Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM II

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


(AKBK 3525)

“PROSES MENELAN PADA PENCERNAAN MANUSIA”

Disusun Oleh:
Putri Wulandari
(2110119220012)
Kelompok VI B

Asisten Dosen:
Muhammad Iqbal Trinajah
Zuhrah Intan Safitri

Dosen Pengampu:
Drs. H. Kaspul, M. Si.
Dra. Hj. Aulia Ajizah, M.Kes.
Riya Irianti, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
SEPTEMBER
2023
PRAKTIKUM II

Topik : Proses menelan pada pencernaan manusia


Tujuan : Untuk mengetahui proses menelan pada pencernaan manusia
Hari/tanggal : Jum’at/ 22 September 2023
Tempat : Laboratorium Biologi Umum PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Piring
2. Sendok
3. Baki
4. Alat tulis
5. Alat dokumentasi
6. Buku penuntun

B. Bahan
1. Pisang
2. Gabin
3. Air mineral

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Membuat bolus gabin kering dengan meremukkan menjadi halus
3. Membuat bolus gabin basah dengan mencampurkan air mineral
secukupnya
4. Membuat bolus pisang dengan menghancurkannya menjadi halus
5. Membuat bolus pisang yang di campur dengan gabin basah
6. Menelan bolus gabin kering dengan posisi normal, kepala terangkat, dan
laring ditahan
7. Menelan bolus gabin basah dengan posisi normal, kepala terangkat, dan
laring ditahan
8. Menelan bolus pisang dengan posisi normal
9. Menelan bolus pisang yang dicampur dengan gabin dengan posisi kepala
terangkat, laring ditahan, dan posisi bungkuk 180 º
10. Memperhatikan proses menelannya apakah mudah atau tidak
11. Mencatat hasil pengamatan
12. Mendokumentasikan kegiatan praktikum.

III. TEORI DASAR


Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang
siap diserap dari saluran pencernaan kedalam sistem sirkulasi, untuk
didistribusikan kedalam sel. Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
(mulai dari mulut sampai keanus) adalah sistem organ dalam manusia yang
energi. Menyerap zat-zat gizi kedalam aliran serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh (Pearce Evelin. C. 2009) (Kaspul, 2023).
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk kedalam organ
pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ
pencernaan melalui proses devekasi. Makanan masuk melalui rongga oral
(mulut) (Kaspul, 2023).
Dalam proses pencernaan makanan ini, maka terdapat beberapa langkah
yaitu proses mestikasi (mengunyah), lalu terjadi proses pemotongan,
perobekan, penggilingan dan pencampuran makanan yang dilakukan pleh
gigi. (Pearce Evelin. C. 2009) (Kaspul, 2023).
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang
memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan
dari rongga mulut kedalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada
deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus
makanan dari rongga mulut sampai kelambung (Kaspul, 2023).
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan Pribadi
No Perlakuan Kemampuan menelan

1 Menelan gabin kering dengan posisi normal --

2 Menelan gabin kering dengan posisi kepala


--
Terangkat
3 Menelan gabin kering dengan posisi laring
-
Ditahan
4 Menelan gabin basah dengan posisi normal ++

5 Menelan gabin basah dengan posisi kepala


++
Terangkat
6 Menelan gabin basah dengan posisi laring
++
Ditahan
7 Menelan pisang dengan posisi normal +

8 Menelan pisang campur gabin basah dengan


+
posisi kepala terangkat
9 Menelan pisang campur gabin basah dengan
+
posisi laring ditahan
10 Menelan pisang campur gabin basah dengan
+
posisi bungkuk (180 derajat)
Keterangan:

++ : sangat mudah

+ : mudah

- : sulit

-- : sangat sulit
B. Tabel Pengamatan Data Kelas
1. Perempuan

Perlakuan

No Nama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Aida Dwi Agnes __ __ __ ++ _ + ++ ++ _ _


1.
Andriani

2. Aulia Irmayanti + + - + + + ++ + + +

__ __ __ ++ + ++ ++ + + +

3. Dhiya Abidah Luthfiyana

4. Elya Agustina _ _ _ ++ ++ + ++ + + +
__ __ __ ++ + + ++ + + +

5. Khairunnisa

6. Khayatun Khasanah + - –- ++ + - + + + +

7. Marniyanti __ _ ++ ++ ++ + + + +

8. Meiliana Widyanor + _ _ ++ + + + _ + _

Nabella Putri Rama + - - - ++ + + ++ + + +


9.
Safitri

__ __ __ ++ + + ++ ++ + +

10. Nisvie Nur Salsabilla


11. Noor Fithri Agustina + - - ++ + + ++ + + +

12. Novita Rahmayanti + -- -- ++ ++ + ++ + - +

13. Nur Azizah _ __ _ ++ _ _ + _ + __

Pramesti Diah Sulistya _ _ _ + ++ + + ++ + _


14.
Maharani

__ __

15. Putri Wulandari _ ++ ++ ++ + + + +

Rany Masriana __ __ __ ++ ++ + ++ + + _
16.
Pandiangan
17. Rif’atul Mahmudah _ __ __ ++ + + ++ + + _

__ __

18. Rudiah Damayanti _ ++ ++ ++ ++ + + +

19. Saajidah __ __ _ ++ + ++ ++ + + +

20. Salma Nida Ulanhar __ __ __ ++ ++ + + + + _

21. Sri Ayu Wahyuni __ __ _ ++ + + ++ ++ ++ ++

__ __ __ ++ + + ++ + + +

22. Sulistiani

23. Upik Ambarwati __ + _ ++ _ + ++ _ __ __


24. Yuli + __ __ ++ + _ ++ + + +

25. Yuliana Norrahma Sari _ __ __ ++ + + ++ + + +

__ __ ++

26. Yulina Safitri _ ++ ++ + + + +

2. Laki-laki

Perlakuan

No Nama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

__ __ _ _ _

1. Muhammad Ilham ++ ++ + + +
Setiyawan
__ __ _

2. M. Nazhief Ramadhan ++ ++ + + + + +

C. Tabel Data Presentase Perempuan


No. Perlakuan Data Perempuan Hasil Persentase %

++ + __ _ ++ + __ _

1. Menelan gabin kering 0 7 5 13 0% 26,92% 19,23 50%


dengan posisi normal %

2. Menelan gabin kering 0 2 6 18 0% 7,70% 23,10 69,23


dengan posisi kepala % %
terangkat

3. Menelan gabin kering 0 0 13 13 0% 0% 50% 50%


degan posisi laring
ditahan

4. Menelan gabin basah 24 2 0 0 92,30 7,70% 0% 0%


dengan posisi normal %

5. Menelan gabin basah 9 14 3 0 34,61 53,85% 11,53 0%


dengan posisi kepala % %
terangkat

6. Menelan gabin basah 6 17 3 0 23,10 65,40% 11,53 0%


dengan posisi laring % %
ditahan

7. Menelan pisang dengan 18 8 0 0 69,23 30,80% 0% 0%


posisi normal %

8. Menelan pisang campur 4 19 3 0 15,40 73,10% 11,50 0%


gabin basah dengan % %
posisi kepala terangkat

9. Menelan pisang campur 1 22 2 1 3,85% 84,62% 7,70% 3,85%


gabin basah dengan
posisi laring ditahan

10. Menelan pisang campur 2 6 17 1 7,70% 23,10% 65,40 3,85%


gabin basah dengan %
posisi bungkuk (180
derajat)

Jumlah 64 97 52 46 245,1 373,19 199,9 176,9


9% % 9% 3%

Maksimal 24 22 17 18 92,30 84,62 65,40 3,85

Minimal 0 0 0 0 0 0 0 0

D. Tabel Data Presentase Laki-Laki

No. Perlakuan Data Laki-Laki Hasil Persentase %


++ + __ _ ++ + __ _

1. Menelan gabin kering 0 0 0 2 0% 0% 0% 100%


dengan posisi normal

2. Menelan gabin kering 0 0 0 2 0% 0% 0% 100%


dengan posisi kepala
terangkat

3. Menelan gabin kering 0 0 2 0 0% 0% 100% 0%


degan posisi laring
ditahan

4. Menelan gabin basah 2 0 0 0 100% 0% 0% 0%


dengan posisi normal
5. Menelan gabin basah 2 0 0 0 100% 0% 0% 0%
dengan posisi kepala
terangkat

6. Menelan gabin basah 0 1 1 0 0% 50% 50% 0%


dengan posisi laring
ditahan

7. Menelan pisang dengan 0 2 0 0 0% 100% 0% 0%


posisi normal

8. Menelan pisang campur 0 2 0 0 0% 100% 0% 0%


gabin basah dengan
posisi kepala terangkat

9. Menelan pisang campur 0 1 1 0 0% 50% 50% 0%


gabin basah dengan
posisi laring ditahan
10. Menelan pisang campur 0 2 0 0 0% 100% 0% 0%
gabin basah dengan
posisi bungkuk (180
derajat)

Jumlah 4 8 4 4 200% 400% 200% 200%

Maksimal 2 2 2 2 100 100 100 100

Minimal 0 0 0 0 0 0 0 0
E. Foto Pengamatan
1. Gabin kering
a. Menelan Gabin Kering Dengan Posisi Normal

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)

b. Menelan Gabin Kering Dengan Posisi Kepala Terangkat

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)

c. Menelan Gabin Kering Dengan Posisi Laring Ditahan

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)


2. Gabin basah
a. Menelan Gabin Basah Dengan Posisi Normal

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)

b. Menelan Gabin Basah Dengan Posisi Kepala Terangkat

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)

c. Menelan Gabin Basah Dengan Posisi Laring Ditahan

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)


3. Pisang
a. Menelan Pisang Dengan Posisi Normal

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)

b. Menelan Pisang Campur Gabin Basah Dengan Posisi Kepala


Terangkat

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)

c. Menelan Pisang Campur Gabin Basah Dengan Posisi Laring


Ditahan

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)


d. Menelan Pisang Campur Gabin Basah Dengan Posisi Bungkuk
(180 derajat)

(Sumber : Dok. Pribadi, 2023)


V. ANALISIS DATA
Pada praktikum kali ini yang berjudul Proses Menelan Pada Pencernaan
Manusia yang bertujuan untuk mengetahui proses menelan pada pencernaan
manusia. Yang dimana bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
pisang, gabin, dan air mineral. Bahan-bahan tersebut sebelum dimakan
dihaluskan terlebih dahulu menggunakan sendok dan air. Bahan-bahan tersebut
dijadikan menjadi beberapa perlakuan yaitu gabin kering, gabin basah, pisang
yang sudah dihaluskan menggunakan sendok, dan pisang yang dicampur
dengan gabin basah.
Menurut Hamzah (2020) Proses menelan adalah peristiwa masuknya
bolus ke dalam organ saluran pencernaan. Proses penelanan merupakan
aktivitas yang terintegrasi dan terkoordinasi, dan melibatkan otot-otot rongga
mulut, seperti: otot palatum, otot faring, dan otot laring. Proses menelan
memerlukan koordinasi dan kontrol yang baik dari saraf kranial dan saraf
servikal. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pernyataan Nayoan (2017)
yang menyatakan bahwa proses menelan adalah suatu aktivitas neuromuskuler
yang kompleks yang meliputi koordinasi yang cepat dari struktur-struktur
dalam kavum oris, faring, laring dan esofagus.
Pada waktu proses menelan, bolus makanan atau cairan akan berjalan
dari mulut ke lambung melalui faring dan esofagus. Untuk proses ini
dibutuhkan sekitar 40 pasang otot dan 5 saraf kranialis. Proses penelanan
terjadi dalam tiga tahap, tahap bukal, tahap faringeal dan tahap esofageal.
Penelanan dimulai dengan kerja otot kerongkongan yang terjadi secara
volunter. Selanjutnya, gerakan otot penelanan akan berubah menjadi
involunter, melalui refleks penelanan. Refleks otot dalam kerongkongan selain
berperan penting pergerakan makanan, ia juga dapat menimbulkan refleks
batuk, muntah, atau tersedak, yang diakibatkan rangsangan sensorik (Hamzah,
2020).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terdapat 10 perlakuan
yang dilakukan yaitu seperti menelan gabin kering dengan posisi normal,
menelan gabin kering dengan posisi kepala terangkat, menelan gabin kering
dengan posisi laring di tahan, menelan gabin basah dengan posisi normal,
menelan gabin basah dengan posisi kepala terangkat, menelan gabin basah
dengan posisi laring di tahan , menelan pisang dengan posisi normal, menelan
pisang campur gabin basah dengan posisi kepala terangkat, menelan pisang
campur gabin basah dengan posisi laring di tahan, dan menelan pisang campur
gabin basah dengan posisi bungkuk (180º). Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Menelan gabin kering dengan posisi normal
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini ialah sangat sulit (--)
karena pada perlakuan ini gabin yang ditelan ialah gabin kering meskipun
sudah dihancurkan tetap terasa sulit untuk menelan. Tekstur gabin yang
kasar dapat menyebabkan batuk atau tersedak jika dipaksan ditelan.
Menurut Hamzah, (2020) refleks otot dalam kerongkongan selain
berperan penting pergerakan makanan, ia juga dapat menimbulkan refleks
batuk, muntah, atau tersedak, yang diakibatkan rangsangan sensorik.
2. Menelan gabin kering dengan posisi kepala terangkat
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini ialah sangat sulit (--),
pada perlakuan kali ini menelan sangat sulit namun tidak sesulit perlakuan
sebelumnya karena posisi leher keatas sehingga membantu proses
penelanan.
3. Menelan gabin kering dengan posisi laring di tahan
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini ialah sulit (-). Hal ini
disebabkan karena tekstur gabin yang kasar dan posisi tubuh yang sulit
untuk menelan, sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk menelan.
4. Menelan gabin basah dengan posisi normal
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini ialah sangat mudah (+
+) karena tekstur gabin tidak sekasar sebelumnya sehingga proses penelanan
pada kali ini tidak sesulit sebelumnya
5. Menelan gabin basah dengan posisi kepala terangkat
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini ialah tergolong sangat
mudah (++) karena pada perlakuan kali ini gabin memiliki tekstur yang
lunak, namun tetap terjadi rekasi tersedak karena posisi penelanan yang
tidak normal.
6. Menelan gabin basah dengan posisi laring di tahan
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini tergolong sangat
mudah (++) karena tekstur gabin yang lunak. Jika dibandingkan dengan
perlakuan gabin kering dengan posisi kepala terangkat perlakuan kali ini
lebih mudah karena memiliki tekstur yang tidak kasar.
7. Menelan pisang dengan posisi normal
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini ialah mudah (+) karena
tektus pisang yang halus dan posisi tubuh yang tegak yang membuat pisang
yang didalam mulut mudah tertelan.
8. Menelan pisang campur gabin basah dengan posisi kepala terangkat
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini ialah mudah (+) karena
mudah larut dan masuk kesaluran tenggorokan yang dibantu kandungan air
yang terdapat pada makanan
9. Menelan pisang campur gabin basah dengan posisi laring di tahan
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini ialah mudah (+) karena
posisi sauluran tenggorokan yang lurus dan dibantu dengan kandungan air
yang terdapat pada makanan sehingga memudakan makanan untuk masuk
ke dalam saluran tenggorokan.
10.Menelan pisang campur gabin basah dengan posisi bungkuk (180º)
Kemampuan menelan pada perlakuan kali ini tergolong mudah (+)
karena tekstur pisang campur gabin basah dan tidak kasar walau dengan
posisi yang bisa dikatakan sulit.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat kita ketahui bahwa tekstur
makan sangat berperan penting dalam proses penelanan. Oleh karena itu dalam
sistem pencernaan terdapat proses mekanik yang dimana makanan sebelum
ditelan dihaluskan terlebih dahulu.
Menurut Hamzah (2020) Secara fisiologis, fungsi pengunyahan pada
manusia antara lain: memotong dan menggiling makanan; memperluas
permukaan partikel makanan; merangsang sekresi saliva dan getah lambung;
mencampur makanan dengan saliva, agar karbohidrat lebih mudah dicerna oleh
amilase saliva; mencegah iritasi mukosa saluran cerna; mempengaruhi
pertumbuhan jaringan mulut; membantu mencerna selulosa; serta menyiapkan
makanan untuk siap ditelan. Pengunyahan sangat diperlukan agar makanan
lebih mudah bergerak, mudah dicerna, dan diserap, tanpa melukai saluran
pencernaan yang dilalui. Pengunyahan merupakan aktivitas senso-motorik.
Proses mengunyah dimulai oleh suatu refleks mengunyah, yaitu
masuknya makanan ke dalam rongga mulut, awalnya menimbulkan inhibisi
refleks otot pengunyahan, sehingga menyebabkan rahang bawah turun.
Penurunan ini kemudian menimbulkan refleks regang pada otot rahang bawah
sehingga menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis
mengangkat rahang bawah dan menimbulkan pengatupan gigi geligi untuk
menekan makanan pada permukaan gigi-geligi, dan selanjutnya akan
menghambat kontraksi otot rahang bawah. Gerakan ini terjadi berulangulang,
sampai makanan menjadi halus dan siap ditelan (bolus).
Makanan dapat dikunyah dengan baik, peranan lidah, pipi dan palatum
sangat penting. kerja otot lidah, pipi dan palatum, makanan yang jatuh dari
permukaan oklusal gigi akan di tempatkan kembali di atas gigi geligi, untuk
selanjutnya dapat dilakukan pengunyahan kembali (Hall, 2016). Selain proses
pengunyahan, lidah juga berperan penting dalam proses penelanan.
Hal tersebut juga sejalan lurus dengan pendapat Hamzah (2020) yang
menyatakan bahwa Selama penelanan, lidah mempunyai peran yang sangat
penting dalam pengontrolan pergerakan makanan, pengumpulan dan
penyortiran makanan serta mengembalikan makanan yang berpartikel besar ke
atas permukaan oklusal gigi untuk dilakukan pengunyahan kembali sampai
makanan menjadi bolus dan siap di telan. Bolus yang terbentuk akan berada di
permukaan oklusal gigi yang diperantarai oleh aktivitas lidah dengan bantuan
m. buccinators. Selama fase slow-opening pada saat pengunyahan, lidah
bergerak ke depan yang bertujuan memperluas permukaan makanan.
Saliva atau air ludah juga berperan penting dalam proses penelanan
karena pada makanan yang bertekstur kasar akan dibantu dihaluskan oleh
saliva atau air liur. Selain itu juga pada saat pengamatan air liur berperan
penting untuk proses penelanan karena saliva menghaluskan tekstur gabin
kering menjadi basah dan membuat gabin mudah untuk ditelan.
Hamzah (2020) berpendapat bahwa Saliva disebut juga air liur/ludah,
yang memiliki peran besar selama pengunyahan, bicara dan menelan serta
mendukung fungsi lain yang terdapat di rongga mulut. Saliva merupakan suatu
komponen penting di lingkungan rongga mulut yang berupa larutan/cairan,
yang banyak mengandung bahan organik dan anorganik. Keberadaan saliva
dalam rongga mulut sangat penting.

VI. KESIMPULAN
1. Proses menelan adalah peristiwa masuknya bolus ke dalam organ saluran
pencernaan.
2. Proses penelanan terjadi dalam tiga tahap, tahap bukal, tahap faringeal dan
tahap esofageal.
3. Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat kita ketahui bahwa tekstur
makan sangat berperan berpengaruh dalam proses penelanan.
4. Selama penelanan, lidah mempunyai peran yang sangat penting dalam
pengontrolan pergerakan makanan, pengumpulan dan penyortiran
makanan serta mengembalikan makanan yang berpartikel besar ke atas
permukaan oklusal gigi untuk dilakukan pengunyahan kembali sampai
makanan menjadi bolus dan siap di telan.
5. Saliva disebut juga air liur/ludah, yang memiliki peran besar selama
pengunyahan, bicara dan menelan serta mendukung fungsi lain yang
terdapat di rongga mulut.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Hall, JE. (2016). Guyton and Hall. Textbook of Medical Physiology. 13th
Ed., Elsevier. Philadelphia.

Hamzah, Z., Indriana, T., Indahyani, D. E., & Barid, I. (2020). Sistem
Stomatognati (Pengunyahan, Penelanan Dan Bicara).
Deepublish.

Kaspul. (2023). Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.


Banjarmasin : CV.Batang.

Nayoan, C. R. (2017). Gambaran Penderita Disfagia Yang Menjalani


Pemeriksaan Fiberoptic Endoscopic Evaluation Of Swallowing Di
Rsup Dr. Kariadi Semarang Periode 2015-2016. Healthy Tadulako
Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 3(2), 47-56.

Anda mungkin juga menyukai