SK UMK 2020 diteken pada Minggu, 1 Desember 2019. Ada 9 poin yang
disampaikan dalam SK tersebut. Antara lain mencabut dan menyatakan tidak
berlaku Surat Edaran (SE) Gubernur Jawa Barat Nomor 561/75/Yanbangsos
tanggal 21 November 2019 tentang Pelaksanaan Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020.
Kini yang berlaku Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Barat 561/Kep983-
Yanbangsos/2019 tentang upah minimum kabupaten kota di daerah provinsi
Jawa Barat.
Berikut daftarnya:
Baca:
Besok, Buruh Jawa Barat Mogok & Demo Besar 3 Hari Beruntun!
BANDUNG, (PR).- Senin 21 November 2016 ini, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan akan
mengumumkan besaran upah minimum kabupaten/kota (UMK) se-Jawa Barat untuk tahun 2017.
Besaran UMK tiap wilayah kabupaten dan kota akan berbeda. Banyak pro-kontra dalam
penetapan UMK 2017 ini setelah munculnya Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2015 tentang
Pengupahan.
Aturan itu telah mengubah mekanisme penetapan UMK dibandingkan sebelumnya yang
mengacu pada angka Kehidupan Hidup Layak (KHL) yang ditentukan oleh Dewan Pengupahan.
Dewan Pengupahan beranggotakan wakil dari pengusaha, buruh, pemerintah, dan akademisi.
Dewan Pengupahan kemudian melakukan survei harga-harga kebutuhan pokok dan sembako
yang telah ditetapkan untuk kemudian disepakati. Hasil itu kemudian menjadi dasar penetapan
angka KHL. Angka KHL itu menjadi patokan penentuan angka UMK yang biasanya angkanya
tak jauh dari nilai KHL atau bahkan melebihinya.
Pada penentuan UMK yang berdasarkan PP 78/2015, mekanismenya berubah. Kali ini, dua
komponen yang sangat menetukan yaitu inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Dua komponen itu
tentu saja tergantung kondisi perekonomian Indonesia yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik.
Boleh dikata, tidak ada peran Dewan Pengupahan di sana.
Lalu, bagaimana cara menghitung besaran UMK? Berikut adalah formula yang ditetapkan dalam
PP 78/2015, Pasal 44: