Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PATOFISIOLOGI

Dosen Pengampu:
Ibu Davi Sundari SKM,S.Kep.,Ners.,M.M.,M.Kep
Disusun Oleh:
Cindy Arianti 029PA22008

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKES YAPKESBI
Nama : CINDY ARIANTI
Kelas : B (Regsus)
Prodi : D3 Keperawatan
Tugas : Patofisiologi
1. Pengertian pemulihan jaringan
2. Mekanisme pemulihan jaringa
3. Faktor yg mengubah kualitas dan keadekuatan proses penyembuhan

A. Pengertian Pemulihan Jaringan


Tanpa proses pertahanan seperti peradangan dan pemulihan, manusia tidak akan mampu
bertahan hidup dalam lingkungan yang kadang-kadang membahayakan jiwanya sebab infeksi
akan bertambah parah dan luka akan tetap terbuka, Robbins (1992, 28). Oleh karena itu,
proses radang-pemulihan merupakan suatu upaya tubuh untuk membatasi dan menetralkan
luka serta menjaga kelangsungan morfologi jaringan. Pemulihan luka biasanya diawali
dengan peradangan yang merupakan benteng proteksi pertama yang otomatis tersedia di
dalam tubuh. Proses peradangan dan pemulihan membutuhkan sejumlah senyawa kimiawi
guna menjaga daerah luka dari serangan mikroorganisme serta membangun struktur penutup
luka itu sendiri.
Walaupun demikian, proses radang pemulihan tidak selamanya disertai dengan pulihnya
kembali seluruh fungsi organ sebab ada bagian-bagian tertentu yang tidak bisa diganti secara
utuh. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan regenerasi sel-sel pembentuk organ itu
sendiri sehingga jaringan yang digunakan dalam proses pemulihan tidak sama dengan
jaringan asal pembentuk organ sehingga kemampuannya pun berbeda.
Proses pemulihan luka bukn hanya meliputi penutupan luka pada permukaan kulit tetapi
jugameliputi penutupan pembuluh darah yang terkoyak, regenerasi dari sel-sel saraf perifer
serta penggantian jaringan otot oleh serabut kolagen. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai zat
kimia tertentu yang terkait dalam mekanisme penutupan luka baik sebagai agen komplemen
maupun senyawa penyeimbang homeostatis lainnya.
B. Mekanisme Pemulihan Jaringan
Tubuh mempunyai pelindung dalam menahan perubahan lingkungan yaitu kulit. Apabila
faktor dari luar tidak mampu ditahan oleh pelindung tersebut maka terjadilah luka. Dalam
merespon luka tersebut, tubuh memiliki fungsi fisiologis penyembuhan luka.
Proses penyembuhan ini terdiri dari fase awal, intermdiate dan afse lanjut. Masing-masing
fase memiliki proses biologis dan peranan sel yang berbeda. Pada fase awal, terjadi
hemostatis dimana pembuluh darah yang terputus pada luka akan dihentikan dengan
terjadinya reaksi vasokontriksi untuk memulihkan aliran darah serta inflamasi untuk
membuang jaringan rusak dan mencegah infeksi bakteri.
Pada fase intermediate, terjadi poliferasi sel mesenkim. Selain itu terjadi pula kontraksi luka
dan sintesis kolagen pada fase ini. Sedangkan untuk fase akhir, terjdi pembentukan
luka/remodelling.
 Fase Awal (Hemostatis dan Inflamasi
Pada luka yang menembus epidermis, akan merusak pembuluh darah menyebabkan
pendarahan. Untuk mengatasinya terjadilah proses hemostatis. Proses ini memerlukan
peranan platelet dan fibrin. Pada pembuluh darah normal, terdapat prosuk endotel seperti
prostacyclin untuk menghambat pembentukan bekuan darah.
Reaksi inflamasi adalah respon fisiologis normal tubuh dalam mengatasi luka. Inflamasi
ditandai oleh rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), calor (hangat), dan dolor (nyeri).
Tujuan dari reaksi inflamasi ini adalah untuk membunuh bakteri yang mengkontaminasi luka.
 Fase Intermediate (Poliferasi)
Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel-sel inflamasi, tanda-tanda radang berkurang,
munculnya sel fibroblast yang berproliferasi, pembentukan pembuluh darah baru, epitealisasi
dan kontraksi luka. Matriks fibrin yang dipenuhi platelet dan makrofag mengeluarkan growth
factor yang mengaktivasi fibroblast.
Fibroblast bermigrasi ke daerah luka dan mulai berproliferasi hingga jumlahnya lebih
dominan dibandingkan sel radang pada daerah tersebut. Fase ini terjadi pada hari ketiga
sampai hari kelima.
 Fase Akhir (Remodelling)
Fase remodilling jaringan parut adalah fase terlama dari proses penyembuhan. Proses ini
dimulai sekitar hari ke-21 hingga satu tahun. Pembentukan kolagen akan mulai menurun dan
stabil. Meskipun jumlah kolagen sudah maksimal, kekuatan tahanan luka hanya 15% dari
kulit normal.
Proses remodelling akan meningkatkan kekuatan tahanan luka secara drastis. Proses ini
didasari pergantian dari kolagen tipe III menjadi kolagen tipe I. Peningkatan kekuatan terjadi
secara signifikan pada minggu ketiga hingga minggu keenam setelah luka. Kekuatan tahanan
luka maksimal akan mencapai 90% dari kekuatan kulit normal.
C. Faktor yang Mengubah Kualitas dan Keadekuatan Proses Penyembuhan
Banyak faktor yang mempengaruhi lamanya penyembuhan luka diantaranya adalah usia,
nutrisi, insufisiensi vascular, infeksi, ekrosis, adanya benda asing pada luka dan suplai darah
(Suriadi, 2018).
Adapun faktor dari penyakit diantaranya adalah kencing manis, keloid, fibrosis, kelianan
penyembuhan herediter, sakit kuning, uremia, kegemukan.
Terdapat juga faktor dari obat-obatan diantaranya adalah steroid glukokortikoid, obat
antiinflamasi nonsteroid, kemoterapi alkoholisme dan merokok.
Yang terakhir dari faktor kondisi immunocompromised diantaranya adalah kanker, terapi
radiasi, AIDS, nutrisi.
Daftar Pustaka
Ganong, William F., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 17, Jakarta ; EGC, 2005.
Gerrit Bevelander, Dasar-Dasar Histoloi, Jakarta ; Erlangga, 2008.
Guyton Arthur C., Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi 5, Jakarta ; EGC, 2011.
Kemal Adyana Kurnadi, Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia, Bandung ; IKIP,
2008.
Kapit, Wynn, The Physiology Coloring Book, Cambridge ; Harper Collins Publisher, 2008.
Murray Robert K., Biokimia Harper, edisi 24, Jakarta ; EGC, 2007.
Patton Harry D., Textbook of Physiology, Philadelphia ; W.B. Saunders Co., 2009.
Robbins, Stanley L., Buku Ajar Patologi, edisi 4, Jakarta ; Egc, 2002.
Tortora Gerard J., Principles of Anatomy and Physiology, New York ; John Willey & Sons,
2002.
Sherwood Lauralee, Human Physiology, from Celss to System. 3 Edition. Belmont
Wadsworth Publishing Co., 2007.
Pusponegoro AD, 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, De Jong W, penyunting. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, h.66-88.
Eslami A, Gallant-Behm CL, Hart DA, Wiebe C, Honardoust D, Gardner H, dkk, 2009.
Expression of Integrin αvβ6 and TGF-β in Scaless vs Scar-forming Wound Healing. J
Histochem Cytochem;57:534-57.
Webster J, Scuffham P, Sherrif KL, Stankiewicz M, Chaboyer WP, 2012. Negative pressure
wound therapy for skin grafts and surgical wounds healing by primary intention. Cochrane
Database of Systematic Reviews;4:1-45.
Lawrence WT, 2002. Wound Healing Biology and Its Application to Wound Management.
Dalam: O’Leary P, penyunting. The Physiologic Basis of Surgery. Edisi ke-3. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; h. 107-32.
Leong M, Phillips LG, 2012. Wound Healing. Dalam: Sabiston Textbook of Surgery. Edisi
ke-19. Amsterdam: Elsevier Saunders; h. 984-92.
Gurtner GC, 2007. Wound Healing: Normal and Abnormal. Dalam: Thorne CH, penyunting.
Grabb and Smith’s Plastic Surgery. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
h. 15-22.
Schultz GS, 2007. The Physiology of Wound Bed Preparation. Dalam: Granick MS, Gamelli
RL, penyunting. Surgical Wound Healing and Management. Switzerland: Informa
Healthcare; h. 1-16.
Galiano RD, Mustoe TA, 2007. Wound Care. Dalam: Thorne CH, penyunting. Grabb and
Smith’s Plastic Surgery. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; h. 23-32.
Brain-Wilksman L, Solomonik I, Spira R, Tennenbaum T, 2007. Novel Insight into Wound
Healing Sequence of Events. Toxicol Pathol;35:767-79.
Hom DB, Linzie BM, Huang TC, 2007. The Healing Effects of Autologous Platelet Gel on
Acute Human Skin Wounds. Arch Facial Plast Surg;9:174-83.
Dea Sucita Levia, Jum Natosba, H. (2020). Pengembangan Alat ukur Kebutuhan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Mllitus Berbasis Android Mengembangkan Alat Ukur Kebutuhan Nutrisi
Pada Pasien Diabetes Mellitus Berbasis Android. Seminar Nasional Keperawatan.
Diabetes, I. (2021). IDF Diabetes Atlas (HS Edward J Boyko, Dianna J Magliano Suvi
Karuranga, Lorenzo Piemonte, Phil Riley Pouya Saeedi (ed); 10th ed ). Diabetes
Internasional. www. Diabetesatlas.org
Hestiana, DW (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam
Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Semarang. Jurnal
Pendidikan Keseatan,2(2), 138-145.

Anda mungkin juga menyukai