Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS METODE SUKU KATA BAGI

SISWA SULIT MEMBACA (DISLEKSIA)


PADA SEKOLAH DASAR KELAS V MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA
Lutfiah Hanny1, Zaini Dahlan2
ELSE (Elementary Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
School Education lutfiah.hanny@uinsu.ac.id1, zainidahlan@uinsu.ac.id2

Journal) Abstrak
Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah sebagai upaya dalam mempermudah guru dalam
meningkatkan kemampuan membaca pada siswa, khususnya dalam penelitian ini adalah kelas V
Sekolah Dasar Mutiara Sei Mencirim. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas, dengan menerapkan metode suku kata pada kegiatan belajar Bahasa Indonesia.
Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan metode random sampling. Ada pun
sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, tes, dan catatan
lapangan. Hasil yang didapatkan dalam kegiatan pengamatan ini, menunjukkan adanya
efektivitas yang muncul pada saat menggunakan metode suku kata dalam upaya untuk
menaikkan keahlian dalam membaca para peserta didik pada bidang studi Bahasa Indonesia di
kelas V SD Mutiara Sei Mencirim dengan memperlihatkan hasil yang positif. Terdapat nilai yang
cukup menonjol yang menunjukkan adanya perbedaan dalam keterampilan membaca sebelum
dan setelah digunakannya metode suku kata melalui perbandingan t yang didapatkan dari
This is an open access article
kalkulasi (t0 = 13,42) dan besarnya “t” yang terdapat pada tabel nailai t (tt.ts.5% = 2,57 dan
under the Creative Commons tt.ts.1% = 4,03) oleh sebab itu, dapat dipahami jika t0 lebih tinggi dari tt,yakni 2,57<11,16>4,03.
Attribution-ShareAlike 4.0 Dikarenakan t0 lebih besar dari tt maka hipotesis nihil yang di ajukan di awal di tolak, hal ini
International license. menunjukkan jika terdapat kontras skor pada kegiatan belajar membaca permulaan sebelum dan
setelah digunakannya metode suku kata yang menjadi akibat terhadap pentingnya atau adanya
selisih yang dapat meyakinkan (relevan).

Kata Kunci: Disleksia; Metode Suku Kata; Pelajaran Bahasa Indonesia

e-ISSN 2597-4122
Abstract
(Online) In the learning process, not all students have good skills in reading. Not a few found students
p-ISSN 2581-1800 who experience dyslexia. To deal with students who experience this, certain methods are needed.
(Print) So, the purpose of this research itself is as an effort to facilitate teachers in improving students'
reading skills, especially in this study is class V Mutiara Sei Mencirim Elementary School. This
*Correspondence: study uses the Classroom Action Research method, by applying the syllable method to
Lutfiah Hanny Indonesian language learning activities. Sampling was carried out using random sampling
lutfiah.hanny@uinsu.ac.id method. The data sources in this study were obtained through interviews, observations, tests and
field notes. The results obtained in this observation activity indicate the effectiveness that arises
when using the syllable method in an effort to increase students' reading skills in the field of
Received: 09-01-2023 Indonesian studies in grade V SD Mutiara Sei Mencirim by showing positive results. There is a
Accepted: 03-03-2023 significant value which indicates a difference in reading skills before and after using the syllable
Published: 12-03-2023 method through the comparison of t obtained from the calculation (t0 = 13.42) and the
magnitude of "t" contained in the t value table (tt.ts.5% = 2.57 and tt.ts.1% = 4.03) therefore, it
can be understood if t0 is higher than tt, namely 2.57<11.16>4.03. Because t0 is greater than tt,
the null hypothesis that was proposed at the beginning was rejected, this shows if there is a
contrast in scores in the early reading learning activities before and after using the syllable
DOI method which is the result of the importance or difference that can be convincing (relevant).
http://dx.doi.org/10.30
651/else.v7i1.17135 Keywords: Dyslexia; Syllable Method; Indonesian Learning.

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 60 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN hambatan yang terdapat dalam otak yakni pada


Gangguan pada aktivitas membaca dapat sistem syaraf pusat di masa prenatal, perintal
dikenal dengan kata “Disleksia”. Adanya kesulitan serta pada saat memasuki usia 1 tahun pertama
dalam menganalisis ucapan, suara, serta sulit menjadi permasalahan yang mampu
dalam mempelajari mengenai cara dalam menghambat masa perkembangan anak.
menggabungkan huruf dan kata adalah Gangguan sistem syaraf otak yang dapat
fenomena yang dirasakan oleh orang yang memberikan pengaruh dalam kemampuan
tertimpa disleksia. Seseorang yang mengalami membaca anak inilah yang menjadi hambatan
kesulitan dalam membaca disebabkan oleh yang dialami oleh anak yang disebut dengan
disleksia yang dapat memberikan pengaruh pada “Disleksia”.
kemampuan otak dalam memproses bahasa. Sejumlah anak yang mengalami hambatan
Gangguan dalam membaca dan mengeja bukan dalam membaca, yang di awali dari kelas yang
termasuk dalam penyakit, walaupun orang itu paling bawah hingga kelas yang paling tinggi
mampu belajar. Andriani & Elhefni (2015) tingkatannya, hal ini ditemukan selama kegiatan
mengemukakan jika disleksia tidak memberikan penelitian berlangsung di SD Mutiara Sei
pengaruh pada tingkat kecedasan yang ada pada Mencirim. Kemampuan menulis dan membaca
seseorang. Hal ini dikarenakan terdapatnya sifat menjadi dua aspek yang harus mendapat
yang lebiih komplek sehingga proses membaca perhatian pada anak yang memasuki usia 7-12
dapat termasuk sebagai kesulitan dalam tahun. Kemampuan tersebut memang sudah
membaca dan mengeja yang dialami oleh anak- harus dimiliki oleh anak sejak memasuki sekolah
anak. dasar. Terdapat 5 dari 12 anak yang ada di kelas
Sejak anak memasuki usia enam atau tujuh V SD yang mengalami kesulitan dalam membaca
tahun, maka mereka sudah mempunyai yang ditemukan selama kegiatan penelitian ini
kemampuan membaca, inilah yang akan terjadi berlangsung. Hal inilah yang membuat peneliti
untuk anak normal pada umumnya. Akan tetapi fokus dalam melakukan kajian mengenai
anak yang sampai memasuki usia dua belas kesulitan dalam membaca (Disleksia), agar
tahun masih belum membaca, maka inilah yang peneliti dapat memastikan segala kemungkinan
dikatakan dengan anak yang mengidap disleksia. yang dapat terjadi pada anak-anak tersebut pada
(Irdamuri et al., 2018). Akan menjadi masalah jika saat mengalami gangguan dalam membaca kata
anak sekolah dasar yang kesulitan dalam atau huruf.
membaca tidak mendapatkan penangan segera Tidak banyak penelitian yang menjelaskan
dengan baik dan tepat. secara rinci mengenai metode suku kata yang
Kemampuan dalam memahami ilmu yang dipakai dalam mengatasi anak yang mengalami
lain dapat dilihat dari kemampuan membacanya, disleksia, namun masih ada beberapa penelitian
hal ini karena kemampuan dalam membaca yang memberikan penjelasan mengenai metode
menjadi landasan awal bagi seorang anak. suku kata yang dapat digunakan dalam
Kemampuan dasar dalam mendapatkan membaca. Pada penelitian yang dilakukan oleh
informasi atau wawasan bagi para peserta didik Yohana et al., (2015) dapat diketahui jika metode
yang akan diberikan oleh seorang pendidik membaca dapat memberikan peningkatan atau
supaya dapat melebarkan kemampuan yang respon yang baik dalam kegiatan membaca pada
terdapat dalam tubuh seorang anak, hal ini anak. Dalam mengamati kemampuan membaca
seperti tujuan pendidikan. Kemampuan yang peserta didik di siklus I dan siklus II terdapat
dimiliki oleh seorang anak mencakup di peningkatan berdasarkan pada penelitian yang
dalamnya adalah kemampuan anak dalam telah dilakukan.
membaca. Pada pengamatan yang dilakukan oleh oleh
Ditemukan perbedaan dalam perkembangan Andriani & Elhefni, (2015), memberikan hasil jika
setiap anak pada setiap masanya. Adanya ada perbedaan nilai yang terjadi pada kegiatan

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 61 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

membaca permulaan sebelum dan setelah tersebut merupakan berbagai cara yang mampu
dilakukan metode suku kata. Hal tersebut dibuat oleh pendidik agar mampu
memberikan efek yang cukup menonjol pada mempermudah anak yang mengalami disleksia.
perkembangan membaca peserta didik. Hidayat (2019) berpendapat bahwa orang
Penelitian lain yang dilaksankaan Safitri et al., yang berada di daerah orang-orang yang
(2022) juga memaparkan jika ketidakmampuan terkena disleksia dapat memahami keadaan
dalam membaca yang dialami oleh anak yang yang sedang dirasakan oleh para pengidap
menjadi salah satu sebab anak mengalami disleksia yang dapat juga membantu
kesulitan dalam membaca bukan dikarenakan menghilangkan pikiran negatif terhadap
ketidakmampuan anak dalam mendengar, disleksia. Anak yang mengalami disleksia
melihat, atau karena kecerdasan anak, bukan cenderung memiliki IQ yang tinggi, cenderung
pula karena keterampilan berbahasa anak, memiliki potensi untuk menjadi anak yang
namun karena terdapat gangguan dalam kinerja jenius, fakta inilah yang terjadi di lapangan
otak anak pada saat memperoleh informasi. Pada bahwa para penderita disleksia pada umumnya
kegiatan penelitian tersebut didapatkan sebuah memiliki tingkat kecerdasan yang baik.
hasil yang memperlihatkan bahwa metode suku Pratamawati et al., (2015) juga menekankan
kata dapat sangat efektif digunakan dalam bahwa apa yang dipaparkan di atas benar
mengupgrade keterampilan seorang anak pada adanya. Ningsih & Hasan (2019) dalam
kegiatan membaca permulaan yang penelitiannya juga menunjukkan jika membaca
diperlihatkan dengan adanya peningkatan pada permulaan dapat membantu peningkatan
persentase kemampuan membaca anak Karmila, dengan menggunakan metode suku kata. Hal ini
(2018). dilakukan dalam penelitian subjek tunggal (SSR)
Farida & Albar, (2022) dalam penelitiannya dengan menggunakan desain A-B.
mengemukakan jika dalam meningkatkan Ibrahim & Irawan (2021) juga memaparkan
kemampuan membaca siswa yang duduk di kelas bahwa kemampuan membaca melalui metode
1 MI Miftahul Ulum dengan menggunakan suku kata dalam peningkatan daya serap
media flash card dalam kegiatan mengeja telah memiliki empat langkah diantaranya meliputi
terbukti efektif. Meningkatnya nilai rata-rata perancangan, penyelenggaraan, pengamatan,
dalam tes psiko motorik berupa tes tulis dan dan gambaran. Rumantir dan Silvia Maya (2019)
lisan di siklus I dan siklus II menjadi tanda juga menuturkan jika penggunaan metode suku
terhadap peningkatannya. kata tepat digunakan dalam membantu
Budiani et al., (2018) dalam pengamatannya menaikkan keahlian dalam membaca anak agar
juga memaparkan jika: 1. Di kelas 1 SD para anak mampu mengenal huruf serta mampu
peserta didik yang menghadapi kerumitan dalam mengucapkan kata atau kalimat dengan metode
membaca yang menyebabkan anak jadi kurang suku kata.
mampu dalam membaca (decode), berbicara Monica juga menyimpulkan dalam
(syintax), dan mengeja kata (encode); 2. Faktor penelitiannya bahwa metode suku kata menajdi
gen, cahaya, serta lingkungan menjadi beberapa pilihan yang tepat untuk digunakan dalam upaya
kendala yang menyebabkan terjadinya disleksia meningkatkan kemampuan membaca
sehingga berakibat pada munculnya kerusakan permulaan. Adanya peningkatan dalam
neorologis, sindrom irlen, kerusakan pada persentase kemampuan membaca di SDN
artikulasi, memperhatikan proses perkembangan Bangunrejo 2 Yogyakarta pada anak kelas 1 yang
anak secara sosial emosional agar tidak mengalami kesulitan dalam membaca menjadi
mengalami demotivasi dalam belajar, melakukan bukti yang dapat dilihat bersama (Karmila, 2008).
remedial teaching, toleransi, multisensori, alat Okta dan Yarmis dalam pengamatannya juga
bantu seperti berupa menyediakan buku mendapatkan hasil jika setelah digunakannya
gambar, dispensasi, metode gilingham, hal metode suku kata dalam kegiatan belajar pada

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 62 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

anak yang mengidap kepelikan terhadap hingga perlakuan tersebut memberikan dampak
aktivitas membaca permulaan untuk anak yang kepada objek yang dimaksudkan. Penelitian
sulit belajar di kelas V SDN 32 Kuranji Padang, Tindakan Kelas ini melalui beberapa tahapan
dalam pengamatan tersebut telah terjadi yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
peningkatan yang cukup signifikan. Metode suku refleksi. Adapun pada tahap perencanaan, guru
kata dengan ini telah terbukti efektif dilakukan harus merancang dan menyiapkan materi
dalam upaya peningkatan keahlian membaca pelajaran bahasa Indonesia dengan
permulaan untuk anak yang sedang merasakan memfokuskan pada anak untuk belajar metode
kesusahan dalam membaca (Ningsih & Hasan, suku kata bagi siswa yang sulit membaca
2019). (disleksia). Kemudian tahap tindakan, guru harus
Secara komprehensif penelitian yang sudah mempersiapkan kegiatan, media dan jenis
dipaparkan di atas masih belum membahas instrumen yang digunakan saat mengajarkan
aspek-aspek yang berhubungan dengan faktor metode suku kata bagi siswa yang sulit
utama pada anak yang mengalami disleksia. Para membaca (disleksia) pada pembelajaran bahasa
peneliti seharusnya juga mengupayakan untuk Indonesia. Tahap observasi, guru harus
menganalisis mengenai faktor-faktor lain yang mengamati dan memberikan tes kepada anak-
memungkinkan untuk menjadi penyebab para anak saat belajar membaca dengan metode suku
penderita disleksia, jadi tidak hanya terfokus kata. Dan tahap refleksi, guru dapat menganalisis
pada disleksia yang dilihat dari sudut pandang dan mengevaluasi kegiatan metode suku kata
penderitanya saja. Oleh sebab itu peneliti bagi siswa yang sulit membaca (disleksia) pada
berupaya untuk menganalisis dan menguak pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD
secara komprehensif hal-hal yang berkaitan Mutiara Sei Mencirim.
dengan disleksia yang terjadi pada peserta didik Melalui tahapan penelitian, bisa diamati
di SD Mutiara Sei Mencirim, yang mencakup kemampuan membaca siswa dengan metode
pada aspek upaya yang dilakukan dalam upaya suku kata yang diterapkan dan berpedoman
menyembuhkan disleksia, faktor yang pada data berupa angka. Pengambilan sampel
menyebabkan disleksia, dan implementasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara
metode suku kata dalam upaya untuk sample random sampling, dengan melakukan tes
memberikan jalan keluar terhadap para lisan membaca pada peserta didik yang ada di
penderita disleksia. kelas V SD. Meskipun data bisa saja berupa data
Peneliti merasa tertarik setelah memahami kuantitatif, penelitian kualitatif di dalamnya
penjelasan dari berbagai macam penelitian termasuk pada penelitian tindakan kelas dengan
sebelumnya agar dapat menganalisis lebih jauh memberikan penjelasan yang bersifat deskriptif
mengenai hal yang berhubungan dengan para (Kunandar, 2011).
peserta didik yang mengidap kerumitan dalam Peserta didik yang ada di kelas V SD Mutiara
membaca (disleksia), sehingga mengakibatkan Sei Mencirim menjadi subjek penelitian dalam
fokus kajian yang berjudul Penggunaan Metode kegiatan pengamatan ini. Dalam proses kegiatan
Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) ini digunakan sumber data yang berbentuk
Pada Sekolah Dasar Kelas V di sekolah SD metode: a) Wawancara, yang merupakan suatu
Mutiara Mencirim mata pelajaran Bahasa kegiatan yang terjadi antara pewawancara
Indonesia. dengan orang yang diwawancarai; b) Observasi,
merupakan kegiatan dengan melakukan
METODE PENELITIAN pencatatan terhadap kejadian yang telah terjadi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terhadap keadaan yang nyata atau keadaan yang
adalah penelitian tindakan kelas. Metode ini dimanipulasi yang dimulai dengan dilakukannya
memaparkan terjadinya sebab akibat dari suatu pengamatan terlebih dahulu; c) Tes, untuk
perlakuan yang diberikan kepada objek dari awal mengetahui kemampuan membaca siswa

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 63 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

dengan menyuruhnya untuk membaca dengan sudah dibaca berulang kali. Namun, harus
cara eja, d) Catatan lapangan, hal ini digunakan dipahami juga bahwa disleksia ini tidak
untuk mendapatkan informasi yang tidak memberikan pengaruh pada organ lain atau
terangkum dalam pedoman observasi yang telah dapat dikatakan bahwa disleksia tidak dapat
dibuat oleh peneliti. Data-data yang diperoleh, menyebabkan gangguan pada organ lain seperti
akan dianalisis dengan menggunakan angka- telinga atau mata. Dikarenakan adanya
angka. Sedangkan instrument yang digunakan permasalahan yang dialami oleh otak dalam
ialah dalam dua bentuk, yaitu instrument memproses penerjemahan visual yang berasal
pengumpul data yang meliputi lembar observasi, dari telinga atau mata untuk menjadi sebuah
pedoman wawancara, lembar catatan lapangan, bahasa yang dapat dimengerti.
lembar tes siswa, dan instrument pemandu Kebanyakan para pengidap disleksia akan
analisis yang meliputi table tes kemampuan merasakan kesusahan dalam membaca,
membaca siswa, lembar perbandingan nilai menuturkan sebuah kata, mencatat, mendengar
siswa, lembar ketuntasan, dan kriteria keaktifan suara orang lain, dan berbicara. Keseluruhan kata
siswa. serta menggabungkan suatu bunyi atau suara
yang ada dalam kata tidak mampu dianalisis oleh
para penderita disleksia. Hambatan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN kegiatan belajar secara spesifik menjadi suatu
Hakikat Disleksia dan Problematikanya permasalahan yang dihadapi oleh para penderita
Kesulitan dalam memahami kosa kata baru disleksia. Seseorang yang mengalami kesulitan
yang sederhana baik secara tulisan atau secara dalam mengeja dengan menggunakan kata lain,
lisan merupakan sebuah gangguan verbal yang menulis, dan membaca merupakan gangguan
disebut dengan istilah disleksia. Kesulitan dalam dalam kegiatan belajar yang dialami oleh para
mengenal bentuk kata serta dalam memproses penderita disleksia. Kecerdasan yang dimiliki oleh
bunyi dan huruf yang berhubungan dengan kata seseorang tidak dipengaruhi oleh disleksia yang
tersebut juga merupakan hal-hal yang dialami dialami. Anak yang mengalami disleksia akan
oleh seorang penderita disleksia. Proses belajar merasakan kesulitan dalam kegiatan belajar
menjadi terhambat dikarenakan kesulitan yang membaca. Anak yang tidak mampu mngenali
dialami tersebut. Disleksia memiliki variasi dalam atau mengetahui simbol huruf dapat dijadikan
setiap tingkatannya yang dimulai dari yang sebagai suatu tanda atau gejala yang dialami
ringan sampai pada tingkat berat. Namun jika oleh anak yang menderita disleksia. Banyaknya
mampu dideteksi dan diketahui sejak dini maka ragam bunyi secara bersama-sama akan
proses penyembuhan akan lebih mudah diatasi. membentuk sebuah makna tertentu, dan dalam
Kesulitan dalam memahami suatu bacaan, hal ini huruf dan kata menjadi bagian yang
kesulitan dalam membaca, serta kesulitan dalam terpenting yang dimiliki dalam bunyi tertentu.
melakukan perbedaan antara huruf yang Ada beberapa faktor yang ikut berperan
memiliki kemiripan seperti /b/, /d/, /q/ /p/, /v/, dalam kegiatan belajar membaca seperti
/u/, /n/, dan lainnya merupakan hal yang terdapat kesadaran bunyian dalam suatu bunyi
dirasakan oleh penderita disleksia. Kata-kata dalam berbicara yang menjadi bentuk dari
sederhana seperti “kanal” menjadi “nakal”, “palu” simbol huruf yang diungkapkan, mampu
menjadi “lupa”, inilah yang dibaca oleh mendengarkan sebuah kata bagaimana dapat
seseorang yang mengalami disleksia. Mereka berbunyi, mampu membedakan bentuk huruf
akan sulit membedakan dan mengenal huruf serta kedudukan huruf. Ketidakmampuan dalam
atau kata yang susuanannya memiliki huruf yang melakukan decoding dalam belajar membaca
sama. Pada kata yang memiliki akhiran seperti serta mengalami kesulitan dalam mengeja
“jill” dan “hill” dalam bahasa Inggris juga akan merupakan permasalahan yang parah dalam
sulit dikenali oleh penderita disleksia meskipun memaknai sebuah bahasa, rendahnya tingkat

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 64 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

kesadaran dalam panca indra auditif bunyian • Konfirmasi


(fonem), rendahnya intonasi, serta meraba 1) Guru memberikan klarifikasi terhadap
bacaan merupakan hal yang ditimbulkan dari hasil demontrasi yang dilakukan oleh
penderita disleksia. peserta didik
2) Guru menyediakan waktu untuk
Prosedur Penerapan Metode suku kata Pada melakukan tanya jawab kepada peserta
Anak Disleksia didik mengenai membaca permulaan
• Tahap perencanaan
1) Merancang serta memutuskan Kegiatan pengamatan
rencana pelaksanaan kegiatan belajar Uji coba pre-experimental designs bentuk
2) Menyediakan media berupa huruf one-group pre-test post-test design digunakan
yang tertulis dalam sebuah kartu pada kegiatan pengamatan. Sebelum
3) Menyediakan alat tes lisan dilakukannya tindakan maka kelas eksperimen
4) Menyediakan lembaran pengamatan diberikan pre-test. Hasil dapat diketahui lebih
5) Menyediakan pedoman penilaian akurat dan valid dengan dilakukannya kelas
dalam keterampilan dalam membaca eksperimen sehingga dapat diketahui
permulaan perbandingan antara keadaan sebelumnya
• Kegiatan awal dengan setelahnya. Dalam kegiatan observasi ini
1) Memberikan penghormatan dan maka akan dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan
berdoa yang mencakup: 1 x pre-test (sebelum dilakukan
2) Melakukan pengecekan terhadap tindakan), 4 x treatment (penerapan tindakan),
keikutsertaan peserta didik dan 1 x post-test (setelah dilakukan tindakan).
3) Memberikan pertanyaan seperti “Ayo Data yang diperoleh dalam pengamatan ini
siapa diantara kalian yang bersumber dari nilai peserta didik pada hasil
mengetahui nama-nama huruf” kegiatan belajar membaca permulaan dengan
4) Memberikan penjelasan dalam tujun menerapkan metode suku kata pada bidang
kegiatan belajar studi pelajaran Bahasa Indonesia untuk peserta
• Kegiatan eksplorasi didik yang ada di kelas V. Rencana Pelaksanaan
1) Peserta didik membaca setiap suku Pembelajaran (RPP) yang peneliti susun sudah
kata bersama dengan gurunya disesuaikan terhadap proses kegiatan belajar
2) Peserta didik maju di depan teman- yang dilakukan di kelas V sebanyak 4 kali.
temannya kemudian mengangkat Peneliti melakukan tes berupa (pre-test) sebelum
kartu huruf suku kata dan kata sesuai melaksanakan kegiatan belajar dan melakukan
dengan instruksi dari gurunya tes berupa (post-test) setelah kegiatan belajar di
• Kegiatan elaborasi SD Mutiara Sei Mencirim. Teks bacaan yang
1) Guru memberikan contoh dalam diberikan kepada peserta didik kelas V menjadi
membaca nama huruf kemudian para media dalam melakukan tes dalam bentuk lisan.
peserta didik menyimaknya Peneliti menerapkan pre-test dan post-test untuk
2) Guru membantu memberikan peserta didik yang merasa sulit dalam membaca
pengarahan kepada peserta didik agar agar peneliti mampu mengetahui keterampilan
membaca suku kata dan kata yang ada pada peserta didik dalam kegiatan
3) Guru menginstruksikan kepada peserta membaca permulaan.
didik untuk maju dan membaca huruf
dan suku kata Penerapan Metode Suku Kata Pada Anak
4) Peserta didik diberikan penghargaan Disleksia di Sekolah Dasar: Tantangan dan
melalui pujian dari gurunya karena Solusi
mereka sudah mampu membaca

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 65 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Tahapan Permulaan Sebelum Menggunkan Cara yang digunakan dalam penyebutan


Metode suku kata Pada Mata Pelajaran suara huruf merupakan metode yang dikenal
Bahasa Indonesia dengan metode suku kata. Cara pengejaan dapat
Aktivitas basa merupakan kegiatan yang dikatakan juga dengan metode fonik (phonic
bersifat saling bertautan dengan method). Kegiatan belajar yang terpusat terhadap
mengikutsertakan banyak fungsi kognitif mulai identifikasi sebuah kata dengan aktivitas
dari pemusatan, keahlian dalam pengkodean mendengarkan bunyi huruf merupakan metode
dengan cepat, perhatian, serta mampu suku kata. Metode suku kata dianggap tepat
memahami secara verbal. Keterampilan dalam digunakan kepada peserta didik yang akan
membaca permulaan atau keahlian dasar dalam melakukan kegiatan belajar membaca
memaknai kandungan yang terkandung dalam permulaan, hal inilah yang menjadi alasan
sebuah bacaan merupakan hal yang bermanfaat peneliti menggunakan metode suku kata. Peserta
terhadap kecepatan aktivitas penginputan didik akan diajarkan untuk mengetahui huruf,
informasi. Keterampilan yang dianggap penting kemudian peserta didik diajarkan mengenal
serta harus mampu dipahami oleh anak di tahun setiap bunyi dari tiap huruf, ini merupakan
pertama sekolah dasar adalah kemampuan langkah awal dalam penerapan metode suku
membaca. Keterampilan membaca bukan hanya kata.
keterampilan mekanis yang dapat dipelajari Sebelum dilakukannya metode suku kata
dalam suatu waktu saja, melainkan suatu proses dalam pembelajaran membaca, dapat diterapkan
untuk memaknai suatu bacaan agar dapat ujian dalam bentuk lisan yaitu dengan membaca
tercapainya suatu tujuan yang dimaksud secara sebuah naskah pada setiap peserta didik untuk
meluas. mengetahui anak yang mengidap kerumitan
Peserta didik diharuskan untuk menguasai dalam membaca. Diperoleh data mengenai
kemampuan membaca yang merupakan hal yang keahlian dalam membaca permulaan pada saat
dianggap penting secara substantif. Seperti belum digunakannya metode suku kata melalui
naskah soal dalam bentuk tambah dan kurang hasil percobaan yang dilakukan terhadap peserta
yang ada pada mata pelajaran matematika yang didik. Terdapat 25 orang anak yang kemudian
telah ada mulai semester I di kelas 1 SD. Maka didapatkan 6 orang anak yang merasakan susah
seperti itulah peserta didik harus mampu membaca melalui hasil percobaan yang telah
menguasai kemampuan dalam membaca untuk dilakukan. Enam orang siswa mendapatkan nilai
menunjang keberhasilan pada proses yang paling rendah dan masuk pada kategori
pembelajaran di semua bidang pelajaran. kurang baik.
Keterlambatan dalam penguasaan materi pada
bidang pelajaran lain bisa disebabkan oleh Tabel 1. Skor pre-test Siswa
kurangnya peserta didik dalam penguasaan Skor
No Nama
kemampuan membaca lebih awal. Pre-test
Wawasan pengetahuan pada peserta didik 1 Sella 55
yang berhubungan dengan membaca masih 2 Anggun 60
sangat minim pada saat sebelum dilakukannya 3 Wahyuni 65
4 Halimah 65
metode suku kata dalam kegiatan belajar
5 Reza 60
membaca permulaan. Metode suku kata
6 Ipan 65
digunakan oleh peneliti sebagai cara yang dirasa
N=6 370
mampu memberikan kemudahan peserta didik
dalam membaca permulaan setelah peneliti
Peserta didik yang mendapatkan skor
memahami tanggapan pertama yang diberikan
terendah masuk kategori siswa yang merasakan
para peserta didik.
kerumitan dalam kegiatan membaca, disebabkan

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 66 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

mereka memiliki ciri-ciri seperti yang dipaparkan Pada penelitian yang dilakukan di SD
pada poin di bawah ini: Mutiara Sei Mencirim pada pukul 09.00 WIB
1) Terbalik dalam membaca catatan yang diperoleh 6 orang anak yang mengalami
dibaca misalnya : d dibaca b, atau p disleksia berdasarkan hasil dari pre-test.
dibaca q
2) Terbalik dalam menuliskan abjad 2. Metode Dalam Implementasi Kajian
3) Anak sulit mengulang lagi penjelasan Membaca Permulaan Dengan Metode
yang disampaikan secara lisan suku kata Untuk Siswa Yang Mengalami
4) Memiliki ciri abjad yang berantakan Hambatan Dalam Membaca (Disleksia)
ketika ditulis, dan memiliki kualitas tulisan Metode ini dapat menjadi solusi
yang buruk pada anak yang mengalami kesulitan
5) Anak mengalami kesulitan jika menirukan membaca, maka peneliti menganggap
arahan yang disampaikan secara jika metode suku kata dapat diterapkan.
langsung Masih rendahnya kesadaran fonemik jadi
6) Sulit menentukan arah kanan dan kiri beberapa pemicu dari kesusahan
7) Sulit mengucapkan bunyi huruf dan sulit membaca yang dialami oleh peserta didi.
mengenali bentuk huruf Penggunaan metode suku kata lebih
8) Sulit menyatukan bunyi dalam abjad fokus terhadap proses perkenalan sebuah
untuk menjadi aksara yang memiliki kata dengan kegiatan dalam
makna mendengarkan bunyi huruf yang diminta
9) Lama mengingat bunyi huruf, membaca, bisa membantu memberikan peningkatan
serta lambat dalam menggabungkan terhadap kesadaran fonemik peserta
bunyi huruf didik.
Gejala-gejala disleksia dapat terlihat a) Langkah-langkah yang dilakukan
pada enam anak itu sehingga memberikan pada tindakan pertama
kemudahan dalam kegiatan penelitian pada Beberapa tahapan yang dapat dilakukan
saat melakukan pre-test. Beberapa gejala dalam tindakan pertama yakni :
yang dapat dikenalkan ke anak yang (1) Dimulai dari huruf. Pendidik
mengalami disleksia di sekolah dasar mengenalkan huruf yang dianggap
diantaranya meliputi: tengah sulit diucapkan oleh peserta
1) Merasakan sulit belajar berbicara didik seperti b, d, dan q. Kemudian
2) Kesulitan dalam mengungkapkan kata guru mengajarkannya kepada
yang panjang peserta didik
3) Mengalami kesulitan pada pengucapan (2) Huruf tersebut kemudian disusun
intonasi yang tepat menjadi rangkaian suku kata setelah
4) Kesulitan dalam mengenal warna, bentuk, para peserta didik sudah menghafal
angka, dan mempelajari alphabet bunyi pada setiap huruf. Guru
5) Mengalami kesulitan dalam belajar membantu melatih peserta didik agar
keterikatan antara bunyi huruf dengan peserta didik dapat menghafal
bentuk huruf susunan abjad menjadi suku kata
6) Kata-kata sederhana yang sulit dipahami tersebut, (guru memperlihatkan kata
7) Kesulitan dalam memberikan perbedaan “sita dan kita”, lalu dalam
terhadap huruf d dengan b, huruf p penulisannya dipisahkan menjadi
dengan q suku kata seperti “ki” dan “ta”.
8) Tidak benar dalam menulis atau Kemudian guru berkata kepada
membaca huruf peserta didik jika ini adalah “ki”.
Peserta didik diminta untuk

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 67 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

menyebutkan kembali, lalu guru mampu menghafal bunyi pada setiap


menanyakan kepada peserta didik huruf. Kemudian guru melatih
dalam bunyi “ki” ada huruf apa saja?. peserta didik untuk mengahafal
Lalu guru merubah huruf “k” dengan susunan huruf ke dalam suku kata.
huruf “s” kemudian bertanya kepada Guru memperlihatkan kepada
peserta didik ini huruf apa ) peserta didik kata “cupu dan kupu”,
(3) Guru mengajarkan kepada peserta lalu dalam penulisannya dipisahkan
didik untuk menyususn suku kata menjadi suku kata seperti “ku” dan
menjadi bentuk kata, ketika peserta “pu”. Kemudian guru
didik sudah dapat menghafal bunyi mengungkapkan kepada peserta
dari suku kata maka guru melatih diidk bahwa ini adalah “ku”.
peserta didik melalui banyak Kemudian guru meminta peserta
kombinasi suku kata menjadi sebuah didik untuk menyebutkannya
kata. Guru memperlihatkan kepada kembali, dan bertanya huruf apa aja
peserta didik suku kata lain seperti yang terdapat dalam bunyi “ku”.
“bu-ku”, “da-pat”, dan melatih Kemudian guru merubah huruf k
peserta didik dengan banyak variasi menjadi c lalu bertanya jika itu
suku kata agar peserta didik lebih dibaca apa.
dapat memahami. 3) Guru mengajarkan peserta didik agar
(4) Kemudian dilanjut dengan membaca mampu menyusun suku kata menjadi
kalimat yang telah dirancang dari kata. Guru kemudian melatih peserta
kata yang sudah diberikan setelah didik dengan banyak kombinasi suku
peserta didik sudah mampu kata menjadi sebuha kata setelah
membaca kata-kata. Guru peserta didik sudah mampu
mengajarkan peserta didik untuk mneghafal bunyi suku kata. Guru
menyusun suku kata agar dapat mengarahkan kepada peserta didik
menjadi suatu kalimat, seperti ki-ta- untuk terus berlatih membaca kata
da-pat-mem-ba-ca-bu-ku. Dilakukan dengan banyak variasi susku kata
secara terus menerus agar peserta agar peserta didik mampu lebih
didik mampu merangkai suku kata memahami.
serta mampu membaca tanpa 4) Kemudian peserta didik dimina untuk
dibimbing lagi. membaca kalimat yang telah disusun
b) Tahapan pada perlakuan kedua dari kata yang telah diberikan setelah
Tindakan kedua dilaksanakan mereka sudah dapat membaca kata-
setelah selesai dilakukannya tindakan kata. Peserta didik kemudian
pertama dengan melakukan evalusi dari merangkai suku kata menjadi sebuha
hasil yang diperoleh. Adapan langkah kalimat dengan dibantu oleh
yang dapata dilakukan pada tindakan gurunya. Dilakukan secara terus-
kedua ini meliputi: menerus agar peserta didik mahir
1) Diawali dari abjad. Guru mengajarkan dalam membaca tanpa dibimbing
bunyi dari setiap huruf kepada oleh guru.
peserta didik. Kemudian guru
mengenalkan huruf yang dianggap c) Prosedur pada kegiatan ketiga
sulit disuarakan para peserta didik Sesudah melakukan evaluasi
seperti huruf k dan u. terhadap tindakan kedua, maka dibuat
2) Kemudian huruf itu disusun menjadi tindakan ketiga melalui tahapan di
suku kata setelah peserta didik sudah bawah ini:

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 68 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1) Dimulai dari huruf. Guru mengajarkan d) Tindakan pada langkah keempat


peserta didik tentang bunyi yang ada Tahapan yang dilaksanakan dalam
pada setiap huruf. Guru kemudian tindakan keempat ini adalah sebagai berikut:
mengenalkan beberapa huruf yang 1) Dimulai dari huruf. Guru mengajarkan
dianggap masih sulit dibunyikan oleh bunyi dari setiap huruf kepada
peserta didik seperti hururf g dan m. peserta didik. Kemudian guru
2) Kemudian guru membimbing peserta mengajarkan dan mengenalkan huruf
didik untuk merangkai huruf menjadi yang dianggap masih sulit dibaca
suku kata setelah peserta didik oleh peserta didik seperti huruf j dan
dianggap sudah hafal bunyi pada p.
setiap huruf. Guru memperlihatkan 2) Jika peserta didik sudah dapat
kepada peserta didik kata “gali” dan menghafal bunyi pada setiap huruf
“kali”, lalu dalam penulisannya maka berikutnya adalah merangkai
dipisahkan menjadi “ka” dan “li”. Agar huruf menjadi susunan suku kata.
peserta didik mampu menghafal Kemudian guru memperlihatkan kata
rangkaian huruf menjadi suku kata “padi” menjadi suku kata “pa” dan
maka harus dilakukan latihan ini “di”. Lalu guru mengungkapkan
secara rutin. Lalu guru mengatakan kepada peserta didik bahwa ini
kepada peserta didik bahwa ini adalah “pa”, lalu meminta peserta
merupakan huruf “ka”. Kemudian didik untuk menyebutkannya
guru meminta peserta didik kembali, dan bertanya huruf apa
mengulang kembali dan bertanya yang ada dalam bunyi tersebut. Lalu
kepada peserta didik huruf apa saja setelahnya huruf p diganti dengan
yang terdapat dalam bunyi tersebut. huruf j dan bertanya lagi kepada
Kemudian guru mengganti huruf k peserta didik kata tersebut dibaca
dengan huruf g lalu bertanya jika ini apa.
dibaca apa. 3) Guru mengajarkan peserta didik agar
3) Guru melatih peserta didik dengan mampu merangkai suku kata menjadi
banyak kombinasi suku kata menjadi kata. Setelah peserta didik sudah
sebuah kata. Guru mengajarkan hafal maka berikutnya adalah melatih
peserta didik agar mampu merangkai peserta didik dengna kombinasi suku
suku kata menjadi kata. Kegiatan ini kata menjadi sebuah kata. Guru
dilakukan dengan banyak variasi kata kemudian memperlihatkan suku kata
yang sudah dimengerti para peserta yang lain, seperti pada tindakan yang
didik. Guru kemudian menunjukkan sebelumnya seperti “pe-ta-ni”, “ha-
suku kata lain seperti “gi-gi”, “se-ha- rus”, “me-na-nam”, “pa-di”
ri”, “du-a” 4) Jika peserta didik sudah mampu
4) Guru mengarahkan peserta didik membaca kata tersebut maka
untuk menyusun suku kata menjadi berikutnya kata yang telah diberikan
kalimat seperti go-sok-gi-gi-du-a-ka- kemudian dirangkai menjadi kalimat
li-se-ha-ri. Begitu dilakukan secara lalu dibaca. Guru mengarahkan
terus menerus setelah peserta didik peserta didik untuk menyusun suku
sudah mampu membaca kata-kata. kata menjadi kalimat seperti pe-ta-ni
5) Kemudian peserta didik dapat ha-rus me-na-nam pa-di. Dilakukan
terbiasa dalam membaca kalimat sampai peserta didik mampu
yang merupakan susunan dari kata melakukannya sendiri.
yang sudah diajarkan sebelumnya.

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 69 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

5) Peserta didik sudah dapat membaca mem-ba-ca. Dilakukan secara berkala


beberapa suku kata berdasarkan dari hingga anak bisa mandiri membacanya
teks bacaan yang berjudul “pekerjaan 5) Anak akan terbiasa membaca kalimat
petani” pada pertemuan ini. yang berasal dari susunan kata yang
Kemudian peserta didik dapat terlatih sudah diajarkan tanpa didampingi oleh
membaca kalimat. guru.
e) Tahapan pada langkah ke lima f) Prosedur yang dilakukan pada
Pada perlakuan yang kelima langkah- langkah keenam
langkah yang dapat dilakukan adalah: Tindakan yang keenam adalah perlakuan
1) Mulai dari huruf. Bunyi dan huruf terakhir yang dilakukan pada enam siswa
diajarkan kepada peserta didik. Peserta yang susah dalam membaca. Namun
didik dikenalkan kepada huruf yang sulit pada pertemuan terakhir enam anak
mereka bunyikan seperti pada huruf n g tersebut sudah mulai menunjukkan
dan y [ng] dan [ny]) peningkatan. Adapun tahapan yang
2) Guru menginstruksikan kepada siswa dilakukan pada percobaan keenam ini
agar dapat menghafal huruf tersebut yaitu:
kemudian disusun menjadi rangkaian 1) Mulai dari huruf. Guru mengajarkan
kata. Guru memberikan pertanyaan bunyi dari huruf kepada murid. Lalu
kepada peserta didik bagaimana cara murid dikenalkan kepada huruf yang
membaca huruf [ng] dan [ny]. Lalu guru masih rumit dibaca oleh mereka
memberikan contoh kata yang terdapat seperti huruf b dan p
huruf [ng] yaitu “menang” dan “tenang”. 2) Ketika murid sudah hafal maka huruf
Penulisan kemudian dipisahkan seperti itu disusun jadi suku kata, guru juga
pada kata “menang” jadi “me-nang”. Lalu mengajak murid untuk menghafal
guru meminta anak untuk mengulang rangkaian huruf tersebut kedalam
penyebutannya kembali dan bertanya suku kata. Diperlihatkan kata “bolos”
ada huruf apa saja dalam bunyi tersebut. dan “polos” oleh guru kepada murid.
Kemudian guru merubah huruf m dengan Lalu dalam penulisannya dipisahkan
huruf t dan bertanya bagaimana cara misalnya kata “bolos” jadi “bo-los”.
membacanya. Lalu guru bertanya kepada murid jika
3) Guru menginstruksikan kepada anak agar itu adalah kata “bo” dan meminta
menyusun suku kata menjadi kata. Lalu mereka mengulang penyebutannya
guru mengajak anak untuk dapat lagi. Lalu guru memberikan
menghafalkan bunyi suku kata dan pertanyaan mengenai apa saja huruf
memberikan variasi suku kata agar yang terdapat dalam bunyi itu.
menjadi kata. Setelah itu guru rutin Kemudian guru merubah kata b
melatih anak agar mereka bisa memiliki menjadi p dan bertanya kepada
banyak kata yang dipahami. Adanya mereka bagaimna cara membacanya
tampilan pada suku kata yang lain 3) Guru membantu mengajarkan anak
misalnya “sa-ya”, “sa-ngat”, “se-nang”, untuk menyusun suku kata menjadi
“mem-ba-ca” sebuah kata. Ketika murid sudah
4) Kemudian jika anak sudah dapat hafal selanjutnya adalah latihan
membacanya maka berikutnya adalaha membaca dengan kata yang lebih
membaca kalimat yang dirangkat dari beragam agar mereka lebih banyak
kata tadi. Guru mendampingi anak untuk memahami. Misalnya seperti pada
menyusun suku kata agar dapat menjadi kalimat “a-pa-kah”, “a-ku”, “pu-ra-
kalimat, misalnya sa-ya sa-ngat se-nang pu-ra”, dan “de-mam”

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 70 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

4) Setelah murid sudah mampu antusias dan semangat dalam belajar, serta dapat
membacanya maka selanjutnya mengendalikan sikapnya.
adalah membimbing anak untuk Terdapat banyak perubahan jika dlihat dari
merangkainya menjadi satu kalimat keenam peserta didik yang mengelami disleksia
dan mengajarkan bagaimana cara setelah dilakukan tindakan sebanyak 6 kali.
membacanya misalnya a-pa-kah a-ku Dapat dilihat perubahan itu dari peserta didik
pu-ra-pu-ra de-mam yang sudah mampu mengenali bentuk huruf dan
5) Dengan demikian murid akan sudah dapat mengungkapkan simbol huruf
terbiasa dalam membaca kalimat karena telah meingkatnya kesadaran fonemik
yang merupakan gabungan dari kata peserta didik. Diperoleh data mengenai kegiatan
yang sudah diajarkan oleh guru belajar membaca permulaan setelah
tanpa bantuan guru lagi. Ada juga menggunakan metode suku kata berdasarkan
murid yang sudah bisa membaca dari uji coba post-test yang diterapkan terhadap
naskah dengan judul “aku harus peserta didik.
bisa’’ pada pertemuan keenam
Peserta didik yang ada di kelas V Tabel 2 Poin post-test Siswa
SD Mutiara Sei Mencirim yang
mengalami disleksia setelah dilakukan Skor
No Nama
proses pembelajaran sebanyak 6 kali dari Post-test
yang tidak mengenali huruf sama sekali 1 Sella 70
dapat mengenali dan dapat membaca 2 Anggun 75
3 Wahyuni 75
suku kata serta ada pula yang sudah
4 Halimah 75
mampu membaca kalimat.
5 Reza 75
6 Ipan 75
Kegiatan Belajar Membaca Pada Tahap N=6 445
Permulaan Setelah Memakai Metode Suku
Kata Pada Bidang Studi Bahasa Indonesia
Dapat dilihat perubahannya dari siswa yang
Metode suku kata dipakai sebagai metode
semula belum tahu bentuk huruf dan bunyinya,
yang diharapkan mampu membantu
telah mampu mengenali dan mampu
mengupgrade keterampilan membaca
menyebutkan bunyi huruf dengan baik.
permulaan peserta didik yang mengalami
Kemudian setelah digunakannya metode suku
disleksia. Metode yang dipusatkan terhadap
kata ini, peserta didik yang terbalik dalam
proses pemahaman kata dengan kegiatan
membedakan b kecil dengan d kecil sudah
mendengar bunyi huruf merupakan maksud dari
mampu membedakannya. Banyak peserta didik
metode suku kata. Melalui metode suku kata ini
yang menajdi termotivasi untuk belajar membaca
diharapkan mampu membantu memudahkan
permulaan setelah dilakukannya demotivasi
anak dalam belajar membaca yang dimulai
secara berulang dan memberikan keyakinan
dengan mengenali bentuk serta bunyi huruf.
kepada peserta didik jika membaca itu
Kemampuan anak yang mengalami disleksia
merupakan hal yang mudah. Skor nilai yang
dapat ditingkatkan dan diperbaiki jika diamati
semula rata-ratanya 61,6 meningkat hingga 74,2.
berdasarkan pengamatan yang sudah
dilaksanakan. Dalam pengaplikasian metode
Analisis Penerapan Metode suku kata Bagi
suku kata yang diberikan oleh peneliti kepada
Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah
peserta didik, mereka mampu merespon dengan
Dasar Kelas V Sebelum Dan Sesudah
baik penggunaannya. Peserta didik juga dapat
Menggunakan Metode Suku Kata
fokus dalam mendengarkan penyampaian guru,

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 71 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Ha : penggunaan metode suku kata dalam Ha : Pada saat belum dan sudah digunakannya
bidang pelajaran bahasa Indonesia di SD Mutiara metode suku kata dalam kegiatan belajar
Sei Mencirim terdapat perbedaan secara membaca pada bidang studi bahasa Indonesia di
menonjol pada kegiatan membaca permulaan SD Mutiara Sei Mencirim terdapat perbedaan
antara sebelum dan sesudah penerapan metode yang signifikan
suku kata. H0 : tidak terdapatnya selisih yang substansial
H0 : penggunaan metode suku kata tidak pada kegiatan pembelajaran membaca
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan permulaan antara ketika belum dan telah
pada pengaplikasian metode suku kata dalam digunakannya metode suku kata dalam bidang
penerapan kegiatan membaca permulaan pelajaran bahasa indonesia di SD Mutiara Sei
sebelum dan sesudah di SD Mutiara Sei Mencirim.
Mencirim. Maka dilakukan perhitungan dengan
Uji lisan dilakukan kepada 6 peserta didik menggunakan tahapan yang ada di bawah ini
pada saat belum dilakukan metode suku kata agar mampu menguji hipotesis yang benar,
dan setelah diterapkan metode suku kata agar langkah-langkahnya adalah:
dapat mengetahui pengaruh penggunaan Pada tabel 3 diperoleh ∑D = -75 dan ∑𝐷 2 =
metode suku kata pada peserta didik. Lalu untuk 975. Setelah di peroleh nilai ∑D dan ∑𝐷 2 ,
mengetahui dampak pada pengaplikasiannya besarnya deviasi pada standar selisih skor antara
maka dilakukan tes “t”. Dalam pengamatan ini variabel X dan Variabel Y (SDD) dapat diketahui
dengan menggunakan tes “t” dapat diasumsikan dengan:
hipotesis nihil sebagai ada atau tidaknya
pengaruh yang siignifikan terhadap metode suku ∑𝐷 2 ∑D 2 975 −75 2
SDD= √ −( ) = √ −( )
kata dalam kegiatan belajar membaca pada 𝑁 𝑁 6 6

sisiwa kelas V SD Mutiara Sei Mencirim pada


mata pelajaran bahasa Indonesia. SDD = √162,5 − 12,5 = √162,5 − 156,25
SDD = √6,25 = 2,5
Tabel 3. Estimasi Untuk Mendapatkan “T” dalam
Upaya untuk Menguji Keabsahan/ Kepalsuan Dengan diperolehnya SDD sebesar 2,5 ,
Hipotesis Nihil selanjutnya diperhitungkan Standard Error dari
Mean perbedaan nilai antara Variabel X dan
Nilai Pembelajaran Variabel Y:
Membaca D 𝑫𝟐
Nama SEMD =
SDD
=
2,5
=
2,5
No Permulaan
Siswa √𝑁−1 √6−1 √5
X Y (X- (𝑿 2,5
Y) − 𝒀)𝟐 SEMD = = 1,12
2,236
1. Sella 55 70 -15 225
2. Anggun 60 75 -15 225
3. Wahyuni 65 75 -10 100
Langkah berikutnya adalah mencari harga t0 dan
4. Halimah 65 75 -10 100 menggunakan rumus:
MD
5. Reza 60 75 -15 225 t0 =
SEMD
6. Ipan 65 75 -10 100
∑ - - -75 975
∑𝐷 − 75
MD telah kita ketahui yaitu MD = = =
𝑁 6
*Tanda-(“minus”) disini bukan merupakan tanda 12,5 ;
aljabar, maka harus dibaca : terdapat perbedaan sedangkan SEMD = 1,12 ; jadi:
skor pada varibel X dengan variabel Y sebanyak t0 =
−12,5
= 11,16
1,12
87.
Pada penelitian ini terdapat hipotesis yang
meliputi:

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 72 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Tahap selanjutnya, diberikan interpretasi antara sebelum dan setelah digunakannya


pada t0, dengan memperhitungkan lebih dulu df metode suku kata yang menjadi dampak yang
atau db-nya : df atau db = N-1 = 6-1 = 5. besar dalam membantu anak yang mengalami
Dengan df sebanyak 5 kita berkonsultasi pada disleksia. Hal ini menunjukkan bahwasanya
tabel nilai “t”, baik pada taraf signifikasi 5% metode suku kata yang diterapkan peneliti,
maupun pada taraf signifikansi 1%. memberikan dampak efektivitas yang baik dalam
Pada df sebesar 5 itu didapatkan harga kritik meningkatkan kemampuan membaca anak yang
t atau tabel pada t signifikansi 5% sebesar mengalami disleksia di SD Mutiara Sei Mencirim
2,57,sedangkan pada taraf signifikansi 1% t di khususnya kelas V pada mata pelajaran Bahasa
peroleh sebesar 4,03. Dengan melihat Indonesia. Oleh karena itu, metode suku kata ini
perbandingan pada besarnya “t” yang secara tidak langsung menjadi metode yang
didapatkan dalam (t0=11,16) dan besarnya “t” tepat digunakan dalam menangani anak yang
yang tertera pada tabel nilai t (tt.ts.5% = 2,57 mengalami disleksia.
dan tt.ts.1% = 4,03) mdapat diketahui jika t0
adalah lebih tinggi dari pada tt, yaitu : UCAPAN TERIMA KASIH
2,57<11,16>4,03 Penulis mengucapkan terima kasih atas
Karena t0 lebih tinggi dari pada tt maka semua pihak yang membantu penelitian ini,
hipotesis nihil yang di ajukan di awal di tolak; hal terutama kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
ini menunjukkan jika terdapat perbedaan pada keguruan UIN Sumatera Utara Medan dan SD
nilai kegiatan belajar membaca permulaan antara Mutiara Sei Mencirim Kabupaten Deli Serdang.
pada saat belum dan sudah diterapkannya
metode suku kata, dan ini menunjukkan jika DAFTAR PUSTAKA
metode suku kata memberikan pengaruh yang Andriani, S., & Elhefni, E. (2015). Pembelajaran
besar. Membaca Permulaan Melalui Metode suku
Kegiatan belajar membaca tingkat awal kata Bagi Siswa Berkesulitan Membaca
dengan menggunakan metode suku kata (Disleksia) (Studi Kasus Mata Pelajaran
memperlihatkan efektivitas yang real jika dilihat Bahasa Indonesia Di Kelas Iii Madrasah
dari uji coba yang telah dilakukan. Ibtidaiyah Quraniah Viii Palembang). JIP
Kesimpulannya adalah jika metode suku kata Jurnal Ilmiah PGMI, 1(1), 148–175.
dapat dipakai sebaga metode yang tepat dalam https://doi.org/10.19109/jip.v1i1.521
kegiatan belajar membaca permulaan. Nilai t0 = Budiani, L., Marhaeni, A., & Putrayasa, I. B. (2018).
- 11,16 maksudnya yaitu terdapat selisih derajat Kesulitan Membaca Kata Anak Disleksia
perbedaan sebesar 11,16 tanda-(“minus”) disini Usia 7-12 Tahun Di Sekolah Sdn 1 Sangsit
bukanlah tanda aljabar. Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Bali.
PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar
KESIMPULAN DAN SARAN Indonesia, 2(2), 84–89.
Melihat data beserta hasil yang telah https://doi.org/10.23887/jpdi.v2i2.2695
diuraikan di atas, dimana didapati selisih Farida, R., & Albar, M. (2022). Penerapan Metode
besarnya t yang kita peroleh pada kalkulasi (t0 = Suku Kata Dengan Media Flash Card Untuk
13,42) dan besarnya “t” yang tercantum pada Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa
tabel nailai t (tt.ts.5% = 2,57 dan tt.ts.1% = 4,03) Kelas I Mi. 2(1).
maka dapat dipahami jika t0 lebih besar dari Hidayat. (2019). Pengenalan Ciri Anak Pengidap
pada tt,yakni 2,57<11,16>4,03. Hal ini Disleksia. Pedadidaktika: Jurnal Ilmiah
dikarenakan pada t0 lebih tinggi dari pada tt Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(2), 21–32.
maka hipotesis nihil yang disuguhkan di awal di Ibrahim, E., & Irawan, I. (2021). Meningkatkan
tolak, ini menunjukkan jika terdapat selisih nilai Kemampuan Membaca Permulaan Melalui
pada aktivitas belajar membaca permulaan Metode suku kata Pada Siswa Kelas Ii Sd

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 73 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023


Hanny & Dahlan Analisis Metode Suku Kata Bagi Siswa Sulit Membaca (Disleksia) Pada Sekolah Dasar Kelas V Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Negeri Sirongo-Folaraha Kota Tidore Dampaknya Terhadap Perkembangan Anak.


Kepulauan. Jurnal Pendidikan Dodoto, WASIS : Jurnal Ilmiah Pendidikan, 3(1), 37–
21(21), 19–27. 44. https://doi.org/10.24176/wasis.v3i1.7713
Irdamuri, Kasiyati, Zulmiyetri, & Taufan, J. (2018). Yohana, Syamsiati, & Uliyanti, E. (2015).
Meningkatkan Kemampuan Guru pada Peningkatan Kemampuan Membaca
Pembelajaran Membaca Anak Disleksia. Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa
Jurnal Pendidikan Kebutuhan Khusus, 2(2). Indonesia Menggunakan Metode suku kata
Karmila, M. D. (2008). Efektivitas Metode suku Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan
kata Terhadap Kemampuan Membaca Pembelajaran Khatulistiwa, 4, 1–15.
Permulaan Pada Anak Berkesulitan Belajar
Membaca Kelas I Di Sd N Bangunrejo 2
Yogyakarta. Jurnal Widia Ortodidaktika, 7(8).
Karmila, M. D. (2018). Efektivitas Metode suku
kata Terhadap Kemampuan Membaca
Pemulaan Pada Anak Berkesulitan Belajar
Membaca Kelas I Di SD N Bangunrejo 2
Yogyakarta. Widia Ortodidaktika, 7(7), 676–
684.
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi
Guru. PT Raja Grafindo Persada.
Ningsih, O. F., & Hasan, Y. (2019a).
Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan Melalui Metode suku kata bagi
Anak Kesulitan Belajar Kelas V di SD Negeri
32 Kuranji Padang. Jurnal Penelitian
Pendidikan Kebutuhan Khusus, 7(2), 110–
115.
Ningsih, O. F., & Hasan, Y. (2019b).
Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan Melalui Metode suku kata Bagi
Anak Kesulitan Belajar Kelas V Di SD Negeri
32 Kuranji Padang. Jurnal Penelitian
Pendidikan Kebutuhan Khusus, 7(2).
Pratamawati, T., Solikhah, A., & Haryani, S.
(2015). Perspektif Negatif Terhadap Anak
Disleksia. Proseding Seminar Nasional PGSD
UPY Dengan Tema Strategi Mengatasi
Kesulitan Belajar Ketika Murid Anda Seorang
Disleksia, 154–161.
Rumantir, Silvia Maya., M. R. dan D. M. (2019).
Upaya Guru Mengenalkan Membaca
Permulaan Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 8(1), 1–8.
Safitri, F., Ali, F. N., & Latipah, E. (2022).
Ketidakmampuan Membaca (Disleksia) dan

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd 74 Vol. 7 | No. 1 | Februari 2023

Anda mungkin juga menyukai