Ahmadhariri,+2 +Budi+Sastra+Panjaitan+19-38
Ahmadhariri,+2 +Budi+Sastra+Panjaitan+19-38
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
Jl. William Iskandar Ps. V, Medan Estate, Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara 20371, Telp.6615682 Fax. 6615683
e-mail: budisastrapanjaitan@uinsu.ac.id
Abstrak
Tanah telah menjadi komoditi mewah yang senantiasa diperebutkan oleh banyak pihak,
akibatnya kemudian kasus yang berkaitan dengan tanahpun bermunculan. Karena tanah, hak-
hak kemanusiaan terabaikan. Tidak sedikit korban berjatuhan hanya karena kasus tanah,
sementara itu penyelesaian yang diharapkan melalui badan peradilan yang ada tidak
memuaskan bahkan cenderung tidak teruji secara sederhana cepat dan biaya ringan. Pengadilan
Landreform sebagai pengadilan khusus dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan kasus
pertanahan. Permasalahan yang dikaji adalah seberapa pentingkah pembentukan Pengadilan
Landreform dalam penyelesaian kasus pertanahan di Indonesia? Jenis penelitian adalah
penelitian hukum normatif. Pengadilan Landreform sebagai pengadilan khususs sangat
dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus pertanahan. Pemerintah harus serius dalam
melaksanakan reforma agraria dan pemerintah harus mewujudkan omnibus law dalam bidang
landreform
Kata Kunci : Landreform, kasus, pengadilan
A.Pendahuluan
Pelan atau cepat tanah justru akan jarang ditemukan bangunan yang
adanya tanah yang akan diperjualbelikan, wilayah laut menjadi solusi terhadap
melainkan daya beli masyarakat terhadap pengadaan tanah. Bukan hanya di kota, di
tanah justru kurang sebanding dengan objek wilayah pedesaanpun juga mengalami hal
tanah. Selain itu, kelangkaan terhadap tanah yang hampir sama dengan di kota, tidak
juga dapat terjadi karena kebutuhan orang sedikit ditemukan petani bertani tidak di
dan badan hukum terhadap tanah begitu atas tanah miliknya. Menumpang,
tinggi, sementara jumlah tanah tetap dan menyewa atau bahkan menggarap tanah
lahan seluas 150 hektar dari penggarap di dengan tanah, hal itu menunjukkan bahwa
lokasi berbeda di Kebun Sei Semayang ada persoalan yang berkaitan dengan tanah,
Desa Sei Mencirin Kecamatan Sunggal “munculnya kasus pertanahan tersebut
Kabupaten Deli Serdang”.1 Sepertinya hal berpengaruh terhadap kondisi ekonomi,
ini akan menjadi masalah yang teramat sosial, politik, pertahanan, dan keamanan”.3
berkepanjangan apabila tidak dicarikan Selain menimbulkan dampak sosial, kasus
solusi yang tepat. dalam bidang pertanahan juga dapat
Lain lagi dengan keberadaan tanah melahirkan pelanggaran terhadap hak asasi
yang memang diperuntukkan bagi lahan manusia.
pertanian bergeser menjadi lahan Timbulnya persoalan yang berkaitan
pemukiman ataupun lahan industri. “Wakil dengan kasus pertanahan tidak terlepas dari
Wali Kota Padangsidimpuan Arwin Siregar aspek penguasaan yang tidak sebanding
mengatakan, luas persawahan di kota itu dengan aspek legalitas. Dalam banyak
semakin berkurang akibat maraknya alih kesempatan, masyarakat berpahamkan
fungsi lahan.”2 Semua orang akan kepemilikan tanah cukup dengan
mengalami dampak secara langsung penguasaan saja, sehingga sering timbul
berkurangnya wilayah pertanian, bahkan pendapat yang menyatakan “dari nenek
akibat beralihfungsinya lahan pertanian, moyang, kami sudah menetap di atas tanah
ruang terbuka hijau semakin berkurang. tersebut”.
Akibat kelangkaan dan Penguasaan belaka tidaklah menjadi
beralihfungsinya tanah justru dianggap sesuatu hal yang memiliki kekuatan secara
sebagai salah satu penyumbang timbulnya hukum jika kemudian penguasaan terhadap
kasus yang berkaitan dengan tanah di tanah dapat dibantah secara legalitas.
Indonesia, walaupun tak dapat dipungkiri Penguasaan terhadap tanah harus didukung
masih banyak penyebab lahirnya kasus dengan aspek legalitas. “Penguasaan lahan
yang berkaitan dengan tanah. untuk berbagai pemanfaatan dipengaruhi
Dewasa ini banyak media yang oleh sistem hukum yang berlaku. Berbagai
memberitakan kasus yang berhubungan produk hukum telah dilahirkan untuk
1
Harian Waspada, “PTPN 2 Bersihkan Lahan 3
Kementerian Perencanaan Pembangunan
Kebun Sei Semayang”, Berita, 4 Desember Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
2019, hlm. B7 Nasional (Bapenas), (2013), Kebijakan
2
Harian Waspada, “Lahan Berkurang, Kebutuhan Pengelolaan Pertanahan Nasional, Jakarta,
Pangan Tinggi”, Berita, 3 Desember 2019, hlm. Kementerian Perencanaan Pembangunan
B8 Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bapenas), hlm. 1
20
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
4
Muhammad Muhdar dan Nasir, (2012), Resolusi Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Jakarta,
Konflik Terhadap Sengketa Penguasaan Lahan Epistema Institute, hlm. 9
21
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
relasi yang sangat kuat antara masyarakat tanah meningkat sementara itu sumber
dengan tanah. tanah tidak pernah ada maka keberadaan
Relasi sejati ini ternyata tidak tanah akan menjadi “komoditi yang langka”
sebanding dengan relasi kenyataan. Dalam yang kepemilikannya harus benar-benar
banyak kesempatan masih banyak legal supaya keberadaannya justru tidak
masyaraakat yang menjadi penonton dari menimbulkan risiko secara hukum.
sinetron kepemilikan tanah di Indonesia. Kasus pertanahan yang terjadi di
Akibatnya kemudian terjadi gurisan yang Indonesia senantiasa meningkat dari tahun
mengakibatkan lahirnya pikiran liar untuk ke tahun. Maraknya kasus dalam bidang
memiliki sebidang tanah dengan berbagai pertanahan seolah-olah mengindikasikan
cara dan motif. Kehendak seperti itu belum maksimalnya penataan pertanahan di
sejatinya bukanlah tindakan elok yang Indonesia. Meningkatnya jumlah kasus
melahirkan ketentraman, melainkan pertanahan tentu menjadi perhatian penting
tindakan yang berakibat kepada pertikaian bagi semua komponen bangsa, terlebih-
yang pada akhirnya melahirkan berbagai lebih keberadaan tanah merupakan asset
kasus pertanahan. dalam rangka memberikan kemakmuran
Lahirnya kasus kepemilikan tanah sebesar-besarnya bagi rakyat dan negara
timbul karena kebutuhan terhadap tanah Indonesia.
terus meningkat seiring dengan semakin Badan Pertanahan Nasional (BPN)
meningkatnya pertumbuhan penduduk, mengklasifikasi kasus pertanahan meliputi:
sementara tanah jumlahnya terbatas dan sengketa,7 konflik,8 dan perkara
tidak bertambah.5 Demikian juga dengan pertanahan.9 Ketentuan ini termuat dalam
pembangunan yang terus berlangsung. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
Yang dilengkapi dengan sarana dan Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
prasarana, yang kesemuanya ini tentu saja Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016
membutuhkan tanah.6 Karena kebutuhan tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan.
5
Zaidar, (2008), “Intervensi Pemerintah Dalam 8
Konflik tanah yang selanjutnya disebut konflik
Pengendalian Harga Tanah Guna Kepentingan adalah perselisihan pertanahan antara orang
Pembangunan Serta Kaitannya Dengan perseorangan, kelompok, golongan, organisasi,
Pengadaan Tanah”, Majalah Hukum Citra badan hukum, atau lembaga yang mempunyai
Justicia, No. 2, 31 kecenderungan atau sudah berdampak luas
6 9
Ibid Perkara tanah yang selanjutnya disebut perkara
7
Sengketa tanah yang selanjutnya disebut sengketa adalah perselisihan pertanahan yang penanganan
adalah perselisihan pertanahan antara orang dan penyelesaiannya melalui lembaga peradilan
perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang
tidak berdampak luas
22
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
10 12
Sengketa agraria yang selanjutnya disebut Ahmad Ubbe, (2011), Pengkajian Hukum Tentang
sengketa adalah perselisihan agraria antara orang Mekanisme Penanganan Konflik Sosial, Jakarta,
perorangan, badan hukum, atau lembaga yang Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem
tidak berdampak luas Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum
11
Konflik agraria adalah perselisihan agraria antara Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI,
orang perorangan, kelompok, golongan, hlm. 3
13
organisasi, badan hukum, atau lembaga yang Maria SW. Sumardjono, (2005), Kebijakan
mempunyai kecenderungan atau sudah Pertanahan, Jakarta, Kompas, hlm. 189
berdampak luas secara sosial, politis, ekonomi,
pertahanan atau budaya
23
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
14
Kementerian Perencanaan Pembangunan Kawasan Hutan, Jakarta, Komisi Nasional Hak
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Asasi Manusia Republik Indonesia, hlm. xvi
16
Nasional (Bapenas), Op. Cit., hal. 6 Noer Fauzi Rachman dan Usep Setiawan, (2016),
15
Eko Cahyono et al., (2016), Konflik Agraria Reforma Agraria untuk Mewujudkan
Masyarakat Hukum Adat Atas Wilayahnya di Kemandirian Bangsa, Jakarta, Konsorsium
Pembaruan Agraria, hlm. 11
24
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
tereskalasi menjadi kasus yang lebih besar. 2. Menangani sengketa dan konflik agraria;
Salah satu faktor yang perlu mendapatkan 3. Menciptakan sumber kemakmuran dan
perhatian lebih dan dilakukan dalam rangka kesejahteraan masyarakat yang berbasis
penyelesaian kasus pertanahan adalah agraria melalui pengaturan penguasaan,
deteksi dini kasus pertanahan dan kesiapan pemilikan, penggunaan dan
sumberdaya dalam mekanisme penanganan pemanfaatan tanah;
kasus pertanahan. 4. Menciptakan lapangan kerja untuk
Dalam rangka meminimalisir kasus mengurangi kemiskinan;
pertanahan, pemerintah telah menegaskan 5. Memperbaiki akses masyarakat kepada
perlunya dilaksanakan reforma agraria. sumber ekonomi;
Melalui reforma agraria dilakukan penataan 6. Meningkatkan ketahanan dan
kembali struktur penguasaan, pemilikan, kedaulatan pangan; dan
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang 7. Memperbaiki dan menjaga kualitas
lebih berkeadilan dengan cara penataan aset lingkungan hidup
yang disertai dengan penataan akses untuk Terlepas dari catatan kritis terhadap
kemakmuran rakyat Indonesia. beberapa isi pasal Peraturan Presiden
Pengertian reforma agraria tidak Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2018,
hanya sekedar redistribusi tanah bagi secara substansi Peraturan Presiden tentang
masyarakat miskin sebagai upaya reforma agraria merupakan sebuah
perbaikan ketimpangan terhadap terobosan politik terhadap penataan
kepemilikan, penguasaan, dan pemanfaatan kembali landreform di Indonesia. Kemauan
tanah, tetapi juga perbaikan dalam sistem Presiden Republik Indonesia dalam menata
pengelolaan pertanahan secara nasional. urusan pertanahan sebagaimana amanat
Melalui nawacita Presiden Joko UUPA harus disambut secara positif.
Widodo, telah dikukuhkan pedoman Secara politis peraturan presiden dimaksud
pelaksanaan reforma agraria melalui merupakan langkah maju dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia melindungi dan mendekatkan kembali
Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma masyarakat marginal Indonesia kepada
Agraria. Reforma agraria dimaksud tanah.
bertujuan agar: “Perpres 86 ini sangatlah pantas
1. Mengurangi ketimpangan penguasaan diapresiasi sebagai upaya positif
dalam rangka mengatasi kebuntuan
dan pemilikan tanah dalam rangka
dan kebisuan selama 58 tahun sejak
menciptakan keadilan; Undang-Undang Pokok Agraria (UU
25
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
17
Konsorsium Pembaruan Agraria, (2019), Masa Politik, Jakarta, Konsorsium Pembaruan
Depan Reforma Agraria Melampaui Tahun Agraria, hlm. 13
26
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
18
Sapriadi, (2015), “Redistribusi Tanah Negara 19
Ziyad Falahi, (2014), “Roperty Boom Atau
Obyek Landreform Dalam Mendukung Program Kelangkaan Tanah?: Meneropong Relasi Antara
Reforma Agraria Di Kabupaten Sumbawa”, Casino Capitalism Dan Rezim Internasional”,
Jurnal IUS, 8, hlm. 365
Jurnal Landreform, II, hlm. 12
28
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
kembang desa yang manis nan berbudi Kasus pertanahan tidak hanya telah
tersebut akan menelan korban, kasus-kasus mengakibatkan marjinalisasi terhadap
barupun akan bertaburan hanya gegara masyarakat tetapi juga kerap memakan
memperebutkan kembang desa yang manis korban jiwa. Kondisi seperti ini dapat
nan berbudi, begitulah setidaknya dilihat bagaimana orang dan kelompok-
gambaran bagaimana manusia kelompk orang kemudian “berperang”
memperebutkan tanah. untuk memperebutkan tanah, tidak sedikit
“Hasrat untuk menguasai tanah, berita atau informasi yang menyiarkan telah
sumber-sumber kehidupan dan terjadi pertumpahan darah akibat
sumber daya alam adalah warisan
memperebutkan dan mempertahankan
kelam manusia; oleh sifat serakah,
rakus, imperialis, monopolis, tanah.
dominasi, dan tabiat merendahkan Guna mengantisipasi kemelut yang
harkat dan martabat sesama, serta
berkepanjangan tersebut serta
hilangnya nurani sebuah bangsa
manusia dengan cara menjajah meminimalisir konflik berdarah terhadap
sesama bangsa, sederet konflik yang tanah atau setidak-tidaknya meredam
dipicu sengketa atas hak kepemilikan
kemungkinan yang akan timbul dari
tanah dapat kita rangkum sebagai
pengalaman pahit dan tidak penguasaan terhadap tanah, diperlukan
seharusnya terjadi seperti: konflik saluran resmi yang cepat dan sederhana
tanah waduk Kedung Ombo, kasus dalam penyelesaiannya.
Tanah Alas Tlogo, konflik tanah
Meruya, bentrok warga dengan TNI Model yang ada sekarang ini, seperti
akibat sengketa tanah Meunasah penyelesaian kasus pertanahan melalui
Kulam Aceh Besar dan masih banyak proses peradilan dipandang tidak lagi
di tempat lainnya”.20
sederhana, cepat dan biaya ringan karena
Jika kemudian tidak dilahirkan memang ketentuan yang ada membenarkan
saluran resmi untuk menata dengan baik para pihak yang bertikai untuk
rebutan tersebut, yang terjadi adalah menggunakan upaya hukum ketika merasa
konflik berkepanjangan, pertumpahan tidak puas atas putusan badan peradilan
darah kemungkinan besar juga tidak akan pertama.
terelakkan. Sementara itu upaya hukum secara
mediasi juga bukan solusi yang pas dalam
20
Endah Sulatri dan Teguh Triesna Dewa, (2015),
“Urgensi Pembentukan Pengadilan Khusus
Agraria”, Jurnal Cita Hukum, II, hlm. 305
29
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
21
Ahmad Mujahidin ((2007), Peradilan Satu Atap
Di Indonesia, Jakarta, Refika Aditama, hlm. 2
31
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
22
M. Aulia Reza Utama, (2017), “Peranan Peradilan Penyelesaian Sengketa Pertanahan”, Badamai
Pertanahan Dalam Penyelesaian Dalam Law Journal, 1, hlm. 135
32
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
terjadi dalam sistem hukum Indonesia dilakukan agar badan peradilan menjadi
terhadap kasus pertanahan. merdeka dari isu suap, korupsi, kolusi dan
Disinilah kemudian peran Peradilan nepotisme yang pada akhirnya kepercayaan
Landreform sebagai peradilan tunggal masyarakat terhadap badan peradilan akan
dalam penyelesaian kasus pertanahan. menjadi lebih baik.
Kewenangan Peradilan Landreform “Alangkah tak adilnya bila lembaga
peradilan tidak mengedepankan nilai-
merangkul yurisdiksi yang berbeda dari
nilai keadilan ketika menjatuhkan
kasus pertanahan. putusan.”23
Pengadilan menjadi institusi hukum Peluang untuk menghidupkan
yang teramat penting dalam mewujudkan kembali Peradilan Landreform sebagai
keadilan, khususnya keadilan dalam ranah pengadilan khusus sebenarnya
negara yang berdasarkan kepada Pancasila. dimungkinkan mengingat:
Sebagai sebuah institusi yang mewujudkan 1. Pasal 27 Undang-Undang Republik
keadilan, badan peradilan harus diperkuat Indonesia Nomor 48 Tahun 2009
sesuai dengan kemampuan sumber daya tentang Kekuasaan Kehakiman
manusianya untuk menangani membuka peluang untuk dibentuk
perkembangan kasus yang ada, termasuk pengadilan khusus berdasarkan undang-
juga kasus pertanahan. undang dalam lingkungan peradilan
Guna mengikhtiarkan kembali badan yang berada di bawah kekuasaan
peradilan yang sederhana cepat dan biaya Mahkamah Agung.
ringan, kewenangan penyelesaian kasus 2. Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
pertanahan cukup diselesaikan oleh Republik Indonesia Nomor 49 Tahun
pengadilan landreform yang dibatasi hanya 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
pada tingkat pertama dan banding saja, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986
sehingga kemudian terdapat pembatasan tentang Peradilan Umum mengatur di
kasus pertanahan tidak perlu untuk diuji lingkungan peradilan umum dapat
melalui kasasi maupun peninjauan kembali. dibentuk pengadilan khusus yang diatur
Selain itu, penguatan sumber daya dengan undang-undang.
manusia pada pengadilan landreform juga 3. Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang
merupakan sesuatu hal yang mutlak untuk Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
23
Dini Dewi Heniarti (2013), Ironi Hukum Yang
Tak Bisa Dibeli Dan Militer Yang Disegani,
Bandung, Arsad Press, hlm.6
33
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
24
Agnes Fitryantica, (2019), “Harmonisasi 25
Firman Freaddy Busroh, (2017), “Konseptualisasi
Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Omnibus Law Dalam Menyelesaikan
melalui Konsep Omnibus Law”, Jurnal Gema Permasalahan Regulasi Pertanahan”, Arena
Keadilan, III, hlm. 302 Hukum, 2, hlm. 248
34
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
M. Aulia Reza Utama, (2017), “Peranan Ziyad Falahi, (2014), “Roperty Boom Atau
Peradilan Pertanahan Dalam Kelangkaan Tanah?: Meneropong
Penyelesaian Dalam Penyelesaian Relasi Antara Casino Capitalism Dan
Sengketa Pertanahan”, Badamai Law Rezim Internasional”, Jurnal
Journal, 1 Landreform, II
Sapriadi, (2015), “Redistribusi Tanah Waspada Harian, “Lahan Berkurang,
Negara Obyek Landreform Dalam Kebutuhan Pangan Tinggi”, Berita, 3
Mendukung Program Reforma Desember 2019
Agraria Di Kabupaten Sumbawa”, Waspada Harian, “PTPN 2 Bersihkan
Jurnal IUS, 8 Lahan Kebun Sei Semayang”, Berita,
Zaidar, (2008), “Intervensi Pemerintah 4 Desember 2019
Dalam Pengendalian Harga Tanah
Guna Kepentingan Pembangunan
Serta Kaitannya Dengan Pengadaan
Tanah”, Majalah Hukum Citra
Justicia No. 2
38
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38