Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERENCANAAN USAHA/BUSINESS PLAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pengantar Kewirausahaan

Dosen Pengampu:
Prof. Asmar Yuliastri, M.Pd, Ph.D

Oleh:
Nama : Darmansyah Firdaus
NIM : 23027141

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada ibu Prof. Asmar Yuliastri, M
Pd., Ph.D sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar kewirausahaan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Padang, 19 september 2023

Darmansyah Firdaus

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dimasa sekarang egaraurership atau kewirausahaan sangat sering di
bicarakan di berbagai forum dan media, Terbukti berbagai metode pendidikan dan
pelatihan sekarang ini semakin giat juga menawarkan skill ini untuk bisa di
implementasikan masyarakat secara luas. Tetapi melahirkan wirausaha bukanlah
suatu perkara yang mudah, apalagi di era dimana kesenjangan egara sangat tinggi dan
kontras serta kemakmuran menjadi barang eksklusif, maka kehadiran para Social
Enterpreneur sangat dibutuhkan sebagai bagian dari solusi masalah egara di
masyarakat.
Secara istilah Social Entrepreneur adalah sosoknya wirausaha yang social
driven, bergerak tidak dimotivasi profit, melainkan misi mengatasi problem egara
yang ada. Mereka adalah orang-orang yang berupaya menciptakan perubahan positif
atas persoalan yang menimpa masyarakat: baik itu pendidikan, kesehatan, atau
masalah kemasyarakatan lain, terutama ekonomi secara entrepreneurially, atau
dengan kata lain wirausaha yang ulet dan berani ambil risiko. Orang-orang yang
disebut J.G. Dees sebagai spesies khusus dalam genus wirausaha (Dees, 1998). Dan
jiwa yang mengikat itu semua adalah social entrepreneurship, spirit kewirausahaan
egara, spirit memberikan value untuk masyarakat dengan cara menerapkan prinsip-
prinsip entrepreneurial. Social Entrepreneurship pada dasarnya tidak terbatas pada
suatu aksi egara sebuah lembaga, organisasi atau perusahaan melalui program CSR,
Corporate Social Responsibility atau lembaga egara lainnya. Dari spirit-nya Social
Wirausahawan sosial tahu dan memahami permasalahan sosial dan
menggunakan keterampilan kewirausahaan mereka untuk mengatur, membuat, dan
mengelola usaha guna membawa perubahan sosial, khususnya dalam sektor
kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan (Prayogo, 2016:1). Dalam bidang
pendidikan contohnya Adamas Syah Devara dan Muhammad Iman Usman yang
mendirikan bisnis les privat Ruangguru, untuk membantu mengatasi permasalahan
pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan pemerataan pendidikan yang
berkualitas. Terdapat suatu kelompok yang memiliki potensi besar untuk
mengembangkan sektor wirausaha sosial, yakni mahasiswa. Dengan pendidikan
kewirausahaan yang diterima dari perguruan tingginya, mahasiswa dipercaya

4
memiliki potensi energi, kreativitas serta pengetahuan yang diperlukan untuk
perencanaan bisnis (Wijaya, 2 2021:61). Selain itu, menurut Jadmiko (2020:446)
tumbuh di era digitalisasi dan otomatisasi menjadi faktor pendukung yang
memungkinkan generasi milenial untuk mewujudkan misi dan nilai sosial lewat
inovasi bisnis sosial.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Jelaskan pengertian konsep wirausaha sosial
b. Jelaskan pengertian model dan strategi wirausaha sosial
c. Jelaskan Pengertian studi kasus wirausaha sosial

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dituliskan makalah ini adalah sebagai poin-poin berikut:
a. Untuk memahami konsep wirausaha sosial
b. Untuk mengeetahui pengertian model dan strategi wirausaha sosial
c. Untuk mengetahui Pengertiann studi kasus wirausaha sosial

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep wirausaha sosial


Kewirausahaan sosial dipercaya sebagai salah satu solusi untuk menangani
permasalahan sosial yang ada di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
(Tenrinippi, 2019:27). Kewirausahaan sosial pada dasarnya adalah hasil
pengembangan konsep kewirausahaan. Namun, kewirausahaan sosial hadir dengan
tujuan yang berbeda. Individu atau kelompok yang menjalankan kewirausahaan
sosial, tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga pada tujuan
sosial (Setiawan dkk, 2013:7). Wirausahawan sosial tahu dan memahami
permasalahan sosial dan menggunakan keterampilan kewirausahaan mereka untuk
mengatur, membuat, dan mengelola usaha guna membawa perubahan sosial,
khususnya dalam sektor kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan (Prayogo, 2016:1).
Dalam bidang pendidikan contohnya Adamas Syah Devara dan Muhammad
Iman Usman yang mendirikan bisnis les privat Ruangguru, untuk membantu
mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan pemerataan
pendidikan yang berkualitas. Terdapat suatu kelompok yang memiliki potensi besar
untuk mengembangkan sektor wirausaha sosial, yakni mahasiswa. Dengan
pendidikan kewirausahaan yang diterima dari perguruan tingginya, mahasiswa
dipercaya memiliki potensi energi, kreativitas serta pengetahuan yang diperlukan
untuk perencanaan bisnis (Wijaya, 2 2021:61). Selain itu, menurut Jadmiko

6
(2020:446) tumbuh di era digitalisasi dan otomatisasi menjadi faktor pendukung yang
memungkinkan generasi milenial untuk mewujudkan misi dan nilai sosial lewat
inovasi bisnis sosial.
Dalam rangka menimbulkan kecenderungan mahasiswa untuk mendirikan
usaha sosial dan menjadi wirausaha sosial, diperlukan komponen minat berwirausaha
sosial dalam diri mahasiswa (Wijaya, 2021:62). Oleh karena itu, minat berwirausaha
sosial di kalangan mahasiswa merupakan hal yang sangat penting, sebagai modal
utama yang akan mendorong mahasiswa untuk memulai usahanya. Menyadari
pentingnya mendorong minat mahasiswa untuk berwirausaha sosial, Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengusung
pendidikan tentang kewirausahaan sosial dalam konsep “Merdeka Belajar” (Jadmiko,
2019:446).
Kemudian program terbaru diluncurkan pada September 2021 oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama dengan
Kementerian Sosial, yaitu program Pejuang Muda sebagai laboratorium sosial bagi
para mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi
dampak sosial secara konkret lewat kewirausahaan sosial. Mahasiswa program studi
Pendidikan Bisnis di Fakultas Ekonomi UNIMED juga berpotensi menjadi wirausaha
sosial. Dengan pendidikan kewirausahaan serta berbagai mata kuliah lain yang selaras
diterimanya dapat menumbuhkan potensi serta pengetahuan sebagai modal awal
untuk berwirausaha. Tidak hanya sebagai wirausaha 3 namun juga seorang yang
dapat menerapkan pengetahuan kewirausahaan untuk memberikan dampak positif
pada masyarakat, yaitu dengan menjadi wirausaha sosial.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada Maret 2022 terhadap
52 mahasiswa program studi Pendidikan Bisnis stambuk 2019, diketahui hanya 29%
mahasiswa yang memilih karir sebagai wirausaha sosial setelah lulus kuliah, 19%
mahasiswa yang selalu mencari informasi tentang perkembangan dunia usaha sosial,

7
38% mahasiswa yang memiliki niat yang kuat untuk mendirikan usaha sosial di masa
depan, dan 46 % mahasiswa yang memiliki rencana untuk mendirikan usaha sosial.
Menurut Hockerts (2015:27) minat berwirausaha sosial dipengaruhi oleh
empati, kewajiban moral, efikasi diri kewirausahaan sosial, dukungan sosial yang
dirasakan dan pengalaman sebelumnya. Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi minat berwirausaha sosial di kalangan mahasiswa telah
dilakukan sebelumnya. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Hockerts (2017)
dijelaskan bahwa, empati merupakan salah satu faktor internal yang memiliki
pengaruh positif terhadap minat berwirausaha sosial di kalangan mahasiswa. Semakin
tinggi tingkat empati mahasiswa maka semakin tinggi pula minat mereka untuk
berwirausaha sosial. Meskipun demikian, terdapat studi dimana empati tidak
memiliki pengaruh terhadap. minat berwirausaha sosial, seperti pada temuan
penelitian yang dilakukan oleh Rashid et al (2018).
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa, 100% mahasiswa
merasa kasihan kepada orang-orang yang terpinggirkan secara sosial, 75 %
mahasiswa ingin memahami apa yang dirasakan orang lain, walaupun mereka tidak
mengalaminya. Namun, hanya 35% mahasiswa merasa harus memberanikan diri
untuk menolong orang-orang yang terpinggirkan secara sosial, meskipun memiliki
risiko 6 tinggi dan 31% mahasiswa yang bersedia melakukan apa saja untuk
meringankan masalah orang lain.
Dari 4 pertanyaan yang dijawab oleh 52 mahasiswa, terdapat total 208
jawaban atas pertanyaan pada observasi awal. Dari 208 jawaban, terdapat 125
jawaban yang bernilai positif terhadap empati. Dengan kata lain, persentase
persentase empati mahasiswa Pendidikan Bisnis stambuk 2019 sebesar 60%. Jadmiko
(2019:427) menjelaskan, dalam minat berwirausaha sosial faktor empati diukur
dengan respon sosial dan kepedulian sosial. Dimana, respon emosional mahasiswa
bernilai tinggi namun kepeduliannya bernilai rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan, empati mahasiswa Pendidikan Bisnis

8
stambuk 2019 cukup tinggi. Namun, respon emosional mahasiswa yang tinggi tidak
selaras dengan kepeduliannya. Minat berwirausaha sosial menurut Hockerts (2015)
juga dipengaruhi oleh adalah dukungan sosial yang dirasakan. Dukungan sosial dalam
bentuk bantuan nyata, dukungan informasi, dukungan emosi serta dukungan yang
tidak terlihat apabila dipersepsikan positif oleh individu akan membuat individu
tersebut merasa diperhatikan, dipedulikan serta dihargai.

2.2 Model dan strategi wirausaha sosial


Kewirausahaan mempunyai definisi yang cukup luas dan mempunyai
beberapa objek tersendiri yaitu terdiri dari kreativitas dan inovasi. Menurut Thomas
W. Zimmerer (1996), kewirausahaan adalah suatu hasil dari disiplin ilmu dan
sebuah proses yang bersifat sistematis terhadap penerapan suatu kreativitas dan
inovasi yang bertujuan untuk memenuhi setiap kebutuhan dan peluang dalam
ruang lingkup pasar. Dengan adanya tuntutan terhadap perkembangan yang cukup
pesat telah mendorong ke arah pertumbuhan yang wajar dan perubahan ke arah
globalisasi yang dapat menuntut adanya sebuah keunggulan, persaingan, dan
pemerataan. Selain itu, definisi dari kewirausahaan yaitu suatu penerapan kreativitas
dan inovasi yang dilakukan untuk menyelesaikan dan memecahkan setiap
permasalahan dan sebuah upaya untuk memanfaatkan setiap peluang yang akan
selalu dihadapi pada setiap harinya. Secara umum, hakikat dari kewirausahaan adalah
merujuk pada setiap watak, sifat, dan karakteristik atau ciri-ciri yang melekat pada
seseorang yang memiliki kemauan kuat, motivasi dan semangat yang tinggi dalam
mewujudkan setiap gagasan ide yang kreatif dan inovatif ke dalam ruang lingkup
bisnis atau usaha yang mampu untuk dikembangkan.
Orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan dapat disebut dengan
wirausahawan. Menjadi seorang wirausahawan yang sukses menjadi setiap
kemauan dan dambaan bagi setiap orang. Oleh karena itu, seorang
wirausahawan harus mempunyai kemampuan dalam berpikir kreatif dan inovatif
9
untuk menghasilkan setiap ide atau gagasan yang perlu dikembangkan untuk
menciptakan sesuatu yang bersifat baru dan mempunyai sebuah perbedaan dan
keunggulan dibandingkan dengan yang lain sehingga mampu meningkatkan
persaingan yang bertujuan untuk menyelesaikan dan memecahkan setiap
permasalahan yang sering dihadapi oleh setiap pelanggan atau konsumen.
Sedangkan esensi yang terdapat di dalam kewirausahaan adalah
menghasilkan atau menciptakan nilai tambah sebuah produk dengan
melaksanakan kombinasi dari setiap sumber daya melalui penerapan metode
yang bersifat baru dan mempunyai perbedaan dengan metode produksi yang
dilakukan oleh wirausaha yang lain. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Zimmer (1996), nilai tambah pada esensi
kewirausahaan
tersebut dapat dihasilkan melalui metode sebagai berikut :
a. Penemuan pengetahuan dan pengembangan teknologi baru
b. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada sebelumnya
c. Adanya sebuah penemuan yang baru dalam menciptakan setiap produk yang relatif
banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit

2.3 Studi kasus wirausaha sosial


Kewirausahaan sosial menjadi trend dalam dekade terakhir, indikasi nyata
terlihat dari pertumbuhan organisasi non-profit sepanjang tahun 1987 – 1997 sebesar
31 persen, yang melebihi pertumbuhan bisnis formal sebesar 26% di periode yang
sama. Berbeda dengan kewirausahaan komersial, kewirausahaan sosial secara
definitif memiliki jangkauan yang luas hingga sempit, sebelumnya kewirausahaan
sosial selalu diidentikkan dengan aktivitas inovatif dengan tujuan sosial baik yang
berorientasi profit maupun tidak (Dess and Anderson, 2003; Emerson & Twersky,
1996; Austin, et al., 2006). Sedangkan secara lebih spesifik, kewirausahaan sosial
didefinisikan sebagai penerapan keahlian bisnis yang didasarkan pada mengolah
10
kondisi pasar di area yang tidak menguntungkan seperti ketika sektor yang
berorientasi non-profit membuat kegiatan yang dapat menghasilkan keuntungan
(Reis, 1999; Thompson, 2002).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari kewirausahaan sosial
adalah “menciptakan nilai sosial daripada menciptakan kekayaan pribadi maupun
pemegang saham, yang karakteristiknya diwarnai oleh faktor inovasi yang mampu
mengatasi beragam masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat” (Zadek dan
Thake, 1997). Senada dengan yang disampaikan sebelumnya Timmons dan Spinelliv
(2006) membuat pengelompokan yang diperlukan untuk tindakan kewirausahaan
dalam enam (6) hal, yakni: 1. Komitmen dan determinasi; 2. Kepemimpinan; 3.
Obsesi pada peluang; 4. Toleransi pada risiko, ambiguitas, dan ketidakpastian; 5.
Kreativitas, keandalan, dan daya beradaptasi; 6. Motivasi untuk unggul. Karena
luasnya cakupan kewirausahaan sosial maka banyak kalangan sepakat bahwa
kewirausahaan sosial seharusnya tidak didefinisikan dalam bentuk hukum formal,
karena implementasi kewirausahaan sosial dapat menggunakan sembarang kendaraan
untuk mewujudkannya. Sehingga untuk membedakan lebih nyata antara
kewirausahaan sosial dan kewirausahaan komersial maka kewirausahaan sosial
menurut Austin et.al, (2006) didefinisikan sebagai “inovasi dalam penciptaan nilai
sosial yang dapat terjadi di dalam sebuah bisnis nonprofit, profit, maupun sektor
pemerintahan”. Beberapa indikator dan faktor yang membedakan kewirausahaan
sosial dan kewirausahaan komersial secara teoritis.
Perbedaan antara kewirausahaan sosial dan komersial sejatinya tidak
dikotomis, melainkan lebih tepat dikonseptualisasikan sebagai sebuah kontinum
murni antara aspek ekonomi dan sosial, bahkan mungkin perpaduan diantara
keduanya. Artinya, kegiatan amal masih harus mencerminkan realitas ekonomi,
sementara aktivitas ekonomi masih harus menghasilkan nilai sosial. Pendekatan
tersebut mencakup hasil kewirausahaan, penyebab kewirausahaan, dan manajemen
kewirausahaan (Stevenson & Jarillo, 1991). Ekonom misalnya melihat kewirausahaan

11
sebagai dampak dan hasil dari proses kunci kemajuan perekonomian. Sementara dari
perspektif sosiologis dan psikologis kewirausahaan lebih ditujukan kepada individu
pengusaha; dan dari sisi manajerial, kewirausahaan menjadi faktor pendorong yang
penting dalam menciptakan inovasi baru (Austin et al., 2006).
Secara umum konsep kewirausahaan yang diacu dalam kewirausahaan sosial
maupun komersial dapat yang menempatkan peluang/ kesempatan lebih tinggi
daripada sumber daya (Stevenson, 1983). Penekanan ditempatkan pada bagaimana
peluang dapat diakui, proses melakukan untuk kesempatan, mendapatkan kontrol atas
sumber daya, mengelola jaringan sumber daya yang mungkin atau tidak mungkin
dalam hirarki tunggal, dan cara di mana manusia/ pekerja dihargai. Selain ketiga
sumber inti tersebut, perlu diperhatikan faktor kontekstual yang mampu
mempengaruhi keberhasilan Dengan definisi ini, jelas bahwa salah satu unsur penting
untuk sukses sebagai wirausahawan adalah kemampuan setiap individu
(wirausahawan) mendefinisikan elemen-elemen yang harus sadar ditangani, dan
orang-orang yang hanya bisa bermain karena fokus perhatian ditujukan pada
kemampuan mereka mengelola peluang. Kesepakatan adalah substansi dari tawar-
menawar yang mendefinisikan siapa dalam usaha yang memberikan apa, dan siapa
mendapat apa.
Setiap transaksi memberikan nilai termasuk di dalamnya manfaat ekonomi,
pengakuan sosial, otonomi dan hak dalam pegambilan keputusan, kepuasan
kebutuhan pribadi yang mendalam, interaksi sosial, pemenuhan generatif dan warisan
keinginan, serta pemenuhan kebutuhan untuk tujuan altruistik. Perkembangan
selanjutnya lebih menyoroti praktek kewirausahaan social yang seharusnya
mengedepankan aspek multidimensional yang disesuaikan dengan karakteristik
kewirausahaan sosial yang dikembangkan khususnya bagi usaha non-profit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep multidimensional kewirausahaan
sosial merupakan satu kesatuan konsep inovasi, proaktif dan manajemen resiko disatu
sisi dimensi yang antara satu atribut dengan atribut lainnya saling terkait berda dalam

12
satu domain multidimensi (Law, Wong, & Mobley, 1998; Weerawardana dan Mort,
2006). Oleh karena itu, kewirausahaan sosial merupakan keseluruhan abstraksi dari
inovasi, proaktif, dan resiko manajemen yang dibatasi oleh hambatanhambatan dalam
lingkungan, keberlanjutan usaha dan misi sosial. Dalam model ini setiap manajer
diharuskan fokus, responsif dan proaktif terhadap setiap perubahan lingkungan dalam
perumusan strategi manajerialnya untuk memenangkan persaingan dengan setiap
organisasi nirlaba dalam menjaring pasar yang justeru mereka cenderung lebih
inisiatif. Manajer juga diharapkan terus dapat memantau setiap strategi manajemen
secara terus-menerus untuk meningkatkan transparansi dan kompetisi. Setiap
pantauan yang dilakukan selalu membutuhkan ide-ide baru yang mensyaratkan unsur
inovasi, proaktif dan pengelolaan resiko manajemen yang mampu menciptakan nilai-
nilai sosial dalam aktivitas operasional bisnis perusahaan

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kewirausahaan mempunyai
definisi yang cukup luas dan
mempunyai beberapa objek
tersendiri yaitu terdiri dari
kreativitas dan inovasi. Secara
umum, hakikat dari
kewirausahaan
adalah merujuk pada setiap
watak, sifat, dan karakteristik
14
atau ciri-ciri yang melekat
pada
seseorang yang memiliki
kemauan kuat, motivasi dan
semangat yang tinggi dalam
mewujudkan setiap gagasan
ide yang kreatif dan inovatif ke
dalam ruang lingkup bisnis
atau
usaha yang mampu untuk
dikembangkan. Orang yang
mempunyai jiwa
kewirausahaan
dapat disebut dengan
wirausahawan. Seorang
15
wirausaha harus mempunyai
komitmen dan
konsistensi dalam menciptakan
produk baru yang berkualitas
tinggi dan mampu bersaing
dengan produk yang lain.
adanya komitmen dan
konsistensi tersebut harus
didukung oleh
motivasi yang kuat yang ada di
dalam jiwa wirausaha.
Kewirausahaan mempunyai definisi yang cukup luas dan mempunyai
beberapa objektersendiri yaitu terdiri dari kreativitas dan inovasi. Secara umum,
hakikat dari kewirausahaanadalah merujuk pada setiap watak, sifat, dan karakteristik
atau ciri-ciri yang melekat padaseseorang yang memiliki kemauan kuat, motivasi
dan semangat yang tinggi dalammewujudkan setiap gagasan ide yang kreatif dan
inovatif ke dalam ruang lingkup bisnis atauusaha yang mampu untuk
dikembangkan. Orang yang mempunyai jiwa kewirausahaandapat disebut dengan
wirausahawan. Seorang wirausaha harus mempunyai komitmen dankonsistensi dalam

16
menciptakan produk baru yang berkualitas tinggi dan mampu bersaingdengan produk
yang lain. adanya komitmen dan konsistensi tersebut harus didukung olehmotivasi
yang kuat yang ada di dalam jiwa wirausaha.

DAFTAR PUSTAKA
Asif, M., et al., 2011. An integrated management systems approach to corporate
social responsibility, Journal of Cleaner Production (2011),
doi:10.1016/j.jclepro.2011.10.034. Austin, J.E., Leonard, H., Reficco, E., & Wei-
Skillern, J. 2004. Corporate social entrepreneurship: A new vision of CSR. Harvard
Business School Working Paper No. 05-021. Boston: Harvard Business School.
_____, James, Howard Stevenson, Jane Wei Skilem, 2006. Social and Commercial
Entrepreneurship: Same, Different, or Both?, Entrepreneurship Theory and Practice,
Januari 2006, Baylor University. Avina, 2009. Annual Report, Leadership of
Sustainable Development in Latin America, www.avina.net, diunduh tanggal 12
februari 2013. Bank Mandiri, 2011. Laporan Tahunan: Program Kemitraan dan Bina
17
Lingkungan PT. Bank Mandiri, Tbk, Jakarta. Branco, M. C. & Rodrigues, L. L. 2006.
“Corporate Social Responsibility and Resource-Based Perspectives”, Journal of
Business Ethics, vol. 69, pp.111-132. Brown, T., and Dacin, P.A., 1997. The
company and the product: Corporate Associations and consumer product responses.
Journal of Marketing. 61 (1), 68-84. Cavanagh, Gerald F.and McGovern, Arthur F.,
1988. Ethical dilemmas in the modern corporation / Englewood Cliffs, NJ : Prentice
Hall,. MLA CERFE Group. 2001. Action Research on Corporate Citizenship among
European Small and Medium Enterprises. CERFE Labiratory, European Parliament
Clarkson, M.B.E. 1995. A stakeholder framework for analyzing and evaluating
corporate social performance. Academy of Management Review, 20, 65-91.
Diplomasi, 2012. Indonesia, Laboratorium Sosial Raksasa Dengan Ekonomi Satu
Triliun Dollar, No. 51 Tahun V 15 Juli -24 Agustus 2012 Drucker. F Peter, 1985.
Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New York : Harper &
Row. ______, F Peter, 2001. The Essential Drucker: Selections from the
Management Works of Peter F. Drucker, Dees, J Gregory and Beth Battle Anderson,
2003. For Profit Social Ventures, in Social Entrepreneurship, edited by Marilyn L
Sanawiri, B., & Iqbal, M. (2018). Kewirausahaan. Universitas Brawijaya Press.Sari,
A. P., Anggraini, D. D., Sari, M. H. N., Gandasari, D., Siagian, V., Septarini, R. S., ...
&Simarmata, J. (2020). Kewirausahaan dan Bisnis Online. Yayasan Kita
Menulis.Rusdiana, A. (2018). Kewirausahaan: Teori dan Praktek.Prihantoro, W., &
Hadi, S. (2017). PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN,MOTIVASI
BERWIRAUSAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP
SIKAPMENTAL KEWIRAUSAHAAN. Economic Education Analysis Journal, 5(2),
705Rosmiati, R., Junias, D. T. S., & Munawar, M. (2015). Sikap, motivasi,
dan minatberwirausaha mahasiswa. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan
(Journal ofManagement and Entrepreneurship), 17(1), 21-30.Supriyanto, S. (2009).
Business Plan sebagai Langkah Awal Memulai Usaha. JurnalEkonomi dan
Pendidikan, 6(1), 17216.Setiarini, S. E. (2013). Business plan sebagai

18
implementasi kewirausahaan padapembelajaran ekonomi di SMA. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan,8(2). 146-155

19

Anda mungkin juga menyukai