Journal) Abstrak
Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah sebagai upaya dalam mempermudah guru dalam
meningkatkan kemampuan membaca pada siswa, khususnya dalam penelitian ini adalah kelas V
Sekolah Dasar Mutiara Sei Mencirim. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas, dengan menerapkan metode suku kata pada kegiatan belajar Bahasa Indonesia.
Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan metode random sampling. Ada pun
sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, tes, dan catatan
lapangan. Hasil yang didapatkan dalam kegiatan pengamatan ini, menunjukkan adanya
efektivitas yang muncul pada saat menggunakan metode suku kata dalam upaya untuk
menaikkan keahlian dalam membaca para peserta didik pada bidang studi Bahasa Indonesia di
kelas V SD Mutiara Sei Mencirim dengan memperlihatkan hasil yang positif. Terdapat nilai yang
cukup menonjol yang menunjukkan adanya perbedaan dalam keterampilan membaca sebelum
dan setelah digunakannya metode suku kata melalui perbandingan t yang didapatkan dari
This is an open access article
kalkulasi (t0 = 13,42) dan besarnya “t” yang terdapat pada tabel nailai t (tt.ts.5% = 2,57 dan
under the Creative Commons tt.ts.1% = 4,03) oleh sebab itu, dapat dipahami jika t0 lebih tinggi dari tt,yakni 2,57<11,16>4,03.
Attribution-ShareAlike 4.0 Dikarenakan t0 lebih besar dari tt maka hipotesis nihil yang di ajukan di awal di tolak, hal ini
International license. menunjukkan jika terdapat kontras skor pada kegiatan belajar membaca permulaan sebelum dan
setelah digunakannya metode suku kata yang menjadi akibat terhadap pentingnya atau adanya
selisih yang dapat meyakinkan (relevan).
e-ISSN 2597-4122
Abstract
(Online) In the learning process, not all students have good skills in reading. Not a few found students
p-ISSN 2581-1800 who experience dyslexia. To deal with students who experience this, certain methods are needed.
(Print) So, the purpose of this research itself is as an effort to facilitate teachers in improving students'
reading skills, especially in this study is class V Mutiara Sei Mencirim Elementary School. This
*Correspondence: study uses the Classroom Action Research method, by applying the syllable method to
Lutfiah Hanny Indonesian language learning activities. Sampling was carried out using random sampling
lutfiah.hanny@uinsu.ac.id method. The data sources in this study were obtained through interviews, observations, tests and
field notes. The results obtained in this observation activity indicate the effectiveness that arises
when using the syllable method in an effort to increase students' reading skills in the field of
Received: 09-01-2023 Indonesian studies in grade V SD Mutiara Sei Mencirim by showing positive results. There is a
Accepted: 03-03-2023 significant value which indicates a difference in reading skills before and after using the syllable
Published: 12-03-2023 method through the comparison of t obtained from the calculation (t0 = 13.42) and the
magnitude of "t" contained in the t value table (tt.ts.5% = 2.57 and tt.ts.1% = 4.03) therefore, it
can be understood if t0 is higher than tt, namely 2.57<11.16>4.03. Because t0 is greater than tt,
the null hypothesis that was proposed at the beginning was rejected, this shows if there is a
contrast in scores in the early reading learning activities before and after using the syllable
DOI method which is the result of the importance or difference that can be convincing (relevant).
http://dx.doi.org/10.30
651/else.v7i1.17135 Keywords: Dyslexia; Syllable Method; Indonesian Learning.
membaca permulaan sebelum dan setelah tersebut merupakan berbagai cara yang mampu
dilakukan metode suku kata. Hal tersebut dibuat oleh pendidik agar mampu
memberikan efek yang cukup menonjol pada mempermudah anak yang mengalami disleksia.
perkembangan membaca peserta didik. Hidayat (2019) berpendapat bahwa orang
Penelitian lain yang dilaksankaan Safitri et al., yang berada di daerah orang-orang yang
(2022) juga memaparkan jika ketidakmampuan terkena disleksia dapat memahami keadaan
dalam membaca yang dialami oleh anak yang yang sedang dirasakan oleh para pengidap
menjadi salah satu sebab anak mengalami disleksia yang dapat juga membantu
kesulitan dalam membaca bukan dikarenakan menghilangkan pikiran negatif terhadap
ketidakmampuan anak dalam mendengar, disleksia. Anak yang mengalami disleksia
melihat, atau karena kecerdasan anak, bukan cenderung memiliki IQ yang tinggi, cenderung
pula karena keterampilan berbahasa anak, memiliki potensi untuk menjadi anak yang
namun karena terdapat gangguan dalam kinerja jenius, fakta inilah yang terjadi di lapangan
otak anak pada saat memperoleh informasi. Pada bahwa para penderita disleksia pada umumnya
kegiatan penelitian tersebut didapatkan sebuah memiliki tingkat kecerdasan yang baik.
hasil yang memperlihatkan bahwa metode suku Pratamawati et al., (2015) juga menekankan
kata dapat sangat efektif digunakan dalam bahwa apa yang dipaparkan di atas benar
mengupgrade keterampilan seorang anak pada adanya. Ningsih & Hasan (2019) dalam
kegiatan membaca permulaan yang penelitiannya juga menunjukkan jika membaca
diperlihatkan dengan adanya peningkatan pada permulaan dapat membantu peningkatan
persentase kemampuan membaca anak Karmila, dengan menggunakan metode suku kata. Hal ini
(2018). dilakukan dalam penelitian subjek tunggal (SSR)
Farida & Albar, (2022) dalam penelitiannya dengan menggunakan desain A-B.
mengemukakan jika dalam meningkatkan Ibrahim & Irawan (2021) juga memaparkan
kemampuan membaca siswa yang duduk di kelas bahwa kemampuan membaca melalui metode
1 MI Miftahul Ulum dengan menggunakan suku kata dalam peningkatan daya serap
media flash card dalam kegiatan mengeja telah memiliki empat langkah diantaranya meliputi
terbukti efektif. Meningkatnya nilai rata-rata perancangan, penyelenggaraan, pengamatan,
dalam tes psiko motorik berupa tes tulis dan dan gambaran. Rumantir dan Silvia Maya (2019)
lisan di siklus I dan siklus II menjadi tanda juga menuturkan jika penggunaan metode suku
terhadap peningkatannya. kata tepat digunakan dalam membantu
Budiani et al., (2018) dalam pengamatannya menaikkan keahlian dalam membaca anak agar
juga memaparkan jika: 1. Di kelas 1 SD para anak mampu mengenal huruf serta mampu
peserta didik yang menghadapi kerumitan dalam mengucapkan kata atau kalimat dengan metode
membaca yang menyebabkan anak jadi kurang suku kata.
mampu dalam membaca (decode), berbicara Monica juga menyimpulkan dalam
(syintax), dan mengeja kata (encode); 2. Faktor penelitiannya bahwa metode suku kata menajdi
gen, cahaya, serta lingkungan menjadi beberapa pilihan yang tepat untuk digunakan dalam upaya
kendala yang menyebabkan terjadinya disleksia meningkatkan kemampuan membaca
sehingga berakibat pada munculnya kerusakan permulaan. Adanya peningkatan dalam
neorologis, sindrom irlen, kerusakan pada persentase kemampuan membaca di SDN
artikulasi, memperhatikan proses perkembangan Bangunrejo 2 Yogyakarta pada anak kelas 1 yang
anak secara sosial emosional agar tidak mengalami kesulitan dalam membaca menjadi
mengalami demotivasi dalam belajar, melakukan bukti yang dapat dilihat bersama (Karmila, 2008).
remedial teaching, toleransi, multisensori, alat Okta dan Yarmis dalam pengamatannya juga
bantu seperti berupa menyediakan buku mendapatkan hasil jika setelah digunakannya
gambar, dispensasi, metode gilingham, hal metode suku kata dalam kegiatan belajar pada
anak yang mengidap kepelikan terhadap hingga perlakuan tersebut memberikan dampak
aktivitas membaca permulaan untuk anak yang kepada objek yang dimaksudkan. Penelitian
sulit belajar di kelas V SDN 32 Kuranji Padang, Tindakan Kelas ini melalui beberapa tahapan
dalam pengamatan tersebut telah terjadi yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
peningkatan yang cukup signifikan. Metode suku refleksi. Adapun pada tahap perencanaan, guru
kata dengan ini telah terbukti efektif dilakukan harus merancang dan menyiapkan materi
dalam upaya peningkatan keahlian membaca pelajaran bahasa Indonesia dengan
permulaan untuk anak yang sedang merasakan memfokuskan pada anak untuk belajar metode
kesusahan dalam membaca (Ningsih & Hasan, suku kata bagi siswa yang sulit membaca
2019). (disleksia). Kemudian tahap tindakan, guru harus
Secara komprehensif penelitian yang sudah mempersiapkan kegiatan, media dan jenis
dipaparkan di atas masih belum membahas instrumen yang digunakan saat mengajarkan
aspek-aspek yang berhubungan dengan faktor metode suku kata bagi siswa yang sulit
utama pada anak yang mengalami disleksia. Para membaca (disleksia) pada pembelajaran bahasa
peneliti seharusnya juga mengupayakan untuk Indonesia. Tahap observasi, guru harus
menganalisis mengenai faktor-faktor lain yang mengamati dan memberikan tes kepada anak-
memungkinkan untuk menjadi penyebab para anak saat belajar membaca dengan metode suku
penderita disleksia, jadi tidak hanya terfokus kata. Dan tahap refleksi, guru dapat menganalisis
pada disleksia yang dilihat dari sudut pandang dan mengevaluasi kegiatan metode suku kata
penderitanya saja. Oleh sebab itu peneliti bagi siswa yang sulit membaca (disleksia) pada
berupaya untuk menganalisis dan menguak pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD
secara komprehensif hal-hal yang berkaitan Mutiara Sei Mencirim.
dengan disleksia yang terjadi pada peserta didik Melalui tahapan penelitian, bisa diamati
di SD Mutiara Sei Mencirim, yang mencakup kemampuan membaca siswa dengan metode
pada aspek upaya yang dilakukan dalam upaya suku kata yang diterapkan dan berpedoman
menyembuhkan disleksia, faktor yang pada data berupa angka. Pengambilan sampel
menyebabkan disleksia, dan implementasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara
metode suku kata dalam upaya untuk sample random sampling, dengan melakukan tes
memberikan jalan keluar terhadap para lisan membaca pada peserta didik yang ada di
penderita disleksia. kelas V SD. Meskipun data bisa saja berupa data
Peneliti merasa tertarik setelah memahami kuantitatif, penelitian kualitatif di dalamnya
penjelasan dari berbagai macam penelitian termasuk pada penelitian tindakan kelas dengan
sebelumnya agar dapat menganalisis lebih jauh memberikan penjelasan yang bersifat deskriptif
mengenai hal yang berhubungan dengan para (Kunandar, 2011).
peserta didik yang mengidap kerumitan dalam Peserta didik yang ada di kelas V SD Mutiara
membaca (disleksia), sehingga mengakibatkan Sei Mencirim menjadi subjek penelitian dalam
fokus kajian yang berjudul Penggunaan Metode kegiatan pengamatan ini. Dalam proses kegiatan
Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) ini digunakan sumber data yang berbentuk
Pada Sekolah Dasar Kelas V di sekolah SD metode: a) Wawancara, yang merupakan suatu
Mutiara Mencirim mata pelajaran Bahasa kegiatan yang terjadi antara pewawancara
Indonesia. dengan orang yang diwawancarai; b) Observasi,
merupakan kegiatan dengan melakukan
METODE PENELITIAN pencatatan terhadap kejadian yang telah terjadi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terhadap keadaan yang nyata atau keadaan yang
adalah penelitian tindakan kelas. Metode ini dimanipulasi yang dimulai dengan dilakukannya
memaparkan terjadinya sebab akibat dari suatu pengamatan terlebih dahulu; c) Tes, untuk
perlakuan yang diberikan kepada objek dari awal mengetahui kemampuan membaca siswa
dengan menyuruhnya untuk membaca dengan sudah dibaca berulang kali. Namun, harus
cara eja, d) Catatan lapangan, hal ini digunakan dipahami juga bahwa disleksia ini tidak
untuk mendapatkan informasi yang tidak memberikan pengaruh pada organ lain atau
terangkum dalam pedoman observasi yang telah dapat dikatakan bahwa disleksia tidak dapat
dibuat oleh peneliti. Data-data yang diperoleh, menyebabkan gangguan pada organ lain seperti
akan dianalisis dengan menggunakan angka- telinga atau mata. Dikarenakan adanya
angka. Sedangkan instrument yang digunakan permasalahan yang dialami oleh otak dalam
ialah dalam dua bentuk, yaitu instrument memproses penerjemahan visual yang berasal
pengumpul data yang meliputi lembar observasi, dari telinga atau mata untuk menjadi sebuah
pedoman wawancara, lembar catatan lapangan, bahasa yang dapat dimengerti.
lembar tes siswa, dan instrument pemandu Kebanyakan para pengidap disleksia akan
analisis yang meliputi table tes kemampuan merasakan kesusahan dalam membaca,
membaca siswa, lembar perbandingan nilai menuturkan sebuah kata, mencatat, mendengar
siswa, lembar ketuntasan, dan kriteria keaktifan suara orang lain, dan berbicara. Keseluruhan kata
siswa. serta menggabungkan suatu bunyi atau suara
yang ada dalam kata tidak mampu dianalisis oleh
para penderita disleksia. Hambatan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN kegiatan belajar secara spesifik menjadi suatu
Hakikat Disleksia dan Problematikanya permasalahan yang dihadapi oleh para penderita
Kesulitan dalam memahami kosa kata baru disleksia. Seseorang yang mengalami kesulitan
yang sederhana baik secara tulisan atau secara dalam mengeja dengan menggunakan kata lain,
lisan merupakan sebuah gangguan verbal yang menulis, dan membaca merupakan gangguan
disebut dengan istilah disleksia. Kesulitan dalam dalam kegiatan belajar yang dialami oleh para
mengenal bentuk kata serta dalam memproses penderita disleksia. Kecerdasan yang dimiliki oleh
bunyi dan huruf yang berhubungan dengan kata seseorang tidak dipengaruhi oleh disleksia yang
tersebut juga merupakan hal-hal yang dialami dialami. Anak yang mengalami disleksia akan
oleh seorang penderita disleksia. Proses belajar merasakan kesulitan dalam kegiatan belajar
menjadi terhambat dikarenakan kesulitan yang membaca. Anak yang tidak mampu mngenali
dialami tersebut. Disleksia memiliki variasi dalam atau mengetahui simbol huruf dapat dijadikan
setiap tingkatannya yang dimulai dari yang sebagai suatu tanda atau gejala yang dialami
ringan sampai pada tingkat berat. Namun jika oleh anak yang menderita disleksia. Banyaknya
mampu dideteksi dan diketahui sejak dini maka ragam bunyi secara bersama-sama akan
proses penyembuhan akan lebih mudah diatasi. membentuk sebuah makna tertentu, dan dalam
Kesulitan dalam memahami suatu bacaan, hal ini huruf dan kata menjadi bagian yang
kesulitan dalam membaca, serta kesulitan dalam terpenting yang dimiliki dalam bunyi tertentu.
melakukan perbedaan antara huruf yang Ada beberapa faktor yang ikut berperan
memiliki kemiripan seperti /b/, /d/, /q/ /p/, /v/, dalam kegiatan belajar membaca seperti
/u/, /n/, dan lainnya merupakan hal yang terdapat kesadaran bunyian dalam suatu bunyi
dirasakan oleh penderita disleksia. Kata-kata dalam berbicara yang menjadi bentuk dari
sederhana seperti “kanal” menjadi “nakal”, “palu” simbol huruf yang diungkapkan, mampu
menjadi “lupa”, inilah yang dibaca oleh mendengarkan sebuah kata bagaimana dapat
seseorang yang mengalami disleksia. Mereka berbunyi, mampu membedakan bentuk huruf
akan sulit membedakan dan mengenal huruf serta kedudukan huruf. Ketidakmampuan dalam
atau kata yang susuanannya memiliki huruf yang melakukan decoding dalam belajar membaca
sama. Pada kata yang memiliki akhiran seperti serta mengalami kesulitan dalam mengeja
“jill” dan “hill” dalam bahasa Inggris juga akan merupakan permasalahan yang parah dalam
sulit dikenali oleh penderita disleksia meskipun memaknai sebuah bahasa, rendahnya tingkat
mereka memiliki ciri-ciri seperti yang dipaparkan Pada penelitian yang dilakukan di SD
pada poin di bawah ini: Mutiara Sei Mencirim pada pukul 09.00 WIB
1) Terbalik dalam membaca catatan yang diperoleh 6 orang anak yang mengalami
dibaca misalnya : d dibaca b, atau p disleksia berdasarkan hasil dari pre-test.
dibaca q
2) Terbalik dalam menuliskan abjad 2. Metode Dalam Implementasi Kajian
3) Anak sulit mengulang lagi penjelasan Membaca Permulaan Dengan Metode
yang disampaikan secara lisan suku kata Untuk Siswa Yang Mengalami
4) Memiliki ciri abjad yang berantakan Hambatan Dalam Membaca (Disleksia)
ketika ditulis, dan memiliki kualitas tulisan Metode ini dapat menjadi solusi
yang buruk pada anak yang mengalami kesulitan
5) Anak mengalami kesulitan jika menirukan membaca, maka peneliti menganggap
arahan yang disampaikan secara jika metode suku kata dapat diterapkan.
langsung Masih rendahnya kesadaran fonemik jadi
6) Sulit menentukan arah kanan dan kiri beberapa pemicu dari kesusahan
7) Sulit mengucapkan bunyi huruf dan sulit membaca yang dialami oleh peserta didi.
mengenali bentuk huruf Penggunaan metode suku kata lebih
8) Sulit menyatukan bunyi dalam abjad fokus terhadap proses perkenalan sebuah
untuk menjadi aksara yang memiliki kata dengan kegiatan dalam
makna mendengarkan bunyi huruf yang diminta
9) Lama mengingat bunyi huruf, membaca, bisa membantu memberikan peningkatan
serta lambat dalam menggabungkan terhadap kesadaran fonemik peserta
bunyi huruf didik.
Gejala-gejala disleksia dapat terlihat a) Langkah-langkah yang dilakukan
pada enam anak itu sehingga memberikan pada tindakan pertama
kemudahan dalam kegiatan penelitian pada Beberapa tahapan yang dapat dilakukan
saat melakukan pre-test. Beberapa gejala dalam tindakan pertama yakni :
yang dapat dikenalkan ke anak yang (1) Dimulai dari huruf. Pendidik
mengalami disleksia di sekolah dasar mengenalkan huruf yang dianggap
diantaranya meliputi: tengah sulit diucapkan oleh peserta
1) Merasakan sulit belajar berbicara didik seperti b, d, dan q. Kemudian
2) Kesulitan dalam mengungkapkan kata guru mengajarkannya kepada
yang panjang peserta didik
3) Mengalami kesulitan pada pengucapan (2) Huruf tersebut kemudian disusun
intonasi yang tepat menjadi rangkaian suku kata setelah
4) Kesulitan dalam mengenal warna, bentuk, para peserta didik sudah menghafal
angka, dan mempelajari alphabet bunyi pada setiap huruf. Guru
5) Mengalami kesulitan dalam belajar membantu melatih peserta didik agar
keterikatan antara bunyi huruf dengan peserta didik dapat menghafal
bentuk huruf susunan abjad menjadi suku kata
6) Kata-kata sederhana yang sulit dipahami tersebut, (guru memperlihatkan kata
7) Kesulitan dalam memberikan perbedaan “sita dan kita”, lalu dalam
terhadap huruf d dengan b, huruf p penulisannya dipisahkan menjadi
dengan q suku kata seperti “ki” dan “ta”.
8) Tidak benar dalam menulis atau Kemudian guru berkata kepada
membaca huruf peserta didik jika ini adalah “ki”.
Peserta didik diminta untuk
4) Setelah murid sudah mampu antusias dan semangat dalam belajar, serta dapat
membacanya maka selanjutnya mengendalikan sikapnya.
adalah membimbing anak untuk Terdapat banyak perubahan jika dlihat dari
merangkainya menjadi satu kalimat keenam peserta didik yang mengelami disleksia
dan mengajarkan bagaimana cara setelah dilakukan tindakan sebanyak 6 kali.
membacanya misalnya a-pa-kah a-ku Dapat dilihat perubahan itu dari peserta didik
pu-ra-pu-ra de-mam yang sudah mampu mengenali bentuk huruf dan
5) Dengan demikian murid akan sudah dapat mengungkapkan simbol huruf
terbiasa dalam membaca kalimat karena telah meingkatnya kesadaran fonemik
yang merupakan gabungan dari kata peserta didik. Diperoleh data mengenai kegiatan
yang sudah diajarkan oleh guru belajar membaca permulaan setelah
tanpa bantuan guru lagi. Ada juga menggunakan metode suku kata berdasarkan
murid yang sudah bisa membaca dari uji coba post-test yang diterapkan terhadap
naskah dengan judul “aku harus peserta didik.
bisa’’ pada pertemuan keenam
Peserta didik yang ada di kelas V Tabel 2 Poin post-test Siswa
SD Mutiara Sei Mencirim yang
mengalami disleksia setelah dilakukan Skor
No Nama
proses pembelajaran sebanyak 6 kali dari Post-test
yang tidak mengenali huruf sama sekali 1 Sella 70
dapat mengenali dan dapat membaca 2 Anggun 75
3 Wahyuni 75
suku kata serta ada pula yang sudah
4 Halimah 75
mampu membaca kalimat.
5 Reza 75
6 Ipan 75
Kegiatan Belajar Membaca Pada Tahap N=6 445
Permulaan Setelah Memakai Metode Suku
Kata Pada Bidang Studi Bahasa Indonesia
Dapat dilihat perubahannya dari siswa yang
Metode suku kata dipakai sebagai metode
semula belum tahu bentuk huruf dan bunyinya,
yang diharapkan mampu membantu
telah mampu mengenali dan mampu
mengupgrade keterampilan membaca
menyebutkan bunyi huruf dengan baik.
permulaan peserta didik yang mengalami
Kemudian setelah digunakannya metode suku
disleksia. Metode yang dipusatkan terhadap
kata ini, peserta didik yang terbalik dalam
proses pemahaman kata dengan kegiatan
membedakan b kecil dengan d kecil sudah
mendengar bunyi huruf merupakan maksud dari
mampu membedakannya. Banyak peserta didik
metode suku kata. Melalui metode suku kata ini
yang menajdi termotivasi untuk belajar membaca
diharapkan mampu membantu memudahkan
permulaan setelah dilakukannya demotivasi
anak dalam belajar membaca yang dimulai
secara berulang dan memberikan keyakinan
dengan mengenali bentuk serta bunyi huruf.
kepada peserta didik jika membaca itu
Kemampuan anak yang mengalami disleksia
merupakan hal yang mudah. Skor nilai yang
dapat ditingkatkan dan diperbaiki jika diamati
semula rata-ratanya 61,6 meningkat hingga 74,2.
berdasarkan pengamatan yang sudah
dilaksanakan. Dalam pengaplikasian metode
Analisis Penerapan Metode suku kata Bagi
suku kata yang diberikan oleh peneliti kepada
Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah
peserta didik, mereka mampu merespon dengan
Dasar Kelas V Sebelum Dan Sesudah
baik penggunaannya. Peserta didik juga dapat
Menggunakan Metode Suku Kata
fokus dalam mendengarkan penyampaian guru,
Ha : penggunaan metode suku kata dalam Ha : Pada saat belum dan sudah digunakannya
bidang pelajaran bahasa Indonesia di SD Mutiara metode suku kata dalam kegiatan belajar
Sei Mencirim terdapat perbedaan secara membaca pada bidang studi bahasa Indonesia di
menonjol pada kegiatan membaca permulaan SD Mutiara Sei Mencirim terdapat perbedaan
antara sebelum dan sesudah penerapan metode yang signifikan
suku kata. H0 : tidak terdapatnya selisih yang substansial
H0 : penggunaan metode suku kata tidak pada kegiatan pembelajaran membaca
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan permulaan antara ketika belum dan telah
pada pengaplikasian metode suku kata dalam digunakannya metode suku kata dalam bidang
penerapan kegiatan membaca permulaan pelajaran bahasa indonesia di SD Mutiara Sei
sebelum dan sesudah di SD Mutiara Sei Mencirim.
Mencirim. Maka dilakukan perhitungan dengan
Uji lisan dilakukan kepada 6 peserta didik menggunakan tahapan yang ada di bawah ini
pada saat belum dilakukan metode suku kata agar mampu menguji hipotesis yang benar,
dan setelah diterapkan metode suku kata agar langkah-langkahnya adalah:
dapat mengetahui pengaruh penggunaan Pada tabel 3 diperoleh ∑D = -75 dan ∑𝐷 2 =
metode suku kata pada peserta didik. Lalu untuk 975. Setelah di peroleh nilai ∑D dan ∑𝐷 2 ,
mengetahui dampak pada pengaplikasiannya besarnya deviasi pada standar selisih skor antara
maka dilakukan tes “t”. Dalam pengamatan ini variabel X dan Variabel Y (SDD) dapat diketahui
dengan menggunakan tes “t” dapat diasumsikan dengan:
hipotesis nihil sebagai ada atau tidaknya
pengaruh yang siignifikan terhadap metode suku ∑𝐷 2 ∑D 2 975 −75 2
SDD= √ −( ) = √ −( )
kata dalam kegiatan belajar membaca pada 𝑁 𝑁 6 6