Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


PTM.A 2020

F I L S A FAT P E N D I D I K A N
ALIRAN FILSAFAT PERENIALISME,
ESENSIALISME, DAN
REKONSTRUKSIONISME
D O S E N
PROF. DR.JULAGA
P E N G A M P U SITUMORANG, M.PD.

TEGAR DWI PUTRA ARI AKINORI SITEPU


K E L O M P O K 5
ARMEDITA

RODO YOTIN SURYA


TOGATOROP

FRANSISKUS DIELMON JERI FRANATA F.


SIHALOHO TINAMBUNAN
A. Filsafat Pendidikan Perenialisme

Filsafat perenial (Latin: philosophia perennis),  yang juga disebut Perenialisme, adalah sebuah sudut


pandang dalam filsafat agama yang meyakini bahwa setiap agama di dunia memiliki suatu kebenaran
yang tunggal dan universal yang merupakan dasar bagi semua pengetahuan dan doktrin religius. Filsafat
ini muncul pada abad pertengahan pada zaman keemasan agama Katolik-Kristen. Pada zaman itu tokoh-
tokoh agama menguasai hampir semua bidang kemasyarakatan. Sehingga sangat logis kalau sekolah-
sekolah yang berintikan ajaran agama muncul di sana-sini. Ajaran agama itulah merupakan suatu
kebenaran yang patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh filsafat ini
menyebar ke seluruh dunia. Bukan saja di kalangan Katolik dan Protestan, tetapi juga pada agama-
agama lain. Demikianlah kita lihat di Indonesia banyak sekolah diwarnai keagaam seperti
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama di samping sekolah-sekolah Katolik dan Kristen.
1. Prinsip Pendidikan Filsafat
a. Pada hakekatnya manusia adalah sama dimanapun dan kapanpun ia berada, yang walau
lingkungannya berbeda.
b. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan
kebajikan, untuk memperbaiki manusia sebagai manusia atau dengan kata lain pemuliaan manusia.
Oleh karena itu maka pendidikan harus sama bagi semua orang kapanpun dan dimanapun.
c. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup.
d. Peserta didik harus mempelajari karya-karya besar dalam literasi yang menyangkut sejarah, filsafat,
seni, kehidupan sosial terutama politik dan ekonomi .

2. Penerapan Pendidikan Perenialisme


e. Pendidikan
Perenialisme memandang education as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang
dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan
tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa
lampau yang dipandang kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal diatas, perenialist dipercaya
bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins
mengemukakan ”Pendidikan mengimplikasikan pengajaran, pengajaran mengimplikasikan
pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun adalah
sama”. Selain itu, pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan hidup itu
sendiri.
b. Tujuan Pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi
tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik
menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan
dan kebaikan dalam hidup.

c. Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah membaca
dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great
books dalam rangka mendisiplinkan pikiran.

d. Peranan Guru dan Peserta Didik


Peran guru bukan hanya sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga
sebagai “murid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-
potensi self-discovery, dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya
karena ia seorang profesional yang qualifiet dan superior dibandingkan muridnya. Guru harus
mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect knowladge.

Contoh aliran perenialisme pada pendidikan di Indonesia yaitu berdirinya sekolah-sekolah yang
berbasis agama seperti Muhammdiyah, Nahdatul Ulama, sekolah-sekolah Kristen, dan Pondok
Pesantren. Sekolah-sekolah seperti ini biasanya memiliki kurikulum yang sedikit berbeda dan lebih
mengedepankan ilmu agama karena agama dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup.
B. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme secara etimologi berasal dari bahasa inggris yaitu esensial yang berarti inti atau pokok dari
sesuatu dan kata isme yang berarti aliran atau mazhab. Aliran esensialisme ini merupakan aliran filsafat
pendidikan yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama sebagai warisan sejarah yang telah
membuktikkan keunggulan dalam kebaikan-kebaikan bagi kehidupan manusia.

1. Tokoh Filsafat Esensialisme


a. Wiliam C Bagley: Berpendapat bahwa Filsafat Esensialisme Memiliki ciri-ciri antara lain: Adanya
Sebuah minat tahan Lama dalam proses pembelajaran, pengawasan, Dan bimbingan dari orang
dewasa, teori Yang kuat Dan kokoh dalam pendidikan.  
 b. Thomas Briggs: Berpendapat bahwa aliran esensialisme ini adalah pergerakan Yang progresif. 
 c. Frederick Breed: Berpendapat bahwa ilmu pengetahuan umum disekolah dengan cara sistematik dan
disiplin. 

2. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Esensialisme

Kelebihan Kekurangan
Esensialisme membantu untuk mengembalikan Para pemikir esensialis pada umumnya tidak
subject matter ke dalam proses pendidikan memiliki kesatuan garis karena mereka
berpedoman pada filsafat yang berbeda

Esensialisme berpendapat bahwa perubahan Menurut esensialis, sekolah tidak boleh


merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-
diubah dalam kehidupan sosial kebijakan sosial
3. Penerapan Pendidikan Esensialisme
a. Pendidikan
Bagi penganut Esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “Edukation
as Cultural Conservation”. Mereka percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah
teruji dalam segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang mempu mengemban
hari kini dan masa depan umat manusia.

b. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertujuan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan
kesejahteraan umum.

c. Metode
Dalam hal metode pendidikan Esensialisme menyarankan agar sekolah-sekolah mempertahankan
metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Metode problem solving
memang ada manfaatnya, tetapi bukan prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar.

d. Peranan Guru dan Peserta Didik


Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat atau orang
dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan sedemikian rupa agar secara teknis mampu
melaksanakan perannya sebagai pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang
terdidik yang dapat dipercaya. Dengan demikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru,
bukan pada peserta didik. Peran peserta didik adalah belajar, bukuan untuk mengatur pelajaran.
Menurut idealisme belajar, yaitu menyesuaikan diri pada kebaikan dan kebenaran seperti yang telah
ditetapkan oleh yang absolut. Sedangkan menurut realisme belajar berarti penyesuaian diri terhadap
masyarakat dan alam. Belajar berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai
sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan
C. Filsafat Pendidikan Rekonstruksialisme
A. Pengertian Rekonstruksionisme
Secara bahasa Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris yaitu "Rekonstruksi" yang
memiliki arti menyusun kembali. Dalam  Aliran Rekonstruksionisme berusaha mengganti tata
susunan lama dan membangun kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran Rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme, bahwa ada suatu kebutuhan
mendesak untuk kejelasan, kepastian, bagi kebudayaan zaman modern. Aliran
Rekonstruksionisme mempunyai kelebihan yaitu membimbing suatu konsensus yang sangat
luas dan mungkin memiliki tujuan tinggi dalam kehidupan manusia. adapun kekurangannya
yaitu Rekonstruksionisme sangat teoritik dan cenderung tidak realistic.

 B. Tokoh-tokoh pemikiran Rekonstruksionisme


1. Caroline Partt
Caroline Partt beranggapan bahwa nilai terbesar suatu sekolah dapat menghasilkan manusia-
manusia yang dapat berfikir efektif dan bekerja secara konsefsif. Agar dapat mengubah dunia
kea rah yang lebih baik lagi.
2. George Count
Lahir pada tanggal 9 Desember 1889 dan meninggal pada tanggal 10 November 1974. George
Count adalah ahli pendidikan yang berasal dari Amerika, ia berkeinginan fokus pada dimensi
sosiologi penelitian pendidikan. Hasil karyanya berupa tulisan mengenai prinsip pendidikan.
3. Paulo Freire
Paulp Freire lahir pada tanggal 19 september 1921, dalam pemikirannya pendidikan menjadi
sangat ampuh dalam memperbaiki para dikma masyarakat dalam memahami esensi
pendidikan yang nyata. Baginya pendidikan itu adalah suatu proses pembebasan untuk
memanusiakan manusia.
C.Penerapan Aliran Filsafat Rekonstruksionisme dalam Dunia Pendidikan sekarang
Aliran Rekonstruksionisme berfokus pada masyarakat , para penganut aliran ini percaya kurikulum harus berdampak besar dalam
kehidupan manusia menjadi metode perubahan  dan reformasi sosial dalam kehidupan masyarakat . Kontruksionisme menekankan
pada pemecahan masalah dan berpikir kritis dan mementingkan pemikiran ke arah masa depan , kaum rekonstruksionisme juga
menganggap diharuskan adanya  pendidikan dengan unsur unsur pembelajaran global yang berkaitan dengan masalah global
 sebagai alat untuk mengurangi konflik di dunia
Ada lima tujuan untuk pendidikan dalam aliran filsafat Rekonstruksionisme menurut Ornstein dan Huskins  dalam bukunya
Curriculum Tahun 2004 adalah :
(1) untuk memeriksa warisan budaya masyarakat dan peradaban lainnya,
(2) menghadapi masalah kontroversial dan membahasnya,
 (3) didedikasikan untuk membawa perubahan dalam masyarakat ,
 (4) memeriksa masa depan dan kemungkinan realitas masa depan,
 (5) partisipasi siswa dan guru dalam interkulturalisme. Walaupun tujuan-tujuan ini bagus, mereka juga tidak realistis.
Rekonstruksionis sering dipandang sebagai idealis karena teorinya didasarkan pada masyarakat utopis (Ornstein & Hunkins, 2004,
Bab 4).
Pendidikan dulu pada umumnya hanya berfokus pada mentransfer ilmu pengetahuan kepada muridnya , guru hanya perlu
memberikan pelajaran dan murid hanya perlu mendengarkan dan memahami materi dan terus begitu saja , tapi ini berlawanan
dengan aliran rekonstruksionisme yaitu murid dan guru terbuka akan berbagai pembahasan diskusi , masalah sosial dan budaya ,
 guru serta siswa turut berpatisipasi dan berkomitmen aktif dalam perubahan sosial .
Guru hendaknya berperan selain sebagai pengajar juga sebagai pemimpin yang mengarahkan murid muridnya  dan membantu
peserta didik untuk menghadapi perubahan dengan menumbuhkan cara bepikir yang berbeda beda agar menciptakan alternatif
penyelesaian masalah yang lebih efektif
Tetap menjaga kebudayaan yang memberikan pengaruh baik kepada berjalannya sistem pendidikan  dan mengubah atau membuang
yang buruk agar tidak  mempengaruhi jalannya perkembangan sistem pendidikan .
Siswa hendaknya belajar tekun dan penuh motivasi dalam menghadapi perubahan zaman pada era yang serba canggihh ini dengan
segala kemajuan teknologi agar tujuan dari pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik .
Dan kurikulum terkait harus juga membahas tentang masalah masalah sosial yang dihadapi oleh umat manusia sekarang termasuk
masalah masalah peserta didik itu sendiri dan juga program pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan masalah .
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai