Anda di halaman 1dari 3

A.

Sejarah dan Perkembangan Pendidikan IPS di Indonesia

Pertama kali IPS dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby,Inggris pada tahun 1827,
sekitar setengah abad setelah revolusi industri (abad-18). Revolusi industri abad ke-18 ditandai dengan
perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Di Amerika IPS secara formal dimasukkan ke
dalam kurikulum sekolah pada tahun 1892 di negara bagian Wisconsin. Latar belakang dimasukkannya IPS ke
dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris.

IPS dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat disebabkan perbedaan ras yang ada di
Amerika Serikat. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang
merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika
untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.

Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras tidak menimbulkan masalah. Baru setelah
berlangsung Perang Saudara Antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang
berlangsung tahun 1861-1865, di mana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia,
mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multiras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.

Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan
pendidikan berusaha keras untuk menjadikan pen- duduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa
yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan Social Studies ke dalam
kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892.

Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas
akademik. Secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Latar
belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di
Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak ter- lepas dari situasi kacau, termasuk
dalam bidang pendidikan sebagai akibat pem- berontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh
Pemerintahan Orde Baru.

IPS secara sederhana dapat di- definisikan sebagai perpaduan dari berbagai bagian konsep atau materi
ilmu-ilmu sosial yang diramu untuk kepentingan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Tujuan
pembelajaran IPS adalah mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan
melatih keterampilan untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri
atau masyarakat.

B. FILOSOFI PENDIDIKAN IPS

1) Esensialisme
Esensialisme dalam filsafat menekankan bahwa orang dan benda memiliki ciri-ciri alamiah dan ciri-ciri ini
melekat, bawaan dan tidak berubah karena keduanya menyusun esensi makhluk itu.
Dengan kata lain, entitas atau makhluk memiliki esensi yang mendasari dan tidak berubah dan ini diperlukan
untuk identitas dan fungsinya, yang dengannya ia diidentifikasi.
Dalam pendidikan, esensialisme adalah filosofi atau pendekatan pendidikan yang mengasumsikan dan
mengusulkan bahwa semua anak harus mempelajari disiplin tradisional dan mata pelajaran esensial dasar secara
menyeluruh dan setara.
Ini dapat didefinisikan sebagai doktrin bahwa konsep tradisional tertentu, cita-cita, dan keterampilan yang
penting bagi masyarakat harus diajarkan secara menyeluruh dan metodis kepada semua siswa, tanpa
mempertimbangkan kondisi, kapasitas, kemampuan, kebutuhan, dan minat individu.
Tujuan utama pendidikan esensialis adalah untuk mentransfer pengetahuan tradisional dan warisan budaya dari
masyarakat dan peradaban tertentu kepada siswa.
Kurikulum inti melayani hal ini ketika mencakup mata pelajaran tentang lingkungan sekitar dan hukum alam
yang dasar dan tidak berubah. Disiplin yang mendorong gaya hidup yang lebih bahagia dan lebih terpelajar
dimasukkan ke dalam kurikulum untuk tujuan ini.

Jenis Esensialisme

1. Esensialisme Mereologis

Esensialisme Mereologis adalah pandangan bahwa benda memiliki bagian dasarnya. Oleh karena itu, jika
sebuah benda kehilangan atau memperoleh bagian, ia akan lenyap secara efektif karena ia tidak akan menjadi
benda yang sama lagi.

2. Esensialisme Etis

Esensialisme Etis ialah pandangan bahwa beberapa hal yang salah dalam esensial atau mutlak akal, melanggar
universal, objektif dan alami hukum moral dan bukan hanya sebuah adventif.

3. Esensialisme Epistemologis

Esensialisme Epistemologis adalah pandangan bahwa semua entitas memiliki sifat intrinsik yang dapat dilihat
dengan nalar.

4. Esensialisme Sosiologis

Esensialisme Sosiologis adalah teori sosiologis yang menyatakan bahwa posisi tentang gender, seksualitas, ras,
etnis atau karakteristik kelompok lainnya adalah ciri- ciri tetap , tidak memungkinkan adanya variasi antar
individu atau seiring waktu.

5. Esensialisme Pendidikan

Esensialisme Pendidikan adalah teori pendidikan yang menyatakan bahwa anak-anak harus mempelajari mata
pelajaran dasar tradisional dan bahwa ini harus dipelajari secara menyeluruh dan ketat.
Esensialisme dalam dunia pendidikan biasanya akan mengajarkan anak-anak untuk dapat berpikir secara
progresif , dari keterampilan yang tidak terlalu rumit hingga yang lebih kompleks.

.
2) Perenialisme

Perenialisme pendidikan adalah salah satu aliran dalam pendidikan yang muncul pada abad ke-20an.
Parenialisme lahir sebagai reaksi terhadap pendidikan progresif. Parenialisme menentang pandangan
progresivisme yang memfokuskan terhadap perubahan sesuatu yang baru.
Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialisme adalah jalan yang mundur ke belakang, yaitu dengan memakai
kembali nilai-nilai serta prinsip-prinsip umum yang sudah menjadi pandangan hidup yang kuat, kuku
pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Menurut kaum parenialisme, pendidikan harus lebih banyak fokus pada kebudayaan ideal yang teruji serta
tangguh. Parenialisme memandang pendidikan sebagai jalan pulang atau suatu proses untuk
mengembalikan manusia ke dalam kebudayaan yang ideal.
Aliran ini memadang bahwa sasaran yang harus dicapai oleh pendidikan adalah kepemilikan atas
prinsip-prinsip tentang kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi, serta tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Dalam pandangan ini, kurikulum akan menjadi sangat ideologis karena dengan pandangan perernialisme
menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diinginkan oleh negara. Pandangan perenialis lebih menekankan pada transfer of culture, seperti dalam
kurikulum IPS yang bertujuan pada pembangunan jati diri bangsa pada peserta didik, yang menuju tercapainya
integrasi bangsa (Nana Supriatna, 2007: 31).

3) Divismprogresp
Pemikiran filsafat memiliki beberapa aliran salah satunya yaitu aliran filsafat progresivisme.
Progresivisme berasal dari kata progresif yang mana dalam makna bahasa berarti bergerak maju. Maka dari itu
progresivisme dapat diartikan sebagai salah satu aliran yang mengharapkan adanya suatu kemajuan, yang mana
dari kemajuan ini dapat membawa sebuah perubahan (Fadlillah, 2017). Dan dapat disimpulkan bahwa
progresivisme ini lebih memperhatikan masa depan daripada masa lampau.
Aliran progresivisme didirikan pada tahun 1918 dan berkembang pesat pada abad ke-20 di Amerika
Serikat. Awal mula lahirnya aliran progresivisme ini di latar belakangi oleh ketidak puasan terhadap pendidikan
yang masih menganut sistem tradisional, yang mana dalam pendidikan tersebut hanya menjadikan peserta didik
sebagai objek pembelajaran. Aliran ini lahir sebagai pembaharuan pendidikan dan sebagai gerakan
pembaharuan politik Amerika. Tokoh pencentus filsafat progresivisme yang populer adalah Jhon Dewey
(Nursikin, 2016:311).

4) Rekonstruksionisme
Secara bahasa Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris yaitu "Rekonstruksi" yang memiliki arti
menyusun kembali. Dalam Aliran Rekonstruksionisme berusaha mengganti tata susunan lama dan membangun
kebudayaan yang bercorak modern. Aliran Rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme, bahwa
ada suatu kebutuhan mendesak untuk kejelasan, kepastian, bagi kebudayaan zaman modern.

Aliran Rekonstruksionisme mempunyai kelebihan yaitu membimbing suatu konsensus yang sangat luas
dan mungkin memiliki tujuan tinggi dalam kehidupan manusia. adapun kekurangannya yaitu
Rekonstruksionisme sangat teoritik dan cenderung tidak realistic.

Anda mungkin juga menyukai