Dosen Pengampu:
Prof. Asmar Yuliastri, M.Pd, Ph.D
Oleh:
Nama : Darmansyah Firdaus
NIM : 23027141
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada ibu Prof. Asmar Yuliastri, M
Pd., Ph.D sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar kewirausahaan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Darmansyah Firdaus
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
memiliki potensi energi, kreativitas serta pengetahuan yang diperlukan untuk
perencanaan bisnis (Wijaya, 2 2021:61). Selain itu, menurut Jadmiko (2020:446)
tumbuh di era digitalisasi dan otomatisasi menjadi faktor pendukung yang
memungkinkan generasi milenial untuk mewujudkan misi dan nilai sosial lewat
inovasi bisnis sosial.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Jelaskan pengertian konsep wirausaha sosial
b. Jelaskan pengertian model dan strategi wirausaha sosial
c. Jelaskan Pengertian studi kasus wirausaha sosial
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dituliskan makalah ini adalah sebagai poin-poin berikut:
a. Untuk memahami konsep wirausaha sosial
b. Untuk mengeetahui pengertian model dan strategi wirausaha sosial
c. Untuk mengetahui Pengertiann studi kasus wirausaha sosial
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
(2020:446) tumbuh di era digitalisasi dan otomatisasi menjadi faktor pendukung yang
memungkinkan generasi milenial untuk mewujudkan misi dan nilai sosial lewat
inovasi bisnis sosial.
Dalam rangka menimbulkan kecenderungan mahasiswa untuk mendirikan
usaha sosial dan menjadi wirausaha sosial, diperlukan komponen minat berwirausaha
sosial dalam diri mahasiswa (Wijaya, 2021:62). Oleh karena itu, minat berwirausaha
sosial di kalangan mahasiswa merupakan hal yang sangat penting, sebagai modal
utama yang akan mendorong mahasiswa untuk memulai usahanya. Menyadari
pentingnya mendorong minat mahasiswa untuk berwirausaha sosial, Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengusung
pendidikan tentang kewirausahaan sosial dalam konsep “Merdeka Belajar” (Jadmiko,
2019:446).
Kemudian program terbaru diluncurkan pada September 2021 oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama dengan
Kementerian Sosial, yaitu program Pejuang Muda sebagai laboratorium sosial bagi
para mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi
dampak sosial secara konkret lewat kewirausahaan sosial. Mahasiswa program studi
Pendidikan Bisnis di Fakultas Ekonomi UNIMED juga berpotensi menjadi wirausaha
sosial. Dengan pendidikan kewirausahaan serta berbagai mata kuliah lain yang selaras
diterimanya dapat menumbuhkan potensi serta pengetahuan sebagai modal awal
untuk berwirausaha. Tidak hanya sebagai wirausaha 3 namun juga seorang yang
dapat menerapkan pengetahuan kewirausahaan untuk memberikan dampak positif
pada masyarakat, yaitu dengan menjadi wirausaha sosial.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada Maret 2022 terhadap
52 mahasiswa program studi Pendidikan Bisnis stambuk 2019, diketahui hanya 29%
mahasiswa yang memilih karir sebagai wirausaha sosial setelah lulus kuliah, 19%
mahasiswa yang selalu mencari informasi tentang perkembangan dunia usaha sosial,
7
38% mahasiswa yang memiliki niat yang kuat untuk mendirikan usaha sosial di masa
depan, dan 46 % mahasiswa yang memiliki rencana untuk mendirikan usaha sosial.
Menurut Hockerts (2015:27) minat berwirausaha sosial dipengaruhi oleh
empati, kewajiban moral, efikasi diri kewirausahaan sosial, dukungan sosial yang
dirasakan dan pengalaman sebelumnya. Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi minat berwirausaha sosial di kalangan mahasiswa telah
dilakukan sebelumnya. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Hockerts (2017)
dijelaskan bahwa, empati merupakan salah satu faktor internal yang memiliki
pengaruh positif terhadap minat berwirausaha sosial di kalangan mahasiswa. Semakin
tinggi tingkat empati mahasiswa maka semakin tinggi pula minat mereka untuk
berwirausaha sosial. Meskipun demikian, terdapat studi dimana empati tidak
memiliki pengaruh terhadap. minat berwirausaha sosial, seperti pada temuan
penelitian yang dilakukan oleh Rashid et al (2018).
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa, 100% mahasiswa
merasa kasihan kepada orang-orang yang terpinggirkan secara sosial, 75 %
mahasiswa ingin memahami apa yang dirasakan orang lain, walaupun mereka tidak
mengalaminya. Namun, hanya 35% mahasiswa merasa harus memberanikan diri
untuk menolong orang-orang yang terpinggirkan secara sosial, meskipun memiliki
risiko 6 tinggi dan 31% mahasiswa yang bersedia melakukan apa saja untuk
meringankan masalah orang lain.
Dari 4 pertanyaan yang dijawab oleh 52 mahasiswa, terdapat total 208
jawaban atas pertanyaan pada observasi awal. Dari 208 jawaban, terdapat 125
jawaban yang bernilai positif terhadap empati. Dengan kata lain, persentase
persentase empati mahasiswa Pendidikan Bisnis stambuk 2019 sebesar 60%. Jadmiko
(2019:427) menjelaskan, dalam minat berwirausaha sosial faktor empati diukur
dengan respon sosial dan kepedulian sosial. Dimana, respon emosional mahasiswa
bernilai tinggi namun kepeduliannya bernilai rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan, empati mahasiswa Pendidikan Bisnis
8
stambuk 2019 cukup tinggi. Namun, respon emosional mahasiswa yang tinggi tidak
selaras dengan kepeduliannya. Minat berwirausaha sosial menurut Hockerts (2015)
juga dipengaruhi oleh adalah dukungan sosial yang dirasakan. Dukungan sosial dalam
bentuk bantuan nyata, dukungan informasi, dukungan emosi serta dukungan yang
tidak terlihat apabila dipersepsikan positif oleh individu akan membuat individu
tersebut merasa diperhatikan, dipedulikan serta dihargai.
11
sebagai dampak dan hasil dari proses kunci kemajuan perekonomian. Sementara dari
perspektif sosiologis dan psikologis kewirausahaan lebih ditujukan kepada individu
pengusaha; dan dari sisi manajerial, kewirausahaan menjadi faktor pendorong yang
penting dalam menciptakan inovasi baru (Austin et al., 2006).
Secara umum konsep kewirausahaan yang diacu dalam kewirausahaan sosial
maupun komersial dapat yang menempatkan peluang/ kesempatan lebih tinggi
daripada sumber daya (Stevenson, 1983). Penekanan ditempatkan pada bagaimana
peluang dapat diakui, proses melakukan untuk kesempatan, mendapatkan kontrol atas
sumber daya, mengelola jaringan sumber daya yang mungkin atau tidak mungkin
dalam hirarki tunggal, dan cara di mana manusia/ pekerja dihargai. Selain ketiga
sumber inti tersebut, perlu diperhatikan faktor kontekstual yang mampu
mempengaruhi keberhasilan Dengan definisi ini, jelas bahwa salah satu unsur penting
untuk sukses sebagai wirausahawan adalah kemampuan setiap individu
(wirausahawan) mendefinisikan elemen-elemen yang harus sadar ditangani, dan
orang-orang yang hanya bisa bermain karena fokus perhatian ditujukan pada
kemampuan mereka mengelola peluang. Kesepakatan adalah substansi dari tawar-
menawar yang mendefinisikan siapa dalam usaha yang memberikan apa, dan siapa
mendapat apa.
Setiap transaksi memberikan nilai termasuk di dalamnya manfaat ekonomi,
pengakuan sosial, otonomi dan hak dalam pegambilan keputusan, kepuasan
kebutuhan pribadi yang mendalam, interaksi sosial, pemenuhan generatif dan warisan
keinginan, serta pemenuhan kebutuhan untuk tujuan altruistik. Perkembangan
selanjutnya lebih menyoroti praktek kewirausahaan social yang seharusnya
mengedepankan aspek multidimensional yang disesuaikan dengan karakteristik
kewirausahaan sosial yang dikembangkan khususnya bagi usaha non-profit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep multidimensional kewirausahaan
sosial merupakan satu kesatuan konsep inovasi, proaktif dan manajemen resiko disatu
sisi dimensi yang antara satu atribut dengan atribut lainnya saling terkait berda dalam
12
satu domain multidimensi (Law, Wong, & Mobley, 1998; Weerawardana dan Mort,
2006). Oleh karena itu, kewirausahaan sosial merupakan keseluruhan abstraksi dari
inovasi, proaktif, dan resiko manajemen yang dibatasi oleh hambatanhambatan dalam
lingkungan, keberlanjutan usaha dan misi sosial. Dalam model ini setiap manajer
diharuskan fokus, responsif dan proaktif terhadap setiap perubahan lingkungan dalam
perumusan strategi manajerialnya untuk memenangkan persaingan dengan setiap
organisasi nirlaba dalam menjaring pasar yang justeru mereka cenderung lebih
inisiatif. Manajer juga diharapkan terus dapat memantau setiap strategi manajemen
secara terus-menerus untuk meningkatkan transparansi dan kompetisi. Setiap
pantauan yang dilakukan selalu membutuhkan ide-ide baru yang mensyaratkan unsur
inovasi, proaktif dan pengelolaan resiko manajemen yang mampu menciptakan nilai-
nilai sosial dalam aktivitas operasional bisnis perusahaan
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kewirausahaan mempunyai
definisi yang cukup luas dan
mempunyai beberapa objek
tersendiri yaitu terdiri dari
kreativitas dan inovasi. Secara
umum, hakikat dari
kewirausahaan
adalah merujuk pada setiap
watak, sifat, dan karakteristik
14
atau ciri-ciri yang melekat
pada
seseorang yang memiliki
kemauan kuat, motivasi dan
semangat yang tinggi dalam
mewujudkan setiap gagasan
ide yang kreatif dan inovatif ke
dalam ruang lingkup bisnis
atau
usaha yang mampu untuk
dikembangkan. Orang yang
mempunyai jiwa
kewirausahaan
dapat disebut dengan
wirausahawan. Seorang
15
wirausaha harus mempunyai
komitmen dan
konsistensi dalam menciptakan
produk baru yang berkualitas
tinggi dan mampu bersaing
dengan produk yang lain.
adanya komitmen dan
konsistensi tersebut harus
didukung oleh
motivasi yang kuat yang ada di
dalam jiwa wirausaha.
Kewirausahaan mempunyai definisi yang cukup luas dan mempunyai
beberapa objektersendiri yaitu terdiri dari kreativitas dan inovasi. Secara umum,
hakikat dari kewirausahaanadalah merujuk pada setiap watak, sifat, dan karakteristik
atau ciri-ciri yang melekat padaseseorang yang memiliki kemauan kuat, motivasi
dan semangat yang tinggi dalammewujudkan setiap gagasan ide yang kreatif dan
inovatif ke dalam ruang lingkup bisnis atauusaha yang mampu untuk
dikembangkan. Orang yang mempunyai jiwa kewirausahaandapat disebut dengan
wirausahawan. Seorang wirausaha harus mempunyai komitmen dankonsistensi dalam
16
menciptakan produk baru yang berkualitas tinggi dan mampu bersaingdengan produk
yang lain. adanya komitmen dan konsistensi tersebut harus didukung olehmotivasi
yang kuat yang ada di dalam jiwa wirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
Asif, M., et al., 2011. An integrated management systems approach to corporate
social responsibility, Journal of Cleaner Production (2011),
doi:10.1016/j.jclepro.2011.10.034. Austin, J.E., Leonard, H., Reficco, E., & Wei-
Skillern, J. 2004. Corporate social entrepreneurship: A new vision of CSR. Harvard
Business School Working Paper No. 05-021. Boston: Harvard Business School.
_____, James, Howard Stevenson, Jane Wei Skilem, 2006. Social and Commercial
Entrepreneurship: Same, Different, or Both?, Entrepreneurship Theory and Practice,
Januari 2006, Baylor University. Avina, 2009. Annual Report, Leadership of
Sustainable Development in Latin America, www.avina.net, diunduh tanggal 12
februari 2013. Bank Mandiri, 2011. Laporan Tahunan: Program Kemitraan dan Bina
17
Lingkungan PT. Bank Mandiri, Tbk, Jakarta. Branco, M. C. & Rodrigues, L. L. 2006.
“Corporate Social Responsibility and Resource-Based Perspectives”, Journal of
Business Ethics, vol. 69, pp.111-132. Brown, T., and Dacin, P.A., 1997. The
company and the product: Corporate Associations and consumer product responses.
Journal of Marketing. 61 (1), 68-84. Cavanagh, Gerald F.and McGovern, Arthur F.,
1988. Ethical dilemmas in the modern corporation / Englewood Cliffs, NJ : Prentice
Hall,. MLA CERFE Group. 2001. Action Research on Corporate Citizenship among
European Small and Medium Enterprises. CERFE Labiratory, European Parliament
Clarkson, M.B.E. 1995. A stakeholder framework for analyzing and evaluating
corporate social performance. Academy of Management Review, 20, 65-91.
Diplomasi, 2012. Indonesia, Laboratorium Sosial Raksasa Dengan Ekonomi Satu
Triliun Dollar, No. 51 Tahun V 15 Juli -24 Agustus 2012 Drucker. F Peter, 1985.
Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New York : Harper &
Row. ______, F Peter, 2001. The Essential Drucker: Selections from the
Management Works of Peter F. Drucker, Dees, J Gregory and Beth Battle Anderson,
2003. For Profit Social Ventures, in Social Entrepreneurship, edited by Marilyn L
Sanawiri, B., & Iqbal, M. (2018). Kewirausahaan. Universitas Brawijaya Press.Sari,
A. P., Anggraini, D. D., Sari, M. H. N., Gandasari, D., Siagian, V., Septarini, R. S., ...
&Simarmata, J. (2020). Kewirausahaan dan Bisnis Online. Yayasan Kita
Menulis.Rusdiana, A. (2018). Kewirausahaan: Teori dan Praktek.Prihantoro, W., &
Hadi, S. (2017). PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN,MOTIVASI
BERWIRAUSAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP
SIKAPMENTAL KEWIRAUSAHAAN. Economic Education Analysis Journal, 5(2),
705Rosmiati, R., Junias, D. T. S., & Munawar, M. (2015). Sikap, motivasi,
dan minatberwirausaha mahasiswa. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan
(Journal ofManagement and Entrepreneurship), 17(1), 21-30.Supriyanto, S. (2009).
Business Plan sebagai Langkah Awal Memulai Usaha. JurnalEkonomi dan
Pendidikan, 6(1), 17216.Setiarini, S. E. (2013). Business plan sebagai
18
implementasi kewirausahaan padapembelajaran ekonomi di SMA. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan,8(2). 146-155
19