Anda di halaman 1dari 6

4.

POLITIK
4.1. Dasar Teori
Sturktur Pemerintahan Desa
Dalam sebuah desa dibutuhkan pemerintahan untuk menata dan mengurus
setiap hal yang berkaitan dengan desa. Struktur Pemerintahan desa terdiri dari
beberapa tingkatan yang setiap tingkatannya memiliki porsinya sendiri.
Pemerintah desa ditugaskan oleh pemerintah pusat untuk mengatur masyarakat
pedesaan setempat berdasarkan dengan undang-undang yang ada demi
mewujudkan pembangunan pemerintah diwilayah desa. Setiap desa dikepalai oleh
seorang kepala desa yang dibantu oleh jajaran perangkat desa lainnya dalam
mengurus setiap keperluan desa. Setiap jajaran memiliki fungsi dan tugasnya
masing-masing. Dengan pembagian tugas diharapkan setiap jajaran bisa
memaksimalkan kinerjanya. Berikut Struktur Pemerintahan Desa yang ada beserta
tugas dan fungsinya :

1. Kepala Desa
Menurut UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 3 kepala desa adalah
pemerintahan desa atau yang disebut dengan nama lain yang dibantu perangkat
desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Bertugas untuk
menyelenggarakan pemerintah dan pemberdayaan desa. Kepala desa sendiri
mempunyai kekusaan sendri yaitu kekuassaan social. Kekuasaan social menurut
Robert M. Maclver “adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang
lain, baik secara lansung dengan jalan memberi perintah, maupun secara tidak
lansung dengan mempergunakan segala alat dengan cara yang tersedia”
2. Badan Pemerintahan Desa (BPD)
Badan pemerintahan desa adalah lembaga yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk desa yang ditetapkan secara demokratis berdasarkan
kewilayahan. Fungsi dari BPD adalah membahas dan menyepakati rencana
peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi dari
masyarakat, dan mengawasi kinerja kepala desa.
3. Sekretaris Desa
Sekretaris desa adalah perangkat yang membantu kepala desa menjalankan
tugasnya. Fungsi sekretaris meliputi menyiapkan dan melaksanakan pengelolaan
administrasi desa, membantu persiapan penyusunan peraturan desa dan bahan
untuk laporan penyelenggara pemerintah desa serta melaksanakan tugas lain yang
diberikan kepala desa.
4. Pelaksana Teknis Desa
 Kepala Urusan Pemerintah (KAUR PEM)
Bertugas untuk membantu kepala desa dalam mengelola administrasi dan
perumusan bahan kebijakan desa. Berfungsi melaksanakan kegiatan berkaitan
dengan kependudukan, pertanahan, pembinaan ketentraman, dan ketertiban
masyarakat.
 Kepala Urusan Pembangunan (KAUR PEMBANGUNAN)
Bertugas untuk membantu kepala desa dalam menyiapkan teknis
pengembangan ekonomi desa serta mengelola administrasi pembangunan dan
layanan masyarakat. Berfungsi untuk melaksanakan kegiatan administrasi
pembangunan, menyiapkan analisa dan kajian perkembangan ekonomi
masyarakat serta mengelola tugas pembantuan.
 Kepala Urusan Keuangan (KAUR KEU)
Berfungsi untuk membantu sekretaris desa mengelola sumber pendapatan,
administrasi keuangan, penyusunan APB desa dan laporan keuangan desa. Serta
melakukan tugas lain yang diberikan sekretaris.
 Kepala Urusan Umum (KAUR UMUM)
Fungsinya untuk membantu sekretaris dalam mengelola arsip desa,
inventaris kekayan desa, dan administrasi umum. Dan juga sebagai penyedia,
pemelihara dan perbaikan peralatan kantor. Serta pelaksana tugas lain yang
diberikan oleh sekretaris desa.
5. Pelaksana Kewilayahan
 Kepala Dusun
Kepala dusun atau kadus bertugas untuk membantu kepala desa
melaksanakan tugasnya di wilayah dusun. Berfungsi membantu kinerja dan
melaksanakan kegiatan yang diselenggarakan pemerintah desa di kawasan dusun
dalam mensejahterakan masyarakat.
Dinamika Politik Desa
Pemilihan umum (general elections) dapat didefenisikan sebagai proses
politik dimana warga negara yang sudah memiliki hak pilih menyalurkan
suaranya untuk memilih orang-orang tertentu yang akan duduk mewakili mereka
di lembaga perwakilan, baik itu lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif.
Orang-orang yang terpilih melalui pemilihan umum inilah yang menjalankan
roda pemerintahan perwakilan. Pemilu, hak pilih dan/atau hak memilih warga
negara, dan lembaga perwakilan merupakan sebagian dari ciri-ciri sistem
pemerintahan demokrasi. Pemilihan umum merupakan fenomena politik yang
bisa dijelaskan dari dimensi sistem, kontestasi, proses, nilai dan norma, dan
metode tertentu. Pemilihan umum bersifat universal karena diterapkan di semua
negara yang menggunakan demokrasi sebagai bentuk pemerintahannya. Tetapi,
muatan dimensi sistem, kontestasi, proses, metode, prosedur, nilai dan norma
penyelenggaraan pemilihan umum itu sendiri bisa berbeda antara negara yang
satu dengan negara lainnya.
Dilihat dari sistemnya, dikenal dua sistem pemilihan umum, yakni:
singlemember electoral system dan proportional representation electoral
system. Dalam pola single-member electoral system, wilayah negara dibagi ke
dalam banyak daerah pemilihan. Hanya satu wakil dapat dari setiap daerah
pemilihan. Sedangkan dalam pola proportional representation electoral system,
wilayah negara juga dibagi ke dalam banyak daerah pemilihan. Tetapi, setiap
daerah pemilihan bisa diwakili beberapa orang atau lebih tergantung kepada
jumlah penduduk yang ada di daerah pemilihan tersebut (Rode,1983: 267-268).
Di lihat dari dimensi kontestasinya, pemilihan umum bisa diikuti individu
dan/atau partai politik. Meskipun individu diperkenankan menjadi kontestan
pemilihan umum, tetapi kebanyakan negara-negara demokrasi mensyaratkan
keberadaan partai politik sebagai kendaraan warga negara untuk menduduki
jabatanjabatan politik yang dipilih melalui pemilihan umum. Perdefenisi, partai
politik dapat didefenisikan sebagai organisasi politik yang didirikan oleh
sekumpulan warga negara untuk mengagregasikan, mensosialisasikan,
mengkomunikasikan, dan mengartikulasikan kepentingan politik anggotanya. Di
lihat dari prosesnya, pemilihan umum terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yang
berkaitan satu dengan yang lainnya. Di Indonesia, sebagai contoh, pemilihan
umum anggota DPR, DPD, dan DPRD Daerah dilaksanakan melalui beberapa
tahapan, yakni: pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih,
pendaftaran peserta pemilu, penetapan proses pemilu, penetapan jumlah kursi
dan penetapan daerah pemilihan, pencalonan, kampanye, masa tenang,
pemungutan dan perhitungan suara, penetapan hasil pemilu, dan pengucapan
sumpah/janji anggota DPR, DPD, dan DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota yang terpilih (Pasal 4 Ayat 2 UU No. 10 Tahun 2008). Di lihat
nilai dan normanya, pemilihan umum diselenggarakan dengan berpedoman
kepada seperangkat nilai dan normat tertentu. Sebagai contoh, pemilu anggota
DPR, DPD, dan DPRD Daerah wajib dilaksanakan secara efektif dan efisien
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Keberadaan
nilai dan norma penting untuk memelihara proses pemilihan umum yang
berkualitas.Di lihat dari metodenya, pemilihan umum memiliki banyak sub-
metode. Misalnya, bagaimana metode mentransformasikan suara menjadi kursi,
bagaimana metode pencoblosan suara (dicoblos, dicontreng, dipilih melalui
komputer, atau menggunakan e-voting), bagaimana metode kampanyenya,
bagaimana metode pencalonan kontestan pemilu, dan lain sebagainya.
Kecendrungan Pilihan Politik
Pemilih dan kandidat merupakan subyek dalam pemilihan umum.
Keduanya merepresentasikan warga negara yang memiliki hak konstitutional
untuk dipilih dan/atau memilih. Perbedaan keduanya terletak pada pelaksanaan
hak konstitutional ini. Jika para pemilih merealisasikan hak memilihnya, maka
kandidat (baik yang mencalonkan diri melalui jalur perseorangan dan/atau
melalui jalur partai politik) merealisasikan hak untuk dipilih.Dalam pemilihan
umum, apapun sistem dan metodenya, keputusan akhir para pemilih berada dua
spektrum pilihan, yakni: memilih dan/atau tidak memilih.
Menurut Adams, Merrill III, dan Grofman (2005), ada tiga sudut
pandang yang bisa digunakan ilmuwan politik untuk memahami perilaku
pemilih, yakni: model spatial (para pemilih termotivasi akibat serangkaian
kebijakan yang ditawarkan, sedang, dan/atau dijalankan kandidat), model
behavioral, (keputusan para pemilih tidak hanya dipengaruhi faktor kebijakan
tetapi dipengaruhi juga oleh faktor identifikasi partai politik, karakteristik sosio-
demografis, persepsi pemilih terhadap kondisi ekonomi, evaluasi retrospektif
pemilih terhadap kinerja incumbent) dan model party competition (perilaku
pemilih dipengaruhi faktor loyalitas kepada partai politik, kemampuan pemilih
menganalisis program-program yang ditawarkan kandidat, dan persepsi bahwa
tidak ada kontestan pemilihan umum yang atraktif.

4.2. Tujuan Praktikum


1. Menjabarkan struktur pemerintahan desa
2. Mendeskripsikan dinamika politik desa
3. Mendeskripsikan kecenderungan pilihan politik masyarakat desa

4.3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Peta lokasi kerja


2. Kamera dan alat perekam lainnya.
3. Catatan lapangan
4. Daftar pertanyaan wawancara seperti contoh berikut:

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA ASPEK POLITIK

No. :
Hari/Tanggal :
Jam :
Nama Informan :
Alamat :
Pewawancara :
4.4. Informan dan Sumber Data Sekunder Lainnya
1. Mohon penjelasan bapak/ibu tentang struktur pemerintahan desa ini!
2. Dapatkah bapak/ibu menceritakan dinamika politik yang pernah terjadi
dalam beberapa tahun terakhir di desa ini?
3. Bagaimanakah menurut pandangan bapak/ibu tentang kecenderungan
pilihan politik masyarakat di desa ini?
Informan adalah orang-orang yang dianggap memiliki pengetahuan
tentang data aspek Politik di lokasi tersebut diantaranya kepala desa/lurah, kepala
dusun, ketua RT/RW, kepala urusan (KAUR, maupun staf desa/kelurahan lainnya.
Adapun untuk data sekunder dapat diperoleh melalui arsip desa/kelurahan ataupun
papan potensi desa.
4.5. Langkah Pengumpulan Data
Mahasiswa melakukan wawancara terbatas pada wilayah sempit (RT atau
RW, ataupun dusun) terhadap informan yang telah ditentukan sebelumnya.
Informan dipilih secara acak berdasarkan keterkaitan/keterlibatan mereka terhadap
sektor-sektor politik ataupun sejauh mana pengetahuan mereka terhadap data yang
diperlukan. Mahasiswa juga harus merekam data pada ssat wawancara dalam
bentuk audio maupun video sebagai kelengakapan data. Selanjutnya mahasiswa
merapikan data yang telah terkumpul dalam bentuk catatan lapangan untuk dibuat
laporan sementara.
4.6. Analisis Data
Data yang telah terkumpul diedit, tabulasi, dikategorisasi, dan dibuat
hubungan antar data. Selanjutnya dilakukan analisis kulaitatif dengan membahas
data yang ada untuk selanjutnya dibuat kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai