Anda di halaman 1dari 2

Editorial

Oleh : Wibi Deska Amelia Bintari (34)/ XII IPS 2

Bahaya FoMO (Fear of Missing Out) Mengintai Kalangan Muda di Indonesia

Salah satu fenomena yang sedang marak terjadi adalah FoMO (Fear of Missing Out). Bahaya
FoMO sudah mulai melekat mengintai kalangan muda di Indonesia FoMO menyebabkan kalangan
muda yang merasa takut kehilangan hal hal yang sedang tranding. Sehingga memaksakan diri
untuk mengikut trend tanpa melihat tingkat kemampuan ekonomi sendiri.
FoMO akan terus mengintai dengan cara apapun,salah satunya lewat media sosial akan
mempermudah memperoleh informasi dan akan banyak menghabiskan waktu didunia maya.
Penggunaan media sosial serta fenomena FoMO terutama kalangan muda. Salah satunya, Ratih
Listan yang meneliti 244 siswa SMP yang menggunakan media sosial selama 1 tahun. Hasilnya
menunjukkan adanya kecenderungan adiksi pada media sosial bagi orang-orang yang terkena
FoMO.
Tidak sampai disitu kejahatan FoMO terus berlanjut ,ditengah meningkatnya trend Belanja
Online membuat kalangan muda mudah terbujuk rayuan Penjahat Siber. Fakta tersebut muncul
melalui eksperimen sosial yang digagas PT Global Digital Niaga TBK ( Blibli) melalui situs
Vomoshop. Diantaranya warga Jakarta menjadi jawara korban FoMO dan perempuan menjadi
yang paling FoMO kala belanja online.
Tidak hanya Belanja Online, membeli produk skincare karena tidak ingin “ketinggalan” trend,
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah industri kecantikan meningkat hingga 20,6% pada
2022. Dan pada akhirnya akan mendorong para perempuan untuk mencoba produk kecantikan
keluaran terbaru. Tanpa pertimbangan yang panjang seperti kandungan dan manfaat produk.
Almira (21) misalnya saat ditanya alasan membeli produk skincare “Aku membeli skincare ini
karena produknya viral dimedia sosial. Produk nya juga dibahas banyak Influencer. Teman-
temanku,pun banyak yang pakai”. Padahal kebutuhan dan permasalahan kulit yang dihadapi
setiap orang berbeda-beda. Belum lagi jika produk yang dibeli ternyata palsu. BPOM menemukan
lebih dari satu juta produk kecantikan palsu dan ilegal yang beredar dipasaran sepanjang 2021-
2022.
Fenomena FoMO sampai kepada war tiket konser Coldplay, bermula dari keluhan penggemar
yang mencurahkan kekesalannya karena tidak dapatj menonton Coldplay. Seperti salah sagu akun
ini “Tiati guyss yang mau post wts Coldplay kek gini, itu masih diantrian,kalian mau itu belum
tentu dapet juga orangnya, serem bet banyak calo FoMO.
Bahwa FoMO semakin dikenal sejak teknologi berkembang lewat media sosial. Akibag yang
dirasakan terus menerus adalah rasa cemas,kesepian,dan kurang percaya diri sering menyaksikan
postingan foto/video orang lain yang memicu perasaan iri. FoMO juga dapat mengganggu
produktifitas karena hanya akan bermalas-malasan. Yang paling parah adalah dapat
meningkatkan resiko gangguan psikologis. Seperti membangding-bandingkan kehidupan kita
dengan orang lain. Mudah stres serta terobsesi mempertahankan pandangan yang baik dimedia
sosial.
Sebagai anak remaja Generasi Muda bangsa yang belum/sudah terlanjur terkena FoMO sangat
perlu untuk mencegahnya. Mulai dari membatasi media sosial dan penggunaan
gadget.menghargai diri sendiri dengan cara membeli sesuatu hanya karena butuh tidak untuk
gaya bersaing dengan orang lain. Selalu bersyukur dengan segala sesuatu yang kita punya serta
harus berusaha mengubah mindset bahwa setiap orang memiliki jalan masing-masing.

Referensi:
https://www.ciputramedicalcenter.com/apa-itu-sindrom-fomo/
https://amp.kompas.com/tren/read/2023/05/19/153000265/

Anda mungkin juga menyukai