Anda di halaman 1dari 31

BAB 4

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN


LINGKUNGAN
4.1 ANALISIS SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada
masyarakat pada taraf perencanaan,pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada
taraf perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial
yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta
pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena
dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi,
maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu
diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau
peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah
sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan social juga dilakukan dengan
memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang
beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah
terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat
nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 1
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Pembangunan untuk Kepentingan umum:
 Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah
bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
bangsa, Negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hokum Pihak
yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014:
 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja,
termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan
pembangunan infrastruktur dasar.
 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Nasional
 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender
guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif
gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait
aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional
ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 2
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
ataupun bersifat lintas provinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan
masyarakat pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun
bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun
bersifat lintas kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan
masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta
Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan
masyarakat,pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang
Cipta Karya.

4.1.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembanguan Bidang Cipta Karya Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 3
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral.Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti
adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca
2015,serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Tabel 4. 1 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Bangkalan


N Lokasi Jumlah Kondisi Perma- Bentuk Kebutu-
o. Penduduk Umum salahan Penanganan han Pena-
(1) (2) (3) (4) (5) yang(6)
Sudah (7)
1. Kawas Jml Mata Program /
an ... Pddk:… Pencaharian Kegiatan:…
Kelurah Jml KK: … secara umum: Tahun:….
an … … Bentuk
Kecam Kondisi Penanganan:
atan…. lingkungan: … ….
2. Dst. .. Kondisi hunian

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah
tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa
diplester .
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh
tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 4
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti
sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga
miskin.

Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta
Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter
Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan
Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program
Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

4.1.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya


Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi
berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat
penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,
pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasinkepada masyarakat, terutama
kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya
di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,
usulan serta saran-saran untuk bahan
pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat
persiapan program bidang Cipta Karya,persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan Bangunan

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 5
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan
terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik
pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip
utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk
meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena
dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek Bilamana pemindahan
penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati
manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta
bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru.
Penyediaan lahan,perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang
dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

4.1.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat.
Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat
terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih
singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses
pelayanan tersebut.

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 6
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
4.2 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dalam penyusunan dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya merupakan analisis
yang membahas dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi lokal
masyarakat.

4.2.1 Kemiskinan
Korelasi kemiskinan dengan perusakan lingkungan ditandai dengan aktivitas dan kehidupan
manusia yang sudah melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin hidup melampaui daya dukung
(carrying capacity) sumber daya alam dengan tidak adanya ketidaksamaan pola pemikiran yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya
dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Komunitas miskin umumnya hidup dalam kondisi
lingkungan yang buruk dikarenakan tidak adanya air bersih untuk dikonsumsi, tidak tersedianya
infrastruktur sistem pembuangan sampah dan limbah cair, tidak adanya akses jalan yang dibutuhkan
untuk pelayanan darurat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran, tidak adanya fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang memadai. Beberapa hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Bangkalan
apalagi tingkat kemiskinan yang terjadi semakin meningkat setiap tahunnya.
Faktor yang menyebabkan kemiskinan yaitu pendapatan yang tidak merata, miskinnya straregi
kebijakan pembangunan, kurangnya lapangan pekerjaan, keterbatasan kualitas SDM professional,
rendahnya mobilitas sosial, ketidaksempurnaan pasar, perbedaan akses dalam modal, perbedaan
tingkat pendidikan dan kesehatan dan perbedaan akses terhadap infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Keterkaitan antara isu lingkungan dan kemiskinan pada dasarnya merupakan jaringan hubungan yang
sangat kompleks. Bank dunia mengidentifikasi 3 keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan
dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu:
1. Kesehatan lingkungan (environmental health)  masyarakat miskin sangat menderita jika air,
udara dan tanah dimana mereka hidup mengalami polusi
2. Sumber penghidupan (livelihoods)  masyarakat miskin cenderung untuk sangat tergantung
secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegetasi dan sumber air
terdegradasi maka masyarakat miskinakan merasakan dampak yang cukup signifikan
3. Kerentanan (vulnerability)  masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya
lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 7
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Bentuk dan upaya penanganan penanggulangan kemiskinan agar tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan adalah dengan cara:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, seperti
contohnya dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya
aliran sungai
2. Pemerintah berperan penting dalam memberikan fasilitas air bersih (PAM) kepada masyarakat,
serta pembangunan sanimas, dan TPS 3R yang memadai di daerah pemukiman padat penduduk
3. Memberikan penyuluhan akan bahaya pencemaran lingkungan bagi kesehatan dan kerusakan
lingkungan
4. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala pembangunan cipta
karya yang baik dan layak
5. Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan
barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi yang berdampak positif bagi
kelangsungan hidup pembangunan cipta karya itu sendiri
6. Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan sehingga sesuai dengan
rencana dan tujuannya

4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi Lokal
Masyarakat
Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran
pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga
berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi
yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang
negatif menunjukkan adanya penurunan.
Pada hakekatnya pembangunan proyek-proyek (infrastruktur) yang dilaksanakan pemerintah
dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan menurunkan biaya dalam kegiatan langsung produktif ekonomi serta dapat
memperluas atau meningkatkan pertumbuhan. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di
bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro dapat dilihat dari

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 8
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Salah satu bentuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya adalah bidang Penyediaan Air
Minum (PAM) dimana kebutuhan air merupakan kebutuhan dasar dan pokok bagi manusia. Air yang
layak konsumsi banyak dibutuhkan bagi sektor rumah tangga maupun industri. Oleh karena itu jika
kebutuhan air bersih tidak tercukupi maka secara otomatis akan menurunkan produktivitas sektor
rumah tangga dan industri yang pada akhirnya akan menurunkan output dan berdampak pada
perekonomian melalui penurunan PDRB per kapita.
Selain itu, jika terdapat penambahan pemakaian produksi air bersih oleh rumah tangga maupun
industri akan membawa pengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja ataupun
munculnya usaha-usaha baru di bidang air bersih dan atau industri makanan dan minuman. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa bertambahnya kapasitas air bersih yang selanjutnya akan
memudahkan akses rumah tangga dan industri terhadap layanan air bersih tersebut akan memicu
penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya perekonomian, yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan kesejahteraaan masyarakat.
Sebaliknya dampak langsung dari penggunaan air bersih oleh masyarakat akan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat maka kualitas kesehatan
masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut tentunya akan
berdampak pada peningkatan produktivitas dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan
berdampak secara positif terhadap peningkatan kesejahteraan.

4.3 Analisis Lingkungan


Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang
Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah
sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara
lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)
dan Surat Pernyataan kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 9
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
(SPPLH)”.
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-
prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan
laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan;
peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan
alternatif penyempurnaan kebijakan,rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko
lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,
UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan
UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam
aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan criteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan
iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 10
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyrakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang
program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian
Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:


1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM
adalah karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program.

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 11
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana
dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup.

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten.Koordinasi penyusunan KLHS antar
instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan
berkelanjutan.
Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPIJM. Diagram alir pentahapan pelaksanaan KLHS adalah
sebagai berikut

Sumber: Permen LH No.9/2011


Beberapa identifikasi/kajian yang dilakukan dalam rangka KLHS RPIJM dapat mengutip dokumen KLHS yang
disusun dalam perumusan RTRW
Gambar 4. 1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per
sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan,
kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 12
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu
dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6)
peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok
masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau
dampak terhadap isu-isu tersebut

Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun table 4.6

Tabel 4.5 Kriteria Penapisan Usulan Program/ Kegiatan


Bidang Cipta Karya

Penilaian
No Kriteria Penapisan Kesimpulan:
NoKriteria Penapisan (Signifikan/Tidak)
UraianPertimbangan*
(1) (2) (3) (4)
1. Perubahan Iklim
Kerusakan, kemerosotan,
2. dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati
Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana
3. banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan
dan
lahan,
Penurunan mutu dan
4. kelimpahan sumber daya
alam
Peningkatan alih fungsi
5. kawasan hutan dan/atau
lahan,
Peningkatan jumlah
6. penduduk
miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Peningkatan risiko terhadap
7. kesehatan dan keselamatan
manusia
didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang
ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup.

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak
teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 13
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim
Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat
menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan,dengan ditandatangani oleh
Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-
JM.Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh terhadap kriteria
penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM
didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan,
dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a. Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya
Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS
2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau
program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh public.
4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk
menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan
berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 4.6 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan


Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku Contoh Lembaga
Kepentingan
(1) (2)
Pembuat keputusan a. Bupati/Walikota
Pembuat keputusan
b. DPRD
Penyusun kebijakan, rencana Dinas PU-Cipta Karya
dan/atau program
Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BPLHD
Masyarakat yang memiliki a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian
informasi dan/atau keahlian lainnya
(perorangan/tokoh/ kelompok) Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 14
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
b. Asosiasi profesi
Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutandan
lingkungan hidup

Masyarakat yang memiliki


informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)
d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)
e. Perorangan/tokoh
Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)
f. kelompok yang memiliki data daninformasi
berkaitan dengan SDA

Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga Adat


Masyarakat terkena Dampak
b. Asosiasi Pengusaha
Masyarakat terkena Dampak
c. Tokoh masyarakat
Masyarakat terkena Dampak
d. Organisasi masyarakat
Masyarakat terkena Dampak
e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan,petani
dll)

b. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan


Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut.
2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 4.7 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan


Bidang Cipta Karya

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 15
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Penjelasan Singkat
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
(1) (2)
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air Sumber air bersih yang terdapat di empat
minum kelurahan kawasan perkotaan prioritas terdiri
Contoh: Kekeringan, menurunnya dari PDAM, dan Sumur Bor. Sebagian besar
kualitas penduduk memanfaatkan sumber-sumber`air
air dari pelayanan PDAM untuk keperluan
kehidupan sehari-hari
Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh pada beberapa titik lokasi saluran drainase
infrastruktur yang tidak berfungsi tidak berfungsi dengan optimal dan lancar
maksimal karena beban kapasitas saluran yang sudah
Contoh: pencemaran tanah oleh tidak sebanding dengan debit aliran serta
septictank akibat tersumbat oleh material sampah pada
yang3:bocor,
Isu dampak pencemaran badanterhadap
kawasan kumuh air oleh saluran-saluran
perlu dilakukan penataan dan peningkatan
kualitas lingkungan sarana prasarana misalnya: perkerasan jalan,
Contoh: kawasan kumuh menyebabkan pembuatan conblock, pembuatan talud dan
penurunan kualitas lingkungan lain-lain
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan lingkungan
Contoh: pencemaran air mengurangi
kesejahteraan nelayan di pesisir
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit
Contoh: menyebarnya penyakit diare di
permukiman kumuh

c. Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 4.8 Tabel Identifikasi KRP


No. Komponen kebijakan / Kegiatan Lokasi (Kecamatan /
rencana / program Kelurahan (jika ada))
(1) (2) (3) (4)
1. Pengembangan
Permukiman
1).
2).
2. Dst
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
1).
2).
Dst
3. Pengembangan Air Minum
1).
2).
Dst

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 16
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
4. Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan Permukiman
1).
2).
Dst
d. Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

Tabel 4.9 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di


Suatu Wilayah

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-


Aspek Pembangunan Berkelanjutan**
Komponen
No Bobot
kebijakan, Bobot Sosial Total
rencana dan/atau NoKomponen Ekonomi
program* Bobot
***
kebijakan,
rencana dan/atau
program*
BobotLingkungan
Hidup
Permukiman

Isu 2: Isu 1: Isu 2: Isu 1: Isu 2:


… … … …
(1) NoKomponen …Total
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Pengembangan
Permukiman
1).
2).
Dst
2. Penataan
Bangun-
an & Lingkungan
1).
2).
Dst

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-


Aspek Pembangunan Berkelanjutan**
Komponen
No Bobot
kebijakan, Bobot Sosial Total
rencana dan/atau NoKomponen Ekonomi
program* Bobot
***
kebijakan,
rencana dan/atau
program*
BobotLingkungan

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 17
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Hidup
Permukiman

Isu 2: Isu 1: Isu 2: Isu 1: Isu 2:


… … … …
(1) NoKomponen …Total
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
3. Pengembangan
Air
minum
1).
2).
4. Dst
Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
1).
2).
Dst

Ket: *) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya


**) ditentukan melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat data dan kondisi
eksisting seperti peta, data angka, dll.

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP


Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,dan/atau program untuk
mengembangkan berbagai alternative perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan
berkelanjutan.Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau
program yang dikaji potensial memberikan dampak negative pada pembangunan
berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan
atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternative untuk
menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana,
dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau
bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan .
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana,
dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 4.10 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 18
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
No. Komponen kebijakan, rencana Alternatif
dan/atau program Penyempurnaan KRP
(1) (2) (3)
1. Pengembangan Permukiman
1).
2).
Dst
2. Penataan Bangunan dan
Lingkungan
1).
2).
Dst
3. Pengembangan Air minum
1).
2).
4. Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
1)
2)

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Tabel 4.11 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS


No. Komponen Kebijakan, Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Rencana dan/atau Program Pengintegrasian Hasil KLHS
(1) (2) (3)
1. Pengembangan Permukiman
2. Penataan Bangunan dan
Lingkungan
3. Pengembangan Air minum
4. Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman

Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota,
maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan
lingkungan dalam RPI2-JM.KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran
rencana-program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat
diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH. Tabel 10.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara
KLHS dan AMDAL.

4.3.2 AMDAL,UKL-UPL dan SPPLH


Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 19
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL


2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 20
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a) Rujukan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Peraturan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perundangan ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan
KLHS bidang PU wajib UKL UPL
iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan Wajib AMDAL

b) Pengertian Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
Umum dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang
program. dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan.

c) Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang
pelaksanaan masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
d) Keterkaitan i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
studi RPJM
lingkungan ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang
dengan: berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
resiko lingkungan

e) Mekanisme i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten
pelaksanaan atau program terhadap kondisi lingkungan sebagai penyusun AMDAL

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 21
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
hidup di suatu wilayah; ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL
ii. perumusan alternatif penyempurnaan yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau
kebijakan, rencana, dan/atau program; dan Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu
iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan oleh Tim Teknis.
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi
program yang mengintegrasikan prinsip berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
pembangunan berkelanjutan. kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan
rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan
Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

f) Muatan Studi i. Isu Strategis terkait Pembangunan i. Kerangka acuan;


Lingkungan Berkelanjutan ii. Andal; dan
ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan iii. RKL-RPL.
isu-isu strategis terkait pembangunan Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan
berkelanjutan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana
iii. Alternatif rekomendasi untuk tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.
rencana/program

g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai
program pembangunan dalam suatu wilayah. kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan.

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 22
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau
untuk melakukan perbaikan kebijakan, ketidak layakan lingkungan
rencana, dan/atau program pembangunan ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang
yang melampaui daya dukung dan daya diwajibkan
tampung lingkungan. iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang
ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah tercantum dalam RKL RPL.
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.

i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-


RPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan
sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada
APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi
AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada
anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi
dan kabupaten/kota

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 23
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
j) Partisipasi Masyarakat adalah salah satu komponen dalam Masyarakat yang dilibatkan adalah:
Masyarakat kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen i. Yang terkena dampak;
pelaksanaan KLHS ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
k) Atribut
Lainnya: Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan
a. Posisi

b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif


c. Fokus Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
analisis berkelanjutan
d. Dampak Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas
kumulatif
e. Titik berat Memelihara keseimbangan alam, pembangunan Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
telaahan berkelanjutan
f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya
g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk Sempit, dalam dan rinci
mengarahkan visi dan kerangka umum
h. Deskripsi Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan
proses KRP merupakan proses iteratif dan kontinu akhir
i. Fokus Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan
pengendalia
n dampak

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 24
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
j. Institusi Tidak diperlukan institusi yang berwenang Diperlukan institusi yang berwenang memberikan
Penilai memberikan penilaian dan persetujuan KLHS penilaian dan persetujuan AMDAL

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 25
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL
adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL


No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik
dengan
-sistem Control landfill/sanitary
luas kawasan TPA, atau landfill: > 10 ha
- Kapasitas Total > 100.000 ton
b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau semua kapasitas/
- Kapasitas Total besaran
c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas > 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan
Sampah
terpadu:
- Kapasitas > 500 ton/hari
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas > 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas > 500 ton/hari
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha
d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha
C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang:
- Luas, atau > 2 ha
- Kapasitasnya > 11 m3/hari
b. Pembangunan IPAL limbah domestik,
termasuk
fasilitas penunjangnya:
- Luas, atau > 3 ha
- Kapasitasnya > 2,4 ton/hari
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
- Luas layanan, atau > 500 ha
- Debit air limbah 3
D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer > 16.000 m /hari
dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km
b. Kota sedang, panjang: > 10 km
E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 26
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
- panjang > 10 km
Sumber: Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak
wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan
bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin
dalam tabel 10.10

Tabel 4. 3 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi


Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan
sistem
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk
instansi penunjang:
· Luas kawasan, atau < 10 Ha
· Kapasitas total < 10.000 ton
ii. TPA daerah pasang surut
a. Persampahan · Luas landfill, atau < 5 Ha
· Kapasitas total < 5.000 ton
iii. Pembangunan Transfer Station
· Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah
Terpadu
· Kapasitas < 500 ton
v. Pembangunan Incenerator
· Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
· Kapasitas >Instalasi
i. Pembangunan 50 s.d. <Pengolahan
100 ton/ha Lumpur
Tinja
(IPLT) termasuk fasilitas penunjang
· Luas < 2 ha
b. Air Limbah · Atau kapasitas < 11 m3/hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Domestik/ · Luas < 3 ha
Permukiman · Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah
(sewerage/off-site sanitation system)
diperkotaan/permukiman
· Luas < 500 ha
3
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder
c. Drainase · Panjang < 5 km
Permukaan ii. Pembangunan kolam retensi/polder di
Perkotaan area/kawasan pemukiman
· Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:
· luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 27
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
· Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km
· Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km
· Pedesaan, Panjang : -
iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber
air permukaan lainnya (debit)
· Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps
· Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps
iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap
· Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps
v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
· Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara
SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
· Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah


tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
e. Pembangunan kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
Gedung gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah
yang melintasi prasarana dan atau sarana
umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 28
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau
di
atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000
m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk
kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2
s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 29
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),
misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
· Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
· Luas kawasan: < 10 ha
f. Pengembangan ii. Pengembangan kawasan permukiman baru
sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal
kawasan pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks
permukiman transmigrasi,
baru fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
· Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
· Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan permukiman baru
dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan
Siap
Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)
· Jumlah hunian:
i. Penanganan kawasan< 500 unitdirumah;
kumuh perkotaan
dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan
dasar (basic need) pelayanan infrastruktur,
tanpa pemindahan penduduk;
g. Peningkatan · Luas kawasan: < 10 ha
ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil,
kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
Kualitas
Permukiman · Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk
meningkatkan ekonomi lokal (penanganan
kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat
pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat
pertumbuhan DPP)
· Luas kawasan: < 10 ha
i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan
h. Penanganan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang
dilakukan dengan pendekatan peremajaan
Kawasan kota
Kumuh (urban renewal), disertai dengan
Perkotaan pemindahan
penduduk, dan dapat dikombinasikan
dengan
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen
UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 30
Kabupaten Bangkalan 2019-2024
Tabel 4. 4 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan
pada Program Cipta Karya

No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengembangan 17 Kecamtan √
Permukiman
1).
2).
Dst
2. Penataan Bangunan Kp. Nelayan √
dan Lingkungan Bandaran dan
1). Kp. Nelayan
2). Lebak,
Dst Kp.
Jangkebuan dan
Kp. Kranan
Kp. Kauman dan
Kp. Kejawan

3. Pengembangan Air √
minum
1).
2).
4. Pengembangan
Penyehatan Lingkungan
Permukiman
1)
2)

LAPORAN AKHIR
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) IV - 31
Kabupaten Bangkalan 2019-2024

Anda mungkin juga menyukai