DI SUSUN OLEH :
NAMA : SIGITRO KEDO
NIM : 10323050
CI LAHAN CI INSTITUSI
3. PENGERTIAN
Abses otak / abses serebri adalah proses infeksi dengan pernanahan yang
terlokalisir diantara jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi
bakteri, fungi dan protozoa atau Abses otak adalah suatu proses infeksi yang
melibatkan parenkim otak; terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari
fokus yang berdekatan oleh penyebaran infeksi dari fokus yang berdekatan atau
melaui sistem vaskular. Timbunan abses pada daerah otak mempunyai daerah
spesifik, pada daerah cerebrum 75% dan cerebellum 25%.
4. KLASIFIKASI
Stadium serebritis dini/ CEREBRITIS EARLY (hari ke 1-3)
5. ETIOLOGI
Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada abses otak, yaitu bakteri, jamur
dan parasit.Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus
anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli
dan Baeteroides. Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan
otitis media atau fraktur kranii. Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis
penyebabnya adalah Streptococcus aerob dan anaerob, Staphylococcus dan
Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan Pneumococcus sering
merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada penderita jantung bawaan sianotik
umumnya oleh Streptococcus anaerob. Jamur penyebab abses otak antara lain
Nocardia asteroides, Cladosporium trichoides dan spesies Candida dan Aspergillus.
Walaupun jarang, Entamuba histolitica, suatu parasit amuba usus dapat
menimbulkan abses otak secara hematogen.
6. PATOFISIOLOGI
Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi
leukosit atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema. Beberapa hari
atau minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau dinding kista berisi pus.
Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka infeksi akan meluas keseluruh
otak dan bisa timbul meningitis.
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara
langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh
penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada
pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya
berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.Abses otak bersifat
soliter atau multipel. Yang multipel biasanya ditemukan pada penyakit jantung
bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan darah sistemik
selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia. Polisitemia ini
memudahkan terjadinya trombo-emboli. Umumnya lokasi abses pada tempat yang
sebelumnya telah mengalami infark akibat trombosis; tempat ini menjadi rentan
terhadap bakteremi atau radang ringan. Karena adanya shunt kanan ke kin maka
bakteremi yang biasanya dibersihkan oleh paru-paru sekarang masuk langsung ke
dalam sirkulasi sistemik yang kemudian ke daerah infark. Biasanya terjadi pada
umur lebih dari 2 tahun. Dua pertiga abses otak adalah soliter, hanya sepertiga
abses otak adalah multipel. Pada tahap awal Abses otak terjadi reaksi radang yang
difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan
kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa
hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi
sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag
mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi
lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding
yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter.
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke
arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis.Infeksi
jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi meningoensefalokel
nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan abses otak yang berlokasi pada
lobus frontalis. Otitis media, mastoiditis terutama menyebabkan abses otak lobus
temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara
hematogen.
7. TANDA DAN GEJALA
b. KEPERWATAN
Penatalaksaan Umum
Support nutrisi: tinggi kalori dan tinggi protein.
Terapi peningktan TIK
Support fungsi tanda vital
Fisioterapi
Pembedahan
Pengobatan
a. Antibiotik: Penicillin G, Chlorampenicol, Nafcillin, Matronidazole.
b. Glococorticosteroid: Dexamethasone
c. Anticonvulsants: Oilantin.
10 . PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Biodata :
Identitas klien ; usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tgl MRS, askes, jamsostek
b. Riwayat Penyakit :
Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran dan
mengalami kejang serta muntah.
Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, penurunan
penglihatan, kelemahan ekstermitas, peninggian tekanan intrakranial serta
gejala neurologik fokal .
Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis ) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses
paru,empiema) jantung ( endokarditis ), organ pelvis, gigi dan kulit.
-Riwayat penyakit keluarga : apakah dalam keluarga ada atau tidak yang
mempunyai penyakit infeksi paru – paru, jantung, AIDS
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien : apakah ada penurunan tk. Kesadaran secara drastis,
TTV; TD, N, RR, S.(Suhu badan mengalami peningkatan 38-41°C)
Kepala : bentuk kepala simetis/tidak, ada ketombe/tidak, pertumbuhan
rambut, ada lesi/tidak, ada nyeri tekan/tidak. Apakah pernah mengalami
cidera kepala
Kulit : Warna kulit, turgor kulit cepat kembali/tidak, tanda peradangan
ada/tidak, adanya lesi/tidak, oedema/tidak.
Penglihatan : Bola mata simetris/tidak, gerakan bola mata, reflek pupil thd
cahaya ada/tidak, kornea benik/tidak, konjungtiva anemis/tidak, sclera ada
ikterik/tidak, ketajaman penglihatan normal/tidak, (pupil terlihat unisokor
tanda adanya peningkatan TIK, oedema pupil, terdapat fotophobia )
Penciuman : Bentuk simetris/tidak, fungsi penciuman baik/tidak, peradangan
ada/tidak, ada polip/tidak, pemeriksaan sinus maxilaris kemungkinan ada
peradangan.
Pendengaran : Bentuk daun telinga (simetris/tidak), letaknya(simetris/tidak),
peradangan (ada/tidak), fungsi pendengaran(baik/tidak), ada serumen/tidak,
ada cairan purulent /tidak.
Mulut:Bibir(warnanyapucat/cyanosis/merah),kering/tidak,pecah/
tidak,Gigi(bersih/tidak),gusi(adaberdarah/peradangan/tidak),tonsil(radang/
tidak),lidah(tremor/tidak,kotor/tidak),fungsi pengecapan(baik/tidak), mucosa
mulut(warnanya),ada stomatitis/tidak.
Leher :Benjolan/massa(ada/tidak),ada kekakuan/tidak,ada nyeri
tekan/tidak,pergerakan leher(ROM):bisa bergerak fleksi/
tidak,rotasi/tidak,lateral fleksi/tidak, hiperekstension/tidak, tenggorokan:
ovula(simetris/tidak),kedudukan trachea(normal/tidak),gangguan
bicara(ada/tidak).
Dada : Bentuk(simetris/tidak),bentuk dan pergerakan dinding dada
(simetris/tidak), ada bunyi/irama pernapasan seperti:teratur/tidak,ada cheynes
stokes/tidak,ada irama kussmaul/tidak, stridor/tidak, wheezing ada/tidak,
ronchi/tidak, pleural friction-Rub/tidak, ada nyeri tekan pada daerah
dada/tidak, ada/tidak bunyi jantung seperti:
BJ I yaitu bunyi menutupnya katup mitral dan trikuspidalis,
BJ II yaitu bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis,Bising
jantung/Murmur
Abdomen : Bentuk(simetris/tidak),datar/tidak,ada nyeri tekan pada
epigastrik/tidak,ada peningkatan peristaltic usus/tidak,ada nyeri tekan pada
daerah suprapubik/tidak,ada oedem/tidak
Genetalia : Ada radang pada genitalia eksterna/tidak,ada lesi/tidak,siklus
menstruasi teratur/tida,ada pengeluaran cairan/tidak.
Ekstremitas atas/bawah : Ada pembatasan gerak/tidak,ada odem/tidak,varises
ada/tidak, tromboplebitis ada/tidak,nyeri/kemerahan(ada/tidak),tanda-tanda
infeksi(ada/tidak),ada kelemahan tungkai/tidak. (Terdapat penurunan dalam
gerakan motoric, kekuatan otot menurun tidak ada koordinasi dengan otak,
gangguan keseimbangan otot)
kegiatan keagamaan secara rutin dan taat.
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif bd. akumulasi secret, kemampuan batuk
menurun akibat penurunan kesadaran.
b) Perubahan perfusi jaringan otak bd. peradangan dan edema pada otak dan
selaput otak
c) Hypertermi bd. Inflamasi sekunder pada pusat pengatur suhu tubuh.
d) Nyeri bd. iritasi selaput dan jaringan otakGangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh bd. Ketidakmampuan menelan, keadaan hypermetabolik.
e) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd. ketidakmampuan
menelan, keadaan hypermetabolik.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif bd. akumulasi secret, kemampuan batuk
menurun akibat penurunan kesadaran.
Intervensi Rasional
o Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas tambahan, Memantau dan mengatasi
perubahan irama dan kedalaman, penggunaan komplikasi potensial.
otot bantu pernafasan.
o Atur posisi tidur semifowler Peninggian tempat tidur
memudahkan pernafasan, dan
meningkatkan ekspansi dada dan
meningkatkan batuk efektif.
o Ajarkan batuk efektif Resiko tinggi apabila tidak dapat
batuk dengan efektif untuk
membersihkan jalan nafas.
o Lakukan fisioterapi dada Terapi fisik dapat meningkatkan
batuk efektif
o Penuhi hidrasi cairan via oral dan pertahankan Pemenuhan cairan dapat
asupan cairan 2500ml/hari mengencerkan mucus yang kental
dan dapat memenuhi kebutuhan
cairan tubuh.
o Lakukan penghisapan lendir jalan nafas Penghisapan mungkin diperlukan
untuk mempertahankan jalan
nafas menjadi bersih.
b) Perubahan perfusi jaringan orak bd. peradangan dan edema pada otak dan
selaput otak
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Kaji saat timbulnya demam. Untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, Tanda vital merupakan acuan
pernafasan) setiap 2 jam. untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
Anjurkan pasien untuk banyak minum (2.500 – Peningkatan suhu tubuh
3.000 ml/24 jam.) mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
Berikan kompres hangat. Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu
tubuh.
Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan Pakaian tipis membantu
pakaian yang tebal. percepatan penguapan tubuh.
d) Nyeri bd. proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi, iritasi selaput dan
jaringan otak.
Intervensi Rasionalisasi
Buat lingkungan ruangan yang aman dan Mengurangi reaksi terhadap
nyaman rangsangan eksternal, dan
menganjurkan agar klien dapat
beristirahat.
Berikan kompres dingin pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah otak
Pantau skala nyeri Untuk memonitor proses penyakit
Intervensi Rasionalisasi
Observasi turgor kulit Mengetahui status gizi klien
Kelaborasi Rasional
Kolaborasi: Untuk menurunkan demam.
Dengan pemberian antipiretik
EDUKASI RASIONAL
o Beri penjelasan keadaan lingkungan kepada Untuk mengurangi disorientasi
klien dan untuk klarifikasi persepsi
sensorik yang terganggu
DAFTAR PUSTAKA
Adril Arsyad Hakim; Abses Otak, Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 no.4.
Desember 2015; http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15591
Arif Muttaqin, 2016, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta : Salemba Medika