Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 3

1. Bagaimana menurut Anda jika salah satu syarat dalam perjanjian tidak
terpenuhi? apakah perjanjian tersebut sah!
2. Jika yang melakukan perjanjian adalah anak yang berusia 16 tahun, menurut
anda seperti apa !

Jelaskan berdasarkan hukum dan berikan alasannya!

Jawab :

1. syarat-syarat sah perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata.

1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;


2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.

Apabila syarat objektif dalam perjanjian tidak terpenuhi maka Perjanjian


tersebut batal demi hukum atau perjanjian yang sejak semula sudah batal, hukum
menganggap perjanjian tersebut tidak pernah ada.

Apabila terjadi cacat kehendak maka suatu perjanjian akibat hukumnya tidak
sempurna dan dapat dimintakan pembatalan perjanjiannya. Cacat kehendak yang
diatur oleh undang-undang
1. Kekhilafan (dwaling)
2. Paksaan (bedrog)
3. Penyalahgunaan keadaan (undu inpluence)

2. Dewasa pada hakikatnya adalah seseorang yang telah mencapai umur tertentu atau sudah
menikah. Batasan umur tersebut berbeda-beda menurut berbagai peraturan. Pasal 330
KUH Perdata menyatakan bahwa "yang belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya. Bila perkawinan
dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka mereka tidak kembali berstatus
belum dewasa."

Dalam Pasal 7 Undang-Undang Perkawinan dinyatakan bahwa "perkawinan hanya


diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun." Dalam hal ini, berarti pria yang berumur
kurang dari 19 tahun atau wanita yang berumur kurang dari 16 tahun tidak diizinkan kawin,
kecuali ada dispensasi (keringanan) kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk
oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.

Dewasa menurut Pasal 39 Undang-Undang No.30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
adalah paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan cakap
melakukan perbuatan hukum.

Dalam kasus diatas, apabila yang melakukan perjanjian adalah anak berumur 16 tahun,
maka dapat dikatakan anak tersebut belum dewasa (jika belum menikah) sehingga syarat –
syarat untuk melakukan sebuah perjanjian belum terpenuhi dan perjanjian tersebut batal
demi hukum.

Sumber : BMP HKUM 4402 dan Materi Inisiasi 3.

Dikusi 4

Diskusikan dan jawablah pertanyaan dengan tepat dan silakan ditulis dengan bahasa
sendiri, bukan kopi paste dari teman anda atau sumber pustaka. Cantumkan sumber
bila anda akan mengutip pendapat.

Telah terjadi peristiwa banjir yang mengakibatkan Toko Anton terendam namun
ternyata masih ada beberapa barang yang dapat diselamatkan, seperti bahan pokok
makanan serta 1 unit mobil kijang namun dalam keadaan rusak dan harus diperbaiki.
Sebagai tetangga pemilik Toko Budi menawarkan gudangnya yang kebetulan kosong
untuk menyimpan barang-barang milik Toko Anton dengan biaya sewa setiap harinya
Rp.150 ribu.

1. Menurut Anda apa akibat hukumnya bila ternyata mobil kijang yang dititipkan itu
hilang dan barang-barang toko Anton yang ada di dalam gudang mengalami
kerusakan karena gudang toko Budi bocor ?
2. Bentuk penyelesaiannya seperti apa yang anda ketahui ?

Jelaskan dan disertai dengan dasar hukumnya!

1. Keadaan dimana barang – barang yang dititipkan rusak karena gudang bocor
dan mobil yang dititipkan hilang termasuk dalam Perjanjian Penitipan Barang
Karena Terpaksa.
Dasar hukumnya Pasal 1703 KUHPdt:

“Penitipan karena terpaksa adalah penitipan yang terpaksa dilaksanakan


oleh seseorang karena timbulnya suatu petaka, misalnya kebakaran, runtuhnya
gedung2, perampokan, karamnya kapal, air bah, dll peristiwa yang tak
tersangka”

Pada dasarnya, si Penerima titipan diwajibkan memelihara barang titipan


seperti memelihara barang miliknya sendiri (Pasal 1706 KUHPdt) dan si
Penerima Titipan diwajibkan mengembalikan barang yang sama yang telah
diterimanya (Pasal 1714 KUHPdt).

Kejadian gudang bocor bukan merupakan suatu keadaan memaksa


(overmacht) atau keadaan kahar (force mejuere).

Dengan demikian si Penerima Titipan (Pemilik Toko Sahabat)


berkewajiban untuk mengganti bahan pokok yang rusak tersebut, sehingga pada
saat pengembalian titipan jumlah bahan pokok tersebut adalah sebanyak jumlah
yang dititipkan oleh si Pemilik Toko (Toko Kerabat).

2. Upaya penyesaian sengketa yang bisa dilakukan oleh kedua belah pihak, antara
lain dengan melalui :

 Konsultasi.
 Negosiasi.
 Konsiliasi.
 Mediasi.
 Arbitrase.

Sumber : BMP HKUM 4402

Anda mungkin juga menyukai