Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TEKNIK ELEKTROMEDIK
PERIODE APRIL 2017 s/d SEPTEMBER 2021

RSUD Dr.SOETOMO
BUILD TRUST

Disusun oleh :
BUDI MINARNO, SST
NIP. 19690712 199203 1 010

INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA MEDIK


(IPSM)
RSUD DR SOETOMO
SURABAYA
2021
STRATEGI PELAYANAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA MODlFIKASI
TATA UDARA RUANG OPERASI COVID-19 UNTUK MENDUKUNG
KESEHATAN DAN KESELAMA TAN KERJA/ K3 RUMAH SAKIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:
BUDI MINARNO,SST

INSTALASI PEMELIBARAAN SARANA MEDIK

RSUD DR SOETOMO SURABAYA

TAHUN 2021
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

HALAMAN PENGESAHAN

STRA TEGI PELA YANAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA MODIFTKASI


TATA UDARA RUANG OPERAS! COVID-19 UNTUK MENDUKUNG
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA/ K3 RlTMAH SAKTT PADA
MASA PANDEMl COYID-19

Disusun oleh:

Nama : Budi Minarno, SST


NIP : 196907 12199203 I 0 10
Unit Kerja : lnstalasi Pemeliharaan Sarana Medik
lnstansi : RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Guna : Memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dari golongan lll/d ke golongan
IV/a

Mengetahui
Kepala Bida g an Peralatan Medik
RSUDW :-~Mlll

Ir. Cho ul Wangit, .Si Budi Minarno, SST


NIP. 671010 199103 1 011 NIP. 19690712 199203 I 010

II
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

KATA PENGANTAR

Maha Esa alas segala


Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang
is sehingga laporan ini yang
rahmat- Nya yang telah dilimpahkan kepada penul
aya modilikasi tata udara
berjudul "strategi pelayanan RSUD Dr Soetomo Surab
keselamatan kerja/ k3 rumah
ruang operasi covid-19 untuk mendukung kesehatan dan
esaikan dengan baik. Tujuan
sakit pada masa pandemi covid-1 9" dapat tersel
yang dicapai dengan segala
dilal...'Ukannya laporan kajian ini di harapkan hasil
berikan informasi dan langkah
masalah dan hambatannya dapat digunakan untuk mem
kan pelayanan pasien RSDS ,
kebijakan yang diambil dalam rangka meningkat
Surabaya.
an bimbingan dan
Dalam penyusunannya, penulis banyak mendapatk
ucapkan terima kasih kepada:
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis meng
RSUD Dr Soetomo Surabaya
I. DR.dr Jony Wahyuhadi SpB NS, Direktur Utama
Medik RSUD Dr Soetomo
2. Prof DR Cita Roshita, Sp KK, Direktur Penunjang
Surabaya.
Dr Soetomo Surabaya.
3. Drg Primada , Direktur Umum dan Keuangan RSUD
Dr Soetomo Surabaya.
4. Choirul Wangit, ST, MSi , selaku Kabid PPM RSUD
Mekanikal elektrikal IPSM
5. Semua teman seprofesi Teknik Elektromedik dan
n laporan ini.
RSUD Dr Soetomo Surabaya yang membantu penyelesaia
a itu penulis menerima
Laporan residensi ini jauh dari sempurna, oleh karen
empumakan laporan ini.
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna meny
dan menambah pengetahuan
Harapan penulis semoga dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.

Surabaya, September 2021


Penulis

Ill
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

DAFTAR ISi

Halaman

HALAMAN !UDUL :: ;:
HALAMAN PENGESAHAN ................... . IV

KATA PEN GANT AR ........................ .............................................................. V


DAFTAR ISi ....................................................................... ............... .. .............

BAB I PENDAHULUAN
..... I
I. I Latar Belakang .................................... ·.......... ·....................... 2
1.2 Rumusan Masalah ............ .................................... ........................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ........ ............................... ................................. .

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA ...................... 4


2.1 Kamar Operasi ............ ............ ·.......... ·...... ·.......... .. 4
2.2 HVAC Kamar operasi ················································ ············ ····;3
2.3 Konsep Penentuan Prioritas Masai ah ............ ............................ ..

BAB Ill HASIL LAPORAN PENELITIAN 27


3.1 Kondisi Tempat Residensi .................................... ............ ...... .... 28
3.2 Pengkaj ian .................................... ............ ................................. 29
3.3 Perumusan Masalah ................................................. .................. 30
3.4 Prioritas Masalah ... •............ .......... ·............ ...... ·........ .... .. 31
3.5 Rencana Intervensi ·····································•··························· ···· 31
3.6 Implem~ntasi .................................. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: 32
3.7 Evaluas1 ........................................ ..

DAFTAR PUSTAKA ............ ........... .......................... .. ....... 38


.. ........................ ........... 35
DOKUMENTASI ......... ................................................ ......................... .

iv
JPSM
Kamar Operasi Covid- J9

BABI
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
infeksi diharuskan menjalani
Pada dasarnya, pasien dengan penyakit
' watan dan pengobatan secara terpisah dengan pasien lain.
pera
infeksi tidak membahayakan
Kenapa dipisahkan, agar pasien dengan penyakit
juga meliputi ruang perawatan dan
atau menularkan ke pasien lain. Pemisahan ini
kamar operasi.
Covid-19) perlu ditangani
Pasien yang terjangkit penyakit infeksi (termasuk
n yang membutuhkan tindakan bedah
dalam sebuah ruangan khusus. Termasuk pasie
(operasi).
mencegah adanya kontaminasi
Kamar operasi bertekanan negatif dibuat untuk
pada area luar kamar operasi.
dibandingkan tekanan di luar
Pada ruangan ini, tekanan diatur lebih rendah
a dari dalam ruangan tekanan negatif
ruangan, sehingga ketika pintunya terbuka, udar
tidak dapat keluar menyebarkan infeksi.
h lebih bersih dapat masuk ke
Sebaliknya, udara dari luar ruangan yang masi
terkontaminasi di dalam ruangan
ruang tekanan negatif Udara yang sudah
bih dahulu melaJui HEPA filter.
bertekanan negatif akan disaring dan diproses terle
7% droplet nuklei, sebelum
HEPA filter ini dapat menghilangkan 99.9
dikeluarkan ke udara bebas di luar rumah sakit.
S), operasi pasien Covid-19
Rekomendasi American College of Surgeons (AC
tersedia.
adalah di kamar operasi bertekanan negatif bila
daerah dr soetomo surabaya
Di masa pandemi Covid-19, rumah sakit umum
a lini layanan rumah sakit, termasuk
menerapkan pendekatan New Normal di semu
layanan di Kamar Operasi.
Kamar Operasi Covid- I 9 IPSM

Setiap pasien yang memerlukan tindakan bedah baik kasus emergency


maupun elektif akan dilakukan screening Covid-19 dengan satu pemeriksaan PCR
Swab. Begitu pula pendampingnya bila didampingi saat perawatan pasca operasi --
Keselamatan Pasien.

Tersedia kamar operasi tekanan negatif dan alur yang terpisah untuk pasien
dengan kasus infeksi tem,asuk Covid-19, sehingga aman bagi pasien yang
membutuhkan tindakan operasi emergency dan elektif baik pasien infeksius maupun
non infeksius.

Kamar Operasi Bertekanan Negatif untuk memastikan tekanan udara di


wilayah pasien dan lingkungan disekitarnya menjadi lebih aman, serta mencegah
kontaminasi ke area lain.

Protokol pembersihan kamar operasi dengan melakukan sterilisasi dan


desinfeksi ruangan secara rutin, serta melakukan pemeriksaan kultur udara dan swab
tempat di beberapa titik di kamar operasi secara berkala dengan pantauan Komite PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi).

Setiap tenaga medis dan paramedis yang bertugas di kamar operasi


menggunakan APD level 3, dan dilakukan rutin swab PCR setiap minggu, dan sudah
divaksinasi Covid-19.

Pemisahan gedung (tower) untuk kamar perawatan khusus pasien Covid-19


dan non-Covid-19.
Agar pelaksanaan modifikasi kamar operasi bertekanan negatif dapat
memilikihasil yang optimal dan memenuhi standar K3, RSUD Dr Soetomo Surabaya
perlu mencari solusi untuk menjamin terpenuhinya standar tersebut. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kendala pada implementasi pengembangangan, mengetahui variabel-variabel yang
merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta untuk mengetahui
strategi yang bisa diambil.

2
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

1.2. Tujuan
I. Tujuan Umum
Secara umum residensi ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan perlunya kamar operasi yang bertekanan negatif.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi rnengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kamar
operasi yang ada saat ini tidak aman menggunakan analisis Fishbone.
b. Mengidentifikasi rnengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kamar
operasi saat ini tidak arnan untuk pasien dan operator dengan menggunakan
analisis USG.

c. Mengidentifikasi mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kamar


operasi saat ini tidak arnan untuk pasien dengan menggunakan analisis
SWOT.
1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka diajukan


perurnusan rnasalah residensi ini, yaitu : "strategi pelayanan RSUD Dr Soetomo
Surabaya rnodifikasi tata udara ruang operasi covid untuk mendukung standart
kesehatan dan keselarnatan kerja/ k3 rumah sakit pada masa pandemi Covid I9".

3
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kamar Operasi Bertekanan Positif

Pada akhir 2019, virus corona jenis baru, Severe Acute Respratory Syndrome-
Corona virus-2 (SARS-CoV-2) pertama kali muncul di kola Wuhan, China, dan saat ini
telah menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia sebagai penyakit COVID- I 9.1 Gejala
umum penyakit ini yakni demam (44-98%), batuk (46-82%), sesak (31%).2 WHO telah
menetapkan COVlD-19 sebagai pandemi dan angka kasus sudah melewati 1,5 juta kasus
di dunia pada awal April dengan angka kematian lebih dari 88 ribu jiwa.
Di Indonesia sendiri, virus ini mulai muncul pada awal Maret dengan jumlah
kasus yang kian hari kian meningkat. Tercatat sampai memasuki minggu kedua April,
telah terjadi lebih dari 2900 kasus dengan Case Fatality Rate (CFR) atau rasio kematian
sebesar 8,07%. Rumah sakit tentunya menjadi salah satu zona merah untuk perawatan
dan transmisi penyakit ini. Dokter dan paramedis semakin banyak yang terpapar dan
menjadi korban.
Pembedahan yang menjadi salah satu layanan dari sistem kesehatan dengan
prosedur "emergency" dan "elektive" menjadi aspek penting yang harus diperhatikan.
Kamar operasi juga dapat menjadi area berisiko tinggi untuk transmisi infeksi saluran
pernapasan. Selain itu, pasien asymtomatic carier yang akan dilakukan pembedahan
dapat berpotensi menularkan virus selama masa inkubasi. Suatu penelitian retrospektif di
China yang meneliti 34 pasien asimtomatik berusia 34-83 tahun yang dilakukan operasi
elektif di awal pandemi, menjadi bergejala COVID-19 pasca operasi dan terkonfirmasi
positif setelah dilakukan pemeriksaan laboratorim kuantiantatif RTPCR. Sebanyak
44, 1% pasien membutuhkan perawatan ICU paska operasi dengan mortalitas sebesar
20,5% karena ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Gejala COVID-19
berkembang sangat cepat (rata-rata hari ke- 2-6) paska operasi. Dari penelitian ini
disimpulkan bahwa pembedahan mungkin dapat mempercepat dan memperparah
progresivitas penyakit ini. Pembedahan tidak hanya menyebabkan gangguan sistem
imun, tetapi juga menginduksi respon awal sistem inflamasi.
4
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

Menyikapi masa pandemi ini, beberapa asosiasi Bedah dunia menyepakati


guideline untuk pembedahan yang dapat diterapkan di tiap negara Adapun yang menjadi
inti dari guideline ini adalalr
I. Pasien akut merupakan prioritas utama. Kemungkinan COVID-19 harus
disingkirkan dengan anamnesis riwayat, tes COYID-19, CT toraks (dalam 24 jam
terakhir) atau minimal foto toraks.
2. Semua pasien yang direncanakan untuk operasi elektif harus dievaluasi CO YID 19
dan mendapat persetujuan untuk risiko operasi yang lebih besar. Pertimbangkan
stoma dibadingkan anastomosis untuk Strategi Pembedahan di Era Pandemi S12
mengurangi perawatan kritis paska operasi.
3. Penggunaan APO lengkap untuk laparotomi.
4. Laparoskopi sebaiknya tidak dikerjakan karena berisiko pembentukan aerosol dan
infeksi. Pertimbangkan laparoskopi hanya pada kasus individu tertentu dimana
keuntungan klinis kepada pasien lebih besar dari risiko transmisi virus.
5. Oalam ruang operasi hendaknya jumlah staf dibatasi dan menggunakan APO
lengkap. Evakuasi asap diatermi / sumber energi lain.
6. Situasi risiko pembedahan termasuk penggunaan pelindung mata pada pasien batuk
ataupun pemasangan NGT sebagai salah satu prosedur yang berisiko. Hanya
endoskopi emergensi yang dapat dilakukan. Prosedur Upper Gastrointestinal
memiliki risiko tinggi aerosolisasi dan wajib menggunakan APD lengkap.
American College of Surgeons juga mengeluarkan guideline yang berisi
pertimbangan untuk kasus-kasus spesifik seperti hemoroid trombosis akut yang
disarankan untuk non-operatif bila memungkinkan atau pembedahan rawat jalan dengan
lokal anestesi. Pembedahan emergensi dapat dilakukan untuk perdarahan aktif atau
stadium yang lebih parah. Kasus apendisitis akut tanpa komplikasi disarankan dengan
trial antibiotik intravena terlebih dahulu. Pasien dengan kolelitiasis dan kolesistitis kronik
disarankan untuk pemberian anti nyeri dan penundaan operasi. Jika harus dilakukan
operasi, dapat dipertimbangkan laparoskopi kolesistektomi untuk meminimalisir
"hospital stay" Untuk kasus kolesistitis akut Iebih disarankan tindakan per-laparoskopi.
Namun, jika pasien berisiko tinggi atau ruang operasi tidak sesuai standar, maka dapat
dipertimbangkan pemberian antibiotik intravena. Pada kasus tertentu dapat dikondisikan

5
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

dengan pertimbangan yang reasonable seperti biopsi tumor mama yang merupakan kasuk
elektif tapi prosedur ini tidak dapat ditunda.
Di Indonesia sendiri. Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia
(PABI) juga telah mengeluarkan pedoman kerja bagi seluruh anggota PABI di Indonesia
dalam melaksanakan pelayanan bedah diantaranya pembatasan kunjungan ke poliklinik
bedah, penundaan operasi seperti hernia tanpa komplikasi, apendisitis kronik, Iuka
diabetes tanpa komplikasi sistemik, tumor jinak, tumor ganas risiko rendah, dan struma
nodosa non toksik / tanpa terapi hormonal. Sedangkan untuk kasus kegawatdaruratan
bedah tetap dilayani di !GD sebagai kasus emergensi seperti pasien dengan kondisi
mengalami Iuka dengan perdarahan yang banyak, nyeri perut yang semakin memberat,
hernia yang disertai nyeri atau tidak bisa BAB / flatus / muntah, tidak bisa BAK, tidak
bisa BAB / flatus, perdarahan saluran cema akut, dan benda asing di tubuh.
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan penilaian pre-operatif
yang bertujuan untuk mengidentifikasi pasien berisiko tinggi dan menyesuaikan
prosedumya. Untuk pasien yang teridentifikasi positif COVID-19, harus
mengoptimalkan kondisi respirasi pasien mulai dari patensi airway, kebutuhan oksigen,
perubahan foto rontgen dada, dan analisis gas darah. Perlu juga dilihat adakah kegagalan
organ, tanda-tanda syok, gaga! hati ataupun gagal ginjal. Pertimbangkan pembedahan
yang dapat mengurangi paparan petugas dan memperpendek durasi operasi.
Salah satu contoh rekomendasi, jika operasi urgent / emergensi dengan
gejala klinis pneumonia yang jelas atau rapid test (+), pasien diperlakukan PDP dengan
Ni Gusti Ayu Agung Manik Yuniawaty Wetan JBN (Jumal Bedah Nasional) Sl3
penggunaan APD level 3. Namun pasien jika tanpa gejala pneumonia yang jelas dan
rapid test (-), operasi dijalankan dengan APD level 2 dan anestesi regional jika
memungkinkan. APD level 2 terdiri atas APO level 1 (baju khusus kerja, masker bedah 3
ply, gloves, head cap) ditambah dengan masker N95, pelindung mata, surgical cap, dan
gown. APO level 3 yakni APO level 2 ditambah face shields, apron, gown
coverall,double/triple gloves, dan boots. Berkaca dari penelitian retrospektif di Wuhan,
mungkin dapat dipertimbangkan untuk mengisolasi pasien selama 14 hari sebelum
operasi elektif dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan COVID-19. Selain
pedoman kerja, sangat perlu untuk memperhatikan kelayakan ruang operasi. Sirkulasi

J
Kamar Operasi Covid-19 JPSM

udara di ruang operasi menjadi perhatian krusial guna meminimalisir risiko infeksi.
Negara seperti Singapura telah mendesain ruang operasinya dengan memiliki area
bertekanan negatif yang di desain untuk pasien dengan terkonfirmasi (atau kecurigaan)
COVTD-19. Ruang/ koridor penerimaan (anteroom) dan ruang induksi anestesi memiliki
atmosfer tekanan negatif.
Sedangkan kamar operasi, ruang persiapan dan ruang scrub memiliki
atmosfer bertekanan positif. Pembedahan yang bersifat elective sementara ditunda, dan
pembedahan emergensi dengan kasus COVID-1 9 tentunya hanya bisa dilakukan dengan
memenuhi standar penanganan pasien dengan COVlD-19 terutama di kamar operasi.
Sebagai simpulan, dengan memperjelas strategi pembedahan dan mengikuti protokol
pembedahan yang telah disepakati, akan membantu memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pasien sekaligus melindungi petugas medis di era pandemi COVID-19 ini.

2.2 Ruang lsolasi Tekanan Negatif

Ruang isolasi yang menggunakan tekanan udara negatif digunakan untuk pasien
infeksi yang penularannya bisa terjadi lewat udara. Dengan tekanan negatif ini, udara
<la.ti dalam ruang isolasi yang mungkin mengandung kuman penyebab infeksi tidak
kelua.t· dan mengontaminasi udara luar.
Ruang Isolasi Infeksi Airborne (All)
Ruang TB All dirancang untuk mencegah penyebaran droplet nuclei yang dikeluarkan
oleh pasien dengan penyakit TB. Kamar All memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Kamar All memiliki tekanan negatifrelatifterhadap bagian lain dari fasilitas.
•Tekanan negatifmenyebabkan udara mengalir dari koridor ke ruang All.
•Udara tidak dapat keluar ke bagian lain dari fasilitas saat pintu tertutup dan sistem
ventilasi bekerja dengan baik.
•Udara dari ruang All dapat dibuang langsung ke luar, di mana inti tetesan akan
diencerkan di udara luar, atau melewati filter udara efisiensi tinggi (HEPA) khusus yang
menghilangkan sebagian besar (99,97%) tetesan(droplet) sebelum itu dikembalikan ke
sirkulasi umum.

7
Kamar Operasi Covid-19
JPSM

2.3 Moditikasi Kamar Operasi Tekanan Negatif

Berikut kiat-kiat modifikasi yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi


konsentrasi virus di dalam ruangan kamar operasi:

I. Menggabungkan prinsip clean room karnar operas, dcngan ruang isolasi


infeksius bcrtekanan negative.

2. Membuang/menghisap udara di dalam kamar operasi dcngan mcmasang AHU


(air handling unit) dilengkapi dengan Hepaliher agar 1idak mengkontaminasi
lingkungan.

2. Mengatur AHU (air handling unit) sehingga tekanan uclara segar lebih rendah
dibandingan dengan tckanan udara yang dibuang (Pin < Pout).

3. Memtilter udara di dalam niangan dengan memakai tata dara yang dilcngka~i
dengan Hepafilter dan UV yang dapat membunuh dan menghancurkan bakten,
virus dan menyaring partikel bcrnkuran mikroskopik ( sampai dengan 0.2
mikron)

DENAH RENCANA OK COV1D19

1,- . -
·-~- I

1 \.__l_ __ -

8
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

2.4 Konsep Penentuan Prioritas Masalah


2.3.1 Diagram Fishbone (Diagram Tulang lkan)
Diagram ini menggambarkan hubungan antara masalah dengan semua faktor
penyebab yang mempengaruhi masalah tersebut (Dewi, 2012). Permasalahan yang ingin
diketahui penyebabnya terletak pada bagian kepala ikan, sedangkan faktor-faktor yang
mengakibatkan sebuah permasalahan dituliskan pada bagian tulang ikan (Djuari, 2021 ).
Setiap faktor memiliki akar permasalahannya masing-masing, melalui diagram .fishbone
maka akar-akar permasalahan dapat dengan mudah untuk diketahui. Manfaat menggunakan
diagramfishbone adalah membantu menentukan akar penyebab masalah dengan pendekatan
yang terstruktur dan mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan
suatu masalah (Kurniasih, 2020).
category3 ......
category s _ category 1 \
\ Cause t
Cause t ~ Cause 1
Cause 2
Cause 2 , Cause 2- \

Cause /
J Cause 2
Cause 2

Cause t 7 Cause 1
Cause 1

category 6 J _/ category 2
category4

Garn bar 3.1 Diagram Fishbone

Menurut Mangundjaya (2020) langkah-langkah untuk membuat diagram


fishbone adalah sebagai berikut:
a. Tulis permasalahan utama pada bagian kepala ikan. Gambar garis panah dari kiri
ke kanan mengarah ke permasalahan.
b. Identifikasi semua faktor/kategori utama penyebab masalah sesuai bidang yang
tepat. Beberapa contoh factor/kategori utama adalah sebagai berikut:
1) Kategori 4M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur meliputi faktor
9
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

Machine (Equipment) , Method (Process/Inspection), Material (Raw,


Consumables di/.), dan Man power.
2) Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa meliputi faktor Product
(produk/jasa), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi atau hiburan),
People (orang), Process (proses), Physical Evidence (bukti fisik), dan
Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).
3) Kategori SS yang biasa digunakan dalam industri jasa meliputi faktor
S11rrou11di11gs (lingkungan), Suppliers (pemasok), Systems (sistem), Skills
(keterampilan), dan Safety (keselamatan).
c. Gunakan panah yang lebih kecil untuk menjelaskan akar permasalahan sehingga
menjadi lebih detail.
d. Ulangi langkah (c) berulang-ulang sehingga menemukan akar permasalahan yang
paling mendasar pada setiap faktor/kategori utama.
2.3.2 Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)
Metode USG adalah salah satu metode scoring untuk menyusun prioritas isu
yang harus diselesaikan (Hidayati dan Istiqomah, 2020). Metode USG terdiriatas
tiga faktor meliputi:
a. Urgency
Urgency dilihat dari tersedianya waktu, dan mendesak atau tidak masalah
tersebut diselesaikan.
b. Seriousness
Suatu masalah dianggap lebih lebih serius apabila masalah tersebut dapat
menimbulkan masalah lain dari pada suatu masalah yang berdiri sendiri.

c. Growth
Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan
tersebut.
Pada metode ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan
dampaknya. Nilai yang tertinggi dianggap sebagai prioritas masalah yang harus
segera diselesaikan. Langkah scoring dengan menggunakan metode USG dimulai
JO
Kamar Operasi Covid- J9
JPSM

dengan memb
uat daftar akar masalah membuat tabel matriks prioritas masalah
dengan bobot sco . '
rmg 1-5 (Lina, 2021 ). Adapun keterangan pemberian skor dapat
dilihat pada Tabel 2_8_

Tabel 2.8 Keterangan Pemberian Skor

Skor Keterangan
5 Sangat Penting
4 Penting
3 Netral
2 Tidak Penting
I Sangat Tidak Penting

2.3.3 Metode SWOT

Pada dasarnya SWOT merupakan akronim dari empat kata yaitu Strengths,
Weaknesses, Opportunities, dan Threats (Fatimah, 2016). Analisis SWOT ini
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi strengths
(kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman)
(Mujiburrahman, 2019). Pendekatan analisis ini didasarkan pada logikayang dapat
memaksimalkan strengths dan opportunities sekaligus dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Secara sederhana pola pikir Analisis SWOT dapat digambarkan sebagai berikut.

Analisis Internal

· ~'.fFaktor
• $. • • ;

Lin n n

Analisis
Eksternal

Gambar 3.2 SWOT Matrix

11
Kamar Ol)era.1i Covid-19 IPSM

or yang dijelaskan sebagai berikut


Analisis SWOT terdiri dari empat falct
I. Strengths (kekuatan)
karakteristik yang menambah nilai
S renKfh atau kekuatan adalah berbagai
t
tor, sena
lebih unggul dibandingkan kompeti
kepada sesuatu, dan membuatnya
kreatif.
kekualan yang positif, bermanfaat, dan
2. Weaknesses (kelemahan)
at
hal yang tidak dimiliki sebagai akib
Weakness atau kelemahan adalah hal-
sangat
ber daya, dan kemampuan yang
dari keterbatasan, kekurangan sum
berpengaruh terhadap performa.
3. Opport1111ilies (peluang)
g
ang berkembang di masa datang yan
Opportunities merupakan kondisi pelu
tah dan
dari pasar, persaingan, industri/pemerin
akan terjadi. Peluang dapat muncul
peluang
disertai dengan deregulasi merupakan
teknologi. Meningkatnya permintaan
besar.
4. Threat (ancaman)
g tidak dapat dikendalikan. Oengan
Ancaman adalah faktor ekstemal yan
rencana
dikan sebagai acuan dalam menyusun
analisis threats, setidaknya dapat dija
kondisi yang merugikan.
cadangan terhadap

12
Kamar Operasi C .
OV1d-19 JPSM

BABill

llASIL PENELITIAN

3.1. Kondisi T
empat penelitian
3.1.1. Lokasi

RSUD Dr S .
k h · oetomo keberadaannya dibutuhkan untuk membenkan pelayanan
ese atan kepada . .
. masyarakat adalah suatu keniscayaan. Sebagai rujukan tertmggi
dalam s1stem ru • k
Ju an pelayanan kesehatan maka kemampuan RSUD Dr. Soetomo
dalarn rnernbe 'k
n an pelayanan harus bisa diandalkan. Untuk itu maka RSUD Dr.
Soetorno harus b . k'
mem enkan pelayanan secara bermutu. Pelayanan Rumah sa it yang
berrnutu adal h h) d
a pelayanan yang aman, rasional efektif, efisien (mura an
mernberikan ke .
nyamanan bagi pasien. Kebutuhan untuk membenkan pelayanan yang
berrnutu tersebut menjadi semakin penting bagi RSUD Dr. Soetomo karena perannya
sebagai rurnah pend" ~ · I
id1kan. Sudah beribu dokter, perawat dan tenaga proiesiona
kesehatan 1nd0nesia yang menimba ilmu dan pengalaman di RSUD Dr. Soetomo.

Adapun secara detil beberapa dasar pertimbangan Renstra 2019-2024 dapat


dijabarkan sebagai berikut:

l. Adanya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi


Jawa Timur Tahun 2019-2024 yang merupakan arah Pembangunan yang ingin
dicapai Daerah dalam kurun waktu masa bakti Gubernur Jawa Timur yang
disusun berdasarkan Visi, Misi dan Program Nawa Bhakti Satya.

2. Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi Perangkat Daerah, yang substansinya membahas mengenai RSUD
sebagai UPT Dinas Kesehatan tentunya Perubahan kewenangan ini pada
prinsipnya diperlukan kesiapan secara keseluruhan baik pada aspek
Kelembagaan, Regulasi, Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana beserta
perangkat pendukungnya sehingga dalam memberikan pelayanan kepada

13
Kamar Operasi Covid-19 IPSM

masyarakat.

3. Rencana Strategis RSUD Dr. Soetomo tahun 2019-2024 ini adalah suatu
kebutuhan guna dipakai sebagai pemberi arah dan cara mencapai RSUD Dr.
Soetomo yang bermutu dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Rencana
Strategis RSUD Dr. Soetomo tahun 2019-2024 ini disusun berlandaskan pada
landasan idiil dan landasan hukum yang terkait dengan pelayanan kesehatan
RSUD Dr. Soetomo.

1.2 Landasan Hukum

I. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara


yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun I999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Noor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Nomor 4286)

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4421);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor I7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi


Publik (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 61 , Tambahan Lembaran
14
Kamar Operasi Covid- I9 IPSM

Negara Nomor 4846);


7. Undang-U ndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
82 ,
Peru nciang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor
Tambaha n Lembaran Negara Nomor 5234):

8. Undang-Undang Nomor 23 Tal,un 2014 tentang Pemerintah Daerah


244,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tal,un 2014 Nomor
5587 )
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
nd
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir. dengan Undang-U ang
nd
Nomor 9 Tahun 2015 entang Perubahan Kedua Atas Undang-U ang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 20 t 5 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tal,un 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja lnstansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 25. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4614);

IO. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembara
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

11 . Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi


Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);

12. Peraturan Pemeritah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

13 . Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
15
Kamar Operasi Covid- J9
IPSM

2008 N .
omor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833);

14. p
eraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 I6 Nomor I I4)
15. p
eraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembara
Negara Nomor 6178);
16
· Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6322);

17· Peraturan Menteri Dal am Negeri Nomor 13 Tahun


2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 20l I
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
l 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18 - Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor I Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,
Tata Cara Evaluasi Rancangan Perturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
16
Kamar Operasi Covid-19 lPSM

2009 Nomor I Seri E);

21 . Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031 ;

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 tahun 20 I6 tentang


Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2016 Nomor l Seri C, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor 63), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2018 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor 81 );

23 . Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 20 19 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Timur Tahun 20 I9-2024 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2019 Nomor 5 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 94);

24. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 11 2 Tahun 2008 tentang Uraian
Tugas Direktur, Wakil Direktur, Bidang, Bagian, Seksi dan Bagian di
Rumah Sakit Umum. Berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah disebutkan Rumah Sakit
Daerah Provinsi sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit
layanan yang bekerja secara profesional. Rumah Sakit Daerah Provinsi
bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata
kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum Daerah.

RSUD Dr.Soetomo mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara


berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan (kuratit) dan
pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
promotif, pencegahan dan penyelenggaraan upaya rujukan serta penyelenggaraan
pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan.
17
Kamar Operasi Covid- J9 IPSM

Sebagai rumah sakit mill 1 p . .


emermtah Provinsi RSUD Dr. Soetomo mempunya1peran dan
fungsi sebagai berikut • '

a. penyelenggaraan Pelayanan Medik·


'
b. penyelenggaraa p 1 •
n e ayanan Penunjang Medik dan Non Med1k;
c. penyelenggar p 1
aan e ayanan dan Asuhan Keperawatan;
d. penyelenggar pe1ayanan Rujukan;
aan
e. penyelenggaraan usaha pend'd' .
1 1kan dan pelat1han;

f. pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan bagi calon dokter, dokter


.
· 1·rs dan tenaga kesehatan lamnya;
spesialis, sub spes1a

g. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan;

h. penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan;

i. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dan/atau Kepala Dinas
Kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.

Berdasarkan Keputusan Direktur Utama RSUD Dr. Soetomo Nomor: 188.4/1929/301/2019


tentang Tata Hubungan Kerja di RSUD Dr. Soetomo Surabaya,Susunan organisasi RSUD
Dr. Soetomo Surabaya terdiri dari :

a. Direktur Utama

b. Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan

c. Direktur Penunjang Medik

d. Direktur Pendidikan Profesi dan Penelitian

e. Direktur Umum Dan Keuangan

Adapun tata hubungan kerja masing-masing struktur sampai dengan dua eselon dibawah
Direktur adalah sebagai berikut:

Direktur Utama mempunyai tugas memimpin, menetapkan kebijakan, membina,


mengkoordinasikan dan mengawasi serta melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan

18
}(amar Operasi Covid-19
IPSM

tusas romah sakit.

OirektUr Pelayanan Medik


dan Keperawatan membaw
ahi 3 bidang yaitu :
1. Bidang Pelayanan Me
dik yang terdiri dari:
a. Seksi pelayanan rawat jal
an dan rawat inap
b. Seksi Pelayanan Rawat
Darurat Intensif dan lnvasi
f
2. Bidang Pelayanan Diag
nostik dan Khusus, yang ter
diri dari:
a. Seksi Pelayanan Diagno
stik
b. Seksi Pelayanan Khusus

3. Bidang Keperawatan, yan


g terdiri dari:
a. Seksi Pelayanan Keperaw
atan
b. Seksi Pengembangan Mu
tu Keperawatan
. . . h.
Selain membawahi 3 B1dan
g, Dtrektur Pelayanan Me . dan Keperawatan membawa t
dtk
beberapa instalasi yaitu :

l . Instalasi Gawat Darurat

2. lnstalasi Rawat Jalan

3. Instalasi Diagnostik Int


ensif dan Kardiovaskuler
4. Instalasi lnvansif Urolo
gi
5. IRNA Medik

6. IRNA Obgyn

7. IRNA Anak

8. IRNA Bedah

9. IRNA Jiwa

10. lnstalasi Hemodialisis

11 . Instalasi GRIU
19
Kamar Operasi Covid.19 JPSM

12. lnstalasi Gigi dan Mulut

13. lnstaJasi Paliatif dan 8 b N .


e as yen
14. lnstalasi Forensik dan Medikolegal

. .
15. lnstalasi Rawat lntens,·fd an Reammas,

.
16. lnstalasi Pusat Biomaten·a18 an k Janngan

17. lnstaJasi Anestesiologi

18. lnstalasi Bedah Pusat

19. lnstalasi Transfusi Darah

20. Instalasi Radiodiagnostik

21 . lnstalasi Radioterapi

22. lnstalasi Laboratorium Sentral

23. lnstalasi Farmasi

24. Instalasi Pusat Pelayanan Jantung Terpadu (PPJT)

25. SMF Pelayanan

Direktur Penunjang Medik membawahi 2 Bidang yaitu :

I. Bidang Perbekalan dan Peralatan Medik yang terdiri dari:

a. Seksi Perbekalan Medis

b. Seksi Peralatan Medik

2. Bidang Pemasaran dan Rekam Medikyang terdiri dari:

a. Seksi Pemasaran

b. Seksi Rekam Medik

Selain membawahi 2 Bidang, juga membawahi beberapa instalasi yaitu :

I. Instalasi Gizi

2. Instalasi Sanitasi Lingkungan


20

Anda mungkin juga menyukai