Anda di halaman 1dari 34

PENGANTAR HUKUM

BISNIS
Sudiyana
KUHPerdata (burgerlijk wetboek)
1. Buku I : perihal orang (van personen),
2. Buku II : perihal benda ( van zaken ) . dalam KUHP pasal 499 , yang
dinamakan kebendaan ialah , tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak , yang
dapat dikuasai oleh hak milik,
3. Buku III : perihal perikatan (van verbintennissen), yang memuat hukum
harta kekayaan yang berkenaan dengan hak-hak kewajiban yang berlaku
bagi orang-orang atau pihak tertentu.
4. Buku IV : perihal pembuktian dan kadaluarsa atau lewat waktu (van
bewijsen verjaring ), yang memuat perihgal alat-alat pembuktian dan
akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

11/22/2023 HUKUM BISIS 2


Pengertian Perjanjian

■ Pasal 1313 KUHPerdata


■ Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari
peristiwa ini, timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang
atau lebih yang disebut Perikatan yang di dalamya terdapat hak
dan kewajiban masing-masing pihak.
PRESTASI
■ Perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum yang di lakukan oleh dua orang
atau lebih yang memiliki akibat hukum atas hak dan kewajiban bagi para
pembuatnya.
■ Dalam suatu Perjanjian meliputi kegiatan (prestasi):
1. Menyerahkan sesuatu, misalnya melakukan pembayaran uang;
2. Melakukan sesuatu, misalnya melakukan suatu pekerjaan; dan
3. Tidak melakukan sesuatu, misalnya hari Minggu adalah hari libur, maka
pekerja boleh tidak bekerja
Syarat Sahnya Perjanjian

■ Pasal 1320 KUHPerdata, Syarat sah perjanjian ada 4 (empat) terdiri dari:
1. Syarat subyektif (menyangkut para pembuatnya; Tidak dipenuhinya syarat
dibawah ini, mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan (voidable).
1. Adanya kesepakatan para pihak
2. Adanya kecakapan bertindak dari pihak
2. Syarat objektif, Tidak dipenuhinya syarat dibawah ini, mengakibatkan
perjanjian batal demi hukum (null and void).
1. Ada obyek
2. Ada kausa halal
1. Adanya kesepakatan (Pasal 1321 - 1328 KUHPerdata)

■ Supaya perjanjian menjadi sah maka para pihak harus


sepakat terhadap segala hal yang terdapat di dalam
perjanjian dan memberikan persetujuannya atau
kesepakatannya jika ia memang menghendaki apa yang
disepakati.
■ Dalam preambule perjanjian (sebelum masuk ke pasal-
pasal), biasa tuliskan sebagai berikut "Atas apa yang
disebutkan diatas, Para Pihak setuju dan sepakat hal-hal
sebagai berikut:"
Setuju dan Sepakat
■ Pencantuman kata-kata setuju dan sepakat sangat penting
dalam suatu perjanjian. Tanpa ada kata-kata ini (atau
kata-kata lain yang bermaksud memberikan ikatan atau
setuju saja atau sepakat saja), maka perjanjian tidak
memiliki ikatan bagi para pembuatanya.
■ Setuju dan sepakat dilakukan dengan penuh kesadaran di
antara para pembuatnya, yang bisa diberikan secara lisan
dan tertulis.
Pasal 1321 KUHPerdata, Perjanjian
dianggap cacat.
■ Suatu perjanjian dianggap cacat atau dianggap tidak ada apabila:
1. mengandung paksaan (dwang), termasuk tindakan atau
ancaman atau intimidasi mental.
2. mengandung kekhilafan/kesesatan/kekeliruan(dwaling),
bahwa salah satu pihak memiliki persepsi yang salah
terhadap subyek dan obyek perjanjian.
3. mengandung penipuan (bedrog), adalah tindakan jahat yang
dilakukan salah satu pihak, misal tidak menginformasikan
adanya cacat tersembunyi.
2. Adanya kecakapan bertindak
(Pasal 1329 - 1331 KUHPerdata)

■ Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang adalah


cakap untuk membuat perjanjian, kecuali apabila menurut undang-
undang dinyatakan tidak cakap.
■ Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang yang
tidak cakap untuk membuat perjanjian, yakni
1. Orang yang belum dewasa (dibawah 21 tahun, kecuali yang
ditentukan lain)
2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele or
conservatorship); dan
3. Perempuan yang sudah menikah
Subyek Hukum, Kecakapan bertindak
■ Berdasarkan pasal 330 KUHPerdata, seseorang dianggap dewasa jika dia telah
berusia 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi telah menikah.
■ Berdasarkan pasal 47 dan Pasal 50 Undang-Undang No 1/1974 menyatakan bahwa
kedewasaan seseorang ditentukan bahwa anak berada di bawah kekuasaan orang tua
atau wali sampai dia berusia 18 tahun.
■ Berkaitan dengan perempuan yang telah menikah, pasal 31 ayat (2) UU No. 1
Tahun 1974 menentukan bahwa masing-masing pihak (suami atau isteri) berhak
melakukan perbuatan hukum.
■ Selain itu khusus suami istri, mohon diperhatikan juga apakah dalam perkawinan
terdapat perjanjian pisah harta.
■ Notes: Maka dari itu, di dalam suatu perjanjian, terhadap pribadi individu para
pihak, dicantumkan Nomor KTP, yang membuktikan kecakapan pihak untuk
membuat suatu perjanjian.
■ Apabila pihak tersebut adalah badan hukum misal PT, maka Direktur PT sebagai
orang yang mewakili PT dalam tindakannya melakukan kepengurusan.
Syarat Obyektif (menyangkut obyek
perjanjian).
■ Tidak dipenuhinya syarat dibawah ini, mengakibatkan perjanjian
batal demi hukum (null and void).

3. Hal tertentu (Pasal 1332 - 1334 KUHPerdata)


– Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa suatu perjanjian
harus mempunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling
sedikit dapat ditentukan jenisnya. Suatu perjanjian harus
memiliki objek tertentu dan suatu perjanjian haruslah
mengenai suatu hal tertentu (certainty of terms), berarti
bahwa apa yang diperjanjikan, yakni hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Barang yang dimaksudkan dalam
perjanjian paling sedikit dapat ditentukan jenisnya
(determinable).
4. Sebab yang halal (Pasal 1335 - 1337
KUHPerdata)
■ Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya
kausa hukum yang halal. Jika objek dalam perjanjian itu
illegal, atau bertentangan dengan kesusilaan atau
ketertiban umum, maka perjanjian tersebut menjadi batal.
■ Sebagai contohnya, perjanjian untuk membunuh
seseorang mempunyai objek tujuan yang illegal, maka
kontrak ini tidak sah
Syarat kausa halal
■ Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah
adanya kausa hukum yang halal. Jika objek dalam
perjanjian itu illegal, atau bertentangan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum, maka perjanjian
tersebut menjadi batal.
■ Sebagai contohnya, perjanjian untuk membunuh
seseorang, mempunyai objek tujuan yang illegal,
maka kontrak ini tidak sah.
Ketentuan sahnya kausa halal
■ Pasal 1333 KUH Perdata mengatur bahwa "suatu
perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang
yang paling sedikit ditentukan jenisnya".
■ Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian
yang dibuat tanpa sebab atau dibuat dengan sebab yang
palsu atau telarang akan dianggap "tidak mempunyai
kekuatan".
■ Pasal 1337 KUH Perdata. Pperjanjian tidak boleh
melanggar kesusilaan atau ketertiban umum;
– jadi Untuk "sebab yang halal", kontrak yang dibuat
harus sesuai dengan hukum berlaku.
ASAS-ASAS PERJANJIAN
1. Asas konsensualisme

■ Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau


kesepakatan dari pihak-pihak yang membuat perjanjian.
■ Dengan asas konsensualisme, perjanjian dikatakan telah
lahir jika ada kata sepakat atau persesuaian kehendak di
antara pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak
memerlukan sesuatu formalitas.
■ Berdasarkan asas konsensualisme itu, dianut paham
bahwa sumber kewajiban kontraktual adalah bertemunya
kehendak (convergence of wills) atau konsensus para
pihak yang membuat kontrak.
2. Asas Kebebasan Berkontrak

■ Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan, bahwa semua perjanjian yang
dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai undang-undang (Pacta Sun Ser
vanda)
■ Dengan asas kebebasan berkontrak orang dapat menciptakan perjanjian-
perjanjian baru menyimpang dari apa yang tidak diatur oleh undang-undang,
tetapi tidak boleh bertentangan dengan apa yang dilarang oleh undang-undang.
– Misal dalam suatu hukum perseroan terbatas, dalam undang-undang
disebutkan bahwa direksi berhak mewakili perseroan (contoh dengan
demikian semua direktur berhak tanda tangan rekening bank PT).
– tetapi dalam anggaran dasar boleh menetapkan hanya direktur utama
saja yang berhak tanda tangan rekening bank PT.
■ Asas ini bersifat universal, yang artinya dapat diterapkan di negara lain dan
memiliki ruang lingkup yang sama.
3. ASAS IKTIKAD BAIK
(GOODFAITH/ TEGOEDER TROUW)

■ Pasal 1338 KUHPerdata


– setiap perjanjian harus dilaksanakan
dengan iktikad baik.
– Pra Kontrak
– Selama kontrak dan
– pasca kontrak
4. Asas Pacta Sun Servanda
■ Bahwa “setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat
bagi para pihak yang melakukan perjanjian.
■ Asas ini menjadi dasar hukum Internasional karena
termaktub dalam pasal 26 Konvensi Wina 1969 yang
menyatakan bahwa “every treaty in force is binding upon
the parties to it and must be performed by them in good
faith” (setiap perjanjian mengikat para pihak dan harus
dilaksanakan dengan itikad baik).
■ SEJARAH KUHD
■ “Code Du Commerce” Perancis 1808.
■ Wetboek van Koophandel (WVK) berlaku 1 Oktober 1838,
WVK meneladani “Code Du Commerce” Perancis 1808.
■ KUHD turunan dari Wetboek van Koophandel Belanda yg
dibuat atas dasar azas konkordasi (Ps. 131 I.S).
■ KUHD Indonesia diumumkan dalam S.1847 No. 23 Tgl 30
April 1847, berlaku 1 Mei 1848.
■ Ps II AP UUD 1945, KUHD masih tetap berlaku di Indonesia.
11/22/2023 HUKUM BISIS 19
Hubungan Hukum Dagang dan Hukum Perdata

■ Pasal 1 KUHD
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku
juga bagi hal-hal yang diatur di dalam Kitab
Undang-Undang ini, sekedar di dalam Kitab
Undang-Undnag ini tidak diatur secara khusus
menyimpang.
■ AZAS “LEX SPECIALIS DEROGAT LEX
GENERALIS”.

11/22/2023 HUKUM BISIS 20


RUANG LINGKUP HUKUM BISNIS

■ PEDAGANG
■ PERUSAHAAN
■ PENGUSAHA DAN PEMBANTU PENGUSAHA
■ HAK & KEWAJIBAN PENGUSAHA
■ BENTUK PERUSAHAAN
■ BUMN, BUMN, BUMDES, BUMS
■ Konsern/perusahaan group
■ LEMBAGA KEUANGAN
■ HAKI
■ ANTIMONOPOLI & PERSAINGAN CURANG
■ KEPAILITAN
11/22/2023 21
Pengertian Bisnis

■ Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris yaitu busy yang


berarti sibuk. Kata busy pada bahasa inggris lama
yakni bisignis yang artinya keadaan dimana seseorang
sibuk “state of being busy“.
■ secara etimologi, bisnis yaitu keadaan dimana individu
atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan
yang dapat menghasilkan laba atau keuntungan.

11/22/2023 22
Istilah Bisnis,

1. Penggunaan singular yang merujuk pada badan usaha, yakni


kesatuan yuridis dan ekonomis yang tujuannya mencari keuntungan.
2. Penggunaan yang lebih luas merujuk pada sektor pasar tertentu,
contohnya bisnis pertanian.
3. Penggunaan paling luas merujuk kepada seluruh kegiatan yang
dilaksanakan oleh suatu komunitas.

11/22/2023 23
Hukum?

■ Hukum bisnis?
– Himpunan peraturan perundangan-undangan, baik tertulis
maupun tidak tertulis, dibuat pejabat yang berwenang
untuk mengatur segala kegiatan bisnis, dengan disertai
sanksi.

11/22/2023 24
2. Pengertian Hukum Dagang
■ Menurut Achmad ichsan.
Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal
dagangan atau perniagaan, dimana mengatur mengenai persoalan
yang ditimbulkan oleh tingkah laku manusia dalam perdagangan
atau perniagaan.
■ Menurut Subekti,
Hukum Dagang ialah hukum yang mengatur hubungan privat
(istimewa) antara orang-orang sebagai anggota masyarakat
dengan suatu badan hukum, diantaranya pemerintahnya sebagai
badan hukum.

11/22/2023 25
Lanjutan………..
■ Menurut Purwo Sucipto:
Hukum dagang adalah Hukum perikatan yang
timbul dalam lapangan perusahaan.
■ CST. Kansil
Hukum Dagang/perusahaan merupakan
seperangkat aturan yang mengatur tingkah laku
manusia yang ikut andil dalam melakukan
perdagangan dalam usaha pencapaian laba.

11/22/2023 26
lanjut
■ Sunaryati Hartono
Hukum ekonomi keseluruhan keputusan yang mengatur
kegiatan perekonomian.
■ Munir Fuady
segala perangkat aturan tata cara pelaksanaan kegiatan
perdagangan, industri, atau kuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau kegiatan tukar menukar barang.

11/22/2023 27
3. Letak Hukum Dagang
■ Buku III KUHPerdata tentang Perikatan
■ Perikatan lahir karena:
1. Undang-undang
2. Perjanjian
3. Putusan Pengadilan.

11/22/2023 28
4. Hubungan Hukum Dagang dan Hukum
Perdata

■ Pasal 1 KUHD
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
berlaku juga bagi hal-hal yang diatur di
dalam Kitab Undang-Undang ini, sekedar di
dalam Kitab Undang-Undnag ini tidak diatur
secara khusus menyimpang.
■ AZAS “LEX SPECIALIS DEROGAT LEX
GENERALIS”.

11/22/2023 29
5. SUMBER HUKUM BISNIS
1. PERATURAN
PERUNDANGA
N

5. 2.
DOKTRI PERJANJIAN/
TRAKTAR
N
BISNI
S

4.
3. KEBIASAAN
YURISPRUDENSI

11/22/2023 30
Perundang-undangan, CONTOH:
1. KUHPerdata: S.1847 No. 23 Tgl 30 April 1847
2. KUHD: S.1847 No. 23 Tgl 30 April 1847
3. UU No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
4. UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-
Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
6. UU No. 42 tah 1999 tentang Fidusia dan PUTUSAN Nomor 18/PUU-XVII/2019
7. UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
8. UU di bidang HKI (UU Hak Cipta, UU Patent, UU Merek, dst)
9. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Tentang Kepailitan Menjadi Undang-undang.
Yurisprudensi
■ Bidang Kepailitian
– Putusan MA No: 889K/Pdt.Sus/2012, kaidah hukum: syarat-syarat permohonan
pailit telahsesuai dengan Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang
No. 4. tahun 1998. yakni hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
pembuktian yang sederhana, dan telah melalui somasi beberapa kali tetap tidak
melakukan prestasi.
■ Bidang Perseroan Terbatas
– Putusan MA No. 74 PK/Pdt.Sus/2009 tanggal 12 Juni 2009, Putusan MA No.
1793K/Pdt/2005, tanggal 17 Maret 2008. Bukti baru (novum) PK 1-PK 5 yang
diajukan Pemohon PK tidak bersifat menentukan dan pertimbangan hakim judex
factie dan Judex Juris (MA) tidak ada kekhilafan hakim karena Termohon PK
bukanlah Pemegang saham PT. Kiani Kertas, sehingga tidak perlu menanggung
kerugian PT.
LITERATUR
■ KUHPerdata Prof. Subekti
■ KUHD Sunaryati Hartono
■ Pengantar Hukum Dagang Buku I Purwosucipto
■ Hukum Dagang, Bentuk-Bentuk Perusahaan ,
Purwosucipto.
■ Hukum Perseroan Terbatas, Rudi Prasetyo
■ Hukum Perusahaan , Yahya Harahap
■ Hukum Akuisisi, Take Over, Munir Fuady
■ Hukum PT Go Public, Nindyo Pramono
litaratur

■ Hukum Pembiayaan, Munir Fuady


■ Hukum Perbankan, Wijanarto
■ Hukum Perbankan, Muhamad Jumhana
■ Hukum Pasar Modal, Sudiyana
■ Hukum Pasar Modal, I Putu Gede Ary Suta
■ Hukum Perlindungan Konsumen, M. Zaini
■ Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, Munir Fuady
■ Hukum HKI, Editor Eddy Damain, Tomy Suryo Utomo,
■ Hukum Kepailitan, Hadi Shubhan
■ Hukum Kepailitan Sutan Reni Sjahdemi.

Anda mungkin juga menyukai