Anda di halaman 1dari 2

ESAI TENTANG MAWAS DIRI

Agama bukan hanya soal berapa banyak kita hafal dalil, bukan hanya
seberapa luas pengetahuan penafsiran kita; tetapi agama juga tentang
seberapa luas kebaikan akhlak kita, baik itu akhlak kepada diri sendiri,
orang lain, alam maupun kepada Tuhan.

Ayat-ayat Allah diturunkan kepada kita itu untuk pelajaran dan


perenungan bagi diri kita agar menjadi hamba sesuai dengan yang
dikehendaki-Nya. Ayat-ayat itu bukan sebagai alat untuk menghakimi,
menghina dan menistakan pihak lain. Kita sering lupa bahwa penilaian
kita atas orang lain selalu dipengaruhi, sekaligus dibatasi, oleh seberapa
luas pemahaman kita, seberapa bersih hati kita.

Orang-orang arif pernah mengatakan, adalah lebih mudah mengajari


orang lain daripada mengajari diri sendiri. Mengajari diri sendiri berarti
melatih mengendalikan hawa nafsu yang menjadi bagian integral dari diri
sendiri. Dan kita tahu betul bahwa hawa-nafsu adalah sesuatu yang sulit
ditaklukkan. Hawa-nafsu begitu samar dan halus; ia bisa meminjam
kebaikan untuk memuaskan dirinya sendiri, bahkan untuk tujuan yang
jahat dan buruk.

Kita selalu bertindak dengan mengedepankan hawa nafsu tanpa


melakukan mawas diri. Kita juga sering bertindak ceroboh dan lalai
sehingga mengakibatkan kerugian untuk diri kita sendiri dan orang lain.
Manusia memang selalu bersikap sombong, ceroboh, dan
mengedepankan hawa nafsu. Dalil tentang berperilaku mawas diri
terdapat dalam surah Al-Maidah(5) ayat 92.

‫َو َأِط يُعوا الَّلَه َو َأِط يُعوا الَّر ُسوَل َو اْح َذُرواۚ َفِإْن َتَو َّلْيُتْم َفاْع َلُموا َأَّنَما َع َلٰى َر ُسوِلَنا اْل َباَل ُغ اْل ُم ِبيُن‬

Terjemah Arti: Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada
Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan
(amanat Allah) dengan terang.
Dalam surah Al-Maidah(5) ayat 92 tersebut kita diperintahkan untuk selalu
bertindak dengan punuh kehati-hatian.Dalil tersebut mewajibkan umat
islam untuk selalu taat pada ajaran Allah dan Rasullulah. Oleh karena itu,
mari kita selalu berbuat kebaikan dan selalu mawas diri agar senantiasa
hidup dalam penuh keberkahan.

Selain ayat tersebut masih terdapat banyak dalil tentang perilaku untuk
mawas diri. Salah satunya adala hadist riwayat At Tirmidzi dan An Nasai.
diceritakan Anas bin Malik RA, yaitu pada
suatu hari, Rasulullah SAW melayat seseorang yang akan meninggal
dunia. "Bagaimana keadaanmu sekarang ini?" tanya Rasulullah.
"Aku dalam keadaan harap dan cemas," jawabnya.

Lalu, Rasulullah bersabda, "Tidaklah berkumpul dalam diri seseorang


dua perasaan ini, melainkan Allah akan berikan apa yang dia
harapkan dan menenangkannya dari apa yang ia cemaskan." (HR
At-Tirmidzi dan An-Nasai).

Berdasarkan surah Al-Maidah(5) ayat 92 dan hadist riwayat At-


Tirmidzi dan An-Nasai, kita harus senantiasa waspada terhadap
segala hal apaun yang terjadi agar kita senantiasa bertindak dalam
jalan yang haq dan nukan yang bathil. Semoga kelak kita dapat
senantiasa mendapat perlindungan dari Allah Swt dari godaan setan
agar terhindar dari tindakan yang ceroboh,bathil,sombong yang
mengakibatkan kita lupa mawas diri.

Anda mungkin juga menyukai