Anda di halaman 1dari 3

Apakah bisa dijelaskan secara detail mengenai terapi non farmakologi untuk penyakit Parkinson?

(misalnya terapi fisik ringan yang seperti apa yang dimaksud?) Apakah hanya problem medik
Parkinson saja yang diberikan terapi non farmakologi? Bagaimana dengan problem medik
lainnya?

Jawaban :

Terapi Perubahan Gaya Hidup, Nutrisi, serta Latihan Fisik

Perubahan gaya hidup harus dimulai sedini mungkin dan diterapkan selama menjalani
terapi parkinsonism karena dapat meningkatkan ADL, gaya berjalan, keseimbangan, dan
Kesehatan mental. Intervensi yang paling umum dilakukan adalah menjaga nutrisi, kondisi fisik,
dan interaksi sosial. Modifikasi pola makan dapat mengatasi konstipasi, mual, tidak teraturnya
absorpsi obat, dan meminimalkan risiko hilangnya berat badan. Pasien harus menjalani diet
seimbang dan dapat mengkonsumsi multivitamin harian bila pasien tidak makan dengan baik.
Terapi berbicara dapat membantu dalam menelan dan kemampuan berbicara. Program latihan
dan memperbanyak aktivitas di siang hari dapat meminimalkan terjadinya tidur siang yang
berlebihan, sehingga membuat tidur malam menjadi nyenyak. Pasien parkinsonism harus
didorong untuk melakukan peregangan, penguatan, dan latihan keseimbangan. Terapis dapat
mengajari pasien kemampuan yang dapat meningkatkan pergerakan dan mengurangi resiko
jatuh. Terapi pekerjaan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk tetap aktif.
Dengan menjaga interaksi social, dapat membantu keseluruhan menjadi baik. Oleh karena itu,
pasien harus melawan cobaan mundur dari aktivitas (Wagner, 2008).

Tidak hanya penyakit Parkinson saja yang di berikan terapi non farmakologi tetapi problem
medik hipertensi dan kolesterol juga perlu mendapatkan terapi non-farmakologi seperti

- Terapi Non-Farmakologi Hipertensi

Pada hipertensi essensial ringan, penggunaan asupan garam dan upaya penurunan berat
badan dapat digunakan sebagai Langkah awal pengobatan hipertensi. Anjuran pengurangan
asupan garam sebanyak 60 mmol/hari, berarti tidak ada penambahan asupan garam waktu
makan, memasak tanpa garam, menghindari penggunaan makanan yang sudah diasinkan,
menggunakan mentega yang bebas garam, merupakan pengurangan garam dengan ketatdan akan
mempengaruhi kebiasaan makan penderita secara drastis, sehingga hal ini akan sulit
dilaksanakan (Soeparman, 1990: 213).

Pengobatan non farmakologis yang lain, yaitu menghindarkan faktor risiko seperti
merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, dan stress. Merokok dapat meningkatkan tekanan
darah, walaupun pada beberapa survei didapat pada kelompok merokok, tekanan darahnya lebih
rendah daripada kelompoook yang tidak merokok. Alcohol diketahui dapat meningkatkan
tekanan darah, sehingga menghindari alcohol berarti menghindari kemungkinan hipertensi.
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer, sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Dengan olahraga, akan timbul perasaan santai, dapat menurunkan berat badan,
sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Soeparman, 1990:214).

- Terapi Non-Farmakologi Kolesterol

Terapi non-farmakologi terdiri dari Terapi Nutrisi Medis. Pasien dengan penyakit
dislipedimia dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak trans tidak jenuh
sampai < 7-10% total energi. Penggantian makanan sumber kolesterol dan lemak jenuh dengan
makanan alternatif lainnya misal produk susu rendah lemak. Pasien disarankan mengkonsumsi
makanan padat gizi (sayuran, kacang-kacangan, dan buah) serta dianjurkan untuk menghindari
makanan tinggi kalori (makanan berminyak dan soft drink) konsumsi makanan suplemen
contohnya asam lemak omega 3, makanan tinggi serat dan sterol. Meskipun begitu, upaya
perubahan pola diet harus dilakukan secara bertahap (Sugiarto, 2015).

Terapi non farmakologis lainnya yang dapat dilakukan yakni, Aktivitas Fisik yang
dianjurkan merupakan program Latihan yang mencakup setidaknya 30 menit aktivitas fisik
dengan intensitas sedang (menurunkan 4-7 kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu, dengan
pengeluaran minimal 200 kkal/hari. Kegiatan yang disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda,
dan berenang. Tujuan aktivitas fisik harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau beberapa sesi
sepanjang rangkaian dalam sehari (minimal 10 menit). Bagi beberapa pasien, beristirahat selama
beberapa saat disela aktivitas penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal 2 hari seminggu
(Sugiarto, 2015)
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sugiarto., Asman, M., 2015. Panduan Pengelolaan Dislipidemia Indonesia, p. 25-26.

Wagner, M.L., 2008). Parkinsonˈs Disease. In: Chisholm-Burns, M.A., Wells, B.G.,
Schwinghammer, T.L., Malone, P.M., P.M., Kolesar, J.M., Rotschafer, J.C., Dipiro, J.T.
Pharmacotherapy: principles & practice. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai