Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RUPBASAN KELAS II ARGA MAKMUR

Disusun Oleh :
1. Muzaki Ismiraj (4439)

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
HUKUM DAN HAM
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Makalah Rupbasan II Arga Makmur”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih pihak-pihak yang telah membagi
Sebagian pengetahuannya demi menunjang terselesaikannya makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Poltekip Angkatan 55 yang memberikan
semangat dan masukan kepada saya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat
waktu.
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas pengganti UTS mata
kuliah Pengamanan dan Pengelolaan Basan Baran. Selain itu, makalah ini juga untuk
menambah wawasan mengenai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.
Kami menyadari, masih banyak kekurangan dalam pengerjaan makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan sebagai bahan evaluasi demi
kesempurnaan makalah ini.

Depok, 09 Oktober 2022


Penyusun

Muzaki Ismiraj

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1 Pendahuluan...............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................8
C. Tujuan................................................................................................................................8
BAB 2 Pembahasan.................................................................................................................9
A. Sistem Pengaturan dan Pengamanan Rupbasan.................................................................9
B. Sarana dan Prasarana Keamanan Rupbasan.....................................................................10
C. Kendala Keamanan di Rupbasan......................................................................................11
BAB III Penutup....................................................................................................................13
Kesimpulan............................................................................................................................13
LAMPIRAN...........................................................................................................................14

3
A. Latar BAB 1
Belakang
PENAHULUAN

Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara atau disingkat


Rupbasan adalah tempat benda yang disita negara untuk keperluan
proses peradilan. Rupbasan didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau
kota. Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1983 Tentang Pelaksanaan KUHP. Dijelaskan bahwa pengelolaan,
kedudukan, pengorganisasian, tugas dan tanggung jawab Rupbasan
berada di bawah Menteri Kehakiman. Menteri kehakiman mengatur
lebih lanjut tentang kelembagaan, tugas pokok, fungsi Rupbasan melalui
Keputusan Menteri Kehakiman RI No : M.04.PR.07.03 Tahun 1985
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rutan dan Rupbasan, hal ini juga
diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No 16
Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang
Rampasan Negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan
Rampasan Negara. Pengertian Rupbasan Purbalingga berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1 Butir 3 menyatakan
bahwa Rumah Penyitaan Barang Sitaan Negara selanjutnya disebut
Rupbasan adalah tempat benda yang disita oleh negara unuk keperluan
proses peradilan.
Banyak masyarakat umum belum mengetahui apa itu Rupbasan,
terutama Taruna Muda Poltekip yang sebagian besar masih belum
memahami tentang tugas pokok dan fungsi Rupbasan, maka dari itu
diperlukan pengenalan terhadap pengelolaan barang-barang sitaan
negara dan barang rampasan negara dimulai dari prosedur pendaftaran,
pemeliharaan serta pengembalian barang sitaan dan rampasan negara
tersebut.
Berdasarkan pasal 44 ayat (1) dan (2) UU No 8 Tahun 1981
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menjelaskan
bahwa benda sitaan negara disimpan dalam Rupbasan. Penyimpanan
4
benda sitaan tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang , sesuai
dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut
dilarang untuk digunakan oleh siapapun. Hal ini tertuang dalam pasal 44
ayat (2). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyalahgunaan
wewenang dan jabatan. Pada masa yang lalu, banyak para pejabat yang
menyalahgunakan kekuasaan dengan menguasai dan menikmati barang
sitaan serta rampasan . Pada akhirnya hal ini menimbulkan masalah
banyak diantara benda sitaan yang tidak tentu rimbanya dan ketika
sedang dilaksanakan eksekusi atas benda sitaan tersebut maka tidak
diketahui lagi dimana bekas serta jejaknya. Ada yang beralih menjadi
milik pejabat yang berwenang dan ada pula yang hancur atau habis. Atas
hal tersebut maka demi keamanan barang sitaan dijamin dalam KUHAP
hal ini diharapkan menjamin keselamatan barang sitaan.
Menurut pasal 44 ayat (1) KUHAP Rupbasan adalah rumah
penyimpanan barang sitaan negara. Semua jenis benda sitaan yang
dibutukan sebagai barang bukti dalam pemeriksaan tingkat penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di tingkat pengadilan ataupun barang
yang dinyatakan dirampas berdasarkan putusan hakim, harus disimpan
di dalam Rupbasan. Begitupula dengan penjelasan Pasal 27 ayat (1) PP
No.27/1983. Namun pada pasal 27 ayat (2) mengandung pengecualian,
yaitu dalam hal benda sitaan tidak bisa disimpan dalam Rupbasan,
maka cara penyimpanannya diserahkan kepada kebijakan kepala
Rupbasan. Dalam melaksanakan fungsi kebijakan penyimpanan, Kepala
Rupbasan berpendapat yang termuat dalam ketentuan pasal 1 ayat (5)
Peraturan Menteri Kehakiman No. M.05-UM.01.06/1983, yang
menyatakan, apabila benda sitaan tidak mungkin dapat disimpan di
dalam Rupbasan maka Kepala Rupbasan dapat menugaskan
penyimpanan kepada instansi atau badan ataupun organisasi yang
berwenang atau dalam kegiatan usahanya sesuai dengan sifat tempat
penyimpanan benda yang bersangkutan. Yang paling terpenting jika hal
seperti ini terjadi, Kepala Rupbasan harus memberi perhatian dalam

5
pemberian kuasa penyimpanan benda sitaan tersebut yaitu harus
terjamin keselamatan dan keamanan benda sitaan tersebut. Jaminan
keselamatan yang menjadi faktor pemberian kuasa penyimpanan dan
melaksanakan fungsi dan tanggungjawab secara fisik benda sitaan.
Gagasan terbentuknya Rupbasan adalah untuk menjaga tetap
terpeliharanya benda yang disita serta memudahkan dalam
pemeliharaan dan pengelolaan agar keadaan benda yang disita tetap
utuh, karena keutuhan benda tersebut sangat dibutuhkan dalam
keperluan pembuktian dalam proses pengadilan serta melindungi hak
milik tersangka maupun korban atau pihak lain yang terkait dengan
tindak pidana. Serta perlindungan hak milik tertuang dalam The United
Declaration Of Human Right Pasal 17 ayat (1) dan (2) yang berbunnyi
“Everone has the right to own property alone as well as in association
with others” maksud dari pasal ini adalah harta atau benda dan barang
milik seseorang berhak mendapatkan perlindungan dan tidak boleh
dirampas dengan semena-mena atau cara melawan hukum.
Dalam penerimaan benda sitaan, petugas Rupbasan
melakukan tindakan antara lain yaitu melakukan pencocokan jumlah
dan jenis benda sitaan yang diterima apakah sesuai dengan berita acara
penyitaan, penerima benda oleh Kepala Rupbasan harus disimpan untuk
keperluan barang bukti dalam proses pemeriksaan harus disertai dengan
surat penyerahan yang sah, dan dikeluarkan oleh pejabat yang
bertanggungjawab scara yuridis atas barang sitaan tersebut. Berikut
adalah beberapa istilah mengenai beberapa proses yang ada pada
Rupbasan, antara lain :
 Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, selanjutnya disebut
Rupbasan adalah tempat:
 Benda yang disita negara selanjutnya disebut dengan Benda
Sitaan Negara dan disingkat Basan disimpan dan dipelihara
sehingga terjamin keutuhannya sebagai barang bukti dalam
proses pengadilan.

6
 Barang yang dirampas oleh dan untuk negara, harus
berdasarkan keputusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum selanjutnya disebut Baran.
 Benda sitaan negara adalah benda yang disita oleh penyidik,
penuntut umum atau pejabatyang karena jabatannya memiliki
wewenang untuk menyita barang duna keperluan barang bukti
dalam proses peradilan.
 Barang rampasan negara adalah barang bukti yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dirampas untuk negara yang
selanjutnya dieksekusi dengan cara :
 Dimusnahkan
 Dilelang untuk negara
 Diserahkan kepada instansi yang ditetapkan untuk
dimanfaatkan
 Disimpan di Rupbasan untuk menjadi barng bukti dalam
perkara lain.
 Pendaftaran benda sitaan dan barang rampasan negara adalah
kegiatan pencatatan dalam buku pendaftaran, penyiapan
administrasi dan dokumentasi
 Penelitian benda sitaan dan barang rampasan negara adalah
kegiatan memeriksa, menguji, menaksir semua benda yang akan
disimpan di Rupbasan
 Pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan negara adalah
kegitan mengawasi dan memelihara benda sitaan dan barang
rampasan negara yang disimpan dalam Rupbasan sehingga
terjaga keutuhannya, baik jenis, macam, kadar, kualitas, dan
kuantitasnnya agar tetap terjamin.
 Pemutasian adalah kegiatan pemindahan benda sitaan negara dan
barang rampasan negara secara administratif maupun fisik untuk
kepentingan proses peradilan sesuai tingkat pemeriksaan.
 Penyelamatan dan pemgamanan

7
 Penyelamatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga
keselamatan basan dan baran dari kerusakan akibat faktor
alam atau manusia.
 Pengamanan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
dan menangkal adanya gangguan dan ancaman erhadap
keutuhan basan dan atau baran baik dari luar maupun dari
dalam rupbasan.
 Pengeluaran / penghapusan adalah suatu rangkaian kegiatan
pengeluaran basan dan atau baran yang dilakukan bak sebelum
adanya putusan pengadilan (Pra-Judication) maupun yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap (Post Adjudication)
 Petunjuk Pelaksanaan Rupbasan yang selanjutnya disebut Juklak
Rupbasan adalah petunjuk yang harus menjadi pedoman dalam
mengelola basan dan atau baran.

B. Rumusan Masalah
1. Sistem dan Pengaturan Pengamanan ?

2. Jumlah Personal dan Sarana Prasarana Pengamanan?

3. Kendala dalam Pelaksanaan Keamanan?

C. Tujuan
1. Mengetahui system dan pengaturan pengamanan.
2. Mengetahui jumlah personal dan sarana prasarana
pengamanan?
3. Bagaimana kendala dalam pelaksanaan keamanan.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem dan Pengaturan Keamanan


Tujuan utama disimpannya benda sitaan di Rupbasan adalah untuk menjamin

keselamatan dan keamanannya (PP Nomor 27 Tahun 1983 pasal 27 ayat 3).

Usaha pengamanan dan penyelamatan ini adalah untuk menjaga dan

mempertahankan kondisi fisik bendac sitaan. Dalam pelaksanaannya tugas

pengamanan dan penyelamatan sehari-harinya dilakukan oleh para staf di

lingkungan sub seksi Pengamanan dan seluruh petgas pengamanan Rupbasan

setempat. Meskipun demikian, dalam keadaan darurat setiap pegawai Rupbasan

wajib ikut serta membantu petugas pengamanan. Dengan demkian unsur-unsur

keamanan dan keselamatan terdiri dari :

 Kepala Kesatuan Pengamanan;

 Staf Kesatuan Pengamanan;

 Kepala-kepala Regu Jaga (minimal 4 orang) karena minimal ada 4 regu,


yaitu regu pagi, regu siang, regu malam dan satu regu lagi istirahat;

 Anggota Regu Jaga yang masing-masing mempunyai tugas tertentu yang


berbeda satu sama lain sesuai dengan di pos mana yang bersangkutan
ditugaskan.

9
B. Sarana Prasarana Keamanan Rupbasan

1. Sarana Keamanan
1. Pentungan karet : 2 Unit
2. CCTV : 4 Unit
3. Gembok : 14 Unit

2. Kendaraan Dinas
1. Kendaraan Roda 4 (empat) : 1 Unit
2. Kendaraan Roda 2 (dua) : 1 Unit

3. Penunjang Kerja
1. Komputer : 2 Unit
2. Laptop : 7 Unit
3. Ups : 3 Unit
4. Pc : 7 Unit
5. Printer : 8 Unit
6. Scaner : 1 Unit

10
C. Kendala Dalam Pelaksanaan Keamanan

Rupbasan Arga Makmur dalam menjalankan peranannya


mengelola benda sitaan negara bukannya tanpa kendala. Kendala
merupakan sesuatu yang dapat menghambat kemajuan atau pencapain
suatu hal. Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan kendala-
kendala yang meliputi:

Kendala Internal Kendala internal merupakan hambatan yang


timbul dari dalam lingkungan lembaga Rupbasan Arga Makmur sendiri,
yang meliputi:

 Dari sudut kualitas dan kuantitas masih terbatasnya sumber daya


manusia (SDM) pegawai dalam mengelola benda sitaan.

1) Dari sudut kualitas, tenaga pegawai yang ditempatkan di Rupbasan


Arga Makmur ada yang tidak paham mengenai aturan mekanisme
pelaksanaan pengelolaan benda sitaan negara.

2) Dari sudut kuantitas, pegawai Rupbasan sekarang baru ada 17 orang,


yang meliputi: 1 (satu) Kepala Rupbasan, 1 (satu) Ka. Subsi administrasi
dan pengelolaan, 1 (satu) Bendahara, 1 (satu) PPABP, 1 (satu) Staff
Keuangan, 4 (empat) Staff Keamanan, 5 (lima) Staff basan dan baran, 2
(dua) Staff Kepegawaian, 1 (satu) Staff umum.

 Kendala ekternal Kendala eksternal merupakan hambatan yang


timbul dari luar lingkungan lembaga Rupbasan Arga Makmur,
yang meliputi:

1) Masih ada benda sitaan kendaraan bermotor atas tindak pidana


pencurian yang sudah bertahun-tahun di Rupbasan dan benda tersebut
belum juga di eksekusi yaitu berupa sepeda motor Suzuki Satria FU. Hal
tersebut menyebabkan bertambahnya biaya pemeliharaan atau perawatan
benda sitaan. Karena seharusnya benda sitaan tersebut sudah tidak berada
di Rupbasan Arga Makmur lagi namun belum kunjung di eksekusi,
sehingga menambah pekerjaan petugas pemelihara.

2) Keberadaan dan fungsi Rupbasan Arga Makmur belum terlalu


diketahui oleh masyarakat. Kurangnya informasi masyarakat Arga

11
Makmur terhadap pengelolaan benda sitaan negara, masyarakat kurang
peduli mengenai bagaimana kelanjutan proses yang terjadi setelah pihak
yang berwenang menyita barang milik masyarakat. Hambatan yang
timbul dalam pelaksanaan pengelolaan benda sitaan menjadi suatu
persoalan yang harus ditindaklanjuti oleh Rupbasan Arga Makmur dalam
menjalankan tugasnya. Agar pelaksanaan pengelolaan benda sitaan dapat
berjalan dengan baik dan sesuai ketentuan yang berlaku maka diperlukan
upaya-upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara atau disingkat Rupbasan


adalah tempat benda yang disita negara untuk keperluan proses
peradilan. Berdasarkan pasal 44 ayat (1) dan (2) UU No 8 Tahun 1981
Tentanh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menjelaskan
bahwa benda sitaan negara disimpan dalam Rupbasan. Penyimpanan
benda sitaan tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
tanggung jawab atasna ada pada pejabat yang berwenang , sesuai dengan
tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang
untuk digunakan oleh siapapun. Dalam pelaksanaan keamanan di
Rupbasan Arga Makmur ditemui kendala-kendala dalam
pelaksanaannya baik kendala internal maupun kendala eksternal.

13
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai