Anda di halaman 1dari 8

STUDY IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU ANAK-ANAK JALANAN DAN PUTUS SEKOLAH


YANG DIBINA LKSA (LEMBAGA KESEJAHTERAAN ANANK )
WALIDAYNA
DILINGKUNGAN TPA (TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR) SAMPAH
KOTA MEDAN

OLEH :
ELITA YUSRA
181804099

POGRAM MAGISTER PSIKOLOGI


UNIFERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2018 – 2019
BAB I

A. Latar Belakang

Perilaku anak-anak jalanan dan putus sekolah di tempat pembuangan akhir

sampah di kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Sumatera Utara.

Anak-anak disana berbaur dengan berbagai tingkatan usia, hidup dialam bebas di

lingkungan kumuh yang keras penuh perebutan adu cepat… siapa kuat dialah

pemenang.

Anak anak usia sekolah yang berada disana sangat mempengaruhi tingkah

laku dan jiwa juga etikanya. Aspek-aspek kejiawaan anak-anak terlanatr dan putus

sekolah itu mempengaruhi tingkah laku dan perilaku anak-anak tersebut kurang

beretika.

Hal. Ini mempengaruhi penulis untuk melakukan penelitian psikologi

langsung hanya berfokus pada upaya melakukan diskusi mengenai psikologi

positif

B. Rumusan Masalah

1. Faktor – faktor yang menyebabkan anak jalanan dan anak putus sekolah

berada di lingkungan TPA Sampah Kota Medan

2. Tujuan LKSA Walidayna berada di TPA Sampah Kota Medan Kelurahan

Paya Pasir
3. Bagaimana LKSA Walifayna membina anak jalanan dan anak putus

Sekolah yang berada di TPA sampah Kota Medan agar berperilaku baik,

sopan santun dan beretika.

C. Tujuan Penelitian

Memenuhi Tugas persentasi study identifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku anak-anak jalanan dan putus sekolah yang dibina LKSA

(Lembaga Kesejahteraan Anak ) walidayna dilingkungan TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) sampah Kota Medan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Psikologi Positif

Psikologi positif secara resmi didirikan oleh Martin E.P. Seligman pada tahun

1998. Seligmen yang waktu itu menjabat sebagai Presiden APA (American

Psychological Assosiation) secara otomatis dinobatkan sebagai bapak Psikologi

Positif. Gagasan mengenai psikologi positif ini muncul ketika Seligman sedang

berkebun dengan anaknya. Kemudian pada liburan musim dingin tahun 1997, dia

bertemu dengan MIhaly Csikszentmihalyi. Kesempatan itupun mereka

pergunakan untuk melakukan diskusi mengenai psikologi positif. Pada awalnya

psikologi membantu semua orang untuk hidup dengan lebih priduktif dan

bermakna. Mengidentifikasi dan memelihara bakat atau potensi manusia namun

setelah perang dunia II yang menimbulkan kesedihan dan trauma bagi seluruh

penduduk dunia, muncul berbagai mental seperti depresi , stress, trauma dll.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia

dalam kehidupan sehari-hari dan selama ini yang kita ketahui, bidang psikologi

selalu menhadapi hal-hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang. Misalnya

penyebab oranng mengalami gangguan jiwa. Mengapa orang bias mengalami

stress dan lain-lain. Yang selalu berhubungan dengan sisi negative seseorang.

Tetapi selama ini kita mengenal yang namanya psikologi positif, yaitu lebih

menekankan apa yang benar/ baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah/

buruk. Sebelumnya psikologi biasanya selalu menekankan apa yang salah apad

manusi, seperti soalan stress, depresi kegelisahan dan lain-lain.


Berfokus terhadap penanganan berbagai masalah bukanlah hal baru dalam

dunia psikologi. Sejak dulu, manusia selalu dipandang sebagai makhluk yang

bermasalah. Sejak awal mula munculany aliran Psikologi (Mashab

Behaviorisme). Manusia dipandang sebagai suatu mekanik yang penuh dengan

banyak masalah. Mashab ini kemudian melihat masalah yang ada pada manusia,

belum lagu dengan mashab psikonalisis yang melihat kenagan masa lalu sebagai

penyebab penderitaan yang ada pada saat ini. Apapun itu psikologi yang

berkembang selama bertahun-tahun lamanya lenih memmedulikan kekuarangan

ketimbang kelebihan yang ada pada manusia. Itulah sebabnya psikologi yang

berkutat pada masalah sering disebut sebagai psikologi negative.

Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti

bahagia, kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati dan sebagainya. Sebelumnya,

psikologi lebih banyak membahas hal-hal patologis dan gangguan-gangguan jiwa,

juga emosi negative, seperti marah, benci, jijik, cemburu dan sebagainya. Dalam

Richard S. Lazarus, disebutkan bahwa emosi positif biasanya diabaikan atau tidak

ditekankan, hal ini tidak jelas kenapa demikian. Kemungkinan besar hal ini karena

emosi negative jauh lebih tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada adaptasi

dan rasa nyaman yang subyektif dibandung melakukan emosi positif. Contohnya

pada saat kita marah, maka ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa superior,

dan sebagainya. Ada suatu penelitian mengatakan marah adalah emosi yang

dipelajari sehingga dia akan cenderung untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikologi positif secara resmi didirikan oleh Martin E.P. Seligman pada tahun

1998. Seligmen yang waktu itu menjabat sebagai Presiden APA (American

Psychological Assosiation) secara otomatis dinobatkan sebagai bapak Psikologi

Positif. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku

manusia dalam kehidupan sehari-hari. Psikologi positif lebih menekankan kepada

apa yang lebih benar/beik pada seseorang dibandingkan apa yang salah/ buruk.

Psikologi positif tidak berkasud mengganti atau menghilangkan penderitaan,

kesemahan atau gangguan (juwa), tetapi lebih kepada menambah khasanah atau

memperkaya serta memanahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia

Psikologi positif membantu menentukan ruang lingkup dan orientasi positif

presektif psikologi yairu pada tingkat individu subjektif dan pada tingkat

masyarakat.

Misi Seligman ialah mengubah paradigma psikologi dari psikologi negative ke

psikologi positif yang berfokus pada kelebihan manusia.


ANALISIS JURNAL PSIKOLOGI

Judul : Study Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Anak-Anak Jalanan Dan Putus Sekolah Yang Dibina Lksa

(Lembaga Kesejahteraan Anank ) Walidayna Dilingkungan Tpa

(Tempat Pembuangan Akhir) Sampah Kota Medan

Nama Penulis : Elita Yusra, S.Pd

Tahun : Januari 2019

A. Latar Belakang

Perilaku anak-anak jalanan dan putus sekolah di tempat pembuangan akhir

sampah di kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Sumatera Utara.

Anak-anak disana berbaur dengan berbagai tingkatan usia, hidup dialam bebas di

lingkungan kumuh yang keras penuh perebutan adu cepat… siapa kuat dialah

pemenang.

B. Masalah / kakus

Bagaimana LKSA Walifayna membina anak jalanan dan anak putus Sekolah

yang berada di TPA sampah Kota Medan agar berperilaku baik, sopan santun dan

beretika.

C. Tujuan Penelitian
Memenuhi Tugas persentasi study identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku anak-anak jalanan dan putus sekolah yang dibina LKSA (Lembaga
Kesejahteraan Anak ) walidayna dilingkungan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah

Kota Medan.

D. Metode

- Menggunakan Model psokologi Positif

E. Tempat Penelitian

Lembaga Kesejateraan Sosial Anak (LKSA) WALIDAYNA di di kelurahan Paya

Pasir Kecamatan Medan Marelan Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai