Perpus
Perpus
SKRIPSI
Oleh:
MIRA DESWITA
NIM. 1630103052
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................................ 6
C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. .6
E. Manfaat dan Luaran Penelitian ......................................................................... 7
F. Definisi Operasional.......................................................................................... 8
iv
8. Ragam Model Strategi Mengatasi Konflik ................................................ 37
C. Penelitian Relevan ........................................................................................... 40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu lembaga pendidikan seperti madrasah juga dikatakan sebuah
organisasi. Organisasi adalah suatu tempat atau wadah berkumpulnya
sekumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut. Organisasi dapat disebut sebagai suatu sistem yang
bergerak dalam bidang sosial yang pelaksanaannya lebih ditekankan kepada
bagaimana organisasi tersebut mampu bertahan dan beradaptasi dengan
lingkungan disekitarnya, serta mampu mengendalikan setiap perubahan yang
terjadi (Triatna, 2015: 3). Dalam suatu organisasi pendidikan terdapat
komponen-komponen yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan
organisasi, diantaranya terdapat kepala sekolah, komite sekolah, tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Beberapa komponen ini jika satu
komponen tidak berjalan atau tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka
akan mempengaruhi kepada komponen lain yang dapat menjadikan madrasah
tidak maju dan mengalami ketertinggalan dalam perkembangan zaman yang
semakin canggih. Dengan demikian dapat diketahui bahwa organisasi
merupakan suatu bentuk kerja sama yang dilakukan antara dua orang atau
lebih secara formal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
(Siagian, 2003: 96).
Kepala sekolah adalah pemimpin di bidang pendidikan. Oleh sebab
itu, kepala sekolah harus memahami konsep dasar kepemimpinan pendidikan.
Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah berhadapan dengan orang lain atau
kelompok yang dipimpinnya (Hendyat, 2010: 208). Dalam rangka melakukan
peran dan fungsinya sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mempunyai
kemampuan strategis yang tepat untuk mendayagunakan tenaga pendidik dan
kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong
1
2
yaitu peserta didik yang masuk ke MTsN 9 Agam ini sudah lumayan
bertambah, dengan itu sekolah juga menambah sarana dan prasarana yang ada
seperti menambah gedung lokal, menambah buku-buku perpustakaan, alat-alat
ekstrakurikuler, serta alat praktek labor IPA dan Komputer. Dalam pendidikan
ekstrakurikuler juga mengalami perkembangan yang pesat seperti dalam
kegiatan kepramukaan, Gudep madrasah ini telah sering mengikuti event-
event yang ada, tidak seperti pada waktu dahulunya, kepramukaan di
madrasah ini tidak berjalan dengan baik. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler
lainnya yang berkembang pesat adalah pada bidang seninya yaitu, Marching
Band MTsN ini mulai nampak kemajuan dengan meraih peluang menjadi
pemain saat Upacara Besar yang diadakan oleh Kabupaten Agam. Di samping
dengan adanya kemajuan serta perkembangan yang terjadi, terdapat
permasalahan yang terjadi pula akibat tidak tercapainya atau tidak sanggupnya
komponen yang ada untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut. Yaitu
munculnya konflik dalam organisasi ini, yang mana terlihat berbagai konflik
yang terjadi karena ketidaksesuaian antara kenyataan dengan keinginan.
Konflik juga terjadi karena perasaan yang sangat sensitif antar sumber daya
manusia yang ada di organisasi.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah MTsN 9 Agam,
diketahui bahwa permasalahan yang terlihat di madrasah ini ada berbagai
permasalahan yang dapat berakibat pada konflik. Diantaranya yaitu guru yang
bersifat tidak professional dengan peneguran yang diberikan oleh kepala
sekolah kepadanya dan terjadinya perbedaan pendapat antara guru dengan
kepala sekolah. Selain dari permasalahan yang terjadi pada guru, konflik juga
terjadi pada peserta didik, yakninya: siswa yang tidak berpakaian seragam
padahal telah diberikan peraturan tentang pakaian seragam sekolah, sering
datang terlambat, tidak ikut shalat berjama’ah, berkelahi antar siswa serta ada
siswa yang merokok di lingkungan sekolah (Drs.Basyaruddin, Wawancara,
MTsN 9 Agam, 24 Juli 2019).
5
2. Luaran Penelitian
Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat diterbitkan
sebagai jurnal ilmiah dan juga diseminasikan pada forum seminar
sehingga dapat menjadi bahan bacaan bagi pembaca.
F. Defenisi Operasional
1. Kepala sekolah adalah seorang tenaga pengajar yang diberikan tugas atau
tanggung jawab lebih untuk memimpin sekolah tempat
diselenggarakannya proses belajar mengajar yang bertujuan untuk
mencerdaskan anak bangsa. Sama halnya yang disampaikan oleh
Wahjosumidjo (2011:83), kepala sekolah adalah seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin sekolah dimana
diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran.
2. Menurut Killman dan Thomas, Konflik adalah kondisi terjadinya
ketidakcocokan antarnilai atau tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada
dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
Menurut Walton, konflik organisasi adalah perbedaan idea tau inisiatif
antara bawahan dengan bawahan, manajer dengan manajer dalam
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan. Perbedaan inisiatif dan pemikiran
sebagai upaya identifikasi masalah-masalah yang menghambat pencapaian
tujuan organisasi.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan pemimpin pada sebuah lembaga
sekolah. Karena bertugas memimpin sebuah lembaga kependidikan
sekolah maka untuk menjadi kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat
yang telah ditetapkan. Kepala sekolah juga harus menguasai kompetensi-
kompetensi umum yang dipersyaratkan dan kompetensi lainnya seperti
kompetensi emosi. Tak kalah pentingnya bagi seorang kepala sekolah di
era desentralisasi sekarang mengetahui tiga kepemimpinan yang dianggap
represetatif untuk diterapkan, yaitu kepemimpinan transaksional,
transformasional, dan visioner (Supardi, 2013:27).
Kepala sekolah dalam manajemen konflik berperan sangat utama
karena seorang kepala sekolahlah yang akan mengambil keputusan dengan
diberlakukannya sanksi atau hal semacamnya. Demikian juga dengan
tanggung jawab akhir yang akan terjadi dalam organisasi sekolah, kepala
sekolahlah yang menjadi penanggung jawab utama dari segala hal bidang
yang dikerjakan oleh seluruh bawahannya.
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh
orang lain tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapapun
yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui
prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu seperti: latar belakang
pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan integritas (Wahjosumidjo,
2011:85). Seorang guru dapat diangkat menjadi kepala sekolah dengan
adanya banyak pertimbangan yang dilihat dari kemampuan ia melakukan
lobbying, mampu memberi dorongan semangat kepada teman sekerjanya
serta mampu mengajak orang lain bekerja sama. Selain itu, juga dilihat
9
10
1) Kesadaran diri
a) Pengendalian emosi diri
Pengendalian emosi diri dapat dilihat dari kemampuan
mengenal dengan pasti situasi-situasi yang dapat mendorong
kepada kekuatan emosi seseorang, dan mempunyai sifat
humor.
b) Orientasi pencapaian
Orientasi pencapaian dapat dilihat melalui usaha untuk
mendapat jawaban walau sukar, dan memberikan alasan yang
dapat diterima akal berkaitan perasaan.
c) Sikap optimis
Sikap optimis dapat dilihat dari berhujah untuk mengukuhkan
pendirian apabila menerima sesuatu jawaban, dan memahami
bahwa perasaan akan member arahan pada tindakan.
d) Ketulusan
Ketulusan dapat terlihat dari boleh bertindak dengan pikiran
yang rasional setiap masa, berkeyakinan untuk menampilkan
diri dengan lebih efektif.
e) Kemampuan menyesuaikan diri
2) Manajemen diri
a) Kemampuan mengendalikan emosi sendiri
Dapat ditunjukkan dengan senantiasa berpikir positif,
berkemampuan untuk memulakan sesuatu tindakan sebagai
asas untuk mineral kemungkinan, sanggup menempuh segala
rintangan untuk mencapai tujuan, membuat penyesuaian ide
berdasarkan informasi terbaru.
b) Berorientasi pada pencapaian
Dapat ditunjukkan dengan senantiasa menetapkan tujuan yang
menantang dan dapat diukur, sanggup mengambil risiko untuk
16
b) Orientasi pelayanan
Orientasi pelayanan dapat dilihat dari memahami struktur tidak
formal yang ada dalam organisasi, memahami peraturan-
peraturan tidak formal yang wujud di sekolah, memahami
sebab-sebab berlakunya suatu konflik untuk memahami
keperluan guru-guru atau staf.
c) Kesadaran organisasi
Kesadaran organisasi dapat dilihat dari tidak tidak
mengamalkan politik di tempat kerja, berkemampuan untuk
melihat dan menilai sesuatu isu daripada pandangan atau
perspektif orang lain, menyesuaikan kebutuhan peserta didik
dengan pelayanan, peka terhadap perasaan atau hati orang lain
berdasarkan tanda-tanda bukan lisan.
4) Manajemen relasi
a) Kerja sama kelompok
Kerja sama kelompok dapat ditunjukkan dengan mau berubah
atau membuat perubahan, mengalahkan keterlibatan orang lain
dalam kelompok, memberi tindak lanjut yang membina,
meminta input dari orang lain.
b) Kepemimpinan berinspirasi
Kepemimpinan berinspirasi dapat ditunjukkan dengan
senantiasa memberi arahan dan mengembangkan peserta didik,
senantiasa menjadikan kerja yang dilakukan lebih menarik,
mengamalkan kepemimpinan melalu teladan.
c) Pelaporan perubahan
Pelaporan perubahan dapat ditunjukkan dengan menimbulkan
konflik atau suasana pertentangan, mampu memotivasikan
orang lain.
18
d) Manajemen konflik
Manajemen konflik dapat ditunjukkan dengan meletakkan
kedudukan setiap orang yang terlibat dalam konflik,
berkemampuan untuk mengenal pasti ketentuan tertentu orang
lain, mempunyai inisiatif untuk berubah dengan sendirinya,
senantiasa mendapat dukungan dari orang-orang penting,
mampu untuk mengelak dari pada berlakunya suatu konflik,
mengukuhkan dan mengekalkan hubungan yang erat di tempat
kerja.
e) Pengaruh
Pengaruh dapat ditunjukkan dengan menjelaskan visi sekolah
dengan jelas, membina dukungan dari pada orang di belakang
layar, membina keyakinan peserta didik atau rekan sejawat
dengan mengaitkan minat atau kecenderungan mereka, dapat
bekerja sama dengan orang lain, menyediakan latihan dan
arahan secara terus-menerus (Supardi, 2013:34-39).
Dengan banyaknya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
kepala sekolah, maka dalam pembahasan skripsi ini yang lebih
diutamakan yaitu kompetensi dalam manajemen konflik, yang mana
kepala sekolah harus menguasai materi-materi manajemen konflik dan
mampu dalam meminimalisir konflik yang mungkin terjadi di organisasi
yang dipimpinnya tersebut. Kemampuan manajemen konflik yang harus
didmiliki kepala sekolah adalah mampu adil terhadap kedudukan setiap
orang yang berkonflik, tidak menyelesaikan konflik sesuai dengan intuisi
pribadinya sendiri dan mampu mendengarkan keluhan kedua belah pihak
yang berkonflik serta tidak mengambil keputusan tergesa-gesa. Maka dari
itu, seorang kepala sekolah harus dapat setidaknya membuat konflik
dikecilkan tanpa menimbulkan masalah baru karena jika untuk
menghilangkan suatu konflik itu merupakan hal yang tidak mungkin.
19
Sebab setiap ada beberapa orang atau belah pihak yang saling
bekerjasama disuatu wadah yang sama, pastilah akan ada permasalahan
baik itu kecil maupun yang besar berkibat pada konflik.
3. Peran Kepala Sekolah
Dalam praktik organisasi kata memimpin, mengandung konotasi
menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina,
memberi teladan, memberi dorongan, memberikan bantuan, dan
sebagainya (Mutia Rahmadani, 2012:15).
Untuk meminimalkan konflik, peranan sekolah sangat penting
dalam hal ini misalnya sekolah harus membuat tata tertib agar siswa bisa
lebih disiplin da nada pegangan atau aturan dalam pelaksanaan kegiatan.
Kemudian diperlukan layanan BK dalam pembinaan mental siswa,
mengkondisikan suasana yang ramah dan penuh kasih sayang dan juga
menyediakan fasilitas yang dapat digunakan siswa dalam penyaluran
bakatnya.
Betapa banyak variabel yang mengandung arti yang terkandung
dalam kata memimpin memberikan indikasi betapa luas dan tugas peranan
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin suatu organisasi yang bersifat
konflik dan unik.
a. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan
iklim sekolah yang kondusif, memberika nasehat kepada warga
sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan,
serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja
tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat
20
karena itu, konflik adalah proses yang wajar terjadi dalam suatu kelompok
atau masyarakat.
Menurut Killman dan Thomas, konflik adalah kondisi terjadinya
ketidakcocokan antarnilai atau tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada
dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
Menurut Stoner, konflik organisasi mencakup ketidaksepakatan soal
alokasi sumber daya yang langka atau perselisihan soal tujuan, status,
nilai, persepsi, atau kepribadian.
Menurut Daniel Webster, konflik adalah persaingan atau
pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain dan
keadaan atau perilaku yang bertentangan. Konflik adalah suatu
pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang
terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang
diharapkannya. Menurut Gibson (1977:347) hubungan selain dapat
menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula
melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing–masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri sendiri dan tidak
bekerja sama satu sama lain.
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan
bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh
atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh
negatif. Konflik merupakan suatu pertentangan yang terjadi baik itu dalam
diri individu maupun dengan orang-orang di sekitaran individu itu sendiri
yang dapat menyebabkan adanya dampak positif dan juga dampak negatif.
Perbedaan pendapat dan persepsi mengenai tujuan, kepentingan maupun
status serta nilai individu dalam organisasi merupakan penyebab
munculnya konflik. Demikian halnya persoalan alokasi sumber daya yang
24
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka
Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan
di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah
berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan
kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah
memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang
hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehedak-Nya. Dan Allah selalu
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
(Q.S Al-Baqarah: 213)
Berdasarkan Firman Allah diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa manusia pada awalnya adalah satu. Tetapi dalam sejarahnya,
manusia dengan kecenderungan negatifnya yang didorong oleh hawa
nafsu tergiur untuk menyeleweng. Penyelewengan-penyelewengan itu
terjadi karena adanya berbagai kepentingan dan motivasi keduniaan
manusia yang kemudian diwujudkan tanpa batas ketentuan sehingga
melanggar hak-hak orang lain dengan penuh kedengkian. Pemenuhan
25
(4) Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan mengatasi konflik akan terjadi keuntungan dan
kerugian. Untuk hal itu perlu kehati-hatian, jangan sampai
membiarkan pertimbangan terlalu memengaruhi pilihan dan arah
kelompok.
(5) Evaluasi
Penyelesaian dapat melahirkan serangkaian masalah baru.Apabila
penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-
langkah sebelumnya dan coba kembali.
b) Teknik manajemen konflik
Tabel 2.1
Teknik Manajemen Konflik
Teknik Pemecahan Konflik
Pemecahan masalah Pertemuan tatap muka dari pihak-
pihak yang berkonflik dengan
maksud mengidentifikasi masalah
dan memecahkan lewat
pembahasan terbuka
Tujuan atasan Menciptakan suatu tujuan bersama
yang tidak dapt dicapai tanpa kerja
sama dari masing-masing pihak
yang berkonflik.
Perluasan sumber daya Jika konflik disebaabkan oleh
kelangkaan sumber daya maka
dengan perluasan sumber dayalah
penyelesaiannya.
Penghindaran Menarik diri atau menekan konflik.
Perataan Mengecilkan arti perbedaan
sementara menekankan
kepentingan bersama antara pihak-
pihak yang berkonflik.
Kompromi Tiap pihak konflik itu melepaskan
sesuatu yang berharga.
Komando otoritatif Manajemen menggunakan otoritas
formal untuk memecahkan konflik
dan kemudian
37
mengkomunikasikan keinginannya
kepada pihak-pihak yang terlibat.
Mengubah variabel manusia Menggunakan teknik pengubahan
perilaku manusia misalnya
pelatihan hubungan manusia untuk
mengubah sikap dan perilaku yang
menyebabkan konflik.
Mengubah variabel struktur Mengubah struktur organisasi
formal dan pola struktural interaksi
dari pihak-pihak yang berkonflik
lewat desain ulang pekerjaan.
Teknik Perangsangan konflik
Komunikasi Menggunakan pesan-pesan yang
ambigu untuk memperkuat tingkat
konflik.
Memasukkan orang luar
Menstruktur ulang organisasi Membuat perubahan structural
organisasi.
Mengangkat pembela kejahatan Menunjuk seorang pengkritik.
Sumber: Stephen P. Robbins, Managing Organizational Conflict.
8. Ragam Model Strategi Mengatasi Konflik
a. Strategi Mengatasi Konflik dalam Diri Individu (Intraindividual
Conflict)
Menurut Wijono (1993:42-66) untuk mengatasi konflik dalam diri
individu, diperlukan tujuh strategi:
1) Menciptakan kontak dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan
3) Menumbuhkan kemampuan/ kekuatan diri sendiri
4) Menetukan tujuan
5) Mencari beberapa alternatif
6) Merencanakan pelaksanaan jalan keluar.
b. Strategi mengatasi konflik antarpribadi (Interpersonal Conflict)
Menurut Wijono ( 1993: 66-112) untuk mengatasi konflik antarpribadi
diperlukan tiga strategi berikut.
1) Strategi kalah-kalah (lose-lose strategy)
38
1) Pendekatan birokratis
Konflik terjadi karena pimpinan berupaya mengontrol segala
aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya.Strategi
untuk pemecahan masalah konflik seperti ini dipergunakan sebagai
pengganti dari peraturan birokratis untuk mengontrol pribadi
bawahannya.
Pendekatan birokratis dalam organisasi bertujuan mengantisipasi
konflik vertical didekati dengan cara menggunakan hierarki
struktural.
2) Pendekatan intervensi otoratif dalam konflik lateral
Apabila terjadi konflik lateral, akan diselesaikan sendiri oleh
pihak-pihak yang terlibat konflik. jika konflik tersebut tidak dapat
diselesaikan secara konstruktif, manajer langsung melakukan
intervensi secara otoratif kedua belah pihak.
3) Pendekatan sistem
Pendekatan sistem adalah mengoordinasikan masalah-masalah
konflik yang muncul. Pendekatan ini menekankan pada hubungan
lateral danhorizontal antara fungsi-fungsi pemasaran dan produksi
dalam suatu organisasi.
4) Reorganisai struktural
Cara pendekatan dapat melalui mengubah sistem untuk melihat
kemungkinan terjadinya reorganisasi structural untuk meluruskan
perbedaan kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai kedua
belah pihak, seperti membentuk wadah baru dalam organisasi
nonformal untuk mengatasi konflik yang berlarut-larut sebagai
akibat adanya saling kebergantungan tugas dalam mencapai
kepentingan dan tujuan yang berbeda sehingga fungsi organisasi
menjadi kabur.
40
terjadi karena adanya kebijakan dan pembagian tugas yang tidak sesuai
dengan keinginan guru. Fokus penelitian yang saya lakukan adalah
terhadap kesiswaan sedangkan pada penelitian ini fokus yang dibahas
adalah permasalah yang terjadi pada guru dimana konflik ini terjadi antar
mereka karena pembagian tugas yang tidak sesuai dengan keinginan
mereka.
4. Hasil penelitian dari Kurniawan (2010) Jurusan Kependidikan Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta dengan judul “ Strategi Kepemimpinan Kepala
Madrasah dalam Mengelola Konflik Kelembagaan”. Dari penelitian ini
kesimpulannya adalah bentuk konfliknya yakni konflik yang terjadi dalam
susunan lembaga mulai dari komite hingga ketua seksi bidang. Bentuk
konfliknya yaitu pemberian tugas yang terlalu berat, pembagian keuangan
tidak sama, guru kurang profesional, tugas tidak merata dan pergantian
kepemimpinan. Perbedaan dengan penelitian saya yaitu objek penelitian
saya adalah siswa dan penelitian ini adalah konflik secara keseluruhan
yang terjadi di lembaga tersebut.
5. Hasil Penelitian dari Maida Sari (2017) Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung dengan judul “ Implementasi Manajemen Konflik
dalam Penyelesaian Masalah di SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar
Lampung”. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa permasalahan
yang dibahas adalah Konflik guru dengan wali murid, konflik siswa
dengan guru serta konflik antar siswa. Penelitian ini persamaannya dengan
penelitian yang akan saya lakukan adalah sama-sama membahas konflik di
sekolah dan perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maida
Sari ini membahas konflik di sekolah secara keseluruhan sedangkan dalam
penelitian saya terfokus pada konflik kesiswaan.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistic, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007 : 6). Dan
adapun penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif ini adalah penelitian yang
dilakukan dengan cara melihat kejadian secara langsung di lapangan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai upaya
kepala sekolah dalam mengatasi konflik kesiswaan di MTsN 9 Agam. Adapun
fenomena yang tampak di MTsN 9 Agam adalah konflik yang terjadi pada
siswa yaitunya siswa datang terlambat dan tidak mematuhi aturan berpakaian
sekolah. Maka dari itu, digunakan metode deskriptif kualitatif dikrenakan
peneliti ingin melihat lebih lanjut perkembangan kejadian dan
menggambarkan kejadian yang ada dalam bentuk narasi.
B. Latar dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian ini adalah MTsN 9 Agam dan dilaksanakan
di bulan Juli 2019- Juni 2020. Berikut ini peneliti jabarkan waktu pelaksanaan
penelitian yang peneliti lakukan:
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Bulan dan Tahun
No. Kegiatan Juli Des. Jan. Feb. Apr. Mei. Juni.
2019 2019 2020 2020 2020 2020 2020
42
43
1. Observasi awal
2. Penyusunan
proposal
3. Seminar proposal
4. Perbaikan sempro
5. Penelitian
6. Munaqasyah
7. Perbaikan
munaqasyah
8. Penggandaan
skripsi
Sumber : Olahan Sendiri
C. Sumber Data
Sumber data adalah darimana data dapat diperoleh (Ashofa, 2004: 16).
Sumber data merupakan sumber informasi yang peneliti dapatkan dari sesuatu
yang akan diteliti yang mana sumber data tersebut terdiri dari:
1. Sumber data primer, yaitu data yang menjadi sumber data utama atau
informasi yang utama dalam penelitian. Informan utama dalam penelitian
ini adalah Kepala sekolah.
2. Sumber data sekunder, yaitu data tambahan yang diperoleh dari buku-
buku dan sumber-sumber yang berkaitan dengan buku yang penulis
temukan. Data tambahan yang penulis dapatkan saat di lapangan yaitu dari
Wakil Kesiswaan, Guru BK, dan siswa yang pernah terlibat konflik. Serta
informasi pendukung yang penulis dapatkan dalam penelitian ini adalah
dokumen-dokumen sekolah yang berkaitan dengan konflik kesiswaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan dalam
pengumpulan data dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data ini
sama halnya dengan instrumen penelitian yakni teknik dan alat yang
digunakan dalam pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2012:102)
instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum Penelitian
1. Profil Madrasah Tsanawiyah Negeri 9 Agam
Nama : MTsN 9 Agam
NPSN : 10311227
NSS : 121113060003
Alamat : Jl. Puti Bungsu Titisan Tunggang
Kota : Kab. Agam
Propinsi : Sumatera Barat
Kecamatan : Lubuk Basung
Kelurahan : Sungai Jariang
Kode Pos : 26416
Nomor Telepon : 0752766633
Nomor Faks :-
Email : mtsnlubukbasung2@kemenag.go.id
Jenjang : SMP
Status : Negeri
Situs :-
Lintang : -0.31486829580655223
Bujur : 99.98666641011368
Ketinggian : 33
Waktu Belajar : Sekolah Pagi
Tahun Berdiri : 1994
Surat Keputusan : SK Menag Nomor 244 Tahun 1993
Bangunan Sekolah: Milik Negara
50
51
4. VII D 14 11 25
5. VII E 14 12 26
6. VII F 13 13 26
Jumlah 91 76 167
1. VIII A 8 14 22
2. VIII B 19 13 32
3. VIII C 20 12 32
4. VIII D 19 13 32
5. VIII E 21 11 32
Jumlah 87 63 150
1. IX A 18 13 31
2. IX B 22 12 34
3. IX C 18 15 33
4. IX D 15 18 33
Jumlah 73 58 131
Jumlah Total 251 197 448
Sumber: Staff TU Urs. Kepegawaian MTsN 9 Agam
6. Struktur Organisasi MTsN 9 Agam
Kepala Madrasah
Drs. Basyaruddin
Kaur TU
Majelis Guru
55
antara diri individu dengan orang lain, artinya melibatkan serta dapat
merugikan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa konflik intrapersonal
yang terjadi pada siswa di MTsN 9 Agam adalah malas belajar, datang
terlambat, tidak mengikuti disiplin berpakaian sekolah, merokok, dan
bolos sekolah. Sedangkan konflik interpersonal yang ada yaitu, berkelahi
dengan teman, ikut-ikutan teman untuk hal negatif, merusak aset sekolah,
serta cabut dan membuat masalah di kebun warga.
Upaya kepala sekolah dalam menangani konflik siswa di MTsN 9
Agam menurut informan 1 (satu) adalah terlebih dahulu sebelum kepala
sekolah langsung melakukan pertemuan dengan siswa yaitu dengan
menyuruh guru piket untuk menegur siswa yang melanggar tersebut. Jika
itu tidak memberikan perubahan, maka kepala sekolah melakukan
pertemuan langsung dengan siswa, lalu mendengar permasalahan dari
siswa tersebut, kemudian memberikan masukan dan nasehat (Drs.
Basyaruddin, MTsN 9 Agam: 05 Februari 2020). Hal demikian dijelaskan
juga oleh informan 2 (dua) yaitu dengan setiap hari guru piket menunggu
di gerbang sekolah melihat kerapian berpakaian anak-anak, disiplin anak
langsung ditegur. Memberikan hukuman disipliner seperti memilih
sampah di lingkungan sekolah. Kepala sekolah kadang ikut berkomunikasi
dengan wakil, memberikan saran dan terkadang langsung ikut berdiri di
gerbang sekolah untuk memberikan teguran dan pengarahan kepada siswa.
Juga ada mengadakan pertemuan orang tua murid untuk menyampaikan
segala hal yang berhubungan dengan murid di sekolah (Irma Yeni, MTsN
9 Agam: 10 Februari 2020). Diperkuat lagi oleh informan 3 (tiga) upaya
kepala sekolah dalam menangani konflik yaitu dengan dilakukannya
pembinaan artinya melakukan pemanggilan siswa yang bermasalah,
deandainya tindakan ini tidak diindahkan oleh siswa maka dilakukan
pemanggilan orang tua, dan seandainya surat pemanggilan orang tua tidak
disampaikan oleh siswa maka dilakukan kunjungan rumah yang diberikan
60
tidak sesuai dengan yang telah terjadi karena sudah banyak konflik yang
terjadi terselesaikan dengan baik, tapi juga tidak dapat dikatakan telah
maksmal pelaksanaanya karena masih ada faktor penghambat dalam
penyelesaian tersebut.
3. Kendala Kepala Sekolah dalam Upaya Mengatasi Konflik Kesiswaan
di MTsN 9 Agam
Setiap pemimpin dituntut untuk memimpin bawahan dan
organisasinya sehingga mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien. Pemimpin harus berprilaku bijak dalam memimpin agar visi, misi,
dan tujuan organisasi di bawah kepemimpinannya berhasil mencapai
sasaran. Artinya pemimpin mampu mempengaruhi dan mengarahkan
bawahan serta juga mampu menyelesaikan konflik yang terjadi di
organisasi itu. Disamping adanya upaya yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam mengatasi konflik tersebut pasti akan adanya muncul
kendala dalam proses yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Kendala yang dialami kepala sekolah yaitu informan 1 (satu)
menyampaikan bahwa terkadang orang tua tidak mau terus terang kepada
pihak sekolah dengan keadaan anaknya dan juga kurang sejalannya orang
tua siswa dengan pihak sekolah (Drs. Basyaruddin, MTsN 9 Agam: 05
Februari 2020). Informan 2 (dua), kendala dari upaya kepala sekolah itu
dari segi dana untuk perbaikan sarana dan prasarana, lingkungan sekolah
yang kurang kondusif, masyarakat yang masih belum sepenuhnya
bekerjasama dengan pihak sekolah yang hanya mengambil keuntungan
pribadi (Irma Yeni, MTsN 9 Agam: 10 Februari 2020). Menurut informan
3 (tiga) kendala kepala sekolah adalah kesibukan kepala sekolah dengan
tugasnya sehingga susah membagi waktu untuk terjun langsung menyikapi
permasalahan yang terjadi pada siswa dan juga masyarakat yang kurang
mendukung program sekolah (Pandi Firman, MTsN 9 Agam: 11 Februari
2020).
65
b. Ketergantungan tugas
Adalah satu sebab konflik ketergantungan tugas ini terjadi,
kalau dua individu atau kelompok tergantung satu dengan lainnya
dalam tugas mencapai satu tujuan.
c. Batas dan bidang kerja tidak jelas
Maksudnya penyebab konflik adalah batas tanggung jawab dan
wewenang tidak jelas, sehingga terjadi ketidakserasian.
d. Status individu dan kelompok
Penyebab konflik ini adalah persepsi ketidakadilan dalam
halganjaran, penugasan, kondisi, serta simbol status.
e. Sifat individu
Sifat individu ini dapat memicu konflik karena prilaku yang
dogmatis dan otoriter.
f. Hambatan komunikasi
Komunikasi memegang peranan penting sebagai penyebab
konflik terutama bahasa termasuk adat istiadat. Kesalahpahaman
bahasa dapat terjadi yang akhirnya memicu konflik.
Menurut Rusdiana (2015: 151), faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya konflik dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Adanya perbedaan kepribadian, pendirian, perasaan, atau pendapat
antarindividu yang tidak mendapat toleransi di antara individu tersebut
sehingga perbedaan semakin meruncing dan mengakibatkan
munculnya konflik pribadi.
b. Adanya perbedaan kebudayaan yang memengaruhi perilaku dan pola
berpikir sehingga dapat memicu lahirnya pertentangan antarkelompok
atau antarmasyarakat.
c. Adanya perbedaan kepentingan atau tujuan diantara individu atau
kelompok, baik pada dimensi ekonomi dan budaya maupun politik dan
keamanan.
67
d. Adanya perubahan sosial yang relatif cepat yang diikuti oleh adanya
perubahan nilai atau sistem sosial.
Sesuai dengan kajian teori pada BAB II, ada beberapa faktor yang
mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi, yaitu
sebagai berikut: penyelesaian masalah secara sederhana, penyesuaian/
kompromi, tidak sepakat, kalah/ menang, pertarungan, keras kepala, dan
penyangkalan. (Stevenin, 2000: 132-133)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala sekolah,
Wakil Kesiswaan, dan guru BK MTsN 9 Agam diperoleh informasi
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik kesiswaan di
MTsN 9 Agam adalah perbedaan status sosial, pendidikan orang tua,
kemajuan IT, motivasi belajar anak, perhatian orang tua, lingkungan,
ekonomi, broken home, dan pengaruh teman sebaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Kunniarti, Gusti dan Imran (2016)
dengan judul “ Faktor-faktor Penyebab Konflik Sosial Antar Siswa Kelas
IX SMP Negeri 3 Sungai Raya” memberikan penjelasan hasil bahwa
faktor-faktor penyebab konflik sosial antar siswa disana adalah (1) Faktor
komunikasi saat berinteraksi dengan orang lain, disini dijelaskan bahwa
ada siswa yang berinteraksi dengan temannya dengan cara yang kurang
baik yang menjadi masalah bagi siswa lain. (2) Faktor struktur dalam
kelas, ini akan menjadi penyebab konflik siswa dikarenakan diskriminasi
dalam pembentukan sturktur kelas tersebut. (3) Faktor kepribadian yang
menjadi penyebab konflik siswa, dimana kepribadian yang tergambar pada
masing-masing siswa akan dapat membuat permasalahan contohnya siswa
yang suka mengganggu temannya dalam proses pembelajaran maupun di
lingkungan sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Kunniarti, Gusti dan Imran ini
memiliki kesamaan hasil dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu
faktor penyebab konflik siswa adalah faktor kepribadian siswa yangmana
68
di MTsN 9 Agam ada siswa yang memang pribadi siswa tersebut suka
mengganggu dalam belajar dan ada juga yang suka berkelahi sehingga
mengakibatkan terjadinya konflik. Selanjutnya faktor lainnya yaitu
komunikasi yang kurang efektif dengan berbagai pihak termasuk keluarga,
pihak sekolah dan juga teman sebaya. Pengaruh yang lebih kuat adalah
faktor keluarga dimana keluarga merupaka orang yang terdekat dengan
pribadi siswa. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, faktor penyebab
terjadinya konflik siswa di sekolah lebih mendominan dari faktor keluarga
yaitu kurangnya perhatian orang tua, broken home yang terjadi sehingga
berpengaruh pada mental anak.
2. Upaya Kepala Sekolah dalam Mengatasi Konflik Kesiswaan di MTsN
9 Agam
Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sebagai usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai
suatu tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar. Dalam penelitian
ini upaya dapat dipahami sebagai suatu kegiatan yang dilakukan kepala
sekolah dalam mengatasi konflik siswa yang terjadi.
Upaya bisa juga dikatakan sebagai usaha dan cara, dan melakukan
usaha ini butuh strategi jitu digunakan oleh kepala sekolah agar konflik
yang terjadi dapat diminimalisir dengan baik. Jadi, dibutuhkan sifat
kepemimpinan yang luar biasa dari seorang kepala sekolah. Menurut
Muhammad Hadi, Djailani AR, dan Sakdiah Ibrahim (2004:24) sehebat
apapun seorang pemimpin jika ia tidak memiliki strategi yang baik dan
jitu maka programnya tak akan berarti.
Kepala sekolah merupakan seorang pemimpin organisasi yang
mana dia yang harus mengambil keputusan terakhir agar organisasi tidak
berada pada jalur yang salah. Menurut Miftah Toha (1988:5) dalam Buku
Administrasi Pendidikan dan Mnajemen Biaya Pendidikan, secara
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan tentang “Upaya Kepala
Sekolah dalam Mengatasi Konflik Kesiswaan di MTsN 9 Agam” dapat
disimpulkan bahwa:
1. Faktor yang menyebabkan terjadinya konflik kesiswaan di MTsN 9 Agam
adalah perbedaan startus sosial, pendidikan orang tua, kemajuan IT,
motivasi belajar anak, perhatian orang tua, lingkungan, faktor ekonomi,
broken home, dan pengaruh teman sebaya.
2. Upaya kepala sekolah dalam mengatasi konflik kesiswaan di MTsN 9
Agam adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut, pertama kepala
sekolah melakukan pemanggilan siswa secara langsung, lalu menanyakan
permasalahan siswa serta mendengarkan penjelasannya artinya kepala
sekolah melakukan pengenalan dan mendiagnosis permasalahan yang ada.
Selanjutnya kepala sekolah membicarakan masalah tersebut dengan wali
kelas, guru BK, Wakil Kesiswaan, lalu memberikan masukan, nasehat dan
pembinaan kepada siswa. Dan jika masalahnya termasuk pelanggaran
berat maka akan ditindaklanjuti dengan pemanggilan orang tua. Setelah itu
barulah dilakukan pengecekan terhadap tindak lanjut dari upaya yang telah
dilakukan apa ada memberi efek jera kepada siswa.
3. Kendala kepala sekolah dalam upaya mengatasi konflik kesiswaan di
MTsN 9 Agam adalah kurangnya partisipasi masyarakat dan kerjasama
dari masyarakat sekitar sehingga permasalahan yang terjadi banyak diluar
lingkungan sekolah tetapi pada saat waktu pembelajaran berlangsung.
B. Saran
Dalam hal ini penulis memberikan beberapa saran kepada pembaca,
yaitu:
74
75
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Winarnita. 2014. Upaya Ketua Yayasan Mengelola Konflik di SMP POM I Pulai
Yayasan Mutiara Gambut Industri. Jurnal Administrasi Pendidikan Volume 2
Nomor 1.