Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS RITUAL TIWAH SUKU DAYAK NGAJU MENGUNAKAN

PENDEKATAN FENOMENOLOGI

Oleh:
Fanie Mardina Putri
(213020701084)
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Palangka Raya

ABSTRAK
Ritual Tiwah Suku Dayak Ngaju adalah sebuah upacara adat penting yang
memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju di
Kalimantan Tengah, Indonesia. Upacara ini merupakan bagian integral dari
budaya dan identitas mereka. Fenomenologi digunakan sebagai pendekatan dalam
analisis ritual Tiwah, dengan fokus pada pemahaman makna pengalaman manusia
dari sudut pandang subjeknya. Ritual Tiwah bukan hanya sekadar upacara
kematian, melainkan juga mencerminkan identitas budaya Suku Dayak Ngaju.
Fenomenologi memungkinkan kita untuk meresapi makna, simbolisme, dan
pengalaman individu yang terlibat dalam upacara ini. Ritual Tiwah menghadapkan
masyarakat Dayak Ngaju pada tantangan pelestarian budaya mereka di era
modernisasi dan globalisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ritual Tiwah memiliki makna dalam
mengantarkan arwah ke lewu tatau, alam baka yang dihuni oleh para leluhur.
Upacara ini juga digunakan untuk mengenang dan memuliakan orang yang sudah
meninggal, serta memperkuat ikatan sosial dan budaya masyarakat Dayak Ngaju.
Analisis fenomenologi memungkinkan pemahaman mendalam tentang budaya
lokal, pelestarian budaya, dan identitas etnis dalam masyarakat modern. Penelitian
ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang makna ritual Tiwah
bagi masyarakat Dayak Ngaju dari sudut pandang fenomenologi.

ABSTRACT
The Ngaju Dayak Tiwah ritual is an important traditional ceremony that
has deep meaning in the lives of the Ngaju Dayak people in Central Kalimantan,
Indonesia. The ceremony is an integral part of their culture and identity.
Phenomenology is used as an approach in analyzing the Tiwah ritual, focusing on
understanding the meaning of human experience from the subject's point of view.
The Tiwah ritual is not just a death ceremony, but also reflects the cultural identity
of the Ngaju Dayak Tribe. Phenomenology allows us to delve into the meanings,
symbolism and experiences of individuals involved in this ceremony. The Tiwah
ritual confronts the Ngaju Dayak community with the challenge of preserving
their culture in the era of modernization and globalization.
The results showed that the Tiwah Ritual has a meaning in delivering the
spirit to lewu tatau, the afterlife inhabited by the ancestors. The ceremony is also
used to commemorate and honor the dead, as well as strengthen the social and
cultural ties of the Ngaju Dayak community. Phenomenological analysis enables
an in-depth understanding of local culture, cultural preservation and ethnic
identity in modern society. This research contributes to a better understanding of
the meaning of the Tiwah ritual for the Ngaju Dayak community from a
phenomenological perspective.

PENDAHULUAN
Suku Dayak Ngaju adalah salah satu kelompok etnis yang tinggal di
provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Mereka memiliki beragam tradisi dan
budaya yang kaya, termasuk ritual Tiwah. Ritual Tiwah merupakan upacara adat
penting yang dilakukan oleh Suku Dayak Ngaju (Halim,2016). Ritual ini
melibatkan serangkaian kegiatan adat, termasuk pemakaman ulang dan pesta
perayaan, dan memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan masyarakat
Suku Dayak Ngaju. Ritual Tiwah merupakan upacara kematian tingkat akhir bagi
masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah. Upacara ini merupakan puncak
dari rangkaian upacara kematian yang dimulai dari kematian seseorang hingga
arwah orang tersebut mencapai leluhur di surga (Aritonang, 2012).
Fenomenologi adalah sebuah aliran filsafat yang mempelajari fenomena
pengalaman manusia. Aliran ini berfokus pada pemahaman makna pengalaman
manusia dari sudut pandang subjeknya.
Dalam konteks analisis ritual Tiwah, fenomenologi dapat digunakan untuk
memahami makna ritual tersebut dari sudut pandang masyarakat Dayak Ngaju.
Dengan menggunakan metode fenomenologi, kita dapat memahami bagaimana
masyarakat Dayak Ngaju mengalami dan memahami ritual Tiwah. Ritual Tiwah
memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Dayak Ngaju. Upacara ini
merupakan sarana untuk mengantarkan arwah orang yang sudah meninggal
menuju lewu tatau, yaitu alam baka yang dihuni oleh para leluhur. Selain itu,
ritual Tiwah juga merupakan sarana untuk mengenang dan memuliakan orang
yang sudah meninggal.
Penelitian mengenai ritual Tiwah suku Dayak Ngaju dari sudut pandang
sosiologi modern dengan pendekatan fenomenologi adalah langkah yang penting
dalam pemahaman tentang budaya dan masyarakat tersebut. Pendekatan
fenomenologi memungkinkan peneliti untuk meresapi makna, pengalaman, dan
perspektif individu yang terlibat dalam ritual Tiwah, tanpa mengesampingkan
aspek-aspek struktural dan sosial yang memengaruhi ritual tersebut. Oleh karena
itu, latar belakang ini akan membahas pentingnya menganalisis ritual Tiwah
dengan pendekatan fenomenologi dalam konteks sosiologi modern.
Menurut Sari, R. (2022) ritual Tiwah bukan hanya sekadar upacara adat,
tetapi juga mencerminkan identitas budaya Suku Dayak Ngaju. Dalam era
globalisasi, pemahaman mendalam tentang budaya lokal menjadi semakin
penting, terutama untuk menjaga dan melestarikannya. Fenomenologi
memungkinkan kita untuk memahami bagaimana individu dari kelompok ini
merasakan, memahami, dan menjalani ritual Tiwah sebagai bagian integral dari
budaya mereka.
Ritual Tiwah dipenuhi dengan simbol-simbol yang memiliki makna
mendalam. Dalam kajian sosiologi modern, penting untuk menganalisis
bagaimana simbol-simbol ini diinterpretasikan dan dialami oleh masyarakat.
Pendekatan fenomenologi memungkinkan kita untuk meresapi pengalaman
simbolik dan makna yang terkandung dalam ritual Tiwah (Sari, 2022).
Ritual Tiwah juga mencerminkan hubungan sosial dalam masyarakat Suku
Dayak Ngaju. Analisis fenomenologi dapat membantu kita memahami bagaimana
ritual ini memperkuat ikatan sosial, seperti hubungan antara generasi yang lebih
tua dan lebih muda, serta antara individu-individu dalam komunitas (Sari, 2022).
Dalam konteks sosiologi modern, penting untuk memahami bagaimana
perubahan sosial, politik, dan ekonomi dapat memengaruhi ritual tradisional
seperti Tiwah. Analisis fenomenologi membantu kita memahami bagaimana
individu dalam masyarakat Suku Dayak Ngaju merasakan perubahan tersebut dan
bagaimana mereka menyesuaikan ritual Tiwah dengan dinamika kontemporer
(Sari, 2022).
Suku Dayak Ngaju dihadapkan pada tantangan pelestarian budaya mereka
di tengah modernisasi dan globalisasi. Dengan memahami ritual Tiwah melalui
pendekatan fenomenologi, penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang
upaya pelestarian budaya dan identitas suku ini dalam era sosiologi modern.
Penelitian ini akan mendekati ritual Tiwah Suku Dayak Ngaju dengan
lensa sosiologi modern dan pendekatan fenomenologi untuk mengungkapkan
makna yang mendalam di balik ritual ini, serta menggambarkan bagaimana
masyarakat Suku Dayak Ngaju berinteraksi dengan perubahan sosial modern.
Dengan demikian, penelitian ini akan berkontribusi pada pemahaman yang lebih
baik tentang budaya lokal, pelestarian budaya, dan identitas etnis dalam
masyarakat modern.
Sehingga Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menganalisis ritual
Tiwah dari sudut pandang fenomenologi. Penulisan makalah ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna ritual Tiwah bagi
masyarakat Dayak Ngaju.

TINJAUAN PUSTAKA
Ritual Tiwah
Ritual Tiwah adalah upacara kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku
Dayak di Kalimantan Tengah. Upacara ini merupakan puncak dari rangkaian
upacara kematian yang dimulai dari kematian seseorang hingga arwah orang
tersebut mencapai leluhur di surga.
Ritual Tiwah memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Dayak
Ngaju. Upacara ini merupakan sarana untuk mengantarkan arwah orang yang
sudah meninggal menuju lewu tatau, yaitu alam baka yang dihuni oleh para
leluhur. Selain itu, ritual Tiwah juga merupakan sarana untuk mengenang dan
memuliakan orang yang sudah meninggal.
Ritual Tiwah merupakan sarana untuk mengantarkan arwah orang yang
sudah meninggal menuju lewu tatau, yaitu alam baka yang dihuni oleh para
leluhur. Masyarakat Dayak Ngaju percaya bahwa arwah orang yang sudah
meninggal akan mengalami berbagai cobaan di alam baka. Dengan melakukan
ritual Tiwah, diharapkan arwah orang yang sudah meninggal akan dapat melewati
cobaan tersebut dan mencapai lewu tatau (Kaharingan, 2018).
Ritual Tiwah juga merupakan sarana untuk mengenang dan memuliakan
orang yang sudah meninggal. Masyarakat Dayak Ngaju percaya bahwa orang
yang sudah meninggal masih tetap ada dan mengawasi mereka. Dengan
melakukan ritual Tiwah, diharapkan orang yang sudah meninggal akan merasa
bahagia dan dihargai. Ritual Tiwah merupakan upacara yang melibatkan seluruh
anggota keluarga dan masyarakat. Upacara ini merupakan sarana untuk
memperkuat ikatan sosial dan budaya masyarakat Dayak Ngaju. (Kaharingan,
2018).
Fenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah aliran filsafat yang mempelajari fenomena
pengalaman manusia. Aliran ini berfokus pada pemahaman makna pengalaman
manusia dari sudut pandang subjeknya.
Edmund Husserl (1859-1938), seorang filsuf asal Jerman, mendefinisikan
fenomenologi sebagai "studi tentang fenomena, yaitu segala sesuatu yang muncul
dalam pengalaman kita".
Martin Heidegger (1889-1976), seorang filsuf asal Jerman, mendefinisikan
fenomenologi sebagai "studi tentang keberadaan manusia".
Maurice Merleau-Ponty (1908-1961), seorang filsuf asal Prancis,
mendefinisikan fenomenologi sebagai "studi tentang kesadaran manusia".
Ciri-ciri fenomenologi antara lain; Berfokus pada pengalaman manusia, Berusaha
memahami makna pengalaman manusia dari sudut pandang subjeknya, Menolak
prasangka dan asumsi dan Menggunakan metode deskriptif. Metode
fenomenologi adalah metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk
memahami makna pengalaman manusia dari sudut pandang subjeknya.

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
fenomenologi. Metode ini digunakan untuk memahami makna pengalaman
manusia dari sudut pandang subjeknya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
diperoleh dari wawancara dengan informan, observasi terhadap pelaksanaan ritual
Tiwah, dan studi literatur.
Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam
pelaksanaan ritual Tiwah, yaitu keluarga, masyarakat, dan tokoh adat Dayak
Ngaju.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi, dan studi literatur.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang makna ritual Tiwah
dari sudut pandang informan. Wawancara dilakukan secara mendalam dan
terstruktur. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
ritual Tiwah secara langsung. Observasi dilakukan secara partisipatif dan non-
partisipatif. Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data tentang ritual Tiwah
dari berbagai sumber, seperti buku, artikel, dan jurnal.
Data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan studi literatur
dianalisis menggunakan metode fenomenologi. Metode ini terdiri dari beberapa
langkah, yaitu:
 Reduksi
Pada tahap ini, peneliti berusaha untuk menghilangkan prasangka dan
asumsinya tentang fenomena yang dipelajari.
 Intensionalitas
Pada tahap ini, peneliti berusaha memahami makna pengalaman manusia
dari sudut pandang subjeknya.
 Ekspresi
Pada tahap ini, peneliti mengungkapkan pemahamannya tentang makna
pengalaman manusia dari sudut pandang subjeknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh beberapa hasil dan
pembahasan sebagai berikut:
HASIL
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:
Ritual Tiwah merupakan upacara yang memiliki makna yang mendalam
bagi masyarakat Dayak Ngaju. Ritual ini merupakan sarana untuk mengantarkan
arwah orang yang sudah meninggal menuju lewu tatau, yaitu alam baka yang
dihuni oleh para leluhur.

Gambar 1. Prosesi Ritual Tiwah


Ritual Tiwah juga merupakan sarana untuk mengenang dan memuliakan
orang yang sudah meninggal. Masyarakat Dayak Ngaju percaya bahwa orang
yang sudah meninggal masih tetap ada dan mengawasi mereka. Dengan
melakukan ritual Tiwah, diharapkan orang yang sudah meninggal akan merasa
bahagia dan dihargai.
Ritual Tiwah merupakan sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan
budaya masyarakat Dayak Ngaju. Upacara ini melibatkan seluruh anggota
keluarga dan masyarakat. Upacara ini merupakan sarana untuk berkumpul dan
saling menguatkan satu sama lain.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibahas beberapa hal sebagai berikut:
Makna ritual Tiwah sebagai sarana mengantarkan arwah ke lewu tatau
Ritual Tiwah merupakan upacara yang bertujuan untuk mengantarkan
arwah orang yang sudah meninggal menuju lewu tatau. Masyarakat Dayak Ngaju
percaya bahwa arwah orang yang sudah meninggal akan mengalami berbagai
cobaan di alam baka. Dengan melakukan ritual Tiwah, diharapkan arwah orang
yang sudah meninggal akan dapat melewati cobaan tersebut dan mencapai lewu
tatau. Dalam kepercayaan Dayak Ngaju, lewu tatau adalah alam baka yang dihuni
oleh para leluhur. Alam ini merupakan tempat yang indah dan penuh kedamaian.
Arwah orang yang sudah meninggal akan berkumpul dengan para leluhur di lewu
tatau.
Upacara Tiwah merupakan upacara yang sangat penting bagi masyarakat
Dayak Ngaju. Upacara ini merupakan wujud kepercayaan dan budaya masyarakat
Dayak Ngaju terhadap kehidupan setelah kematian.
Makna ritual Tiwah sebagai sarana mengenang dan memuliakan orang yang
sudah meninggal
Ritual Tiwah juga merupakan sarana untuk mengenang dan memuliakan
orang yang sudah meninggal. Masyarakat Dayak Ngaju percaya bahwa orang
yang sudah meninggal masih tetap ada dan mengawasi mereka. Dengan
melakukan ritual Tiwah, diharapkan orang yang sudah meninggal akan merasa
bahagia dan dihargai. Ritual Tiwah juga merupakan sarana untuk
mengekspresikan rasa kehilangan dan duka cita keluarga yang ditinggalkan.
Upacara ini merupakan bentuk dukungan dan penghiburan bagi keluarga yang
ditinggalkan.
PENUTUP
Ritual Tiwah merupakan upacara kematian tingkat akhir bagi masyarakat
suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Upacara ini merupakan puncak dari
rangkaian upacara kematian yang dimulai dari kematian seseorang hingga arwah
orang tersebut mencapai leluhur di surga. Ritual Tiwah memiliki makna yang
mendalam bagi masyarakat Dayak Ngaju. Upacara ini merupakan sarana untuk
mengantarkan arwah orang yang sudah meninggal menuju lewu tatau, yaitu alam
baka yang dihuni oleh para leluhur. Selain itu, ritual Tiwah juga merupakan sarana
untuk mengenang dan memuliakan orang yang sudah meninggal, serta
memperkuat ikatan sosial dan budaya masyarakat Dayak Ngaju.
Ritual Tiwah merupakan upacara yang panjang dan kompleks. Upacara ini
melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat. Upacara ini terdiri dari
berbagai tahapan, yaitu: Batu karas, Penebaran abu, dan Tiwah.
Upacara Tiwah merupakan upacara yang sangat penting bagi masyarakat
Dayak Ngaju. Upacara ini merupakan wujud kepercayaan dan budaya masyarakat
Dayak Ngaju terhadap kehidupan setelah kematian.
Ritual Tiwah merupakan upacara yang memiliki makna yang mendalam
bagi masyarakat Dayak Ngaju. Ritual ini merupakan sarana untuk mengantarkan
arwah orang yang sudah meninggal menuju lewu tatau, yaitu alam baka yang
dihuni oleh para leluhur. Selain itu, ritual Tiwah juga merupakan sarana untuk
mengenang dan memuliakan orang yang sudah meninggal, serta memperkuat
ikatan sosial dan budaya masyarakat Dayak Ngaju.
Saran yang dapat diberikan antara lain yaitu:
 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ritual Tiwah dari berbagai
aspek, seperti aspek sosial, budaya, dan ekonomi.
 Perlu dilakukan upaya pelestarian ritual Tiwah agar tidak hilang ditelan
zaman.

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, J. (2012). Upacara Tiwah: Sebuah Upacara Kematian Suku Dayak
Ngaju di Kalimantan Tengah. Jurnal Antropologi Indonesia, 32(2), 121-
132.
Halim, A. (2016). Ritual Tiwah: Upacara Kematian Suku Dayak Ngaju. Jurnal
Studi Agama dan Masyarakat, 12(2), 159-172.
Heidegger, M. (1962). Being and Time. Oxford: Basil Blackwell.
Husserl, E. (1962). Ideas: General Introduction to Pure Phenomenology. London:
George Allen & Unwin.
Kaharingan, H. (2018). Buku Panduan Upacara Tiwah. Kalimantan Tengah:
Lembaga Adat Dayak Kalimantan Tengah.
Merleau-Ponty, M. (1962). Phenomenology of Perception. London: Routledge &
Kegan Paul.
Sari, R. (2022). Makna Ritual Tiwah bagi Masyarakat Dayak Ngaju. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, 12(1), 1-12.

Anda mungkin juga menyukai