Anda di halaman 1dari 26

Critical Jurnal Review (CJR)

Mata Kuliah

STATISTIK

Oleh :

Nama : HALIMI

NIM : 0331193035

Kelas : S2-PAI NON REGULER

Dosen Pengampuh :
Dr. H. RUSYDI ANANDA, M. Pd.

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATER UTARA MEDAN

T.A. 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT. Karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat

menyelesaikan Tugas ini dengan tapat waktu. Saya memohon maaf apabila

kepenulisan dalam tugas saya masih jauh dari kata sempurna. Saya mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Dr. H. Rusydi Ananda, M.Pd selaku dosen Statistik

Pendidikan yang memberi arahan dalam mengerjakan tugas Critical Journal Review

dengan Judul jurnal pertama Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar

Ipa Di Sekolah Dasar dan jurnal kedua The Relationship between Self-Concept, Intrinsic

Motivation, Self-Determination and Academic Achievement among Chinese Primary

School Students. Saya berharap tugas ini dapat menambah wawasan kita mengenai

materi yang diangkat menjadi topik utama dalam tugas Critical Journal Review

dengan judul jurnal pertama Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar

Ipa Di Sekolah Dasar dan jurnal kedua The Relationship between Self-Concept, Intrinsic

Motivation, Self-Determination and Academic Achievement among Chinese Primary

School Students. serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi para pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan tugas ini dengan penuh rasa terima kasih

dan harapan semoga tugas saya bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Medan, 17 Februari 2020

Halimi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Pembahasan 2

BAB II RINGKASAN JURNAL 3

2.1 Ringkasan Jurnal Pertama 3

2.2 Ringkasan Jurnal Kedua 8

BAB III PEMBAHASAN ANALISIS 19

3.1 Kritikal Jurnal 19

3.2 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal 20

BAB IV PENUTUP 22

3.1. Kesimpulam 22

3.2 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tugas mata kuliah statistik pendidikan matematika yang diberikan

seluruh komponen dari suatu hasil penelitian dalam jurnal dengan cara menganalisis

temuan utama, keunggulan dan kelemahan yang ada dalam penelitian tersebut dan

membandingkannya dengan jurnal lainnya. Untuk melengkapi tugas yang diberikan

saya mencoba mereview jurnal dengan identitas sebagai berikut

Identitas Jurnal

Jurnal pertama

Judul Jurnal : Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa

Di Sekolah Dasar

Penulis : Ghullam Hamdu, Lisa Agustina

Penerbit : Tarumanagara Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya

Indentitas : Jurnal Penilitian Pendidikan Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2011

Kota : Tasikmalaya

Nomor e-ISSN : 1412-565X

Jurnal kedua

Judul Jurnal : The Relationship between Self-Concept, Intrinsic Motivation, Self-

Determination and Academic Achievement among Chinese

Primary School Students.

Penulis : Kong Bee Leng

Penerbit : UTM Perdana School, Universiti Teknologi Malaysia, International

Campus

Indentitas : International Journal of Psychological Studies , Volume 3 Nomor 1

1
edisiom june Tahun 2017

Kota : Masai, Johor, Malaysia

Nomor e-ISSN : 1918-722X

Nomor ISSN : 1918-7211

1.2. Tujuan

Journal review ini bertujuan untuk:

1. Mengulas isi jurnal yang akan direview.

2. Mencari dan mengetahui informasi mengenai hubungan motivasi dengan prestasi

belajar siswa dengan menggunakan rumus korelasi yang ada dalam jurnal

3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada jurnal.

1.3. Manfaat

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistik Pendidikan Matematika

2. Untuk menambah pengetahuan tentang statistik pendidikan matematika dengan

jurnal penilitian mengenai hubungan motivasi dengan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan rumus korelasi yang ada dalam jurnal .

2
BAB II

RINGKASAN

1.1. Ringkasan Jurnal 1

Pendahuluan

Dengan prestasi yang tinggi, para siswa mempunyai indikasi

berpengetahuan yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi

siswa adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras,

ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar

pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang

perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.

Penelitian Wasty Soemanto (2003) menyebutkan, pengenalan seseorang

terhadap prestasi belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-

hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan

prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih

optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi

belajar yang telah diraih sebelumnya.

Biggs dan Tefler (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) mengungkapkan

motivasi belajar siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya

motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar

akan rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada siswa perlu diperkuat

terus-menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat,

sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal.

Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran

sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11). Siswa yang bermotivasi tinggi dalam

belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya

3
semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang

dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.

Kajian Pustaka

1. Pengertian Tentang Belajar dan pembelajaran

Slameto (2003) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa mengalami sendiri

proses dari tidak tahu menjadi tahu.

2. Motivasi Belajar

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia

terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau

tujuan tertentu.

Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004:42) Motivasi belajar adalah

kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh

hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

3. Prestasi Belajar

Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang

dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan

dalam raport” Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa “ prestasi belajar

adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa

dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”

Sedangkan menurut Nasution, S (1987) prestasi belajar adalah “ kesempurnaan

yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar

dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan

4
psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang

belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi

belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,

menolak dan menilai informasi- informasi yang diperoleh dalam proses belajar

mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu

dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau

raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi

belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi

dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Metode Penelitian

Penelitian dengan metode penelitian kuantitatif ini akan dilaksanakan di

kelas IV SDN 18 Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan sampel

sebanyak 26 orang siswa dan dilakukan selama 4 bulan dari bulan Agustus

sampai dengan November 2010. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu

motivasi belajar siswa dengan 8 indikator sebagaimana yang diungkapkan oleh

Abin Syamsudin M (2007:30) kemudian disusun dalam bentuk instrumen

angket (skala likert) dengan jumlah 20 soal. Angket ini terlebih dahulu diuji

validitas dan reliabilitas sebelum dipakai di lapangan. Sedangkan variabel

dependen yaitu nilai tes formatif mata pelajaran IPA yang berasal dari data

dokumentasi rata-rata prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.

Data hasil penelitian dari angket dan data prestasi siswa diolah dengan

merata-ratakan dan dihitung berdasarkan kategori dari Riduan (2009):

X ≥ Xid + 0,61sd adalah dirasakan atau tinggi

Xid - 0,61sd < X < X id + 0,61 sd adalah cukup dirasakan atau sedang

X ≤ Xid – 0,61sd adalah kurang dirasakan atau kurang

5
Setelah itu dilakukan uji normalitas, uji korelasi dan Uji Koefisien

Determinasi berdasarkan hipotesis: (H0) “Tidak terdapat pengaruh motivasi

belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA”. Sedangkan Ha

“Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran IPA. Analisis dilakukan terhadap semua data yang diperoleh dengan

bantuan program SPSS Statistik 16.0.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Berikut ini perhitungan deskripsi nilai dari motivasi belajar siswa:

Tabel 1 Deskriptif Motivasi Belajar Siswa

N Std.

Mean Deviation Min Max Sum


Valid Missing

X 26 0 87,46 7,596 72 99 2274

Hasil deskriptif data motivasi belajar siswa dalam penelitian ini

diterangkan bahwa terdapat jumlah kasus 26 orang siswa yang mengisi angket

dengan rata-rata (mean) sebesar 87,46; simpangan baku (standar deviasi) =

7,596; skor minimun dari data motivasi belajar siswa yang paling rendah = 72

dan skor maksimum dari data motivasi belajar siswa = 99. Sedangkan jumlah

skor keseluruhan sebesar 2274.Sedangkan Perbandingan rata-rata setiap

indikator dari jumlah total siswa dapat dilihat dari gambar dibawah ini: Rata-

rata skor Indikator Motivasi. Gambar 1. Diagram Batang Hasil Rata-rata Angket

Setiap Indikator

6
Hasil dari nilai prestasi belajar siswa dihitung dengan hasil perhitungan

Deskriftif seperti Tabel 4.20 sebagai berikut:

Tabel 2 Deskriptif Prestasi Belajar Ipa


N Std.

Vali Missin Mean Deviatio Min Max Sum

Y d
26 g
0 88,46 n
7,317 70 100 2300

Hasil deskriftif data prestasi belajar IPA dalam penelitian ini diterangkan

bahwa terdapat 26 orang siswa yang mengisi angket dengan rata-rata (mean)

sebesar 88,46; simpangan baku (standar deviasi) = 7,317; skor minimun dari data

motivasi belajar siswa yang paling rendah = 70 dan skor maksimum dari data

motivasi belajar siswa = 100. Sedangkan jumlah skor keseluruhan sebesar 2300.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh, besarnya koefisien korelasi (r) yaitu

sebesar 0,693 lebih besar dari 0,491 dengan taraf signifikan 1%. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu “terdapat hubungan

motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA” Jika dikonsultasikan dengan

pendapat Arikunto, S (2006) maka besarnya korelasi ini berada pada rentang

0,600 – 0,800 dengan tingkat hubungan yang tinggi. Dengan demikian data

di atas memiliki tingkat hubungan yang tinggi anatara motivasi siswa dan

prestasi belajar pada mata pelajaran IPA. Sementara itu berdasarkan uji

2
koefisien determinasi dengan rumusan KP = r x 100%, menunjukkan

kontribusi variabel X (motivasi siswa) terhadap variabel Y (prestasi belajar IPA)

berpengaruh sebesar 48,1%, sedangkan 51,9% lainnya dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak diketahui.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum motivasi belajar dan

prestasi belajar siswa kelas IV SD N Tarumanagara tergolong baik. Analisis juga

menunjukkan bahwa pengaruh motivasi belajar besar pengaruhnya terhadap


7
prestasi belajar IPA dari siswa. Sehungga sebagaimana yang diungkapkan oleh

Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka

prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa memiliki

kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan buruk

(rendah).

Kesimpulan

Tanggapan siswa kelas IV Tarumanagara Kota Tasikmalaya terhadap

motivasi belajar diinterpretasikan baik karena nilai rata-rata (87,46) berada

dalam kategori X ≥ 61. Prestasi tiap siswa berbeda-beda ada yang tinggi dan ada

yang rendah. Prestasi belajar pada kelas IV SDN Tarumanagara umumnya

diinterpretasikan baik karena nilai rata-rata (88,46) berada dalam kategori X ≥

61.

Berdasarkan pengolahan dan analisis data dengan dibantu program SPSS

16.0 diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,693 artinya motivasi belajar

dengan prestasi belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar

terhadap prestasi belajar IPA”. Setelah dikorelasikan menunjukkan interprestasi

tingkat reliabilitas tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi

belajar IPA siswa kelas IV SDN Tarumanagara Tawang Tasikmalaya adalah

sebesar 48,1%.

2.2. Ringkasan Jurnal 2

Kajian Pustaka

Orang tua peduli tentang prestasi akademik anak-anak mereka karena mereka

percaya bahwa hasil akademik yang baik akan memberikan pilihan karir yang lebih

dan keamanan kerja. Sekolah juga sering dipengaruhi oleh kekhawatiran tentang

8
reputasi sekolah, yang dapat bergantung pada prestasi akademik keseluruhan

sekolah.

Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi prestasi akademik termasuk anak

motivasi, gaya pengasuhan (Darling dan Steinberg, 1993; Steinberg, 1996; Nooraini

dan Azizi, 2004).

Tindakan motivasi dapat berupa self-ditentukan atau dikendalikan. Sejauh

bahwa itu adalah ditentukan sendiri, itu mengalami sebebas dipilih dan berasal dari

diri sendiri, tidak dilakukan di bawah tekanan dari beberapa kekuatan internal atau

eksternal (Brophy, 1998). Untuk menjadi diri menentukan, orang harus

memutuskan bagaimana untuk bertindak atas lingkungan mereka.

Prestasi akademik juga menunjukkan pengetahuan dicapai dan keterampilan

yang dikembangkan dalam subjek sekolah, biasanya dirancang oleh nilai tes.

Tingkat pencapaian adalah seberapa jauh mahasiswa berhasil dalam ujian tertentu

atau tes standar (Reber, 1985). Dalam pengaturan pendidikan, keberhasilan diukur

dengan prestasi akademik, atau seberapa baik seorang siswa memenuhi standar

yang ditetapkan oleh pemerintah daerah atau lembaga itu sendiri Di sekolah dasar

dan menengah di Malaysia, prestasi akademik selalu diukur dengan hasil

pemeriksaan siswa, tidak hanya pemeriksaan yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah seperti UPSR, PMR, SPM dan STPM, tetapi juga tes bulanan, tes

jangka menengah atau standar tes yang dilakukan oleh sekolah atau kabupaten. Hal

yang paling penting adalah siswa mendapatkan banyak “A” karena mereka dapat

dalam pemeriksaan meskipun sekolah atau kabupaten yang berbeda memiliki

sistem penilaian yang berbeda.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri,

penentuan nasib sendiri, motivasi intrinsik dan prestasi akademik siswa sekolah

dasar Cina.

9
1. Desain penelitian

Desain penelitian dari penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri, motivasi

intrinsik, penentuan nasib sendiri dan prestasi akademik responden.

1. metode

1.1 peserta

Sampel dipilih dari sekolah dasar Cina di Kabupaten Pasir Gudang, Johor,

Malaysia. Ini terdiri dari 200 siswa dari standar 5 dan standar 6. Sampel dipilih

dengan menggunakan simple random sampling.

1.2 langkah-langkah

Sebuah instrumen yang dikembangkan sendiri digunakan untuk tujuan

pengumpulan data. literatur yang cukup telah dibuat sebelum perkembangan

laporan barang. Wajah dan isi validasi dibuat oleh tiga hakim dari bidang psikologi.

Uji reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen itu dapat diandalkan diberi nilai

reliabilitas keseluruhan Cronbach Alpha adalah 0,941.

2. Analisis data

Dalam studi ini, tiga hipotesis nol diuji untuk tingkat signifikansi pada 0,05 margin of

error. Mereka:

H01: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan prestasi akademik

responden.

H02: Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dan prestasi

akademik responden

H03: Tidak ada hubungan yang signifikan antara penentuan nasib sendiri dan

prestasi akademik responden.

10
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Korelasi

Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen (konsep

diri, motivasi intrinsik dan penentuan nasib sendiri) dan variabel terikat (prestasi

akademik). Konsep diri dan prestasi akademik responden menunjukkan korelasi

yang lemah. motivasi intrinsik dan prestasi akademik responden juga menunjukkan

korelasi lemah dan dua variabel ini.

1.1 Hubungan antara Konsep Diri dan Prestasi Akademik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan lemah antara

konsep diri dan prestasi akademik di antara responden. Temuan ini kontras dengan

beberapa penelitian sebelumnya (Anderson & Johnson, 1971; Aryana, 2010;

Francisco & Maria, 2003; Marsh & Craven, 1997; Marsh et al, 2000;. Marsh et al,

2005;. Mboya, 1989 ; Nuthana & Yenagi, 2009; Skaalvik, 1997;. Valentine et al, 2004),

di mana mereka menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep

diri dan prestasi akademik.

Namun, temuan penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bachman & O'Malley (1977), Habibollah et al. (2009) dan Maruyama et al. (1981), di

mana mereka menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

konsep diri siswa dan prestasi akademik mereka. Dalam temuan lain, Azizi dan

Jamaludin (2009) juga menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara konsep diri dan prestasi akademik.

Penelitian ini menggunakan tiga dimensi konsep diri seperti keluarga, sosial

dan pribadi, tetapi temuan digambarkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara tiga dimensi-dimensi konsep diri dengan prestasi akademik siswa.

Namun, faktor yang paling penting dan signifikan yang mempengaruhi siswa

11
konsep diri adalah orang tua (Burns, 1982). Menurut Stott (1939), remaja yang

berasal dari rumah-rumah di mana ada penerimaan, saling percaya dan

kompatibilitas antara orang tua dan anak-anak, lebih baik disesuaikan, lebih

mandiri, berpikir lebih positif tentang mereka dan memiliki konsep diri positif.

Sebaliknya, apa yang telah terjadi di sebagian besar kota yang sebagian besar

keluarga adalah keluarga-keluarga dual-pencari nafkah, terutama di daerah

perkotaan. Penelitian menunjukkan bahwa hampir 75% dari ibu dari anak usia

sekolah bekerja di luar rumah (DelCampo, 1994). Menurut Johari (2009), pada tahun

2004, sekitar 54,6% Malaysia tinggal di daerah perkotaan. Tingginya biaya hidup di

daerah perkotaan telah memaksa ibu Malaysia untuk meninggalkan anak-anak

mereka untuk pekerjaan. 62,8% dari ibu-ibu dengan anak-anak di bawah usia 15

tahun bekerja penuh waktu saat ini (Departemen Statistik, Malaysia, 2004). daerah

Pasir Gudang dapat dianggap sebagai daerah perkotaan dan banyak orang tua yang

bekerja di Singapura. Beberapa orang tua pulang dan bertemu keluarga mereka

seminggu sekali atau selama akhir pekan dan beberapa dari mereka melakukan

perjalanan setiap hari dari Pasir Gudang ke Singapura. Ini dapat dijelaskan

berdasarkan kedekatan antara Pasir Gudang dan Singapura serta pertukaran mata

uang tinggi yang ditawarkan oleh pengusaha Singapura. Dengan demikian, orang

tua ini sibuk dengan pekerjaan mereka, memiliki waktu yang terbatas untuk

berpartisipasi dan melibatkan diri dalam kegiatan belajar di rumah dan kurang

memiliki kesempatan untuk mengajar dan membimbing anak-anak mereka di

sekolah mereka bekerja serta membangun konsep diri anak-anak dan mengajarkan

mereka moral dan nilai-nilai. Secara khusus, keterlibatan orang tua telah menjadi

salah satu indikator yang paling signifikan efektivitas sekolah (Clemons, 2005;

12
Johari, 2009; Morrison, 2009; Rosenblatt & Peled, 2002) dan penyesuaian psikologis

pada anak-anak (Veneziano & Rohner, 1998). Sebuah studi yang dilakukan oleh

Gibson & Jefferson (2006) juga mengungkapkan bahwa keterlibatan orang tua

memiliki pengaruh pada anak-anak konsep diri. Keterlibatan orang tua dapat

membentuk rasa keterkaitan antara orang tua dan anak-anak, dengan demikian

membina kedekatan antara orang tua dan anak-anak (Grolnick & Slowiaczek, 1994).

Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dapat membantu anak-anak

mencapai nilai yang lebih tinggi melalui pemantauan kegiatan sehari-hari mereka

dan dengan melacak dekat mereka kemajuan sekolah (Fehrmann et al., 1987).

Yang lain yang signifikan berikutnya yang dapat mempengaruhi konsep diri siswa

adalah guru. Guru juga merupakan panutan siswa. Berdasarkan Buri (1991) guru

memainkan peran penting dalam mengembangkan konsep diri antara anak.

Menurut Leung et al. (1998), pengaruh sekolah sangat penting dalam

mengembangkan kepribadian siswa sebagai proses sosialisasi di rumah harus

dilakukan lebih lanjut di sekolah-sekolah. Dengan demikian, guru memiliki

pengaruh langsung pada perasaan, inspirasi, konsep diri dan sikap anak dan

karenanya mempengaruhi prestasi akademik mereka. Sehubungan dengan

penelitian ini, sekolah Cina belajar dipraktekkan kelas streaming dan beberapa

responden berpartisipasi dalam studi yang berprestasi tinggi. Para guru yang

mengajar kelas yang lebih tinggi peringkat mungkin memiliki harapan yang tinggi

untuk prestasi akademik mereka dibandingkan dengan kelas normal. Pada

kenyataannya, Burnett (1997) melaporkan bahwa pernyataan positif yang dibuat

oleh guru memiliki efek langsung pada anak-anak self-talk positif yang pada

gilirannya memiliki efek langsung pada konsep diri anak-anak.

13
Hirsch dan Rapkin (1987) menemukan bahwa dukungan sebaya dikaitkan

dengan konsep diri yang tinggi.

2.1 Hubungan antara Motivasi Intrinsik dan Prestasi Akademik

Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan lemah dan

negatif antara motivasi intrinsik siswa dan prestasi akademik mereka. Temuan ini

mirip dengan Niebuhr (1995) yang menunjukkan motivasi intrinsik siswa tersebut

menunjukkan efek signifikan yang lemah pada hubungan dengan prestasi

akademik. Temuan menunjukkan bahwa unsur-unsur dari kedua iklim sekolah dan

lingkungan keluarga memiliki dampak langsung yang lebih kuat pada prestasi

akademik

Hasil penelitian juga menemukan bahwa ada hubungan yang lemah antara

motivasi intrinsik siswa dan prestasi akademik mereka. Ini mungkin disebabkan

oleh orang tua dari responden yang cenderung dapat menggunakan motivasi

ekstrinsik seperti moneter, hadiah dan sebagainya untuk menghargai anak-anak

mereka untuk prestasi mereka sangat baik dalam tes.

Selain itu, pada akhir tahun, Orang Tua dan Guru Association (PTA) sekolah

akan memuji berprestasi tinggi di setiap kelas dan setiap standar dengan hadiah

atau imbalan moneter. Umumnya, di banyak ruang kelas atau sekolah, jumlah yang

tidak memadai imbalan, wabah penyakit, dan sertifikat, didistribusikan merata,

dengan jumlah terbesar dari imbalan akan penampil terbaik atau peserta didik

tercepat (Covington, 2000). Situasi ini menunjukkan bahwa prestasi dimaksimalkan

ketika siswa benar-benar bersaing untuk sejumlah imbalan. Siswa termotivasi atau

terangsang untuk alasan yang salah: menang atas orang lain dan untuk

menghindari kehilangan; alasan tersebut dapat mengakibatkan siswa kegagalan

14
akhirnya, frustrasi, dan kebencian (Covington, 1998; 1999). Dengan demikian,

kegiatan semacam ini dapat menurunkan motivasi intrinsik siswa, membangkitkan

moral yang salah untuk siswa dan tidak cocok untuk diterapkan di sekolah.

Faktor lain yang dapat menyebabkan hubungan lemah antara motivasi intrinsik

siswa dan prestasi akademik mereka lingkungan rumah. Istilah “lingkungan rumah”

mengacu pada semua benda, kekuatan dan kondisi di rumah yang mempengaruhi

anak secara fisik, intelektual dan emosional (Muola, 2010). Orang tua cenderung

membeli sesuatu anak-anak' seperti bukan sesuatu yang berguna dan cocok untuk

anak-anak. Ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa sebagian besar

responden memiliki komputer, notebook dan PlayStation portabel bukan buku cerita

atau buku referensi di rumah. Situasi ini dapat mencegah kegiatan belajar dan tidak

menyediakan lingkungan belajar di rumah. Anak-anak lebih suka bermain game

komputer daripada membaca buku cerita, buku sekolah dan melakukan latihan

akademis mereka yang relevan. Bahkan, lingkungan rumah memiliki pengaruh

positif dan signifikan serta efek langsung dan tidak langsung dengan motivasi

intrinsik dari masa melalui masa remaja awal (Gottfried et al., 1998). Selain itu, anak-

anak termotivasi untuk belajar informasi baru dan keterampilan ketika lingkungan

mereka kaya dengan kegiatan menarik yang membangkitkan rasa ingin tahu mereka

dan menawarkan tantangan yang moderat (Schunk et al., 2008). Dengan demikian,

rumah harus memiliki banyak kegiatan yang merangsang pemikiran anak-anak, serta

buku-buku, teka-teki, dan sejenisnya.

2.2 Hubungan antara Penentuan Nasib Sendiri dan Prestasi Akademik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan negatif

yang lemah antara siswa penentuan nasib sendiri dan prestasi akademik mereka.

15
Temuan itu kontras dengan beberapa studi yang menemukan hubungan positif

(Sarver, 2000; Thoma & Getzel, 2005; Wehmeyer & Palmer, 2003; Wehmeyer &

Schwartz, 1997) antara variabel yang diukur. Temuan ini sesuai dengan asumsi teori

penentuan nasib sendiri bahwa kebutuhan psikologis dasar seseorang untuk

otonomi, kompetensi, dan keterkaitan harus dipenuhi secara berkelanjutan bagi

orang untuk berfungsi terbaik mereka (Ryan & Deci, 2000).

Namun, temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian lain yang dilakukan oleh

Ahmed dan Bruinsma (2006), yang juga menunjukkan bahwa penentuan nasib

sendiri siswa menunjukkan korelasi yang lemah dengan prestasi akademik mereka..

Mereka menyimpulkan bahwa Asia lebih “eksternal” termotivasi. Sejak Malaysia

terletak di kawasan Asia, tidak mengherankan untuk penelitian ini menunjukkan

temuan penelitian ini. Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bae (2007)

menemukan bahwa hanya sebagian kecil dari prestasi akademik dicatat oleh

penentuan nasib sendiri.

Beberapa responden berasal dari keluarga tunggal yang orang tua mereka bercerai

dan beberapa orang lain yang bekerja di Singapura, khususnya siswa dari kelas

normal. Mereka tinggal dengan kakek-nenek mereka, dengan wali atau tinggal di

rumah kesejahteraan. Dengan demikian, mereka mungkin tidak memenuhi

kebutuhan psikologis dasar untuk otonomi, kompetensi dan keterkaitan dan

sebagian besar tidak melakukan yang terbaik mereka.

Faktor lain yang dapat menyebabkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

penentuan nasib sendiri siswa dan prestasi akademik mereka gaya pengasuhan.

Sebagian besar responden dihadiri banyak kelas kuliah setelah sekolah. Mereka

tidak rela patungan kelas kuliah, tetapi dipaksa untuk melakukannya oleh orang

16
tua mereka. Oleh karena itu, mereka hanya mengikuti kegiatan dan rencana diatur

oleh orang tua mereka dan menghadiri kelas kuliah tanpa bunga untuk belajar atau

kemauan untuk belajar. Jenis perilaku tidak berfungsi untuk memotivasi diri dan

memberikan kontribusi untuk menentukan nasib sendiri mereka, maka

mengakibatkan penurunan prestasi akademik mereka. jenis gaya pengasuhan dapat

dianggap sebagai otoriter gaya pengasuhan (Nooraini, 2004).

Menurut Santrock (2007), gaya pengasuhan otoriter adalah membatasi, hukuman

gaya di mana orang tua menasihati anak untuk mengikuti arah mereka dan untuk

menghormati pekerjaan dan usaha mereka. Ulama sepakat bahwa gaya asuh

otoriter adalah norma dalam sistem keluarga tradisional Cina, berdasarkan filsafat

Konfusianisme (Lau dan Cheung, 1987; Tseng dan Wu, 1985). Karena penelitian ini

dilakukan dalam jenis sekolah dasar Cina-nasional, sehingga lebih dari 90% siswa

dari sekolah ini adalah Cina. Chao (1994) karakterisasi perilaku otoriter orang tua

China jatuh ke otoritarianisme umum karena sebagian besar berkaitan dengan

mengendalikan perilaku anak-anak mereka dan menuntut ketaatan mereka. Dengan

demikian, anak-anak dengan jenis pengasuhan mungkin memiliki kompetensi

sosial yang kurang sebagai orangtua umumnya mengatakan kepada mereka apa

yang harus dilakukan bukannya membiarkan mereka lebih banyak kebebasan

pilihan.

3. Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan lemah antara

konsep diri dan prestasi akademik di kalangan mahasiswa, hubungan yang

signifikan lemah dan negatif antara motivasi intrinsik dan prestasi akademik

mereka dan hubungan yang signifikan dan negatif yang lemah antara siswa siswa

17
penentuan nasib sendiri dan prestasi akademik mereka.

Namun, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa prestasi akademik antara

siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yang secara langsung dan tidak

langsung berkaitan dengan konsep diri, motivasi intrinsik dan penentuan nasib

sendiri. Terlepas dari hubungan tersebut, ada faktor lain dianggap menonjol di

alam tetapi relevan dan berkontribusi pada keberhasilan kinerja siswa. Faktor-

faktor ini termasuk peran signifikan lain seperti dukungan keluarga, guru sikap dan

rekan-rekan pemahaman yang telah ditemukan oleh penelitian ini.

Tabel 1. Ringkasan korelasi


item Prestasi akademik
Konsep diri 1. Siswa 0,033
motivasi intrinsik 2. Mahasiswa -0,135
penentuan nasib sendiri 3. Mahasiswa -0,065

18
BAB III

PEMBAHASAN ANALISIS

3.1. Kritik Jurnal

a. Perbandingan jurnal 1 dan jurnal 2

Jurnal 1

Judul jurnal pertama membahas tentang Pengaruh Motivasi Belajar Siswa

Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar dengan menggunakan rumus

korelasi. Pembahasan dari jurnal ini sudah bagus terlihat dari keahlian penulis

dalam menulis hasil karya ilmiahnya yang sudah bervoleme 12. Hasil penelitian

menunjukan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa memiliki

pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA”. Setelah

dikorelasikan menunjukkan interprestasi tingkat reliabilitas tinggi besarnya

pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN

Tarumanagara Tawang Tasikmalaya adalah sebesar 48,1%. Walaupun secara

keseluruhan jurnal ini sudah baik, tetapi menurut sudut pandang reviewer masih

ditemukan beberapa kekurangan dalam penulisan ini . Isi jurnal pertama sangat

detail dan mudah untuk dipahami oleh pembaca. Isi juga sangat detail dari

hasil penilitiannya di sekolah dasar yang ditunjukan dalam bentul tabel,

sehingga lebih menarik pembaca. Jurnal ini tidak melampirkan indikator

motivasi di dalam hasil penilitiannya dalam bentuk diagram batang.

Sehingga pembaca merasa agak bingung memahami maksud gambar

diagram batang tersebut.

Jurnal 2

Jurnal kedua membahas tentang “ The Relationship between Self-Concept,

Intrinsic Motivation, Self-Determination and Academic Achievement among

Chinese Primary School Students” yang artinya adalah Hubungan antara

19
Konsep Diri, Intrinsik Motivasi, Penentuan Nasib Sendiri dan Prestasi Akademik

dengan siswa Cina Sekolah Dasar. Sama halnya dengan dengan jurnal pertama,

jurnal kedua juga cukup bagus trelihat dari dari hasil karya ilmiahnya penulis

yang bervolume 3. Pengalaman penulis kedua belum terlalu banyak berbeda

dengan penulis pertama. Dari sudut pandang reviewer masih ditemukan beberapa

kekurangan dalam penulisan ini guna membangun kualitas penulis agar lebih

baik untuk hasil karya selanjutnya mengurangi kekurangan dalam penulisan

selanjutnya. Pembahasan jurnal kedua memiliki beberapa kekurangan. Hasil dari

penelitian jurnal kedua menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

lemah antara konsep diri dan prestasi akademik di kalangan mahasiswa,

hubungan yang signifikan lemah dan negatif antara motivasi intrinsik dan

prestasi akademik mereka dan hubungan yang signifikan dan negatif yang lemah

antara siswa siswa penentuan nasib sendiri dan prestasi akademik mereka.

Pembahasan dalam jurnal tidak menjelaskan hasil penghitungan Korelasi Pearson

digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen (konsep diri,

motivasi intrinsik dan penentuan nasib sendiri) dan variabel terikat (prestasi

akademik). Pembaca lebih merasa sulit untuk memahami hasil dari penelitian

tersebut karna tidak disajikan dalam bentuk tabel ataupun gambar digram

batang, proses mencari hasil penilitian lebih lama karna harus membaca terlebuh

dahulu. Penjelasan teori masih kurang untuk memperkuat landasan. Faktor-faktor

dan indikator motivasi tidak dijabarkan dengan jelas.

3.2. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Jurnal 1

Kelebihan jurnal pertama:

1. Jurnal pertama pembahasannya sangat mudah untuk dipahami oleh pembaca,

teori pembahasannya juga sudah sangat jelas untuk dijadikan landasan toeri.

2. Hasil penelitian jurnal pertama mudah untuk dilihat oleh pembaca karna

20
disajikan oleh penulis dalam bentuk tabel dan diagram batang sehingga

langsung terlihat mana yang rendah dan tinggi.

Kelemahan jurnal pertama :

Dalam jurnal di hasil penilitian tertera hasil kontribusi motivasi yang

mempengaruhi prestasi belajar . Tetapi kekurangannya di dalam jurnal tidak

dijabarkan indikator dari motivasi agar lebih mendukung toeri jurnal pertama.

Jurnal 2

Kelebihan jurnal kedua :

Teori pendukung didalam jurnal kedua lebih spesifik dan jelas sehingga pembaca

lebih memahami variabel bebas dan variabel terikat dalam penilitian jurnal ini.

Kelemahan jurnal kedua :

1. Dalam jurnal pada hasil penitian tidak menujukkan hasilnya penilitian dalam

bentuk yang spesifik ke bentuk tabel atau digaram batang.

2. Indikator motivasi tidak di jabarkan di dalam jurnal.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Jurnal pertama dan kedua ini sudah bisa menjadi referensi bagi pembaca yang

mempelajari statistik pendidikan matematika dengan menggunakan rumus

korelasi . Kelebihan dari jurnal pertama terdapat bagan atau digram dari hasil

penelitian sehingga mempermudah pembaca untuk lebih memahami hasil

penilitian terhadap hubungan motivasi dengan prestasi belajar siswa.

4.2. Saran

Penulisan jurnal pertama dan kedua sudah baik, terlihat dari identitas jurnal yang

sudah bervolume 12 dan 3 artinya penulis jurnal ini memang sudah ahlinya.

Meskipun begitu bahkan seorang ahli pun tetap memerlukan kritik dan saran

yang membangun untuk kepenulisan jurnal berikutnya. Menurut saya sebagai

pembaca, jurnal ini akan lebih bagus lagi jika contoh-contoh sedikit diperbanyak,

agar pembaca tau arah dan tujuan pembahasan dalam jurnal. Sehingga jika

menemukan persoalan yang sama, pembaca bisa menjadikan jurnal ini sebagai

referensi yang kuat. Begitu juga dengan jurnal yang kedua.

22
DAFTAR PUSTAKA

Hamdu Ghulham dan Agustina Lisa, 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa

Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar. Jurnal Penilitian

Pendidikan volume 12 nomor 1.

Leng Bee Kong , 2011. The Relationship between Self-Concept, Intrinsic Motivation,

Self-Determination and Academic Achievement among Chinese Primary

School Students. International Journal of Psychological Studies

volume 3 nomor 1 edisi juni.

23

Anda mungkin juga menyukai