Pengajar:
1. Dr. Ahmad Antares Adam, ST., MEngSc
2. Mardiansyah ST., MT
2.Mesin Induksi
3.Motor Sinkron
4.Generator Sinkron
Definisi Motor Sinkron
ns = 120 f/p
ns = kecepatan motor
f = frekuensi sumber tegangan
p = jumlah kutub
Starting Motor Sinkron
Sebuah motor sinkron tidak dapat start sendiri, rotornya selalu dilengkapi dengan belitan
rotor sangkar sehingga motor ini dapat start sebagai suatu motor induksi.
Ketika stator dihubungkan pada sumber 3 fasa, maka rotor berakselerasi sampai mencapai
suatu nilai kecepatan yang sedikit di bawah kecepatan sinkron. Eksitasi arus DC dicatu
selama periode starting.
Ketika rotor berakselerasi, fluks berputar yang diciptakan oleh stator menyapu kutub
menonjol rotor yang berputar lebih rendah. Karena koil (gulungan) pada rotor mempunyai
jumlah lilitan yang relatif banyak, tegangan tinggi diinduksikan pada belitan rotor ketika
rotor berputar pada kecepatan rendah.
Tegangan ini muncul di antara slip ring dan nilainya turun seiring
dengan bertambahnya kecepatan rotor, dan pada akhirnya menjadi
dapat diabaikan ketika rotor mendekati kecepatan sinkron.
Untuk membatasi tegangan tersebut dan memperbaiki torka starting,
dilakukan dengan dua cara, yaitu menghubungsingkat slip ring atau
menghubungkan slip ring ke resistor pelengkap (auxiliary) selama
periode starting.
Torka Tarik
Segera setelah motor berjalan mendekati kecepatan sinkron, rotor dialiri arus DC. Hal ini
menghasilkan kutub N dan S bergantian di sekeliling keliling rotor.
Jika kutub-kutub rotor berhadapan dengan kutub-kutub dengan polaritas berlawanan pada stator,
daya tarik magnet yang kuat terbentuk di antara kutub-kutub tersebut. Daya tarik timbal balik
mengunci (mengikat) kutub rotor dan stator bersama-sama, dan rotor ditarik sejalan dengan medan
putar. Torka yang dikembangkan pada saat ini disebut torka tarik.
Jika kita abaikan rugi-rugi besi di dalam stator, semua daya ditransmisikan
melalui celah udara ke rotor.
𝐸𝑂 𝐸
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑋𝑠
Torka maksimum motor yang dapat dibangkitkan disebut torka pull out,
terjadi pada saat 𝛿 = 90°
9,55 𝑃
𝑇=
𝑛𝑠
𝛿 = 𝑝 𝛼 Τ2
Jika eksitasi motor sinkron dikurangi secara bertahap ketika berputar tanpa beban, maka
motor terus berjalan pada kecepatan sinkron bahkan saat arus eksitasi nol. Alasannya
karena fluks yang dihasilkan oleh stator lebih suka melewati celah pendek antara kutub
yang menonjol dan stator daripada celah udara yang jauh lebih panjang antara kutub.
Dengan kata lain, karena keengganan sirkuit magnetik lebih kecil pada sumbu kutub yang
menonjol, fluks terkonsentrasi.
Karena fenomena ini, motor mengembangkan torka reluktansi.
Kutub-kutub menonjol ditarik ke kutub Torka reluktansi adalah nol ketika kutub-kutub
stator sehingga menghasilkan torka reluktansi menonjol berada di tengah antara kutub-kutub stator
Torka mencapai nilai positif maksimum pada 𝛿 = 45°. Untuk sudut yang lebih besar
mencapai nilai negatif maksimum pada 𝛿 = 135°. Jelas, untuk dijalankan sebagai motor
torka reluktansi, sudutnya harus antara nol dan 45°. Meskipun torka positif masih
dikembangkan antara 45° dan 90°, ini adalah wilayah operasi yang tidak stabil.
Alasannya adalah karena sudut bertambah, daya berkurang.
Kurva daya mekanik memiliki bentuk yang persis sama dengan kurva torka. Jadi,
dengan tidak adanya eksitasi DC, daya mekanik mencapai puncaknya pada 𝛿 = 45°.