Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL ILMIAH

“ TRADISI AMONG-AMONG DI DESA TALANG BELIDO”

Disusun Oleh : KUKERTA Gel I Posko 70 Desa Talang Belido

1. Wita Aggri Praptiwi


2. Rindi Putriyani
3. Depi Suryani
4. Beni Alhusaini
5. Akhid Waluyo
7. Muhammad
8. M. Wildan
9. Diyan Fasmaun
10. Rd. M. Fajar Husairi
ABSTRAK

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang masih sangat kental dengan budayanya dan
sangat menjunjung tinggi nilai adat istiadat yang ada dan kemudian hal ini menjadi
kebudayaan dari orang Jawa. Salah satu bentuk dari kebudayaan yaitu tradisi atau
kebiasaan yang dilakukan masyarakat dan tidak bisa lepas dari kehidupannya dimana pun
mereka berada. Among-among merupakan salah satu bentuk tradisi yang dilaksanakan oleh
orang Jawa hampir di semua daerah, begitu juga masyarakat di Desa Talang Belido,
Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi yang mayoritasnya suku Jawa. Masih
mengadakan tradisi among-among. Tradisi tersebut biasanya diadakan untuk selametan
selapan ataupun bertambahnya umur
PENDAHULUAN

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, disitulah dibuktikan bahwa sebenarnya budaya itu juga dipelajari.

Setiap budaya yang ada di Indonesia memiliki tradisi masing-masing. Tradisi-tradisi


yang telah ada bukan berarti tidak memiliki makna, melainkan sudah memiliki makna dan
tujuannya yang akan dicapai karena memiliki keinginan bersama antar masyarakat.
Timbulnya tradisi dalam kelompok manusia atau masyarakat dianggap baik oleh masyarakat
itu sendiri dan itu akan menjadi warisan terhadap keturunannya.

Tradisi-tradisi yang turun-temurun inilah yang nantinya lahir menjadi sebuah budaya
yang menjadi identitas suatu masyarakat tertentu. Tradisi-tradisi seperti upacara tradisional,
tari-tarian, lagu-lagu, permainan tradisional serta olahraga tradisional seluruhnya merupakan
warisan leluhur yang harus dilestarikan dan dijaga keberadaannya.

Salah satu contoh masyarakat yang sampai saat ini masih tetap melestarikan tradisi
leluhur adalah masyarakat Jawa. Orang Jawa masih sangat melestarikan tradisi warisan dari
nenek moyang untuk menghormati leluhur dan sebagai penguat nilai-nilai budaya dan adat
istiadat yang ada. Bukan hanya masyarakat Jawa yang ada di pulau asalnya saja yang masih
terus melestarikan atau melaksanakan adat-istiadat ini. Masyarakat Jawa yang ada di Pulau
Sumatera seperti di desa Talang Belido Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
yang berasal dari transmigrasi Jawa Tengah ini juga masih terus melaksanakan tradisi-tradisi
warisan leluhur. Salah satu tradisi yang masih dilaksanakan yaitu “Tradisi Among-among”.

Among adalah istilah Jawa yang merupakan akar kata dari pamong, pamomong dan
momong. Makna dari kata among secara harfiah adalah asuh atau mengasuh. Dalam
khazanah keyakinan masyarakat Jawa, manusia lahir di dunia ini tidak dilahirkan sendirian,
namun ada 4 saudara yang menyertai kelahiran seorang bayi yang biasa disebut sedulur atau
saudara. Keempat sedulur itu adalah kawah (air ketuban) sebagai kakang (kakak), ari- ari
(plasenta) sebagai adhi (adik), getih (darah), tali puser (tali pusar), serta dhiri (tubuh bayi)
sebagai pancer (pusat). Naluri inilah yang hingga saat ini masih diugemi dan diyakini oleh
masyarakat Jawa. Dan bahwa saudara ini hadir menyertai seseorang sejak dalam kandungan,
lahir, hidup, hingga kelak mati.

Secara singkat dapat digambarkan bahwa tradisi among-among adalah tradisi makan
bersama. Cara makannya pun berbeda dengan cara makan kita pada umumnya. Pada tradisi
among-among ini seluruh makanan dimasukkan kedalam satu piring. Didalam piring tersebut
ada nasi, kuluban (sayuran) dengan bumbu urap, daun pakis (daun paku), daun dadap, telur
yang dibelah menjadi beberapa bagian dan lauk pauk lainnya serta bubur yang diletakkan di
sebelah piring tersebut. Di Desa Talang Belido sendiri, masih banyak masyarakat yang
melaksanakan tradisi among-among namun mereka kurang mengerti akan makna dan arti
tradisi among-among itu sendiri.

Dengan adanya artikel ini akan membahas arti dan nilai yang terkandung dalam
proses serta simbol yang digunakan dalam tradisi among-among ini, serta diharapkan kepada
para pembaca agar tetap melestarikan budaya atau tradisi warisan leluhur kita.
Di desa Talang Belido Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, sering
membuat acara untuk merayakan hari kelahiran anak,cucu, atau keluarga, sebagai bentuk rasa
syukur dan do’a atas umur yang telah dianugerahi oleh allah SWT. Tradisi ini diadakan
secara dadakan dengan mengundang tetangga atau warga yang terdekat tanpa dengan
undangan tertulis, melainkan undangan langsung dari sang tuan rumah yang memiliki hajat.
Berdasarkan penjelasan mbah salmah sebagai tetua yang sering memimpin do’a setiap ada
acara peringatan hari kelahiran atau yang disebut dengan among-among, doa yang
dipanjatkan pada acara tersebut biasanya doa tolak balak, dan doa selamat. “ tradisi among-
among ini nduk, sebenarnya tradisi atau budaya orang jawa tengah. Dulunya kan orang sini
ini tinggal dijawa terus pindah ke Sumatra, jadi kebawa sampai sini” ujar mbah salmah.

Secara umum tradisi among-among adalah Tradisi yang dilaksanakan untuk


memperingati hari kelahiran seseorang dalam penanggalan Jawa. Dalam
penanggalan Jawa itu hanya memiliki 5 hari yaitu wage, kliwon, pahing, pon , legi.
Berbeda dengan hari nasional yang biasanya ada 7 (Senin, Selasa, Rabu,
Kamis, Jumat dan Sabtu). Among-among merupakan bentuk wujud rasa syukur
orang tua kepada leluhur.

Among-among biasa dibuat pada saat memperingati hari kelahiran berdasarkan


penanggalan jawa. Artinya, among-among akan dibuat setiap 35 hari sekali. Dalam
penanggalan Jawa, terdapat lima hari pasar, yaitu pon, wage, legi, pahing, kliwon. Hari pasar
ini dikalikan dengan tujuh hari dalam seminggu. Hasilnya adalah 35, atau dikenal dengan
selapan.Among-among merupakan wujud doa untuk seseorang yang masih hidup dan bersifat
individu. Maksudnya adalah jika ada dua orang yang merayakan hari kelahiran sepasar, maka
among-among yang dibuat berjumlah dua. Among-among berasal dari kata 'pamomong'.
Artinya yang 'ngemong', penjaga, pelindung, utusan, pengasuh jiwa raga. Pelindung yang
dimaksud adalah malaikat utusan Tuhan.

Buk Rahmawati sebagai warga setempat menjelaskan, among-among bukan suatu hal
yang wajib diadakan tiap 35 hari sekali. Kuncinya terletak dalam kemampuan seseorang. Jika
tidak mampu membuatkan among-among, maka tidak menjadi masalah. Banyaknya jumlah
komposisi yang diperlukan untuk membuat among-among secara lengkap, kini ada among-
among dalam bentuk sederhana.
Dalam tradisi among-among pun terdapat hidangan-hidangan khas yang memiliki arti atau
filosofi perlambang perwujudan doa kepada sang maha pencipta. Berikut penjelasan sesepuh
setempat mbah sukan mengenai arti dari hidangan dalam tradisi among-among,

- Jenang.

Umumnya, jenang dibuat dari tepung beras atau tepung ketan. Dalam ubo rampe among-
among, jenang biasanya dibuat tiga jenis. Masing-masing jenang memiliki makna filosofis
tersendiri.

Jenang abang (merah) merupakan jenang yang diberi tambahan gula jawa. Biasanya akan
terlihat berwarna kecoklatan sebagai pengganti merah. Jenang ini melambangkan perempuan
atau ibu atau darah merah. Merah tersebut melambangkan darah sebagai gambaran
perjuangan ibu saat melahirkan.

Jenang baro-baro merupakan perpaduan kata babare seko wong loro. Artinya, manusia
lahir hasil dari hubungan badan antara ayah dan ibu. Kedua orangtua adalah perantara adanya
manusia baru. Penjelasan jenang baro-barosedikit menyangkut penjelasan pada jenang abang.
Jenang baro-baro akan disajikan dengan dua jenis jenang dalam satu piring, yaitu jenang
putih dan jenang abang.
- Nasi tumpeng / Nasi putih

Nasi tumpeng berbentuk kerucut yang dibuat dari nasi putih biasa. Nasi tumpeng ini hanya
dibuat di atas piring dengan menggunakan nasi putih. Nasi tumpeng/nasi putih ini
melambangkan hidup dan mati manusia adalah milik Tuhan. Kita senantiasa diajak untuk
berdoa dan takwa kepada Yang Maha Esa. Bentuknya yang besar di bawah dan mengerucut
menjadi kecil di atas,menggambarkan keadaan manusia dengan Tuhan YME.

“Bagian bawah yang besar menggambarkan manusia yang berjumlah banyak. Sedangkan
bagian atas yang kecil merupakan posisi Tuhan, yaitu berada di atas manusia. Melalui posisi
atas juga, menandakan Tuhan dapat melihat berbagai sudut manusia yang berada di bawah.”
Jelas Mbah Sukan.

- Gudangan

Gudangan berisi sayur-sayuran hijau, antara lain kacang panjang, bayam, kubis, tauge, dan
wortel. Kemudian sayur-sayuran ini juga dicampur dengan parutan kelapa (dibuat seperti
urap).

Hal ini berguna agar gudangan terasa lebih gurih. Gudangan merupakan tumbuh-tumbuhan
yang hijau dan melambangkan kesuburan agar memperoleh banyak rezeki. Tujuan dari
penggunaan hasil bumi ini adalah bersyukur atau berterima kasih kepada Tuhan.

- Sayur tempe

Pada dasarnya, sayur tempe dibuat sebagai lauk untuk dimakan bersama nasi. Kehadiran
sayur tempe juga berguna untuk melengkapi rasa nasi yang relatif hambar. Orang-orang yang
memakannya pun akan merasakan rasa yang gurih. Sayur ini berisi tempe dipotong kotak-
kotak dan dikuah santan pedas. Jika ingin ditambah yang lain juga tidak masalah.
Melambangkan segala Kenikmatan yang dianugerahi dari tuhan yang maha esa.

- Air putih

Air Putih melambangkan kesucian. Makna kesucian, menurut penulis diambil dari warnanya
yang putih atau bening. Sehingga memberikan gambaran yang bersih dari noda. Air putih
akan didoakan dan dipersembahkan kepada Tuhan YME.
- Lauk Ayam/ ayam bumbu

Lauk ayam merupakan pelengkap dari hidangan di dalam tradisi among-among. Terbuat dari
ayam yang dibumbui dengan berbagai rempah-rempah seperti bawang putih, bawang merah,
cabai, bumbu ungkap dan bumbu kecap. Melambangkan semua hal yang dialami di dunia ada
kenikmatan khusus yang telah disiapkan oleh tuhan yang maha esa.

- Tukon pasar

Tukon pasar memiliki macam-macam ini, yang melambangkan rangkuman dari macam-
macam isi pasar. Dalam among-among, tukun pasar berisi selondok, kacang kulit rebus,
pisang, apem, dan bengkoang. Jika kita pergi ke pasar, kita dapat menjumpai berbagai macam
hasil bumi yang dijual. Dari hasil bumi tersebut, ada yang dapat langsung kita makan, ada
juga yang harus diolah terlebih dahulu atau dimasak.

Selondok, berasal dari hasil bumi buah singkong, yang kemudian diolah oleh manusia. Begitu
juga dengan kacang kulit rebus dan apem yang membutuhkan kreasi manusia dalam
mengolah makanan. Untuk pisang dan bengkoang, tanpa perlu diolah, kita dapat langsung
menyantapnya. Hal ini dikarenakan telah mengalami ‘matang’ secara alamiah. Proses kreasi
olahan manusia pun ada yang direbus, digoreng, dan ditanak (untuk nasi).

- Peyek Asinan

Merupakan peyek yang menggunakan ikan asin. Terbuat dari adonan tepung beras yang
dicampur dengan air dan dibumbui. Jika ingin lebih renyah terkadang juga dicapur dengan air
santan. Peyek asinan melambangkan kelengkapan yang berasal dari hasil laut. Hal ini terihat
dari penggunaan ikan yang diasinkan.

- Peyek

Berbeda dengan peyek asinan, peyek ini menggunakan kedelai atau kacang tanah.
Berdasarkan hasil tanya jawab dengan bu rahimah (warga desa talang belido) , tidak ada
perbedaan berarti antara kedelai dengan kacang tanah. Biasanya masyarakat menggunakan
kedelai karena lebih murah dan terlihat lebih banyak ketika dikumpulkan jadi satu.
Jika menggunakan kacang tanah, berarti harus memiliki modal yang lebih. Hal ini disebabkan
karena bentuknya yang besar, berarti membutuhkan lebih banyak kacang tanah agar
mencukupi.

- Pentho

Terbuat dari adonan tepung beras dan air kemudian dibumbui. Terkadang, masayarakat desa
Talang Belido juga menambahkan parutan kelapa sebagai tambahan kreasi. Adonan untuk
membuat pentho akan dibuat bola-bola. Bagi masyarakat, pentho melambangkan kebulatan
tekad seseorang. Hal ini terlihat dari bentuknya yang bulat seperti bola dan padat. Dalam
among-among yang lengkap, pentho memiliki makna yang sama dengan nasi golong. Nasi
golong merupakan nasi putih yang dibuat bola-bola.

- Kerupuk dan tempe goreng

Pada dasarnya keberadaaan kedua gorengan ini adalah sebagai pelengkap makanan saja.
Orang Indonesia biasanya ketika makan akan ditambah lauk kerupuk agar lebih gurih dan
renyah. Sedangkan tempe goreng adalah makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.

- Mie Tumis

Mie melambangkan panjang umur. Mie dalam hidangan untuk among-among biasanya
yang digunakan yaitu mi telur atau mi kuning dengan bumbu tumis merica dan kecap.
Kesimpulan

Among-among merupakan salah satu cara yang digunakan masyarakat Jawa, khususnya di
desa Talang Belido untuk bersyukur kepada Sang Pencipta. Kita sebagai manusia diharapkan
berterimakasih kepada para malaikat yang telah menjaga setiap langkah hidup kita di dunia.
Menurut kepercayaan masyarakat, malaikat adalah roh baik utusan Tuhan untuk melindungi
manusia. Setiap satu manusia memiliki satu malaikat pelindung. Among-among juga sebagai
pengingat atas hari kelahiran manusia di dunia. Semua bersumber pada Tuhan.

Makna lain dari adanya among-among adalah manusia sudah selayaknya bersyukur atas hasil
bumi yang dapat dipanen untuk diproduksi. Atas kuasa Sang Pencipta, kebutuhan hidup
manusia dapat terpenuhi. Hasil bumi yang dimaksud dapat bersumber dari air, darat, dan
udara.
DAFTAR PUSTAKA

https://kaliopak.com/among-among/

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 201832NILAI KERUKUNAN DAN
KEKELUARGAAN ETNIS JAWA DALAM TRADISI AMONG-AMONG (Studi Pada
Etnis Jawa Di Desa Magelang Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara)
Oleh:Yatiman, Anis Endang SM, Sri NartiProgram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu-
Ilmu SosialUniversitas Dehasen Bengkulu)

Anda mungkin juga menyukai