Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Makmur Sirait, M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok VI

Ari Andani 4223240021

Dina Yulpiani 4223240006

Nur Habibah 4223240007

Lince Hartanti Sihombing 4223240027

Vebri Filiandi 4222540008

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas “Critical Journal Review” ini sebatas kemampuan
dan pengetahuan yang kami miliki. Dan terima kasih kepada Dosen Pengampu yaitu Bapak Prof.
Dr. Makmur Sirait, M.Si. yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat berguna dalam hal
untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai “Kalor”.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan
jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Karena dengan mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran dan kritik yang membangun.
Semoga “Critical Journal Review” sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan ini.

Medan, 18 November 2023


Penulis

Kelompok VI

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR ................................................................................................ 4
1.2 Tujuan Penulisan CJR ............................................................................................................ 5
1.3 Manfaat CJR ........................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................... 6
RINGKASAN ISI ARTIKEL ....................................................................................................... 6
2.1 Ringkasan Jurnal 1 ................................................................................................................. 6
2.2 Ringkasan Jurnal 2 ................................................................................................................. 6
BAB III ......................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 9
3.1 Pembahasan Isi Jurnal ............................................................................................................ 9
3.2 Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal .................................................................................. 16
BAB IV ....................................................................................................................................... 17
PENUTUP................................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 17
4.2 Saran ..................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR


Pendidikan di abad ini penting untuk menjamin peserta didik, siswa maupu,mahasiswa
memiliki keterampilan belajar dan berinovasi sertaterampil menggunakannya sebagai life skill.
Keterampilan belajar danberinovasi meliputi kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah,
kreativitas dan inovasi, serta kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi.Kemampuan
mengomunikasikan hasil pemikiran dapat dilakukan secara lisanmaupun tulisan.Salah satu
strategi pembelajaran yang diterapkan bagi mahasiswa padajenjang pascasarjana adalah Critical
Journal Review.

Secara harfiah, Critical Journal Review adalah kegiatan mengkritisi sebuah jurnal
penelitian. Namun Critical Journal Review bukan sekedar membuat laporan atau tulisan tentang
isi sebuah penelitian atau artikel, tetapi lebih menitik beratkan pada evaluasi (penjelasan,
interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan sebuah penelitian, menyoroti hal
yang menarik dari penelitian tersebut, serta menganalisis pengaruh gagasan tersebut terhadap
cara berpikir kita dan menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tertentu. Dengan
kata lain, melalui Critical Journal Review kita menguji kemampuan pikiran tingkat tinggi
seseorang untuk kemudian menuliskannya kembali berdasarkan sudut pandang, pengetahuan,
dan pengalaman yang kita miliki. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan budaya
membaca.

Critical Journal Review menggunakan langkah-langkah dalam proses berpikir kritis


terdiri dari beberapa tahap, yaitu: merangkum (menyatakan kembali), menganalisis (menggali
informasi tersirat), mensistesiskan (menghubungkan apa yang telah dirangkum dan dianalisis
dengan pengetahuan dan pengalaman kita), dan mengevaluasi (membuat penilaian).

Berdasarkan uraian di atas, maka Critical Journal Review menjadi kegiatan pembelajaran
yang mampu memberikan pengalaman belajar yang komprehensif. Critical Journal Review pula
sangat bermanfaat ketika membahas isu-isu atau permasalahan yang sentral. Dalam laporan ini,
penulis mereview sebuah penelitian yang membahas tentang komunikasi interpersonal.

4
1.2 Tujuan Penulisan CJR

1. Penyelesaian tugas individu pada matakuliah Termodinamika

2. Menambah wawasan mahasiswa dalam menggali informasi dan menganalisis gagasan


dalam sebuah penelitian;

3. Meningkatkan kemampuan nalar dan berpikir kritis dalam mencari informasi yang
terdapat dalam sebuah penelitian;

4. Menguatkan teori yang berhubungan dengan Termodinamika

1.3 Manfaat CJR

1. Merangkum gagasan yang dituangkan dalam penelitian yang dilaporkan.

2. Menemukan kelebihan dan kekurangan dari yang penelitian dilaporkan dengan


melakukan analisis secara seksama.

3. Melatih kemampuan berpikir kritis analitis serta menuangkannya kembali dalam gagasan
tertulis.

4. Menjadi bahan referensi dasar dalam merekayasa ide menjadi sebuah tulisan baru dan
sebuah penelitian.

5
BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

2.1 Ringkasan Jurnal 1


Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau sistem. Suhu
di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua benda atau lebih
yang berada dalam kesetimbangan termal. Jika panas dialirkan pada suhu benda, maka suhu
benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan panas. Akan tetpi hubungan
antara satuan panas dengan satuan suhu tidak merupakan suatu konstanta, karena besarnya
peningkatan suhu akibat penerimaan panas dalam jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya
tampung panas (heat capacity) yang dimiliki oleh. Perpindahan panas terjadi karena perbedaan
suhu yang terdapat pada suatu benda. Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu
dari tiga cara yaitu konduksi, radiasi dan konveksi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didalam jurnal 1, dapat di simpulkan bahwa benda
dengan konduktivitas tinggi memiliki laju penurunan suhu yang lambat daripada benda dengan
bahan konduktivitas rendah pada suhu yang tinggi, akan tetapi ketika benda mendekati suhu
ruangan, kelajuan benda tidak berbeda signifikan untuk masing-masing bahan. Jika benda
dengan suhu yang tinggi ditempatkan dalam ruangan yang suhunya lebih rendah, maka suhu
benda tersebut akan turun dan selalu dalam arah cenderung menyamakan dengan suhu ruangan,
jika hal tersebut dibiarkan maka suhu keduanya akan sama dan keduanya dikatakan dalam
keadaan kesetimbang termal dan tidak ada lagi perpindahan panas yang terjadi diantaranya..

2.2 Ringkasan Jurnal 2


Warna-warna pada bohlam memiliki pancaran radiasi cahaya yang berbeda yang
menentukan tingkat keterangan warna, serta perubahan suhu yang berbeda-beda yang
selanjutnya akan menentukan bohlam tersebut akan menyala dengan terang, cepat putus atau
tidak. Energi panas yang berpindah akibat perbedaan temperatur disebut dengan kalor. Satuan SI
untuk kalor adalah Joule. Panas berpindah dari keadaan atau benda dengan temperatur tinggi
menuju keadaan atau benda dengan temperatur rendah. Ketika dua benda dengan temperatur
berbeda bergandengan, maka mereka akan bertukar energi internal sampai temperatur kedua

6
benda tersebut seimbang. Total energi yang diserap oleh suatu benda sama dengan total energi
yang dipancarkan.

Perpindahan kalor atau panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari perbedaan suhu. Seperti dari temperatur yang lebih
tinggi ke temperatur lebih rendah. Kalor dapat berpindah dengan 3 cara yaitu: konveksi,
konduksi dan radiasi. Radiasi dapat diartikan sebagai suatu proses perpindahan panas dari suatu
benda ke banda lain tanpa melalui perantara atau medium. Dalam teori radiasi, gelombang
elektromagnetik memegang peran penting dalam proses terjadinya perpindahan panas dari satu
benda ke benda lainnya. Sehingga dalam proses ini panas yang berpindah tidak memerlukan
perantara atau medium sama sekali.

Bahkan di dalam ruang hampa sekalipun, proses perpindahan panas akan tetap
berlangsung melalui radiasi gelombang elektromagnetik. Panas matahari yang sampai ke bumi
merupakan salah satu contoh nyata bentuk perpindahan panas secara radiasi. Jarak antara bumi
dan matahari sangatlah jauh. Terdapat ruang hampa yang menisahkan antara bumi dan matahari.
Meskipun demikian, panas matahari tetap dapat dirasakan dan sampai ke bumi melalui pancaran
radias

Koestoer dan Raldi Artono (2002) menjalaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi laju perpindahan panas radiasi suatu benda. Faktor-faktor yang
mepengaruhi laju perpindahan panas radiasi yaitu temperatur pada permukaan suatu benda yang
mengemisi dan menyerap radiasi, emisivitas (daya serap) permukaan benda yang teradiasi,
refleksi, absopsi, transmisi, dan faktor pandang (view’s factor) antara permukaan yang
mengemisi dan yang teradiasi. Kondisi permukaan benda yang menyerap dan memancarkan
radiasi berpengaruh terhadap laju perpindahan panas dalam fenomena radiasi. Hal ini dapat
terjadi karena permukaan suatu benda memiliki sifat-sifat yang dapat mempengaruhi emisivitas
(daya pancar) suatu benda.

Warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan,
atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera pengelihatan. Secara
obyektif warna-warna yang dapat dilihat oleh mata manusia berbeda-beda. Perbedaan satu warna
dengan warna lainya dipengaruhi oleh panjang atau pendeknya gelombang cahaya yang dapat

7
ditangkap oleh mata. Dalam teori warna Daniel dalam Anambyah, S dan Endang Setyowati
(2010) warna- warna cerah akan memantulkan cahaya, sedangkan warna-warna gelap cenderung
menyerap cahaya. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui mengkaji hubungan kalor dengan suhu
serta untuk melihat warna yang memiliki daya serap kalor yang baik.

Penelitian Journal ini menunjukkan bahwa warna hitam dan hijau merupakan warna yang
memiliki perubahan suhu yang paling besar dibandingkan dengan warna merah, biru, kuning,
dan putih. Dengan kata lain, warna-warna yang dominan gelap merupakan penghantar kalor yang
lebih baik daripada warna-warna yang dominan cerah. Penelitian-penelitian selanjutnya
sebaiknya melakukan variansi waktu yang lebih banyak dan memasukkan warna-warna yang
dominan gelap lainnya seperti jingga, ungu, dan lainnya.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Jurnal


Jurnal 1

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu sebuah benda (Lakitan,
2002). Termometer bekerja dengan memanfaatkan perubahan sifat termometrik suatu benda
ketika benda tersebut mengalami perubahan suhu. Perubahan sifat termometrik suatu benda
menunjukkan adanya perubahan suhu benda, dan dengan melakukan kalibrasi atau peneraan
tertentu terhadap sifat termometrik yang teramati dan terukur, maka nilai suhu benda dapat
dinyatakansecara kuantitatif. Tidak semua sifat termometrik benda yang dapat dimanfaatkan
dalam pembuatan termometer (Kreith, 1991).
Sifat termometrik yang dapat digunakan dalam pembuatan termometer harus merupakan
sifat termometrik yang teratur. Artinya, perubahan sifat termometrik terhadap perubahan suhu
harus bersifat tetap ataulinier, sehingga peneraan skalatermometer dapat dibuat lebih mudah dan
termometer tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengukur suhu secara teliti (Kreith, 1991)
Berdasarkan sifat termometrik yang dimiliki suatu benda, jenis-jenis termometer
diantaranya termometer zat cair, termometer gas, termometer hambatan, termokopel, pirometer,
termometer bimetal, dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan hasil tampilan pengukurannya,
termometer dibagi menjadi thermometer analog dan thermometer digital.

Gambar 1. Skema berbagai termometer, (a) termometer raksa (alkohol) dalam pipa, (b)
termometer gas volume konstan, (c) termometer hambatan platina (sumber: Kreith, 1991)
Untuk dapat mengkuantitatifkan hasil pengukuran suhu dengan menggunakan

9
termometer maka diperlukan angka-angka dan skala-skalatertentu. Penetapan skala yang
terpenting adalah penetapan titik tetap bawah dan titik tetap atas sebagai titik acuan
pembuatan skala-skala dalam termometer.
Untuk penetapan titik tetap bawah sebuah termometer pada umumnya dipilih titik beku
air murni pada tekanan normal, yaitu suhu campuran antara es dan air murni pada tekanan
normal. Sedangkan penetapan titik tetap atas sebuah termometer umumnya dipilih titik didih air
murni, yaitu suhu ketika air murni mendidihpada tekanan normal (Kreith, 1991).
Setidaknya terdapat empat macam skala termometer yang biasa digunakan, yaitu Celcius,
Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Titik tetap bawah untuk skala Celcius dan Reamur ditetapkan
pada skala 0°C dan 0°R, sedangkan untuk Fahrenheit ditetapkan pada skala 32°F. Ketiga skala
titik tetap bawah untuk masing-masing skala termometer ini diambil dari titik beku air murni
(titik lebur es murni) pada tekanan normal. Adapun titik tetap atas ketiga skala ini berbeda-beda,
dimana untuk Celcius ditetapkan pada 100°C, untuk Reamur ditetapkan pada 80°R, dan untuk
Fahrenheit ditetapkan pada 212°F. Ketiga skala titik tetap atas untuk masing-masing skala
termometer inidiambil dari titik didih air murni pada tekanan normal.
Pada skala Kelvin, titik tetap bawah ketiga skala termometer ini bersesuaian dengan skala
273 K dan titik tetap atasnya bersesuaian dengan 373 K. Khusus untuk skala Kelvin, titik tetap
bawah tidak didasarkan pada titik beku air, namun didasarkan pada ukuran energi kinetik rata-
rata molekul suatu benda. Dalam hal ini, nol Kelvin (tanpa derajat) dinamakan nol mutlak
(nolabsolut), artinya tidak ada suhu-suhu di bawah suhu nol mutlak, atau ketika nilai suhu
mendekati nilai nol mutlak, maka energi kinetik rata-rata partikel mempunyai suatu nilai yang
minimum. Oleh karena itu, berdasarkan fakta- tersebut, maka skala Kelvin dinamakan skala suhu
mutlak atau skala suhuabsolut, atau disebut juga skala termodinamik. Kelvin menjadi satuan
standar SI untuk besaran pokok suhu (Kreith, 1991).
Perpindahan panas dapat di definisikan sebagai berpindahnya energidari satu daerah ke
daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut dari temperaturfluida
yang lebih tinggi ke fluida lain yang memiliki temperatur lebih rendah. Perpindahan panas pada
umumnya dibedakan menjadi tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu konduksi, radiasi
dan konveksi. Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi
kedaerah yang bersuhulebih rendah di dalam satu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung.

10
Keterangan :
qk = laju perpindahan panas dengancara konduksi (Watt)

A = luas perpindahan panas (m2)

∆T = gradien suhu pada penampang (K)

x = jarak dalam arah aliran panas (m)

k = konduktivitas thermal bahan

Radiasi adalah proses dengan mana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di lama ruang, bahkan bila terdapat
ruang hampa di antara benda benda tersebut.

( )

Keterangan:

= laju perpindahan panas dengancara radiasi (Watt)

e = emitansi permukaan kelabu


A = luas permukaan (m2)

= konstanta dimensional (0,174.10-8BTU/h ft2 ºC)

= Temperatur Benda kelabu (K)


= Temperatur Benda hitam yang mengelilinginya (K)

Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan suatu fluida
dapat dihitung dengan hubungan:

( )

11
Jurnal 2

Kalor merupakan suatu bentuk energi panas yang dapat berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Sementara suhu adalah derajat panas
dinginnya suatu benda. Jadi apabila semakin banyak suatu benda menyerap kalor maka suhu
benda tersebut akan semakin tinggi begitu juga bilasemakin banyak sesuatu benda
melepaskan kalor maka suhunya akan semakin rendah. Maka kalor (Q) berbanding lurus
dengan suhu (T). Persamaan yang sangat umum digunakan dalam menentukan kalor (Q)
adalah:

𝑄 = 𝑚𝑐∆

dimana Q ialah kalor (J), c ialah kalor jenis (J/kg K), m ialah massa (kg), dan ∆T ialah
perubahan suhu (Takhir –Tawal) (K).

Tabel 1. Data hasil pengukuran perubahan suhu beberapa bohlam yang berbeda-beda warna

No Warna Waktu Suhu Awal Suhu Akhir Perubahan


Bohlam (menit) (𝑻𝒐, 𝑪𝒐) (T, 𝑪𝑶) Suhu
( 𝑻, 𝑪𝒐)
1 Hitam 𝟏𝟎 𝟑𝟕, 𝟏 𝟐, 𝟏
35
𝟏𝟓 𝟑𝟖, 𝟑 𝟑, 𝟑
2 Merah 𝟏𝟎 𝟑𝟕, 𝟐 𝟏, 𝟕
35,5
𝟏𝟓 𝟑𝟖 𝟐, 𝟓
3 Kuning 𝟏𝟎 𝟑𝟔, 𝟒 𝟏, 𝟐
35,2
𝟏𝟓 𝟑𝟕 𝟏, 𝟖
4 Hijau 𝟏𝟎 𝟑𝟕 𝟐
35
𝟏𝟓 𝟑𝟖, 𝟏 𝟑, 𝟏
5 Putih Susu 𝟏𝟎 𝟑𝟔, 𝟕 𝟎, 𝟐
36,5
𝟏𝟓 𝟑𝟔, 𝟖 𝟎, 𝟑
6 Biru 𝟏𝟎 𝟑𝟔, 𝟕 𝟏, 𝟓
35,2
𝟏𝟓 𝟑𝟕, 𝟒 𝟐, 𝟐

Karena mc diabaikan maka Q≈ ∆


a) Warna hitam

Untuk t =10 menit, T0 = 35° dan T = 37,1°C, maka:


𝑄≈∆
≈ ( − 0)
≈ 37,1°C − 36°C

≈ 2,1 joule

12
Untuk t =15 menit, T0 = 35°C dan T = 38,3°C, maka:

𝑄≈∆

≈ ( − 0)

≈ 38,3°C − 36°C
≈ 3,3 joule

b) Warna merah

Untuk t =10 menit. T0 = 35,5°C, dan T = 37,2°C, maka:

𝑄≈∆

≈ ( − 0)

≈ 37,2°C − 35,5°C
≈ 1,7 joule
Untuk t =15 menit, T0 = 35,5°C, dan T = 38°C, maka:
𝑄≈∆
≈ ( − 0)
≈ 38°C − 35,5°C

≈ 2,5 joule

c) Warna kuning

Untuk t =10 menit, T0 = 35,2°C, dan T = 36,4 oC, maka:


𝑄≈∆
≈ ( − 0)

≈ 36,4°C − 35,2°C

≈ 1,2 joule

Untuk t =15 menit, T0 = 35,2°C, dan T = 37°C, maka:


𝑄≈

≈( 0)

13
≈ 37°C 35,2°C

≈ 1,8 joule

d) Warna hijau

Untuk t =10 menit, T0 = 35°C, dan T = 37°C, maka:


𝑄≈∆
≈ ( − 0)
≈ 37°C − 35°C
≈ 2 joule

Untuk t =15 menit, T0 = 35°C, dan T = 38,1°C, maka:


𝑄≈∆
≈ ( − 0)

≈ 35°C − 38,1°C

≈ 3,1 joule

e) Warna putih susu

Untuk t =10 menit, T0 = 36,5°C, dan T = 36,7°C, maka:


𝑄≈∆
≈ ( − 0)

≈ 36,5°C − 36,7°C
≈ 0,2 joule

Untuk t =15 menit, T0 = 36,5°C, dan T = 36,8°C, maka:


𝑄≈∆
≈ ( − 0)
≈ 36,5°C − 36,8°C

≈ 0,3 joule

f) Warna biru

Untuk t =10 menit, T0 = 35,2°C, T = 36,7°C


𝑄≈∆

14
≈ ( − 0)
≈ 36,7°C − 35,2°C

≈ 1,5 joule

Untuk t =15 menit, T0 = 35,2°C, dan T = 37,4°C

𝑄≈∆
≈ ( − 0)
≈ 37,4°C − 35,2°C

≈ 2,2 joule

Berdasarkan Tabel 1 maka :

1. Pada Bohlam berwarna hitam, suhu awalnya adalah 35°C, pada saat t =10 menit suhunya
naik menjadi37,1°C dan pada saat t =15 menit suhunya naik menjadi 38,3°C.
2. Pada Bohlam berwarna merah, suhu awalnya adalah 35,5°C, pada saat t =10 menit
suhunya naik menjadi 37,2°C dan pada saat t =15 menit suhunya naik menjadi 38°C.
3. Pada Bohlam berwarna kuning, suhu awalnya adalah 35,2°C, pada saat t =10 menit
suhunya naik menjadi 36,4°C dan pada saat t =15 menit suhunya naik menjadi 37°C.
4. Pada Bohlam berwarna hijau, suhu awalnya adalah 35°C, pada saat t =10 menit suhunya
naik menjadi37°C dan pada saat t =15 menit suhunya naik menjadi 38,1°C.
5. Pada Bohlam berwarna putih susu, suhu awalnya adalah 36,5°C, pada saat t =10
menit suhunya naik menjadi 36,7°C dan pada saat t =15 menit suhunya naik menjadi
36,8°C.
6. Pada Bohlam berwarna biru, suhu awalnya adalah 35,2°C, pada saat t =10 menit suhunya
naik menjadi36,7°C dan pada saat t =15 menit suhunya naik menjadi 37,4°C.

Hasil eksperimen ini bisa dikatakan sesuai dengan teori bahwa pada siang hari baju
berwarna hitam terasa lebih panas dari pada baju berwarna putih, hal ini disebabkan karena
warna hitam memiliki kemampuan penyerapan kalor radiasi yang lebih baik dari pada warna
putih. Sedangkan pada malam hari baju berwarna hitam terasa lebih dingin dari pada baju
berwarna putih, hal ini disebabkan karena warna hitam memiliki kemampuan pemancaran
kalor yang lebih baik dari pada warna putih (Kanginan, 2013). Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Khiptiatun Ni'mah, diperoleh bahwa warna yang dominan gelap seperti hitam

15
dan hijau memiliki daya serap kalor yang lebih baik dari pada warna-warna yang dominan
cerah seperti (merah, biru, kuning, dan putih) serta memiliki daya serap kalor yang kurang
baik.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal

a. Kelebihan Jurnal 1

1) Jurnal ini disusun dengan baik, karena cara penulisan didasarkan oleh
pendapatpara ahli ataupun rujukan dari buku.
2) Pada bagian abstrak penjelasan awal nya cukup jelas
3) Pada daftar pustakanya menggunakan jurnal terbitan yang terpecaya dari
beberapa penerbit serta dari universitas, sehinga sangat bagus untuk di
jadikan bahan referensi.
b. Kekurangan Jurnal 1

1) Penjelasan journal terlalu panjang

2) Jurnal terlalu sulit dipahami karena terlalu banyak rumus yang dipakai.

c. Kelebihan Jurnal 2

1) Jurnal ini disusun dengan baik, karena cara penulisan didasarkan oleh
pendapatpara ahli ataupun rujukan dari buku.

2) Terdapat pembahasan panjang yang memaparkan tentang Perpindahan Kalor

d. Kekurangan Jurnal 2

1) Masih adanya kesalahan dalam pembuatan table data didalam hasil dan
pembahasan

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kalor merupakan cara energi berpindah dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih
dingin. Ini terjadi sampai kedua benda mencapai kesetimbangan termal. Satuan kalor dalam
sistem Internasional (SI) adalah joule (J), namun dalam konteks yang lebih umum, kalor juga
diukur dalam kalori (cal) atau kilojoule (kJ). Ketika kalor ditambahkan ke suatu benda, itu
bisa meningkatkan suhunya. Sebaliknya, pengurangan kalor dari benda dapat menurunkan
suhunya. Setiap bahan memiliki kapasitas unik untuk menyerap atau melepaskan kalor. Ini
tercermin dalam sifatnya yang disebut sebagai kapasitas panas spesifik. Kalor juga terlibat
dalam perubahan fase suatu zat dari padat ke cair atau gas, dan sebaliknya. Proses ini
melibatkan penyerapan atau pelepasan kalor, tetapi suhunya tetap konstan selama fase
transisi.

Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi tidak bisa diciptakan atau
dimusnahkan, tetapi hanya bisa berubah bentuk. Oleh karena itu, jumlah kalor yang
ditambahkan ke suatu sistem sama dengan jumlah kalor yang keluar dari sistem, selama tidak
ada perubahan energi dalam sistem. Kalor memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk dalam bidang seperti teknologi pemanasan, pendinginan, pengolahan
makanan, dan banyak lagi. Konsep kalor sangat penting dalam ilmu fisika, terutama dalam
termodinamika, yang membahas transfer energi dalam sistem fisik dan proses-proses yang
melibatkan energi panas.

4.2 Saran

1) Peneliti dapat merevisi penyajian penelitian ini agar dapat mencantumkan hal-hal
yang penting dalam penelitian ini.

2) Penelitian ini sangat menarik untuk diungkap dalam lingkup yang lebih luas lagi.
Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang sejenis
dengan menggunakan konteks dan aspek yang berbeda atau dengan mengubah
metodologi penelitian.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anambyah, S dan Endang Setyowati. (2010). Pengaruh Pewarnaan Beton Cetak pada
DindingSerap sebagai Selubung Bangunan Tinggi. Jurnal Forum Teknik, (33) 2, 61-
67)

Burhani, Kharis. (2014). Pengembangan media pembelajaran perpindahan panas


radiasidengan variasi beda perlakuan permukaan specimen uji. Journal of Mechanical
Engineering Learning, (3) 2, 86-93.

Supu, Idawati. (2016). Pengaruh Suhu Terhadap Perpindahan Panas pada Material yang
Berbeda. Jurnal Dinamika, (7) 1, 62-73.

Wahyono dan Ilyas Rochani. (2019). Pembuatan Alat Uji Perpindahan Panas secara Radiasi.
EKSERGI Jurnal Teknik Energi, (15) 2, 50-58.

18

Anda mungkin juga menyukai