Anda di halaman 1dari 20

JUSTITIA JURNAL HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Sebagai akibat dari kelangkaan


PENGADILAN LANDREFORM SEBAGAI WADAH
terhadap kepemilikan tanah, di kota tidak
PENYELESAIAN KASUS PERTANAHAN
Budi Sastra Panjaitan

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
Jl. William Iskandar Ps. V, Medan Estate, Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara 20371, Telp.6615682 Fax. 6615683
e-mail: budisastrapanjaitan@uinsu.ac.id

Diterima: 31 Desember 2019, Review: 7 April 2020 Publish: 18 April 2020

Abstrak
Tanah telah menjadi komoditi mewah yang senantiasa diperebutkan oleh banyak pihak,
akibatnya kemudian kasus yang berkaitan dengan tanahpun bermunculan. Karena tanah, hak-
hak kemanusiaan terabaikan. Tidak sedikit korban berjatuhan hanya karena kasus tanah,
sementara itu penyelesaian yang diharapkan melalui badan peradilan yang ada tidak
memuaskan bahkan cenderung tidak teruji secara sederhana cepat dan biaya ringan. Pengadilan
Landreform sebagai pengadilan khusus dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan kasus
pertanahan. Permasalahan yang dikaji adalah seberapa pentingkah pembentukan Pengadilan
Landreform dalam penyelesaian kasus pertanahan di Indonesia? Jenis penelitian adalah
penelitian hukum normatif. Pengadilan Landreform sebagai pengadilan khususs sangat
dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus pertanahan. Pemerintah harus serius dalam
melaksanakan reforma agraria dan pemerintah harus mewujudkan omnibus law dalam bidang
landreform
Kata Kunci : Landreform, kasus, pengadilan

A.Pendahuluan
Pelan atau cepat tanah justru akan jarang ditemukan bangunan yang

menjadi komoditi yang sangat langka, menjulang tinggi ke langit, bahkan di

kelangkaan tersebut bukan karena tidak tempat-tempat tertentu, reklamasi terhadap

adanya tanah yang akan diperjualbelikan, wilayah laut menjadi solusi terhadap

melainkan daya beli masyarakat terhadap pengadaan tanah. Bukan hanya di kota, di

tanah justru kurang sebanding dengan objek wilayah pedesaanpun juga mengalami hal

tanah. Selain itu, kelangkaan terhadap tanah yang hampir sama dengan di kota, tidak

juga dapat terjadi karena kebutuhan orang sedikit ditemukan petani bertani tidak di

dan badan hukum terhadap tanah begitu atas tanah miliknya. Menumpang,

tinggi, sementara jumlah tanah tetap dan menyewa atau bahkan menggarap tanah

tidak ada pihak yang dapat milik perekebunan pemerintah maupun

memproduksinya. swasta, “PTPN 2 kembali mengambil alih


19
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

lahan seluas 150 hektar dari penggarap di dengan tanah, hal itu menunjukkan bahwa
lokasi berbeda di Kebun Sei Semayang ada persoalan yang berkaitan dengan tanah,
Desa Sei Mencirin Kecamatan Sunggal “munculnya kasus pertanahan tersebut
Kabupaten Deli Serdang”.1 Sepertinya hal berpengaruh terhadap kondisi ekonomi,
ini akan menjadi masalah yang teramat sosial, politik, pertahanan, dan keamanan”.3
berkepanjangan apabila tidak dicarikan Selain menimbulkan dampak sosial, kasus
solusi yang tepat. dalam bidang pertanahan juga dapat
Lain lagi dengan keberadaan tanah melahirkan pelanggaran terhadap hak asasi
yang memang diperuntukkan bagi lahan manusia.
pertanian bergeser menjadi lahan Timbulnya persoalan yang berkaitan
pemukiman ataupun lahan industri. “Wakil dengan kasus pertanahan tidak terlepas dari
Wali Kota Padangsidimpuan Arwin Siregar aspek penguasaan yang tidak sebanding
mengatakan, luas persawahan di kota itu dengan aspek legalitas. Dalam banyak
semakin berkurang akibat maraknya alih kesempatan, masyarakat berpahamkan
fungsi lahan.”2 Semua orang akan kepemilikan tanah cukup dengan
mengalami dampak secara langsung penguasaan saja, sehingga sering timbul
berkurangnya wilayah pertanian, bahkan pendapat yang menyatakan “dari nenek
akibat beralihfungsinya lahan pertanian, moyang, kami sudah menetap di atas tanah
ruang terbuka hijau semakin berkurang. tersebut”.
Akibat kelangkaan dan Penguasaan belaka tidaklah menjadi
beralihfungsinya tanah justru dianggap sesuatu hal yang memiliki kekuatan secara
sebagai salah satu penyumbang timbulnya hukum jika kemudian penguasaan terhadap
kasus yang berkaitan dengan tanah di tanah dapat dibantah secara legalitas.
Indonesia, walaupun tak dapat dipungkiri Penguasaan terhadap tanah harus didukung
masih banyak penyebab lahirnya kasus dengan aspek legalitas. “Penguasaan lahan
yang berkaitan dengan tanah. untuk berbagai pemanfaatan dipengaruhi
Dewasa ini banyak media yang oleh sistem hukum yang berlaku. Berbagai
memberitakan kasus yang berhubungan produk hukum telah dilahirkan untuk

1
Harian Waspada, “PTPN 2 Bersihkan Lahan 3
Kementerian Perencanaan Pembangunan
Kebun Sei Semayang”, Berita, 4 Desember Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
2019, hlm. B7 Nasional (Bapenas), (2013), Kebijakan
2
Harian Waspada, “Lahan Berkurang, Kebutuhan Pengelolaan Pertanahan Nasional, Jakarta,
Pangan Tinggi”, Berita, 3 Desember 2019, hlm. Kementerian Perencanaan Pembangunan
B8 Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bapenas), hlm. 1
20
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

menjawab kebutuhan dan jaminan permasalahan mendasar, yaitu: seberapa


penguasaan lahan”.4 pentingkah pembentukan Pengadilan
Dalam sistem hukum Indonesia, Landreform dalam penyelesaian kasus
penyelesaian kasus dapat diselesaikan pertanahan di Indonesia?
dengan 2 model, yaitu litigasi dan non
litigasi. Kedua sarana hukum tersebut B. Metode Penelitian
memiliki kelebihan dan kekurangan. Secara Penelitian ini menggunakan
umum kasus dalam bidang kepemilikan pendekatan normatif. Perolehan data
tanah lebih banyak diselesaikan lewat jalur dilakukan dengan menggunakan berbagai
litigasi ketimbang secara non litigasi. data sekunder seperti peraturan perundang-
Ironisnya bahkan pihak yang menang undangan, teori hukum, dan dapat pula
secara hukumpun terkadang sulit untuk berupa pendapat para ahli dalam
menikmati kemenangannya, tidak jarang bidangnya.
ditemukan harus “berdarah-darah” terlebih Penelitian ini kemudian
dahulu ketika diadakan eksekusi terhadap menggunakan analisis kualitatif, yaitu
putusan pengadilan. Hal ini menunjukkan analisis yang menjelaskan data yang
bahwa pihak yang kalahpun tidak dengan diperoleh dengan kata-kata atau pernyataan
kerendahan hati dan kebesaran jiwa dan bukan dengan angka-angka.
meninggalkan lahan dimaksud.
Sementara itu penyelesaian secara C. Pembahasan
non litigasi juga dipandang belum mampu 1. Kasus Pertanahan
merespon permasalahan yang terkait Di dalam Undang-Undang Nomor 5
dengan kasus kepemilikan tanah, apakah Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
ada kelemahan dari model penyelesaian Pokok-Pokok Agraria atau yang dikenal
tersebut atau ada permasalahan lain yang sebagai Undang-Undang Pokok Agraria
mempengaruhinya sehingga penyelesaian (UUPA) terdapat ketentuan utama yang
tidak tercapai? Dengan berbagai menegaskan relasi warga negara Republik
argumentasi tersebut di atas, tulisan ini Indonesia dengan tanah airnya adalah
selanjutnya diangkat dengan tema hubungan yang bersifat abadi. Ketentuan
penyelesaian kasus kepemilikan tanah. tersebut menunjukkan bahwa terdapat
Melalui tulisan ini akan dikaji

4
Muhammad Muhdar dan Nasir, (2012), Resolusi Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Jakarta,
Konflik Terhadap Sengketa Penguasaan Lahan Epistema Institute, hlm. 9
21
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

relasi yang sangat kuat antara masyarakat tanah meningkat sementara itu sumber
dengan tanah. tanah tidak pernah ada maka keberadaan
Relasi sejati ini ternyata tidak tanah akan menjadi “komoditi yang langka”
sebanding dengan relasi kenyataan. Dalam yang kepemilikannya harus benar-benar
banyak kesempatan masih banyak legal supaya keberadaannya justru tidak
masyaraakat yang menjadi penonton dari menimbulkan risiko secara hukum.
sinetron kepemilikan tanah di Indonesia. Kasus pertanahan yang terjadi di
Akibatnya kemudian terjadi gurisan yang Indonesia senantiasa meningkat dari tahun
mengakibatkan lahirnya pikiran liar untuk ke tahun. Maraknya kasus dalam bidang
memiliki sebidang tanah dengan berbagai pertanahan seolah-olah mengindikasikan
cara dan motif. Kehendak seperti itu belum maksimalnya penataan pertanahan di
sejatinya bukanlah tindakan elok yang Indonesia. Meningkatnya jumlah kasus
melahirkan ketentraman, melainkan pertanahan tentu menjadi perhatian penting
tindakan yang berakibat kepada pertikaian bagi semua komponen bangsa, terlebih-
yang pada akhirnya melahirkan berbagai lebih keberadaan tanah merupakan asset
kasus pertanahan. dalam rangka memberikan kemakmuran
Lahirnya kasus kepemilikan tanah sebesar-besarnya bagi rakyat dan negara
timbul karena kebutuhan terhadap tanah Indonesia.
terus meningkat seiring dengan semakin Badan Pertanahan Nasional (BPN)
meningkatnya pertumbuhan penduduk, mengklasifikasi kasus pertanahan meliputi:
sementara tanah jumlahnya terbatas dan sengketa,7 konflik,8 dan perkara
tidak bertambah.5 Demikian juga dengan pertanahan.9 Ketentuan ini termuat dalam
pembangunan yang terus berlangsung. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
Yang dilengkapi dengan sarana dan Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
prasarana, yang kesemuanya ini tentu saja Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016
membutuhkan tanah.6 Karena kebutuhan tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan.

5
Zaidar, (2008), “Intervensi Pemerintah Dalam 8
Konflik tanah yang selanjutnya disebut konflik
Pengendalian Harga Tanah Guna Kepentingan adalah perselisihan pertanahan antara orang
Pembangunan Serta Kaitannya Dengan perseorangan, kelompok, golongan, organisasi,
Pengadaan Tanah”, Majalah Hukum Citra badan hukum, atau lembaga yang mempunyai
Justicia, No. 2, 31 kecenderungan atau sudah berdampak luas
6 9
Ibid Perkara tanah yang selanjutnya disebut perkara
7
Sengketa tanah yang selanjutnya disebut sengketa adalah perselisihan pertanahan yang penanganan
adalah perselisihan pertanahan antara orang dan penyelesaiannya melalui lembaga peradilan
perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang
tidak berdampak luas
22
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Sementara itu berdasarkan Peraturan Dalam rangka penanggulangan kasus


Presiden Republik Indonesia Nomor 86 pertanahan, yang perlu diwaspadai bukan
Tahun 2018 tentang Reforma Agraria, hanya faktor yang dapat memicu timbulnya
klasifikasi kasus pertanahan meliputi: kasus pertanahan, namun juga yang tidak
sengketa agraria10 dan konflik agraria.11 kalah pentingnya adalah faktor yang dapat
Kasus yang berbasis tanah dapat menjadi potensi atau sumber timbulnya
dibedakan antara yang terjadi di kota kasus pertanahan.
dengan kabupaten di Indonesia. Di kota, “Konflik tidak akan terjadi secara
kasus pertanahan yang sering muncul pada serta merta, melainkan selalu diawali
dengan adanya potensi yang
umumnya adalah kasus sertifikat ganda dan
mengendap di dalam masyarakat,
pengadaan tanah untuk pembangunan. yang kemudian dapat berkembang
Sementara di kabupaten, kasus pertanahan memanas menjadi ketegangan dan
akhirnya memuncak pecah menjadi
meliputi penggarapan perkebunan, kasus
konflik fisik akibat adanya faktor
areal pertambangan dan tumpang tindih hak pemicu konflik”.12
atas tanah.
Secara garis besar peta permasalahan
Lahirnya kasus pertanahan tidak
tanah dapat dikelompokkan menjadi 4,
lepas dari kepentingan untuk menguasai
yaitu:13
tanah. Akibat kepentingan tersebut segala
1. Masalah penggarapan rakyat atas
cara diperankan agar tanah yang
tanah areal kehutanan,
diperebutkan menjadi milik pihak yang perkebunan, dan lain-lain.
2. Masalah yang berkenaan dengan
memperebutkan. Dalam kondisi yang
pelanggaran ketentuan tentang
demikian, tidak tertutup kemungkinan akan landreform.
3. Ekses-ekses dalam penyediaan
terjadi pertikaian, bahkan jika tidak
tanah untuk keperluan
diminimalisir terbuka kemungkinan kasus pembangunan.
4. Sengketa perdata berkenaan
pertanahan mengakibatkan matinya orang
dengan masalah tanah.
dan rusaknya benda-benda lainnya.

10 12
Sengketa agraria yang selanjutnya disebut Ahmad Ubbe, (2011), Pengkajian Hukum Tentang
sengketa adalah perselisihan agraria antara orang Mekanisme Penanganan Konflik Sosial, Jakarta,
perorangan, badan hukum, atau lembaga yang Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem
tidak berdampak luas Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum
11
Konflik agraria adalah perselisihan agraria antara Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI,
orang perorangan, kelompok, golongan, hlm. 3
13
organisasi, badan hukum, atau lembaga yang Maria SW. Sumardjono, (2005), Kebijakan
mempunyai kecenderungan atau sudah Pertanahan, Jakarta, Kompas, hlm. 189
berdampak luas secara sosial, politis, ekonomi,
pertahanan atau budaya
23
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

“BPN juga mengelompokkan kasus benar-benar serius, tuntas dan


pertanahan menjadi delapan tipologi, menyentuh akar masalahnya”.16
yaitu (1) penguasaan dan pemilikan
tanah; (2) penetapan hak dan Akar persoalan dari kasus pertanahan
pendaftaran tanah; (3) batas atau letak yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari
bidang tanah; (4)
kebijakan agraria yang sesungguhnya
pengadaan/pembebasan tanah; (5)
tanah objek landreform; (6) tuntutan belum terlaksana secara utuh sebagaimana
ganti rugi tanah partikelir; (7) tanah amanat UUPA dalam bentuk landreform
ulayat/adat; dan (8) pelaksanaan
untuk mengurangi ketimpangan
putusan pengadilan”.14
penguasaan tanah di Indonesia, termasuk
Ketimpangan ekonomi juga telah batas maksimum kepemilikan tanah.
menyumbang lahirnya kasus pertanahan di Tak kalah penting dalam
Indonesia, kasus pertanahan jika tidak hubungannya dengan pertanahan adalah
diselesaikan secara cepat, tepat dan benar ditemukannya undang-undang yang
akan memberikan akumulasi terhadap memiliki hubungan dengan tanah, seperti
sektor lainnya. Penanganan kasus undang-undang yang terkait dengan sumber
pertanahan tidak dapat hanya secara daya alam dipandang kurang sejalan
sektoral dalam kasus-kasus pertanahan dengan UUPA, akibatnya terdapat
tertentu saja. “Permasalahan bertambah ketentuan yang berbeda bahkan
rumit ketika aparat Pemerintah, termasuk bertolakbelakang antara undang-undang
POLRI, terlibat dalam konflik dan tidak pendukung dengan UUPA, ketidaksesuaian
bersikap netral dalam sebagian besar ini juga mendukung terciptanya kasus
konflik yang terjadi”.15 pertanahan di Indonesia, akibatnya keadilan
“Dalam hal ini pemerintah seringkali yang fundamental (fundamental fairness)
hanya bertindak sebagai pemadam
dalam bidang pertanahan akan sangat sulit
kebakaran yang mengambil tindakan
jika konflik sudah meledak, meluas terwujud.
dampaknya, memakan korban, dan Penanganan kasus pertanahan yang
terutama jika konflik itu sudah tidak tuntas akan memunculkan potensi
menjadi sorotan publik. Selama ini
tidak ada upaya pencegahan apalagi kasus pertanahan terulang kembali atau
penyelesaian konflik agraria yang

14
Kementerian Perencanaan Pembangunan Kawasan Hutan, Jakarta, Komisi Nasional Hak
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Asasi Manusia Republik Indonesia, hlm. xvi
16
Nasional (Bapenas), Op. Cit., hal. 6 Noer Fauzi Rachman dan Usep Setiawan, (2016),
15
Eko Cahyono et al., (2016), Konflik Agraria Reforma Agraria untuk Mewujudkan
Masyarakat Hukum Adat Atas Wilayahnya di Kemandirian Bangsa, Jakarta, Konsorsium
Pembaruan Agraria, hlm. 11
24
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

tereskalasi menjadi kasus yang lebih besar. 2. Menangani sengketa dan konflik agraria;
Salah satu faktor yang perlu mendapatkan 3. Menciptakan sumber kemakmuran dan
perhatian lebih dan dilakukan dalam rangka kesejahteraan masyarakat yang berbasis
penyelesaian kasus pertanahan adalah agraria melalui pengaturan penguasaan,
deteksi dini kasus pertanahan dan kesiapan pemilikan, penggunaan dan
sumberdaya dalam mekanisme penanganan pemanfaatan tanah;
kasus pertanahan. 4. Menciptakan lapangan kerja untuk
Dalam rangka meminimalisir kasus mengurangi kemiskinan;
pertanahan, pemerintah telah menegaskan 5. Memperbaiki akses masyarakat kepada
perlunya dilaksanakan reforma agraria. sumber ekonomi;
Melalui reforma agraria dilakukan penataan 6. Meningkatkan ketahanan dan
kembali struktur penguasaan, pemilikan, kedaulatan pangan; dan
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang 7. Memperbaiki dan menjaga kualitas
lebih berkeadilan dengan cara penataan aset lingkungan hidup
yang disertai dengan penataan akses untuk Terlepas dari catatan kritis terhadap
kemakmuran rakyat Indonesia. beberapa isi pasal Peraturan Presiden
Pengertian reforma agraria tidak Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2018,
hanya sekedar redistribusi tanah bagi secara substansi Peraturan Presiden tentang
masyarakat miskin sebagai upaya reforma agraria merupakan sebuah
perbaikan ketimpangan terhadap terobosan politik terhadap penataan
kepemilikan, penguasaan, dan pemanfaatan kembali landreform di Indonesia. Kemauan
tanah, tetapi juga perbaikan dalam sistem Presiden Republik Indonesia dalam menata
pengelolaan pertanahan secara nasional. urusan pertanahan sebagaimana amanat
Melalui nawacita Presiden Joko UUPA harus disambut secara positif.
Widodo, telah dikukuhkan pedoman Secara politis peraturan presiden dimaksud
pelaksanaan reforma agraria melalui merupakan langkah maju dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia melindungi dan mendekatkan kembali
Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma masyarakat marginal Indonesia kepada
Agraria. Reforma agraria dimaksud tanah.
bertujuan agar: “Perpres 86 ini sangatlah pantas
1. Mengurangi ketimpangan penguasaan diapresiasi sebagai upaya positif
dalam rangka mengatasi kebuntuan
dan pemilikan tanah dalam rangka
dan kebisuan selama 58 tahun sejak
menciptakan keadilan; Undang-Undang Pokok Agraria (UU
25
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

No. 5/1960) dan Undang-Undang dimaksud sebagaimana isi Peraturan


Land Reform (UU No.56/Prp/1960) Presiden Republik Indonesia Nomor 86
disahkan oleh Presiden Soekarno”.17
Tahun 2018 mau atau tidak melepaskan
Secara konseptual, keberadaan kepemilikannya terhadap tanah, hal ini
Peraturan Presiden Republik Indonesia akan menjadi persoalan baru yang
Nomor 86 Tahun 2018 dapat membutuhkan solusi tepat dan
mempermudah redistribusi tanah kepada menguntungkan semua pihak. Dilapangan
yang berhak, dengan adanya redistribusi misalnya, masih ditemukan penguasaan
tersebut, kasus yang berkaitan dengan tanah atas tanah HGU maupun HGB yang telah
dapat diselesaikan. Keinginan orang-orang habis masa berlakunya serta tidak
yang sangat kurang secara ekonomi untuk dimohonkan perpanjangan dan/atau tidak
memiliki sebidang tanah minimal tanah dimohonkan pembaruan haknya jusru
tapak perumahan dapat terwujud. masih dikuasai oleh pemegang hak semula.
Kasus pertanahan bukan hanya terkait Dalam rangka mempercepat reforma
penerbitan izin perkebunan yang terkadang agraria, Peraturan Presiden Republik
melanggar hak-hak masyarakat atas tanah, Indonesia Nomor 86 Tahun 2018
melainkan juga persoalan tumpang tindih mengamanatkan pembentukan Tim
hak warga atas tanah dengan perusahaan Reforma Agraria Nasional dan Gugus
swasta maupun perusahaan milik negara Tugas Reforma Agraria yang terdiri atas:
yang telah berlangsung sejak lama, 1. Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat;
distribusi tanah HGU dan HGB yang telah 2. Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi;
habis masa berlakunya serta tidak dimohon dan
perpanjangan dan/atau tidak dimohon 3. Gugus Tugas Reforma Agraria
pembaruan haknya dalam jangka waktu 1 Kabupaten/Kota.
tahun setelah haknya berakhir kepada Tim Reforma Agraria Nasional
masyarakat sekitar akan menjadi solusi bertugas melaksanakan:
ampuh dalam mengatasi kasus pertanahan 1. Menetapkan kebijakan dan rencana
dalam bentuk penggarapan tanah reforma agraria;
perkebunan misalnya. 2. Melakukan koordinasi dan penyelesaian
Persoalannya kemudian adalah kendala dalam penyelenggaraan reforma
apakah pihak-pihak yang menguasai tanah agraria; dan

17
Konsorsium Pembaruan Agraria, (2019), Masa Politik, Jakarta, Konsorsium Pembaruan
Depan Reforma Agraria Melampaui Tahun Agraria, hlm. 13
26
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

3. Melakukan pengawasan serta pelaporan 4. Memperkuat kapasitas pelaksanaan


pelaksanaan reforma agrarian. reforma agraria di tingkat provinsi;
Sementara itu Gugus Tugas Reforma 5. Menyampaikan laporan hasil reforma
Agraria Pusat bertugas membantu agraria provinsi kepada Gugus Tugas
pelaksanaan tugas Tim Reforma Agraria Reforma Agraria Pusat;
Nasional yang meliputi: 6. Mengoordinasikan dan memfasilitasi
1. Mengoordinasikan penyediaan TORA penanganan sengketa dan konflik agraria
dalam rangka penataan aset di tingkat di tingkat provinsi; dan
pusat; 7. Melakukan pengawasan terhadap
2. Mengoordinasikan pelaksanaan pelaksanaan tugas Gugus Tugas
penataan akses di tingkat pusat; Reforma Agraria Kabupaten/ Kota.
3. Menyampaikan laporan hasil reforma Gugus tugas Reforma Agraria
agraria nasional kepada Tim Reforma Kabupaten/Kota mempunyai tugas sebagai
Agraria Nasional; berikut:

4. Mengoordinasikan dan memfasilitasi 1. Mengoordinasikan penyediaan TORA

penanganan sengketa dan konflik dalam rangka penataan aset di tingkat

agraria; dan kabupaten/kota;

5. Melakukan pengawasan terhadap 2. Memberikan usulan dan rekomendasi

pelaksanaan tugas Gugus Tugas tanah-tanah untuk ditegaskan sebagai

Reforma Agraria Provinsi dan Gugus tanah negara sekaligus ditetapkan

Tugas Reforma Agraria sebagai TORA kepada menteri atau

Kabupatenl/Kota. pejabat yang ditunjuk oleh menteri;

Gugus Tugas Reforma Agraria 3. Melaksanakan penataan penguasaan

Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut: dan pemilikan TORA;

1. Mengoordinasikan penyediaan TORA 4. Mewujudkan kepastian hukum dan

dalam rangka penataan aset di tingkat legalisasi hak atas TORA;

provinsi; 5. Melaksanakan penataan akses;

2. Memfasilitasi pelaksanaan penataan 6. Melaksanakan integrasi pelaksanaan

akses di tingkat provinsi; penataan aset dan penataan akses di

3. Mengoordinasikan integrasi tingkat kabupaten/kota;

pelaksanaan penataan aset dan penataan 7. Memperkuat kapasitas pelaksanaan

akses di tingkat provinsi; reforma agraria di tingkat


kabupaten/kota;
27
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

8. Menyampaikan laporan hasil Reforma 2. Pengadilan Landreform


Agraria Kabupaten/Kota kepada Tanah tidak lagi dipandang sebagai
Gugus Tugas Reforma Agraria tempat tumbuh dan berkembangnya
Provinsi; manusia, hewan dan tanaman. Keberadaan
9. Mengoordinasikan dan memfasilitasi tanah telah bergeser sebagai energi
penyelesaian sengketa dan konflik kekuatan baru oleh sebagian orang,
agraria di tingkat kabupaten/kota; dan akibatnya kemudian orang berlomba-lomba
10. Melakukan pengawasan terhadap untuk memiliki tanah, apakah kemudian
pelaksanaan legalisasi aset dan cara-cara yang dilakukan benar atau tidak
redistribusi tanah. itu tidak menjadi persoalan dan apakah
Keberadaan Tim Reforma Agraria kemudian harus ada masyarakat yang
Nasional dan Gugus Tugas Reforma menjadi korban akibat keserakahan untuk
Agraria sebagai perpanjangan Presiden memiliki tanah itu juga tidak menjadi
Indonesia dalam menyukseskan agenda pemikiran, yang penting adalah bagaimana
reforma agraria menjadi benteng sekaligus mendapatkan dan menguasai tanah. “Tanah
wadah dalam memfasilitasi penyelesaian juga sudah dianggap sebagai bahan
kasus pertanahan di Indonesia. Peraturan komoditas yang paling utama”.18
Presiden Republik Indonesia Nomor 86 “Kapitalisme merubah secara
Tahun 2018 akan mengatur masa depan paradigmatik dari yang semula tanah
dipandang sebagai wilayah
agraria di Indonesia. Ancaman terhadap
transenden dan dianggap sakral,
hak-hak konstitusional rakyat miskin menjadi sebatas obyek imanen yang
terhadap kepemilikan tanah dan ancaman boleh dinikmati kapanpun.
Kapitalisme dan tanah merupakan
keberlangsungan terhadap negara hanya
dua hal yang erat kaitannya.”19
karena kasus pertanahan tampaknya akan
Konsekwensinya tanah akan menjadi
mendapatkan penyelesaian melalui reforma
agraria. incaran setiap orang, tak ubahnya tanah
sebagai kembang desa yang manis nan
berbudi, akan menjadi rebutan setiap lelaki
yang sehat. Cepat atau lambat krisis rebutan

18
Sapriadi, (2015), “Redistribusi Tanah Negara 19
Ziyad Falahi, (2014), “Roperty Boom Atau
Obyek Landreform Dalam Mendukung Program Kelangkaan Tanah?: Meneropong Relasi Antara
Reforma Agraria Di Kabupaten Sumbawa”, Casino Capitalism Dan Rezim Internasional”,
Jurnal IUS, 8, hlm. 365
Jurnal Landreform, II, hlm. 12

28
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

kembang desa yang manis nan berbudi Kasus pertanahan tidak hanya telah
tersebut akan menelan korban, kasus-kasus mengakibatkan marjinalisasi terhadap
barupun akan bertaburan hanya gegara masyarakat tetapi juga kerap memakan
memperebutkan kembang desa yang manis korban jiwa. Kondisi seperti ini dapat
nan berbudi, begitulah setidaknya dilihat bagaimana orang dan kelompok-
gambaran bagaimana manusia kelompk orang kemudian “berperang”
memperebutkan tanah. untuk memperebutkan tanah, tidak sedikit
“Hasrat untuk menguasai tanah, berita atau informasi yang menyiarkan telah
sumber-sumber kehidupan dan terjadi pertumpahan darah akibat
sumber daya alam adalah warisan
memperebutkan dan mempertahankan
kelam manusia; oleh sifat serakah,
rakus, imperialis, monopolis, tanah.
dominasi, dan tabiat merendahkan Guna mengantisipasi kemelut yang
harkat dan martabat sesama, serta
berkepanjangan tersebut serta
hilangnya nurani sebuah bangsa
manusia dengan cara menjajah meminimalisir konflik berdarah terhadap
sesama bangsa, sederet konflik yang tanah atau setidak-tidaknya meredam
dipicu sengketa atas hak kepemilikan
kemungkinan yang akan timbul dari
tanah dapat kita rangkum sebagai
pengalaman pahit dan tidak penguasaan terhadap tanah, diperlukan
seharusnya terjadi seperti: konflik saluran resmi yang cepat dan sederhana
tanah waduk Kedung Ombo, kasus dalam penyelesaiannya.
Tanah Alas Tlogo, konflik tanah
Meruya, bentrok warga dengan TNI Model yang ada sekarang ini, seperti
akibat sengketa tanah Meunasah penyelesaian kasus pertanahan melalui
Kulam Aceh Besar dan masih banyak proses peradilan dipandang tidak lagi
di tempat lainnya”.20
sederhana, cepat dan biaya ringan karena
Jika kemudian tidak dilahirkan memang ketentuan yang ada membenarkan
saluran resmi untuk menata dengan baik para pihak yang bertikai untuk
rebutan tersebut, yang terjadi adalah menggunakan upaya hukum ketika merasa
konflik berkepanjangan, pertumpahan tidak puas atas putusan badan peradilan
darah kemungkinan besar juga tidak akan pertama.
terelakkan. Sementara itu upaya hukum secara
mediasi juga bukan solusi yang pas dalam

20
Endah Sulatri dan Teguh Triesna Dewa, (2015),
“Urgensi Pembentukan Pengadilan Khusus
Agraria”, Jurnal Cita Hukum, II, hlm. 305
29
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

penyelesaian kasus pertanahan di tentang Pengadilan Landreform.


Indonesia, hal ini dapat ditandai dengan: Pengadilan ini pada masa lalu ditujukan
1. Belum tentu para pihak secara sadar dan untuk menjawab semua kasus yang
sukarela kasus pertanahan yang sedang berhubungan dengan objek landreform,
dialaminya diselesaikan secara mediasi. yaitu tanah. Pengadilan Landreform
2. Kurangnya kesadaran para pihak untuk berwenang mengadili dalam perkara
mematuhi ketentuan damai yang perdata, pidana, dan administrasi.
terdapat dalam mediasi, bahkan dalam Tujuan dibentuknya Pengadilan
wujud kongkrit dari putusan pengadilan Landreform adalah agar perkara-perkara
sekalipun masih terdapat perlawanan yang timbul di dalam pelaksanaan
fisik ketika eksekusi akan dilakukan. peraturan-peraturan landreform perlu
3. Kurangnya saluran “penekan” untuk mendapat penyelesaian yang cepat agar
mematuhi ketentuan damai yang tidak menghambat pelaksanaan landreform
terdapat dalam mediasi. di Indonesia.
4. Kesepakatan mediasi masih dapat Karena sifatnya yang khusus dalam
dibantahkan jika para pihak kemudian menyelesaikan kasus yang berhubungan
membawa kasus tersebut ke ranah dengan landreform, maka keberadaan
pengadilan. Pengadilan Landreform dibentuk dengan
5. Mencapai kesepakatan perdamaian susunan, kekuasaan dan acara yang khusus
dalam kasus pertanahan bukanlah pula.
sesuatu yang mudah seperti Keberadaan Pengadilan Landreform
membalikkan telapak tangan. menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun
6. Dalam sekala kecil mungkin mediasi 1964 tidak bermaksud untuk memutus
dapat menjadi solusi yang efektif, seperti segala perkara mengenai tanah atau agraria
dalam penyelesaian kasus tanah warisan, sebagai suatu kebulatan. Hal ini
namun dalam sekala besar mediasi disebabkan, karena sifatnya yang khusus
pertanahan masih dianggap oleh untuk memperlancar berjalannya
sebagian orang sebagai solusi yang landreform dan tidak mengurangi
kurang efektif. wewenang pengadilan lainnya untuk
Dalam sejarah ketatanegaraan memutus tentang soal-soal tanah seperti
Indonesia, pernah dibentuk Pengadilan masalah waris-mewaris dalam bidang
Landreform sebagaimana diatur melalui tanah.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1964
30
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Pengadilan Landreform sehari-hari Landreform yang antara lain terdiri dari 3


adalah Pengadilan Landreform Daerah, orang wakil organisasi massa tani yang
sedang di Jakarta diadakan sebuah duduk sebagai hakim anggota untuk
Pengadilan Landreform Pusat yang mencerminkan kegotong-royongan
berdaerah hukum seluruh wilayah Republik nasional berporoskan nasakom dalam
Indonesia dan ditugaskan sebagai kesatuan majelis adalah bertentangan
Pengadilan Banding. Berbeda dengan dengan Ketetapan Majelis
ketentuan umum tentang kasasi, maka di Permusyawaratan Rakyat Sementara No.
dalam Peradilan Landreform tidak XXV/MPRS/1966 dan Ketetapan Majelis
dimungkinkan untuk mengajukan Permusyawaratan Rakyat Sementara
permohonan kasasi. Hal ini, walaupun No.XXXVIII/MPRS/ 1968.
mungkin dipandang sebagai pengurangan Keberadaan Pengadilan Landreform
penggunaan alat hukum bagi si pencari adalah peradilan negara yang tugas
keadilan, namun yang diutamakan oleh utamanya menegakkan hukum dan keadilan
pemerintah ialah cepatnya penyelesaian berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
perkara yang berhubungan dengan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
landreform. Pengecualian kasasi hanya 1945, seharusnya kekhawatiran bahwa
dapat dilakukan atas permohonan Jaksa hakim Pengadilan Landreform akan
Agung untuk kepentingan hukum. berporoskan nasakom tidak perlu terjadi.
Suksesi kepemimpinan di Indonesia “Sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman yakni peradilan negara,
ternyata mempengaruhi keberadaan
eksistensi dan perannya ditetapkan
Pengadilan Landreform, Melalui dengan undang-undang. Sebagai
peradilan negara, maka tugas dan
pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden
fungsinya adalah menerapkan dan
Soeharto, keberadaan Pengadilan menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dan Undang-
Landreform dihapus berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Undang Nomor 7 Tahun 1970 tentang Indonesia Tahun 1945”.21
Penghapusan Pengadilan Landreform. Secara legalitas Pengadilan
Pertimbangan utama penghapusan Landreform telah dicabut, akibatnya semua
Pengadilan Landreform menurut Undang- perkara Landreform yang termasuk
Undang Nomor 7 Tahun 1970 karena wewenang Pengadilan Landreform
adanya dugaan susunan Pengadilan

21
Ahmad Mujahidin ((2007), Peradilan Satu Atap
Di Indonesia, Jakarta, Refika Aditama, hlm. 2
31
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

diperiksa dan diputus oleh pengadilan pertanahan di bawah peradilan umum


dalam lingkungan Peradilan Umum. di lingkungan Mahkamah Agung”.22

Masalah yang muncul kemudian di Kasus pertanahan berbeda dengan


lapangan akibat dihapusnya Pengadilan kasus-kasus lainnya, dalam kasus
Landreform adalah terjadinya kelambanan pertanahan akan senantiasa berhubungan
dalam menyelesaikan kasus yang beberapa yurisdiksi badan peradilan di
berhubungan dengan tanah. Kelambanan Indonesia, seperti kewenangan Peradilan
ini kemudian melahirkan anarkisme yang Umum dan Peradilan TUN. Dalam
tidak jarang menimbulkan berbagai bentuk Peradilan Umum misalnya akan
pelanggaran hak asasi manusia. berhubungan pula dengan pidana dan
Semestinya dengan pola sederhana, perdata, begitu pula dalam hubungan
cepat dan biaya ringan penyelesaian kasus keperdataan akan terdapat yurisdiksi yang
apapun termasuk didalamnya kasus yang berbeda antara Peradilan Umum dengan
berhubungan dengan tanah dapat Peradilan Agama, agaknya kasus
diselesaikan dengan sederhana cepat dan pertanahan akan menjadi panjang jika tidak
biaya ringan, namun sebaliknya tidak diselesaikan dengan seksama melalui badan
demikian agaknya yang terjadi. peradilan khusus, bahkan bisa pula terjadi
Sejatinya, sebagai kasus yang bersifat kasus pertanahan yang sama tidak selesai
khusus, sangatlah pas kalau kemudian hanya karena beda bunyi putusan antara
kasus pertanahan diselesaikan oleh badan peradilan berbeda.
lembaga peradilan yang bersifat khusus Seperti misalnya di PTUN si X
pula seperti halnya dalam kasus perpajakan, menang, dalam kasus pidananya malah si X
kasus hubungan industrial dan kasus yang menjadi terpidana, lalu dalam
perikanan yang ditangani oleh peradilan perdatanya X menang, lain lagi nantinya di
khusus dalam peradilan umum. Pengadilan Agama. Kemudian putusan
“Mengingat kompleksitas mana yang akan diikuti terhadap objek
permasalahan pertanahan dan tanah yang bersengketa tersebut? Semua
keterbatasan kapasitas dan respons
kelembagaan yang ada, di sinilah pihak pasti akan menjadi bingung, bukan
relevansi menghadirkan peradilan hanya pihak yang berperkara, bahkan
khusus keagrariaan. Kini saatnya negara sekalipun dapat bingung jadinya,
merintis pembentukan pengadilan
inilah keanehan yang mungkin saja dapat

22
M. Aulia Reza Utama, (2017), “Peranan Peradilan Penyelesaian Sengketa Pertanahan”, Badamai
Pertanahan Dalam Penyelesaian Dalam Law Journal, 1, hlm. 135
32
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

terjadi dalam sistem hukum Indonesia dilakukan agar badan peradilan menjadi
terhadap kasus pertanahan. merdeka dari isu suap, korupsi, kolusi dan
Disinilah kemudian peran Peradilan nepotisme yang pada akhirnya kepercayaan
Landreform sebagai peradilan tunggal masyarakat terhadap badan peradilan akan
dalam penyelesaian kasus pertanahan. menjadi lebih baik.
Kewenangan Peradilan Landreform “Alangkah tak adilnya bila lembaga
peradilan tidak mengedepankan nilai-
merangkul yurisdiksi yang berbeda dari
nilai keadilan ketika menjatuhkan
kasus pertanahan. putusan.”23
Pengadilan menjadi institusi hukum Peluang untuk menghidupkan
yang teramat penting dalam mewujudkan kembali Peradilan Landreform sebagai
keadilan, khususnya keadilan dalam ranah pengadilan khusus sebenarnya
negara yang berdasarkan kepada Pancasila. dimungkinkan mengingat:
Sebagai sebuah institusi yang mewujudkan 1. Pasal 27 Undang-Undang Republik
keadilan, badan peradilan harus diperkuat Indonesia Nomor 48 Tahun 2009
sesuai dengan kemampuan sumber daya tentang Kekuasaan Kehakiman
manusianya untuk menangani membuka peluang untuk dibentuk
perkembangan kasus yang ada, termasuk pengadilan khusus berdasarkan undang-
juga kasus pertanahan. undang dalam lingkungan peradilan
Guna mengikhtiarkan kembali badan yang berada di bawah kekuasaan
peradilan yang sederhana cepat dan biaya Mahkamah Agung.
ringan, kewenangan penyelesaian kasus 2. Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
pertanahan cukup diselesaikan oleh Republik Indonesia Nomor 49 Tahun
pengadilan landreform yang dibatasi hanya 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
pada tingkat pertama dan banding saja, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986
sehingga kemudian terdapat pembatasan tentang Peradilan Umum mengatur di
kasus pertanahan tidak perlu untuk diuji lingkungan peradilan umum dapat
melalui kasasi maupun peninjauan kembali. dibentuk pengadilan khusus yang diatur
Selain itu, penguatan sumber daya dengan undang-undang.
manusia pada pengadilan landreform juga 3. Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang
merupakan sesuatu hal yang mutlak untuk Republik Indonesia Nomor 50 Tahun

23
Dini Dewi Heniarti (2013), Ironi Hukum Yang
Tak Bisa Dibeli Dan Militer Yang Disegani,
Bandung, Arsad Press, hlm.6
33
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2009 tentang Perubahan Kedua Atas melepaskan tumpang tindih peraturan


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 perundang-undangan dengan menerapkan
tentang Peradilan Agama mengatur di konsep omnibus law”.24
lingkungan peradilan agama dapat Melalui omnibus law dapat
dibentuk pengadilan khusus yang diatur diselesaikan regulasi yang berbelit-belit
dengan undang-undang. dan tumpang tindih berkaitan dengan
4. Pasal 9A ayat (1) Undang-Undang landreform, sekaligus diatur didalamnya
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun pembentukan Pengadilan Landreform.
2009 tentang Perubahan Kedua Atas Dalam rangka mempercepat
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 pembentukan Pengadilan Landreform
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagai pengadilan khusus pertanahan,
mengatur di lingkungan peradilan tata program omnibus law yang sekarang
usaha negara dapat dibentuk pengadilan sedang digadang-gadang pemerintah
khusus yang diatur dengan undang- merupakan solusi tepat untuk diterapkan.
undang. Omnibus law dalam bidang
landreform bertujuan agar dapat
3. Omnibus Law Dalam Bidang merampingkan berbagai regulasi dari sisi
Landreform jumlah dan menyederhanakan peraturan
Istilah omnibus law belakangan ini yang ada sehingga lebih tepat sasaran.
sedang marak di Indonesia. Pasalnya, “Gagasan konsep Omnibus Law diharapkan
pemerintah Indonesia sedang dapat menyelesaikan konflik regulasi di
menyusun omnibus law yang tujuan bidang pertanahan”.25
akhirnya untuk mendorong penyelesaian Sifat dari omnibus law adalah
regulasi yang berbelit-belit dan tumpang membuat sebuah undang-undang yang
tindih. beragam substansinya dengan menghapus
Berbelit-belit dan tumpang tindihnya dan mencabut beberapa undang-undang
peraturan yang ada justru dapat membuat sekaligus sehingga tidak ada lagi tumpang
pengambilan keputusan menjadi lambat tindih dan ketidakpastian hukum.
dan dapat melahirkan ketidak pastian Mengubah dan mengatur ulang
hukum. “Harmonisasi dibutuhkan untuk beberapa undang-undang dalam satu buah

24
Agnes Fitryantica, (2019), “Harmonisasi 25
Firman Freaddy Busroh, (2017), “Konseptualisasi
Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Omnibus Law Dalam Menyelesaikan
melalui Konsep Omnibus Law”, Jurnal Gema Permasalahan Regulasi Pertanahan”, Arena
Keadilan, III, hlm. 302 Hukum, 2, hlm. 248
34
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

undang-undang melalui omnibus law Banyaknya undang-undang yang


adalah langkah baik yang harus diapresiasi berhubungan dengan pertanahan dan
secara positif, karena tujuan dari sumber daya alam yang tumpang tindih
pembentukan omnibus law adalah untuk dapat diselesaikan melalui konsep omnibus
menyederhanakan regulasi yang ada dan law. Melalui omnibus law dalam bidang
sekaligus menciptakan keadilan. landreform akan lahir sebuah peraturan
Indonesia memang belum pernah yang bersifat menyeluruh dan
membuat sebuah undang-undang dalam komprehensif tidak terikat hanya pada satu
bentuk omnibus law. Terobosan melalui pengaturan saja, akan tetapi semua sektor
omnibus law akan sangat menantang. yang berhubungan dengan landreform.
Omnibus law harus dipahami sebagai
instrumen penyederhanan peraturan yang D. Penutup
ada sehingga terdapat peningkatan Kasus yang berkaitan dengan tanah
kepastian hukum. Omnibus law bersifat tidak akan pernah berakhir, yang ada
lintas sektoral tetapi tidak dapat ditafsirkan hanyalah kemungkinan mengurangi
sebagai undang-undang sapu jagat. jumlahnya, itupun dengan catatan terdapat
Peraturan perundang-undangan yang lembaga yang dapat dipercaya oleh
memiliki hubungan dengan pertanahan dan masyarakat dalam menyelesaikannya. Ada
sumber daya alam cukup banyak sehingga beberapa faktor yang mengakibatkan
dapat dikategorikan over regulasi, bahkan jumlah kasus pertanahan semakin
terdapat kemungkinan diantara peraturan meningkat di Indonesia, diantaranya adalah
perundang-undangan tersebut kurang sebagai berikut:
sejalan dan saling bertentangan, hal ini 1. Tanah tidak lagi dipandang sebagai
bukanlah sesuatu yang menguntungkan tempat tumbuh dan berkembangnya
buat hukum pertanahan Indonesia, justru manusia, hewan dan tanaman.
dengan kurang bersesuaian antara peraturan Keberadaan tanah telah bergeser sebagai
yang berhubungan dengan pertanahan energi kekuatan baru oleh sebagian
dengan peraturan yang berhubungan orang, akibatnya kemudian orang
dengan sumber daya alam akan melahirkan berlomba-lomba untuk memiliki tanah,
kasus pertanahan yang pada akhirnya apakah kemudian cara-cara yang
mengakibatkan masyarakat semakin dilakukan benar atau tidak itu tidak
dirugikan. menjadi persoalan dan apakah kemudian
harus ada masyarakat yang menjadi
35
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

korban akibat keserakahan untuk 4. Dalam penyederhanaan peraturan


memiliki tanah itu juga tidak menjadi perundang-undangan dalam bidang
pemikiran, yang penting adalah pertanahan serta peraturan perundang-
bagaimana mendapatkan dan menguasai undangan dalam bidang sumber daya
tanah. alam, perlu ada terobosan baru berupa
2. Masih terdapat peraturan perundang- penyederhanaan dan pemahaman yang
undangan yang berkaitan dengan tanah sama baik terhadap tanah maupun
dan sumber daya alam saling tidak terhadap sumber daya alam sehingga
bersesuaian satu dengan lainnya. banyak pihak tidak dirugikan, langkah
Kondisi ini secara umum tidaklah tepat adalah melalui program omnibus
menguntungkan baik bagi masyarakat law.
maupun negara. Bahkan secara umum Maraknya kasus tanah telah
masyarakat sangat tidak diuntungkan membentuk opini publik bahwa seolah-olah
dengan kondisi tersebut, masyarakat pemerintah tidak respon terhadap
akan senantiasa menjadi kelompok yang penderitaan rakyat terkait dengan tanah.
rentan dan bahkan termarjinalkan baik Reforma agraria yang telah diluncurkan
oleh situasi ekonomi, politik maupun oleh Presiden Jokowi melalui Peraturan
hukum. Presiden Republik Indonesia Nomor 86
3. Pengadilan Landreform sebagai Tahun 2018 merupakan terobosan yang
pengadilan khusus dalam bidang paling dianggap indah dalam sejarah
pertanahan merupakan solusi utama landreform Indonesia pasca Presiden
dalam penyelesaian kasus pertanahan di Soekarno tidak berkuasa lagi.
Indonesia, kedudukan dan fungsinya Untuk tetap terlaksananya program
sebagai peradilan khusus dibenarkan reforma agraria, pemerintah pusat sudah
oleh berbagai peraturan perundang- sangat tepat jika tetap memantau
undangan yang telah ada dalam bidang perkembangannya termasuk juga dalam hal
kekuasaan kehakiman. Penyelesaian ini memberikan peringatan keras terhadap
kasus pertanahan melalui Pengadilan pemerintah daerah yang dianggap lambat
Landreform dibatasi hanya sampai dalam menyukseskan program reforma
dengan tingkat banding, tidak ada agraria.
peluang pada kasasi maupun peninjauan Guna memuluskan penyelesaian
kembali. kasus-kasus pertanahan, pemerintah juga
harus serius dalam menggelontorkan
36
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

omnibus law dalam bidang landreform, Kementerian Perencanaan


yang didalamnya juga diatur keberadaan Pembangunan Nasional/Badan
peradilan khusus dalam bidang pertanahan. Perencanaan Pembangunan Nasional
Mudah-mudahan keseriusan pemerintah (Bapenas)
dalam menyelesaikan landreform tetap Konsorsium Pembaruan Agraria, (2019),
akan didukung oleh segenap rakyat Masa Depan Reforma Agraria
Indonesia. Melampaui Tahun Politik, Jakarta,
Konsorsium Pembaruan Agraria
E. Daftar Pustaka Maria SW. Sumardjono, (2005), Kebijakan
Ahmad Mujahidin, ((2007), Peradilan Satu Pertanahan, Jakarta, Kompas
Atap Di Indonesia, Jakarta, Refika Muhammad Muhdar dan Nasir, (2012),
Aditama Resolusi Konflik Terhadap Sengketa
Ahmad Ubbe, (2011), Pengkajian Hukum Penguasaan Lahan Dan Pengelolaan
Tentang Mekanisme Penanganan Sumber Daya Alam, Jakarta,
Konflik Sosial, Jakarta, Pusat Epistema Institute
Penelitian dan Pengembangan Sistem Rachman Noer Fauzi dan Setiawan Usep,
Hukum Nasional Badan Pembinaan (2016), Reforma Agraria untuk
Hukum Nasional Kementerian Mewujudkan Kemandirian Bangsa,
Hukum dan HAM RI Jakarta, Konsorsium Pembaruan
Dini Dewi Heniarti, (2013), Ironi Hukum Agraria
Yang Tak Bisa Dibeli Dan Militer Agnes Fitryantica, (2019), “Harmonisasi
Yang Disegani, Bandung, Arsad Peraturan Perundang-Undangan
Press Indonesia melalui Konsep Omnibus
Eko Cahyono et al., (2016), Konflik Agraria Law”, Jurnal Gema Keadilan, III
Masyarakat Hukum Adat Atas Endah Sulatri dan Dewa Teguh Triesna,
Wilayahnya di Kawasan Hutan, (2015), “Urgensi Pembentukan
Jakarta, Komisi Nasional Hak Asasi Pengadilan Khusus Agraria”, Jurnal
Manusia Republik Indonesia Cita Hukum, II
Kementerian Perencanaan Pembangunan Firman Freaddy Busroh, (2017),
Nasional/Badan Perencanaan “Konseptualisasi Omnibus Law
Pembangunan Nasional (Bapenas), Dalam Menyelesaikan Permasalahan
(2013), Kebijakan Pengelolaan Regulasi Pertanahan”, Arena Hukum,
Pertanahan Nasional, Jakarta, 2
37
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

M. Aulia Reza Utama, (2017), “Peranan Ziyad Falahi, (2014), “Roperty Boom Atau
Peradilan Pertanahan Dalam Kelangkaan Tanah?: Meneropong
Penyelesaian Dalam Penyelesaian Relasi Antara Casino Capitalism Dan
Sengketa Pertanahan”, Badamai Law Rezim Internasional”, Jurnal
Journal, 1 Landreform, II
Sapriadi, (2015), “Redistribusi Tanah Waspada Harian, “Lahan Berkurang,
Negara Obyek Landreform Dalam Kebutuhan Pangan Tinggi”, Berita, 3
Mendukung Program Reforma Desember 2019
Agraria Di Kabupaten Sumbawa”, Waspada Harian, “PTPN 2 Bersihkan
Jurnal IUS, 8 Lahan Kebun Sei Semayang”, Berita,
Zaidar, (2008), “Intervensi Pemerintah 4 Desember 2019
Dalam Pengendalian Harga Tanah
Guna Kepentingan Pembangunan
Serta Kaitannya Dengan Pengadaan
Tanah”, Majalah Hukum Citra
Justicia No. 2

38
Volume 4, No. 1 april 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman 19-38

Anda mungkin juga menyukai