Anda di halaman 1dari 12

Efek Obat Terhadap Status Gizi

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Interaksi Obat dan Makanan

Dosen:

Dhigna Luthfiyani Citra P, S.Farm, MSc, Apt

Disusun oleh:

Nizma Assafarina Fatihah 1710714037

Salsabila Putri Alliansyah 1710714038

Riana Thasya Paramita 1710714039

Javiera Putri Motali 1710714041

Tri Arina Hanura 1710714044

Wilda Khairunnisa 1710714066

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
1) Obat yang diberikan untuk gangguan mental dan diabetes yang berhubungan
dengan penambahan berat badan. Bagaimana efek samping membahayakan
pengobatan pada populasi ini?

 Gangguan Mental

Antipsikotik adalah golongan obat yang digunakan dalam penanganan gangguan


mental untuk mengendalikan dan mengurangi gejala Dokter dapat memberi obat
ini pada pasien yang mengalami gangguan bipolar, skizofrenia,
gangguan kecemasan, atau depresi. Antipsikotik memang tidak bisa
menyembuhkan penyakit gangguan mental. Kendati demikian, obat ini dapat
membantu mengendalikan gejala yang muncul atau menurunkan tingkat
keparahannya. Antipsikotik merupakan obat yang harus digunakan berdasarkan
resep dokter. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, atau suntik.

Terdapat dua jenis golongan antipsikotik yang dikenal, yaitu tipikal dan atipikal.
Antipsikotik atipikal merupakan obat generasi baru atau generasi kedua. Obat ini
memiliki efek samping pada otot dan saraf yang lebih ringan dibanding
antipsikotik generasi pertama, tetapi cenderung menimbulkan kenaikan berat
badan dan gangguan seksual. Obat antipsikotik atipikal juga diduga dapat
menimbulkan diabetes. Contoh-contoh obat antipsikotik atipikal adalah
aripiprazole, clozapine, olanzapine, quetiapine, dan risperidone:

1. Aripiprazole

Merek dagang Aripiprazole: Abilify Discmelt, Abilify Oral Solution, Abilify


Tablet, Arinia, Aripi, Ariski

 Intramuskular
Dewasa: 9,75 mg dosis tunggal. Dapat diulangi setelah 2 jam, dengan dosis
maksimal 30 mg/hari dan 3 kali suntik.
Lansia: Dosis dikurangi sesuai anjuran dokter.

 Minum
Kondisi: Skizofrennia
Anak-anak ≥ 15 tahun: 2 mg untuk dua hari, ditingkatkan setiap 2 hari
sampai mencapai dosis 10 mg/hari. Dosis maksimal 30 mg/hari.
Dewasa: 10-15 mg satu kali setiap hari. Dosis ditingkatkan setiap 2 minggu
sampai mencapai dosis 15 mg/hari. Dosis maksimal: 30 mg/hari.
Lansia: Dosis awal dikurangi sesuai dengan anjuran
dokter.Kondisi: Gangguan bipolar
Anak-anak ≥13 tahun: 2 mg untuk dua hari, ditingkatkan setiap 2 hari
sampai mencapai dosis 10 mg/hari. Dosis maksimal 30 mg/hari.
Dewasa: 15 mg, satu kali setiap hari. Dosis dapat ditingkatkan setiap 2
minggu sampai 30 mg/hari.
Lansia: dosis awal dikurangi sesuai anjuran dokter

2. Clozapine

Merek dagang Clozapine: Clorilex, Clozapin ika, Clozapine OGB Mersi,


Luften, Sizoril

 Minum
Dewasa: 12,5 mg satu-dua kali sehari. Dosis ditingkatkan setiap hari sampai
mencapai 300 mg/hari. Dosis Maksimal: 900 mg/hari.
Lansia: 12,5 mg pada hari pertama dan ditingkatkan perlahan sesuai dengan
anjuran dokter.
Penderita psikosis pada pasien penyakit Parkinson: 12,5 mg sebelum
tidur. Dosis ditingkatkan tiap seminggu 2 kali sampai mencapai 25-37,5
mg/hari. Dosis maksimal: 100 mg/hari

3. Olanzapine

Merek dagang Olanzapine: Onzapin, Remital, Zyprexa

 Intramuskular
Dewasa: 5-10 mg, dapat diulang setiap 2 jam bila dibutuhkan. Dosis
maksimal 20 mg/hari dan 3 suntikan per hari.

 Minum
Dewasa: 10-15 mg/hari. Dapat diturunkan atau ditingkatkan dengan dosis 5-
20 mg/hari.

4. Dll
Salah satu efek samping dari antipsikotik jenis atipikal ialah akathisia. Akathisia
adalah suatu gangguan pergerakan di mana terdapat gerakan yang dilakukan
terus-menerus tanpa istirahat. Ini merupakan efek samping dari obat
antipsikotik yang digunakan untuk mengobati gangguan kesehatan mental,
seperti gangguan bipolar, skizofrenia, dan depresi berat. Gejala utama akathisia
adalah perasaan gelisah dan dorongan tidak terkendali untuk bergerak. Gejala
lainnya berupa rasa tidak sabar, panic, dan mudah marah. Karena adanya rasa
gelisah dan dorongan yang tidak terkendali untuk bergerak, umumnya penderita
akathisia akan melakukan gerakan berulang seperti:

1. Berjalan mondar-mandir.

2. Mengayun-ayunkan tangan dan seluruh tubuh, baik sambil berdiri atau


duduk.

3. Memindahkan beban badan dari satu kaki ke kaki lainnya (ketika berdiri).

4. Menyeret kaki sambil berjalan.

5. Mengangkat lutut seperti sedang baris-berbaris.

6. Mengulurkan kaki atau mengayunkan kaki sambil duduk.

Obat-obatan yang dapat menyebabkan efek samping berupa akathisia adalah jenis
obat antipsikotik, antara lain chlorpromazine, fluphenazine, haloperidol, dan
aripiprazole.

 Diabetes

Obat diabetes umumnya berperan mengontrol kadar gula darah dalam


tubuh dengan membuat tubuh melepaskan insulin lebih banyak atau membuat
tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Adaptasi tubuh terhadap obat ini dapat
meningkatkan berat badan, terutama pada masa-masa pemakaian awal. Obat-
obatan tersebut dapat termasuk ke dalam golongan insulin, glimepiride,
glyburide, glipizide, repaglinide, nateglinide dan pioglitazone.
Pada penderita diabetes, mengendalikan gula darah adalah hal yang sangat
penting. Terapi insulin seringkali digunakan karena sangat bermanfaat ketika
perawatan lain tidak cukup efektif atau berbahaya bagi pasien dengan kondisi
tertentu. Biaya terapi insulin sangat bervariasi. Tapi, terapi insulin dengan biaya
rendah biasanya menyebabkan penambahan berat badan. Di satu sisi, kenaikan
berat badan adalah tanda bahwa insulin berfungsi, di mana tubuh memanfaatkan
gula, lemak, dan protein secara lebih efektif dan mampu menyimpan nutrisi.
Biasanya, nafsu makan meningkat ketika gula darah berada di level tinggi. Ini
adalah gejala utama kondisi diabetes.

2) Kafein, alkohol, dan nikotin berhubungan dengan penurunan berat badan.


Diskusikan penelitian yang menunjukkan dan dimana penelitian penambahan
dibutuhkan.
 Kafein

Dalam penelitian Phung et al, Lima belas studi (n=1243 pasien) memenuhi kriteria
inklusi. Dalam analisis-meta, GTCs pada teh hijau dengan kafein penurunan BMI (-0,55;
95% CI: -0,65, -0,40), berat badan (-1,38 kg; 95% CI: -1,70, -1,06), dan lingkar pinggang (-
1,93 cm; 95% CI: -2,82, -1,04 ).GTC dengan konsumsi kafein juga secara signifikan
menurunkan berat badan (-0,44 kg, 95% CI: -0,72, -0,15) bila dibandingkan dengan kontrol
yang bebas kafein.

Bukti-bukti epidemiologi telah menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi teh dari rata-
rata 434 ml/hari selama 10 tahun dikaitkan dengan persentase lemak tubuh lebih dan lingkar
pinggang rendah daripada tidak minum teh . Dari peminum teh, mayoritas (>90%)
minum teh hijau, awalnya menunjukkan bahwa GTCs memiliki peran dalam penurunan
berat badan. Penurunan berat badan karena GTCs mungkin hasil dari pengeluaran energi
meningkat dan oksidasi lemak. Pada pria sehat dilengkapi dengan ekstrak teh hijau yang
mengandung EGCG 270 mg dan 150 mg kafein, pengeluaran energi meningkat secara
signifikan sebesar 4% dibandingkan dengan kafein saja, dan oksidasi lemak adalah 41%
untuk teh hijau dibandingkan dengan 33% untuk kafein saja (P< 0,01 untuk kedua) (Phung,
2010).

 Alkohol

Belum ada penelitian yang mengatakan alkohol dapat menurunkan berat badan, namun,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan kebiasaan mengonsumsi alkohol juga dapat
menyebabkan berat badan turun drastis secara tidak sehat.
 Nikotin

Dalam penelitian Devi Merry Kristina Sinaga mengatakan, Dampak nikotin dalam nikotin
dapat menurunkan berat badan meningkatkan laju metabolisme sebanyak 10% dalam 24 jam
dan menurunkan nafsu makan. Akibat paparan jangka panjang nikotin, kadar GABA yang
berfungsi meningkatkan nafsu makan pun menurun pada tubuhperokok, sehingga nafsu
makan perokok berkurang (Benowitz, 2010).

3) Banyak obat dikaitkan dengan perubahan persepsi rasa. Diskusikan berbagai


perawatan untuk mengatasi masalah ini

Obat-obat yang mengubah persepsi rasa memberikan efek samping gejala:

 Hipogeusia, yaitu penurunan kemampuan untuk merasakan berbagai rasa. Seseorang


yang mengalami gangguan ini masih bisa merasakan rasa makanan, tapi kepekaannya
berkurang.

 Ageusia, yaitu kondisi di mana seseorang tidak bisa merasakan rasa apapun dari
makanan yang dimakannya.

 Disgeusia, yaitu gangguan indra pengecapan yang menyebabkan seseorang merasakan


perubahan rasa seperti tengik, rasa aneh lainnya

 Phantageusia, yaitu kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak ada dalam mulutnya
seperti rasa logam,

Seseorang yang sedang mengonsumsi obat-obatan untuk mengobati suatu penyakit bisa
merasakan mulut yang terasa pahit, terutama pada pasien berusia lanjut. Biasanya tim medis
menyiasati dengan memberikan cairan yang telah ditambah garam atau gula sebagai asupan
dan penetral dari mulut yang terasa pahit. Obat-obatan yang dapat menimbulkan rasa pahit di
mulut diantaranya antibiotik, obat untuk penyakit jantung dan pengontrol tekanan darah, obat
antijamur, kortikosteroid, obat kemoterapi, obat penstabil mood dan antipsikotik, hingga
suplemen tertentu seperti tablet zat besi.

Untuk membantu mengurangi mulut yang terasa pahit dapat berkumur dengan air,
menyikat seluruh bagian dalam mulut menggunakan pasta gigi, berkumur menggunakan 
mouthwash, minum banyak air, mengunyah permen karet bebas gula, dan menghentikan
kebiasaan merokok. Cara mengatasi efek obat antibiotik dengan persepsi rasa yaitu:

1. Konsumsi Makanan Hambar

Untuk mengatasi efek samping obat antibiotik seperti diare, mual, dan muntah,
dianjurkan untuk hanya mengonsumsi makanan tawar selama mengonsumsi antibiotik
dan beberapa waktu setelah menghabiskannya. Makanan ini termasuk biskuit cracker
tawar, roti tawar, nasi putih, dan lain sebagainya. Makanan hambar mudah dicerna dan
memberikan waktu bagi saluran pencernaan untuk beristiharat, sehingga bisa lebih ceat
pulih dari pengaruh kuat antibiotik. Hal ini penting karena antibiotik merusak bakteri
yang buruk sekaligus yang baik untuk pencernaan. Jika tetap mengonsumsi makanan
yang manis, pedas, atau terlalu berasa lainnya, bisa jadi akan lebih lama mengalami
diare, mual, dan muntah karena saluran pencernaan Anda tidak mampu mencerna
makanan dengan baik.

2. Minum Banyak Air

Untuk mengatasi keluhan mulut kering akibat penggunaan obat dan dampak
kekurangan cairan akibat diare atau muntah-muntah, sebaiknya banyak minum air.
Minumlah lebih banyak air dari pada biasanya sewaktu menghadapi efek samping
antibiotik agar menjaga tubuh tetap terhidrasi. Untuk masalah kehilangan cairan yang
lebih parah, minumlah larutan oralit yang mencakup air, gula, dan garam untuk
membantu menggantikan elektrolit yang dibutuhkan tubuh yaitu dengan konsumsi sup
atau jus dari buah-buahan atau sayuran yang mengandung banyak cairan. Di waktu
bersamaan, hindari minuman yang tinggi kandungan gula atau mengandung alkohol atau
kafein, seperti kopi, teh, dan kola, yang justru dapat memperburuk keadaan.
Perawatan seseorang yang mengalami gejala dysgeusia efek samping obat yaitu dengan
air liur buatan dan sunting pilocarpine efek obat-obatan telah dikaitkan dengan sekitar 22%
hingga 28% dari semua kasus dysgeusia. Xerostomia , atau penurunan aliran air liur, dapat
menjadi efek samping dari banyak obat, yang, pada gilirannya, dapat menyebabkan
perkembangan gangguan rasa seperti dysgeusia. Pasien dapat mengurangi efek xerostomia
dengan permen napas, permen karet tanpa gula, atau tablet hisap, atau dokter dapat
meningkatkan aliran saliva dengan saliva buatan atau pilocarpine oral. Air liur tiruan meniru
karakteristik air liur alami dengan melumasi dan melindungi mulut tetapi tidak memberikan
manfaat pencernaan atau enzimatik. Pilocarpine adalah obat kolinergik yang berarti memiliki
efek yang sama dengan asetilkolin neurotransmitter . Asetilkolin memiliki fungsi
merangsang kelenjar ludah untuk secara aktif menghasilkan air liur. Peningkatan aliran air
liur efektif dalam meningkatkan pergerakan rasa ke selera .

Obat-obatan kemoterapi termasuk metotreksat dan doxorubisin adalah penyebab umum


yang dapat memengaruhi lidah mencecap rasa. “Radiasi dan kemoterapi biasanya dapat
menyebabkan mulut kering," kata Jeff Burgess, D.D.S., mantan asisten profesor klinis di
University of Washington School of Dental Medicine. kondisi mulut kering akan membuat
pasien kesulitan mengecap rasa.

Salah satu efek obat kemoterapi dapat menyebabkan disfungsi rongga mulut. Hal
tersebut menyebabkan berbagai gangguan diantaranya adalah mukositis, glositis, gingivitis
kesulitan mengunyah, menelan, berbicara, perdarahan, mulut kering (xerostomia) dan
hilangnya sensasi rasa (hypogeusia dan ageusia). Bila gangguan ini tidak ditangani segera,
maka akan terjadi gangguan keseimbangan nutrisi dan pada akhirnya akan menyebabkan
penurunan kualitas hidup penderita kanker (UKCCSG-PONF, 2006). Tenaga kesehatan
professional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas
untuk menangani berbagai disfungsi rongga mulut akibat kemoterapi. Berdasarkan systematic
review yang dilakkukan oleh peneliti, intervensi penanganan disfungsi rongga mulut
diantaranya adalah oral careyang berkualitas, pemberian agen anti septic, pembersih mulut
(multiagent mouthwashes), agen anti inflamsi, growth factor, cytokine- likeagentserta
berbagai agen alamiah lain yaitu chamomile, kamilosan cair dan madu. Madu dapat
digunakan dalam penanganan disfungsi rongga mulut karena madu memiliki enzim glukosa
oksidase yang akan mengkonversi glukosa menjadi glucoseacid yang akan menghambat
pertumbuhan bakteri. Selain itu madu juga mengandung hidrogen peroksida yang bersifat
sebagai agen antimicroba. Hidrogen peroksida pada madu dapat meningkatkan penyembuhan
disfungsi rongga mulut (Evan & Flavin, 2008).

4) Perubahan pada saluran pencernaan meliputi mual/muntah dan diare/kontipasi.


Obat mana yang memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menyebabkan
efek samping ini dan jenis intervensi apa yang dapat digunakan untuk
menghilangkan gejala-gejala ini?

 Obat yang memiliki kecenderungan lebih tinggi yang dapat menyebabkan efek
mual/muntah adalah onkolitika/ sitistatika, obat Parkinson, digoksin dan sebagai akibat
radioterapi kanker. Muntah dapat diatasi dengan anti mual (antiemetika). berikut obat
antiemetika :

1. Kortikosteroida, a.l. deksametason dan metil prednisolon efektif terhadap muntah yang
diakibatkan oleh sitostatika dan radioterapi. Penggunaannya sering kali bersaan dengan
suatu antagonis serotonin.

2. Dronabinol (marihuana, THC= tertrahydrocanabinoml) efektif dalam dosis tinggi pada


muntah akibat sitostatika (MTX, kombinasi siklofosfamida, adriamisin an fluorurasi).

3. Alizaprida (Litican) digunakan setelah pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.


Khasiatnya berrdasarkan penghambatan refleks muntah secara sentral. Juga bersifat
anksiolitis.

4. Ondansetron ( Zofran, Dantroxal)

Merupakan antagonis reseptor serotonin-3 bekerja antieetik dengan menentang kuat


dengan enentang refleks muntah dari usus halus dan stimulasi CTZ, yang keduanya
diakibatkan oleh serotonin.

 Selain itu ada obat yang memiliki kecenderungan lebih tinggi yang dapat menyebabkan
efek diare seperti digoksin, kinidin, garam Mg dan garam litiu, sorbitol, beta bloker,
perintang ACE, reserpin, sitostatika, dan antibiotik berspektrum luas (ampisilin,
amoksili, sefalospirin, klindamisim, tertrasiklin). Semua obat ini dapat menyababkan
diare “baik” tanpa kejang perut dan pendarahan. Adakalanya juga akibat penyalahgunaan
laksansia dan penyinaran dengan sinar x (radioterapi). Intervensi yang bisa dilakukan
untukmengatasi diare ini dengan memberikan cairan elektrolit atau oralit yang dapat
dibeli di apotek. Cairan ini umum digunakan sebagai pertolongan pertama masalah
buang-buang air. Selain itu dapat diatasi dengan obat obatan seperti :

 Loperamide, obat yang digunakan untuk memperlambat pergerakan pada sistem


pencernaan , khususnya usus. Obat ini memungkinkan lebih banyak cairan yang
diserap oleh tubuh dan membuat feses Anda kembali padat. Minum obat ini sehabis
buang air besar.

 Attapulgite, zat attapulgite bekerja dengan merangsang pencernaan Anda, terutama


usus, dapat menyerap cairan lebih banyak. Sehingga feses Anda tidak cair,
melainkan padat karena cairannya diserap attapulgite. Obat ini bisa diminum setelah
makan. Kemungkinan ada efek samping sembelit dan kembung.

 Sedangkan, obat yang memiliki kecenderungan lebih tinggi yang dapat menyebabkan
efek konstipasi adalah obat antasida, antikonvulsan, antagonis kalsium, diuretik,
suplemen besi, obat untuk penyakit Parkinson, dan antidepresan. Adapun intervensi yang
dapat dilakukan untuk mencegah konstipasi adalah mempercepat gerakan tinja melalui
usus, sehingga penderita bisa buang air besar kembali secara teratur. Penanganan yang
pertama dilakukan adalah dengan mengubah pola makan atau gaya hidup. Perubahan
tersebut meliputi:

 Memperbanyak konsumsi serat dan buah setiap hari, serta lebih sering minum air
putih dan menghindari minuman beralkohol.

 Lebih rutin melakukan olahraga.

 Jangan mengabaikan keinginan buang air besar dan upayakan buang air besar secara
teratur.

Jika penanganan awal tidak memperbaiki kondisi sembelit, terutama jika perut menjadi
nyeri atau kram, serta tidak bisa buang angin atau buang air besar, maka dokter dapat
memberi beberapa jenis obat pencahar yang terdiri dari:
 Obat pencahar osmotik. Pencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus,
sehingga feses akan menjadi lebih lunak dan merangsang usus untuk mendorong tinja
keluar. Contoh obat ini adalah laktulosa dan macrogol.

 Obat pencahar pelembut tinja. Obat ini menarik cairan dalam usus sehingga tinja
menjadi lembut dan mudah dikeluarkan. Contohnya natrium docusate.

 Obat pencahar stimulan. Obat ini akan merangsang konstraksi usus. Beberapa
contoh obat stimulan adalah bisacodyl.

 Suplemen serat. Obat ini menambah massa pada tinja. Contoh obat ini adalah
psyllium, calcium polycarbophil, dan methylcellulose fiber.

 Pelumas, untuk memudahkan pergerakan tinja melalui usus. Contohnya adalah


minyak mineral.

Sementara pada kasus konstipasi kronis, obat yang dapat diberikan salah satunya
misoprostol.

DAFTAR PUSTAKA

Evans, J., & Flavin S. 2008. Honey : A guide for healthcare professionals. British Journal of
Nursing, 17 (15), 24-30

Mita, Nimas. 2017. Jangan anggap remeh gangguan indra pengecap. Diakses pada 18
September 201, dari https://hellosehat.com/

Sutarni, dkk. 2014. Pengaruh systematic oral care dengan madu terhadap disfungsi rongga
mulut akibat kemoterapi pada anak usia 3-12 tahun. Bali: Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana

Wijaya, Cindy, 2018. Cara Mudah Mengatasi Efek Samping Antibiotika. Diakses pada
tanggal 18 September 2019, dari https://deherba.com/
Phung, Olivia. 2010. Effect of green tea catechins with or without caffeine on
anthropometric measures: a systematic review and meta-analysis. Am J Clin Nutr
2010;91:73–81

Benowitz, N. L. 2010. Nicotine Addiction. The New England Journal of Medicine 2010 Jun
17; 362 (24): 2295 – 2303. doi: 10.1056/NEJMra0809890
Tjay, Tan Hoan. 2015. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek
Sampingnya. Jakarta : Gramedia

Willy, Tjin. 2018. Konstipasi: Penyebeb, Diagnosis, Pengobatan. Diakses pada 15


September 2019, dari https://www.alodokter.com/

Joseph, Novita 2019. Diare. Diakses pada 15 September 2019, dari


https://hellosehat.com/

Anda mungkin juga menyukai