuan tentang suatu - Anjurkan membanguninteraksi yang baik dengan bayi.
topik meningkat - Anjurkan memonitor pengobatan anak
- Perilaku sesuai dengan Kolaborasi :
pengetahuan meningkat - Rujuk keluarga ke support group, jika perlu
- Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun
30
No. Tanggal
Implementasi Paraf Evaluasi
Dx. dan Jam
1. 15/09/2023 1. Melakukan cuci tangan 6 langkah Jam 14.00
08.00 dengan air mengalir sebelum dan S:-
sesudah melakukan tindakan O:
2. Memeriksa pergerakan usus, Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, produksi BAB
karakteristik feses warna kuning sedikit. Lingkar abdomen 32. Abdomen
12.00 Hasil: Bising usus (+) 5x/menit. Feses distended, bayi minum ASI/SF sesuai dengan advis Dokter.
keluar di pampers, cair (khas feses) A : Konstipasi belum teratasi
3. Menganjurkan ibu tetap memberikan P : Lanjutkan intervensi
14.00 ASI sesuai kebutuhan - Observasi pergerakan usus
- Lakukan lavement sesuai dengan advis dokter bedah anak
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, demam turun, suhu
lokal dan sistematik 37,5C
Hasil: pasien teraba demam, suhu P : Lanjutkan intervensi
37,8C - Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laborat
3. Memberikan terapi ampicillin penunjang
150mg/12 jam - Lanjutkan terapi dokter
4. Mengajarkan ibu cara mencuci tangan
12.00 dengan benar
Hasil: Ibu dapat mempraktekkan cara
mencuci tangan dengan benar
14.00 5. Menganjurkan ibu memberikan ASI
Hasil: Setiap jam menyusui ibu selalu
memberikan ASI sesuai kebutuhan
3. 14.00 1. Menanyakan kepada ibu tentang S : Ibu menanyakan bagaimana kondisi bayi saat ini
kesiapan menerima informasi O:
Hasil: ibu mengatakan siap - Ibu terlihat bingung saat ditanya penyakit bayi
2. Memberikan kesempatan ibu untuk - Ibu terlihat bingung saat bayi menangis
bertanya - Ibu terus bertanya tentang kondisi anaknya
Hasil: ibu bertanya tentang kondisi A: Defisit pengetahuan belum teratasi
32
keluar di pampers, cair (khas feses) Hasil lab Hb: 11,0g/dL Lekosit: 12,79 Trombosit: 507
14.00 3. Mengambil bahan darah untuk Kreatinin: 0,4 BUN: 5,3 Kalsium: 9,9 Albumin: 3,60
pemeriksaan laboratorium Magnesium: 2,30 Natrium: 138 Kalium: 4,10 Klorida: 107,0
4. Menganjurkan ibu tetap memberikan A : Konstipasi belum teratasi
ASI sesuai kebutuhan P : Lanjutkan intervensi
- Observasi pergerakan usus
- Lakukan lavement sesuai dengan advis dokter bedah
anak
2. 08.00 1. Melakukan cuci tangan 6 langkah Jam 14.00
dengan air mengalir sebelum dan S:-
12.00 sesudah melakukan tindakan O:
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, demam turun, suhu
lokal dan sistematik 37,5C
Hasil: pasien teraba demam, suhu P : Lanjutkan intervensi
37,8C - Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laborat
14.00 3. Memberikan terapi ampicillin penunjang
150mg/12 jam - Lanjutkan terapi dokter
4. Mengajarkan ibu cara mencuci tangan
dengan benar
34
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi Keadaan umum cukup, gerak tangis kuat, demam turun, suhu
lokal dan sistematik 37,5C
Hasil: pasien teraba demam, suhu P : Lanjutkan intervensi
37,8C - Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laborat
3. Memberikan terapi ampicillin penunjang
150mg/12 jam - Lanjutkan terapi dokter
4. Mengajarkan ibu cara mencuci tangan
14.00 dengan benar
Hasil: Ibu dapat mempraktekkan cara
mencuci tangan dengan benar
5. Menganjurkan ibu memberikan ASI
Hasil: Setiap jam menyusui ibu selalu
memberikan ASI sesuai kebutuhan
3. 14.00 1. Menanyakan kepada ibu tentang S : Ibu menanyakan bagaimana kondisi bayi saat ini
kesiapan menerima informasi O:
Hasil: ibu mengatakan siap - Ibu terlihat bingung saat ditanya penyakit bayi
2. Memberikan kesempatan ibu untuk - Ibu terlihat bingung saat bayi menangis
bertanya - Ibu terus bertanya tentang kondisi anaknya
Hasil: ibu bertanya tentang kondisi A: Defisit pengetahuan belum teratasi
37
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3.Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-
2 .Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 .Jakarta : Media
Aesulapius FKUI