Anda di halaman 1dari 195

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS POST STROKE

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M.RAMDAN RW.06 KELURAHAN


CISEUREUH KECAMATAN REGOL KOTA BANDUNG : PENDEKATAN
EVIDENCE BASED NURSING (LATIHAN ROM)

KARYA ILMIAH AKHIR

Oleh :

ARYA RAHMAWAN

402022129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ’AISYIYAH BANDUNG

2023
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS POST STROKE
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M.RAMDAN RW.06 KELURAHAN
CISEUREUH KECAMATAN REGOL KOTA BANDUNG : PENDEKATAN
EVIDENCE BASED NURSING (LATIHAN ROM)

untuk memenuhi tugas Karya Ilmiah Akhir Studi Pendidikan Profesi Ners

Dosen Pembimbing:

Enisah, S.Kep.,Ners., M.Kep

Oleh :

ARYA RAHMAWAN

402022129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ’AISYIYAH BANDUNG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

ARYA RAHMAWAN

NIM. 402022129

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS POST STROKE


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M.RAMDAN RW.06 KELURAHAN
CISEUREUH KECAMATAN REGOL KOTA BANDUNG : PENDEKATAN
EVIDENCE BASED NURSING (LATIHAN ROM)

Karya Ilmiah ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan

Pada Sidang Akhir

Tanggal Kamis 01 Juni 2023

Oleh :

Pembimbing I

Enisah, S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIP: 198202092003122004

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan Karya Ilmiah Akhir berjudul :

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS POST STROKE


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M.RAMDAN RW.06 KELURAHAN
CISEUREUH KECAMATAN REGOL KOTA BANDUNG : PENDEKATAN
EVIDENCE BASED NURSING (LATIHAN ROM)

Disusun Oleh :
Arya Rahmawan
NIM. 402022129

Telah disetujui dan dipertahankan Tim Penguji Sidang Karya Ilmiah Akhir
Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas ‘Aisyiyah Bandung dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

Bandung, Kamis 01 Juni 2023


Penguji I Penguji II

Yayat Hidayat, S.Kep.,Ners.,M.Kep Rahmat., S.Kep.,Ners.,M.Kep


NPP. 1997270170005 NPP:200919078003

Pembimbing

Enisah, S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIP: 198202092003122004

2
PERNYATAAN ORISINAL KARYA TULIS

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Arya Rahmawan

NIM : 402022129

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Dengan ini menyatakan saya tidak melakukan plagiarism atau


penjiplakan/pengambilan karangan, pendapat atau karya orang lain dalam
penulisan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul :

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS POST STROKE


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M.RAMDAN RW.06 KELURAHAN
CISEUREUH KECAMATAN REGOL KOTA BANDUNG : PENDEKATAN
EVIDENCE BASED NURSING (LATIHAN ROM)”

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan plagiarisme, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya
ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas
tekanan ataupun paksaan dari pihak manapun demi menegakan integritas
akademik di institusi ini.

Bandung, 14 Juni 2023

Yang membuat peryataan

Arya Rahmawan

ii
SURAT PERYATAAN

KESEDIAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Arya Rahmawan

NIM : 402022129

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas ‘Aisyiyah Bandung Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royallity Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Asuhan
Keperawatan Keluarga Pada Kasus Post Stroke Di Wilayah Kerja
Puskesmas M.Ramdan RW.06 Kelurahan Ciseureuh Kecamatan Regol Kota
Bandung : Pendekatan Evidence Based Nursing (Latihan ROM)”. Hak Bebas
Royalti ini, Universitas ‘Aisyiyah Bandung berhak menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk dapat diprgunakan sebagaimana


mestinya.

Bandung, 14 Juni 2023


Yang Menyatakan

Arya Rahmawan
Mengetahui,

i
Pembimbing

Nama Tandatangan
Enisah., S.Kep.,Ners.,M.Kep

ii
MOTO HIDUP

“Nothing Really Matter To Me ”

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :

1. Orang tua tercinta terutama Ibunda saya yang telah memberikan dukungan
semangat dan doa di setiap waktu juga cinta dan kasih sayang yang tiada
hentinya kepada saya.
2. Panti Asuhan Kuncup Harapan rumah kedua saya, dengan penuh
sukacita ,dan tempat saya hidup yang telah banyak berperan dalam hidup
saya yang telah memberikan dukungan moril dan materil.
3. Arya Rahmawan yaitu diri saya sendiri terimakasih karena telah bertahan
sampai saat ini meskipun terkadang ingin menyerah tetapi tetap bertahan
terimakasih banyak diri kamu hebat tapi dibalik itu ada Allah dan orang
tua yang lebih hebat
4. Keluarga besar Panti Asuhan Kuncup HarapanTerimakasih atas support
dan dukungannya mudah-mudahan selalu dalam lindungan Allah SWT
5. Sahabat sekaligus teman seperjuangan saya yang telah memberikan
dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini yang
tak bisa saya sebutkan satu persatu, teman-teman seperjuangan Pendidikan
Profesi Ners X

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahuwata’ala karena

atas ridho dari-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Kasus Post Stroke Di

Wilayah Kerja Puskesmas M.Ramdan RW.06 Kelurahan Ciseureuh

Kecamatan Regol Kota Bandung : Pendekatan Evidence Based Nursing :

Latihan ROM” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu

tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang

telah memberikan cahaya terang bagi kehidupan kita semua.

Karya ilmiah ini dibuat dengan tujuan utama yaitu untuk dipresentasikan pada

seminar sebagai syarat dan acuan untuk menyelesaikan studi Program Profesi

Ners di Universitas ‘Aisyiyah Bandung. Selama menyusun karya ilmiah ini,

penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya

ini. Terutama orangtua dan keluarga saya yang selalu memberikan semangat,

dukungan serta do’a kepada saya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tia Setiawati, S.Kep.,M.Kep.,Ners.Sp.Kep.An selaku ketua Rektor


Universitas ‘Asisyiyah Bandung

2. Dr. Sitti Syabariah, S.Kep.,MS.,Biomed selaku wakil Rektor satu Universitas


‘Asisyiyah Bandung

i
3. Nandang Jamiat, S.Kep.,M.Kep.,Ners.,Sp.Kep.Kom selaku wakil Rektor dua
Universitas ‘Asisyiyah Bandung

4. Popy Siti Aisyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas ‘Asisyiyah Bandung

5. Nina Gartika, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku ketua program studi Sarjana


Kepetawatan Universitas ‘Asisyiyah Bandung

6. Enisah, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Dosen Pembimbing saya yang telah

membimbing dan mengarahkan saya dalam pembuatan karya ilmiah akhir ini,

7. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis

serta seluruh staf Universitas ‘Aisyiyah Bandung yang telah membantu dalam

proses penyusunan karya ilmiah akhir ini,

8. Orang tua saya tercinta, terutama ibu saya yang banyak memberikan dukungan

doa dan semangat setiap hari tanpa henti, sehingga saya bisa selesai

mengerjakan ini semua.

9. Sahabat – sahabat dan teman – teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu,

10. Seluruh pihak yang telah membantu saya yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Terutama orangtua dan keluarga

saya yang selalu memberikan semangat, dukungan serta do’a kepada saya.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih terdapat banyak kekurangan, atas

kekurangan tersebut saya ucapkan mohon maaf. Saya berharap adanya kritik dan

saran yang membangun agar karya ini dapat lebih baik. Semoga karya ilmiah ini

ii
dapat dipahami bagi pembaca dan berguna bagi berbagai pihak di masa yang akan

datang.

Bandung, 9 Mei 2023

Arya Rahmawan

NIM: 402022129

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR BAGAN................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................viii
ABSTRAK.............................................................................................................ix
ABSTRAK..............................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................6
C. METODE TELAAH DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA.................7
D. SISTEMATIKA PENULISAN.....................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
A. KONSEP STROKE.....................................................................................10
1. Pengertian Stroke....................................................................................10
2. Klasifikasi Stroke....................................................................................10
3. Etiologi Stroke.........................................................................................12
4. Faktor Resiko Stroke...............................................................................13
5. Manifestasi Klinis....................................................................................15
6. Patofisiologi.............................................................................................16
7. Pathway...................................................................................................18
8. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................19
9. Komplikasi..............................................................................................20
10. Penatalaksanaan...................................................................................21
11. Pencegahan..........................................................................................22
B. KONSEP KELUARGA..............................................................................22
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................43
E. KONSEP EVIDENCE BASED NURSING...............................................54

i
1. Critical Appraisal....................................................................................56
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN.......................................81
A. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN.................................................81
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................141
A. Pengkajian.................................................................................................141
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................144
C. Intervensi Keperawatan.............................................................................146
D. Implementasi Keperawatan.......................................................................147
E. Evaluasi Keperawatan...............................................................................149
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................153
A. KESIMPULAN.........................................................................................153
B. SARAN.....................................................................................................155
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................156
LAMPIRAN........................................................................................................157

ii
DAFTAR TABEL

Table 2 1 Konsep Evidence Nursing.....................................................................53


Table 2 2 Critical Appraisal..................................................................................55

Tabel 3 1 Data Umum ……………………………………………………81

Tabel 3 2 Kompoisi Keluarga 1............................................................................81


Tabel 3 3 Komposisi Keluarga 2...........................................................................82
Tabel 3 4 Konsep Keluarga...................................................................................84
Tabel 3 5 Riwayat Kesehatan................................................................................84
Tabel 3 6 Karakteristik Rumah.............................................................................86
Tabel 3 7 Struktur Keluarga..................................................................................88
Tabel 3 8 Fungsi Keluarga....................................................................................89
Tabel 3 9 Stressor dan Koping Keluarga..............................................................92
Tabel 3 10 Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan.............................93
Tabel 3 11 Kebutuhan Biologi Keluarga Pasien 1 (Tn.S).....................................94
Tabel 3 12 Kebutuhan Biologi Keluarga Pasien 2 (Tn.R)....................................95
Tabel 3 13 Pemeriksaan Fisik kepada keluarga pasien 1 (Tn. S).........................96
Tabel 3 14 Pemeriksaan Fisik kepada keluarga pasien 2 (Tn. R).........................99
Tabel 3 15 Analisa Data Pasien 1 (Tn.S)............................................................102
Tabel 3 16 Analisa data Pasien 2 (Tn. R)...........................................................105
Tabel 3 17 Skoring Masalah Gangguan Mobilitas Fisik.....................................107
Tabel 3 18 Skoring Masalah Penurunan Koping Keluarga.................................108
Tabel 3 19 Skoring Masalah Gangguan Mobilitas Fisik.....................................109
Tabel 3 20 Masalah Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan...................111
Tabel 3 21 Diagnosa keperawatan......................................................................112
Tabel 3 22 Intervensi Keperawatan pada Pasien 1 (Tn.S)..................................113
Tabel 3 23 Intervensi Keperawatan kepada Pasien 2 (Tn. R).............................119
Tabel 3 24 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan kepada Pasien 1 (Tn. S). .123
Tabel 3 25 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan kepada Pasien 2 (Tn. R)..131

i
DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Pathway Stroke....................................................................................18

Bagan 3 1 Genogram Keluarga 1…………………………………………..81

Bagan 3 2 Genogram Keluarga 2.........................................................................82

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3 1 Gambar Denah Rumah Keluarga 1 (Tn. S).....................................87


Gambar 3 2 Gambar Denah Rumah Keluarga 2 (Tn. R)......................................87

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 1 Satuan Acara Penyuluhan..............................................................157


Lampiran 1 2 Poster.............................................................................................163
Lampiran 1 3 Lembar Kegiatam Bimbingan Karya Ilmiah Akhir.......................164

iv
ABSTRAK

ARYA RAHMAWAN
NIM. 402022129
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS POST STROKE
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M.RAMDAN RW.06 KELURAHAN
CISEUREUH KECAMATAN REGOL KOTA BANDUNG : PENDEKATAN
EVIDENCE BASED NURSING : LATIHAN ROM

Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut yang mengakibatkan seseorang mengalami kelumpuhan atau kematian
karena terjadinya gangguan perdarahan di otak yang menyebabkan kematian
jaringan otak dan dapat menimbulkan kematian. Stroke terjadi akibat pembuluh
darah yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyumbatan dan
ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi control gerakan tubuh yang
dikendalikan oleh otak tidak berfungsi Salahsatu intervensi yang dapat diberikan
kepada kasus stroke ini dengan melakukan latihan Range Of Motion (ROM)
Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk memberikan gambaran dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menerapkan latihan ROM. Metode
asuhan keperawatan diberikan selama 4-6 hari dengan berfokus pada latihan
ROM. Hasil yang didapatkan adalah anggota gerak kedua pasien sama – sama
menunjukkan hasil bahwa terjadi perubahan dan kedua pasien bisa melakukan
aktifitas kecil secara mandiri. Terjadi perbedaan bahwa umur dapat berpengaruh
terhadap waktu penyembuhan rentang gerak pada pasien stroke. Evaluasi kedua
pasien sama – sama menunjukkan hasil yang baik ketika dirutinkan latihan ROM,
maka terapi ini sangat efektif digunakan karena selain mudah, murah terapi ini
juga tentunya aman. Saran untuk kedepannya terapi ini bisa digunakan untuk
mengurangi kelemahan otot dan mobilisasi pasien meningkat.

Kata kunci: Keluarga, Range of motion, Stroke.

ix
ABSTRAK

ARYA RAHMAWAN
NIM. 402022129
FAMILY NURSING CARE IN POST STROKE CASES IN THE
WORKING AREA OF THE M.RAMDAN PUSKESMAS RW.06
KELURAHAN CISEUREUH DISTRICT REGOL BANDUNG CITY:
EVIDENCE BASED NURSING APPROACH: ROM EXERCISE

Stroke is a clinical syndrome characterized by an acute loss of brain function


which results in a person experiencing paralysis or death due to a bleeding
disorder in the brain which causes brain tissue death and can cause death. Stroke
occurs due to blood vessels that carry blood and oxygen to the brain experiencing
blockages and ruptures, lack of oxygen causes the function of controlling body
movements controlled by the brain to not function. One of the interventions that
can be given to stroke cases is by doing Range Of Motion (ROM) exercises. This
purpose case study is to provide an overview in providing nursing care by
implementing ROM exercises. The nursing care method is given for 4-6 days by
focusing on ROM exercises. The results obtained were that the limbs of the two
patients both showed the result that changes had occurred and both patients could
carry out small activities independently. There is a difference that age can affect
the range of motion healing time in stroke patients. Evaluation of the two patients
both showed good results when routine ROM exercises, so this therapy is very
effective to use because apart from being easy, cheap this therapy is also of course
safe. Suggestions for the future this therapy can be used to reduce muscle
weakness and increase patient mobilization.

Kata kunci: Family, Range of motion, Stroke.

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat

substantial. Menurut WHO memperkirakan penyakit tidak menular

menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan diseluruh dunia. Dari

berbagai penyakit yang sering ditemukan sekarang, stroke adalah salah satu

penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi

penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu

penyebab terbanyak di dunia.(Eka Pratiwi Syahrim et al., 2019)

Stroke adalah salah satu penyakit penyakit fatal (silent killer) yang

menyerang manusia. Diperkirakan sebanyak 1 miliar orang di seluruh dunia

beresiko untuk terkena stroke, di mana 17 juta di antaranya meninggal dunia

(Ridwan, 2018). Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia

dan penyebab utama kecacatan fisik pada usia produktif dan usia lanjut.

Stroke merupakan kehilangan fungsi otak secara tiba-tiba, yang disebabkan

oleh gangguan aliran darah ke otak atau stroke iskemik dan pecahnya

pembuluh darah ke otak atau stroke hemoragik (Karmila Sari et al., 2021).

World Stroke Organization (WSO) Lindsay et al., (2019), melaporkan

bahwa ada lebih dari 13,7 juta orang yang terkena stroke setiap tahunnya.

Tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Pada

penderita stroke 60,7% disebabkan oleh stroke non hemoragik, sedangkan

1
2

36,6% disebabkan oleh stroke hemoragik. Setiap tahunnya diperkirakan 500

ribu penduduk indonesia terkena serangan stroke (Rahmadani & Rustandi,

2019). Prevalensi penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit ginjal

kronis, diabetes mellitus, hipertensi, dan stroke berdasarkan Riskesdas,

(2018) meningkat dibandingkan tahun 2013. Prevalensi penyakit stroke

mengalami peningkatan dari 7% menjadi 10,9% (Kemenkes, 2019)

Provinsi Jawa Barat memiliki prevalensi stroke sebesar 11,4%, atau

diperkirakan sebanyak 131.846 orang. Jumlah penderita stroke terbanyak

pada tahun 2018 adalah pasien berusia 75 tahun keatas sebanyak 50,2% dan

terendah pada rentang umur 15-24 tahun yaitu setara dengan 0,6%.

Berdasarkan angka kejadian pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan

pasien perempuan yaitu sebesar 11% dan 10,9% (Riskesdas, 2018).

Sedangkan di Kota Bandung jumlah penderita stroke pada tahun 2019

terhitung sebanyak 3.988 orang, dengan jumlah penderita terbanyak terdapat

di Puskesmas Padasuka, Puskesmas Cicendo, dan Puskesmas Buahbatu

(Kemenkes RI, 2019). Jumlah penderita stroke yang terdata di wilayah binaan

puskesmas M.Ramdan selama 1 tahun terakhir terdata sebanyak 142 orang,

dengan jumlah terbanyak di kelurahan Ciseureuh.

Penyakit ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu stroke non

hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke non hemoragik terjadi ketika suplai

darah ke otak berkurang atau berhenti karena adanya sumbatan. Sedangkan

stroke hemoragik disebabkan karena pembuluh darah di otak pecah (Tilong,

2014). Stroke Non Hemoragik (SNH) merupakan jenis stroke yang dominan
3

diderita oleh masyarakat Indonesia yang menyebabkan kecacatan sementara

maupun permanen. SNH merupakan masalah serius baik di Indonesia

maupun di dunia. Penyakit stroke jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat

akan menimbulkan komplikasi seperti, (1) kelumpuhan atau hilangnya

gerakan otot (2) disatria (3) disfagia (4) afasia (5) kehilangan memori atau

sulit berpikir (6) masalah emosional (7) rasa sakit atau nyeri (Haryono &

Utami, 2021).

Banyak faktor risiko penyebab terjadinya stroke, termasuk merokok,

kurangnya aktivitas fisik, melakukan diet yang tidak sehat, mengonsumsi

alkohol, hipertensi, fibrilasi atrium, peningkatan kadar lipid darah, obesitas,

jenis kelamin pria, disposisi genetik, dan faktor psikologis. Stroke dapat

menyebabkan kerusakan permanen, termasuk terjadinya kelumpuhan

sebagian dan gangguan bicara, pemahaman dan memori. Derajat dan lokasi

cedera yang dialami menentukan tingkat keparahan stroke, baik minimal

hingga bisa berakibat fatal (World Stroke Organization, 2022).

Dampak serius yang ditimbulkan oleh penyakit stroke adalah kematian.

Namun jika penderita stroke tidak meninggal, akibat yang umumnya

dirasakan adalah kelemahan pada anggota gerak (hemiparesis) (Wiwit, 2016).

Hemiparesis pada pasien stroke ini biasanya diakibatkan oleh stroke arteri

serebral anterior atau media sehingga menyebabkan infark dari korteks bagian

depan pada saraf motorik (Black dalam Bella et al., 2021). Salah satu

masalah keperawatan yang memerlukan penanganan lebih lanjut pada pasien

SNH yaitu gangguan mobilitas fisik, dikarenakan penderita stroke akan


4

mengalami penurunan kekuatan pada salah satu bagian anggota gerak akibat

dari kelemahan otot (Wicaksono et al, 2019).

Dari kebanyakan penderita stroke mempunya dampak yang sama. Dampak

yang ditimbulkan oleh stroke, berupa hemiparese (kelemahan) dan

hemiplegia (kelumpuhan) merupakan salah satu bentuk defisit motorik. Hal

ini disebabkan oleh gangguan motorik neuron dengan karakteristik

kehilangan kontrol gerakan volunteer (gerakan sadar), gangguan gerakan,

keterbatasan tonus otot, dan keterbatasan reflek (Susanti & Bistara, 2019).

Kelemahan anggota gerak pada pasien stroke dapat mempengaruhi

kekuatan otot, melemahnya otot disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke

otak. Kelainan pada sistem neurologis dapat bertambah jika ada

pembengkakan di area otak (edema serebri) sehingga tekanan di dalam

rongga otak meningkat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut

pada jaringan otak. Karena efek dari stroke bisa menyebabkan berkurangnya

rentang gerak sendi, maka perlu dilakukan latihan ROM (Range of Motion)

sebagai upaya dalam meningkatkan rentang gerak serta mobilitas pada pasien

stroke (Pradana & Faradisi, 2021).

Berbagai macam penanganan dan pencegahan untuk meningkatkan

kesembuhan penderita stroke telah banyak dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode diantaranya terapi okupasi, terapi psikologis, terapi rekreasi,

terapi komunikasi, terapi menggunakan tekhnologi dan terapi fisik. Pada

kasus pasien stroke ini, intervensi yang harus di prioritaskan yaitu terapi fisik,

mengingat gejala yang lebih dominan muncul adalah gangguan atau


5

kelemahan fisik pada penderita sehingga penanganan yang lebih serius untuk

meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas. Terapi fisik yang bisa dilakukan

oleh pasien penderita Stroke yaitu dengan melakukan latihan Range Of

Motion (ROM).

Berdasarkan hasil penelitan telah dibuktikan bahwa latihan ROM efektif

dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot dan tonus (Agusrianto & Rantesigi, 2020). ROM

merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan pada pasien stroke.

Latihan ini merupakan upaya untuk mencegah kondisi kecacatan, sehingga

dapat mengurangi tingkat ketergantungan yang terjadi pada pasien stroke dan

meningkatkan mekanisme koping dari penderita. Disarankan latihan Range of

Motion (ROM) dilakukan 2 kali/hari, hal ini dilakukan untuk mengurangi

adanya komplikasi, semakin cepat melakukan proses rehabilitasi, maka

semakin kecil kemungkinan penderita mengalami defisit kemampuan

(Paramitha & Noorhamdi, 2021).

Pada kenyataannya, di lapangan pemberian latihan fisik kepada pasien

stroke masih jarang dilakukan. Aktivitas fisik yang kurang setelah mengalami

stroke dapat membuat rentang gerak pada ekstremitas terganggu. Apabila hal

ini tidak diperhatikan dan dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi berupa

kecacatan fisik, ketergantungan total, hingga kematian (Anita et al., 2018)

Terlepas dari latihan ROM ini, para penderita stroke ini pasti mempunyai

masalah-masalah yang dihadapi dari segi fisik berupa keterbatasan rentang


6

gerak yang bisa dilakukan dan psikis berupa tekanan yang dihadapi dari segi

penurunan peran di keluarga. Penderita stroke di wilayah binaan puskesmas

M.Ramdan khususnya di RW 06 Kelurahan Ciseureuh sebanyak 16 orang dan

dari data tersebut, sebanyak 12 orang (75%) jarang melakukan pemeriksaan

rutin ke fasilitas kesehatan terdekat dengan berbagai macam alasan, selain itu

terdapat banyak keluarga yang tidak mengetahui tentang latihan ROM. Oleh

karena itu, berdasarkan uraian diatas membuat penulis tertarik untuk

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

muskuloskeletal khususnya stroke agar dapat meminimalisir dampak yang

ditimbulkan dari stroke ini dan tidak terjadi komplikasi yang dituangkan

dalam Karya Ilmiah Akhir Komprehensif (KIAK) berjudul: “ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS POST STROKE

MELALUI LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) DI RW 06

KELURAHAN CISEUREUH KECAMATAN REGOL KOTA

BANDUNG ”

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir Komprehensif (KIAK) ini agar

penulis mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan keperawatan

secara langsung dan komprehensif meliputi aspek biopsikososial, dengan

pendekatan proses keperawatan pada keluarga Tn. S dan keluarga Tn.R


7

dengan post stroke di RW 06 Kelurahan Ciseureuh Kecamatan Regol Kota

Bandung”

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah penulis

mampu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. S dan

keluarga Tn.R dengan post stroke di RW 06 Kelurahan Ciseureuh

Kecamatan Regol Kota Bandung meliputi:

a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga Tn. S dan keluarga Tn.R

dengan Post Stroke;

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. S dan

keluarga Tn.R dengan Post Stroke;

c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada keluarga Tn. S

dan keluarga Tn.R dengan Post Stroke;

d. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana dan telaah jurnal yang telah dibuat;

e. Mampu mengevaluasi tindakan hasil asuhan keperawatan yang telah

dilaksanakan terhadap kedua keluarga dengan intervensi keperawatan

yang sama.

C. METODE TELAAH DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Metode telaah yang digunakan dalam Karya Ilmiah Akhir Komprehensif

(KIAK) ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus.

Adapun teknik pengambilan data pada kasus diantaranya sebagai berikut:


8

1. Wawancara

Komunikasi lisan yang dilakukan kepada klien dan keluarga untuk

mendapatkan data subjektif mengenai kondisi klien dan keluarga.

2. Observasi

Mengamati secara langsung keadaan klien dan keluarga untuk

mendapatkan data objektif mengenai kondisi klien dan keluarga

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi

dan auskultasi. Untuk mendapatkan data objektif mengenai kondisi

klien dan keluarga

4. Studi Kepustakaan

Membaca dan menganalisa literatur yang terdiri dari buku, jurnal,

artikel, serta berbagai laporan mengenai Stroke.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Pada Karya Tulis Ilmiah (KIA) dengan judul “Asuhan Keperawatan

Keluarga Pada Kasus Post Stroke Melalui Latihan Range Of Motion (Rom)

Di Rw 06 Kelurahan Ciseureuh Kecamatan Regol Kota Bandung” memiliki

sistematika dalam penulisan yang dibagi menjadi empat bab yaitu:

1. Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri

dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode telaah dan sistematika

penulisan.

2. Bab II Tinjauan Pustaka


9

Mengemukakan teori dan konsep keluarga, konsep dari penyakit

berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien, dan konsep dasar

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, pendiagnosaan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

3. Bab III Tinjauan Kasus dan Pembahasan

Terdiri dari dua sub bab yaitu laporan asuhan keperawatan meliputi

a. Tinjauan kasus merupakan laporan asuhan keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi serta pembahasan.

b. Kesenjangan antara teori dan praktek yang mungkin ditemukan dan

mengemukakan cara penyelesaian masalah tersebut.

4. Bab IV Kesimpulan dan Saran

Bagian ini berisi kesimpulan yang diambil penulis setelah

melakukan asuhan keperawatan serta mengemukakan saran dari seluruh

proses kegiatan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga

Tn. S dan keluarga Tn.R dengan Post Stroke.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP STROKE

1. Pengertian Stroke

Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya

fungsi otak secara akut yang mengakibatkan seseorang mengalami

kelumpuhan atau kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak

yang menyebabkan kematian jaringan otak dan dapat menimbulkan

kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Stroke terjadi akibat

pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami

penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi control

gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi (American

Heart Association [AHA], 2015)

Stroke disebut juga Cerebro Vasculer Accident (CVA) atau “Brain

Attack’’ yang merupakan gambaran perubahan neurologis yang terjadi

karena adanya gangguan suplai darah ke bagian otak atau bila pembuluh

darah di otak pecah yang menyebabkan sel-sel otak mengalami penurunan

suplai oksigen yang akan menimbulkan kematian sel, sehingga stroke

dapat menyebabkan kematian atau kecacatan permanen. (Sari et al., 2023).

2. Klasifikasi Stroke

Menurut Sylvia (2005) dalam Wanhari (2018) berdasarkan penyebabnya,

Stroke diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu Stroke Hemoragi dan

Stroke Iskemik/ Non Hemoragic (SNH)

10
11

a. Stroke Hemoragi

Stroke hemoragi Merupakan stroke yang disebabkan oleh

perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhniod karena

pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu sehingga darah

memenuhi jaringan otak (AHA, 2015). Perdarahan yang terjadi dapat

menimbulkan gejala neurologik dengan cepat karena tekanan pada

saraf di dalam tengkorang yang ditandai dengan penurunan kesadaran,

nadi cepat, pernapasan cepat, pupil mengecil, kaku kuduk, dan

hemiplegia (Sylvia, 2005 ; Yeyen, 2013).

b. Stroke Iskemik/ Non Hemoragic (SNH)

Stroke Iskemik Merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu

gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang

menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan (AHA,

2015). Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh trombus (bekuan)

yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain

otak (Sylvia, 2005). Stroke ini ditandai dengan kelemahan atau

hemiparesis, nyeri kepala, mual muntah, pendangan kabur, dan

disfagia (Wanhari, 2008 dalam Yeyen, 2013).

Stroke Non Hemoragik (SNH) terjadi ketika arteri ke otak menyempit atau

terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah berkurang. Stroke iskemik (non

hemoragik) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya

suplai darah ke bagian otak disebabkan karena adanya thrombus atau embolus

(Oktavianus, 2014).
12

3. Etiologi Stroke

Menurut Smeltzer dan Bare (2012) stroke biasanya diakibatkan

oleh salah satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :

a. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak

atau leher. Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama

trombosis, yang adalah penyebab paling umum dari stroke.

Secara umum, trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan

kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia

pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada

beberapa jam atau hari.

b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang

dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya

menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang

merusak sirkulasi serebral (Valante et al, 2015).

c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia

terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang

menyuplai darah ke otak (Valante et al, 2015).

d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral

dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar

otak. Pasien dengan perdarahan dan hemoragi mengalami

penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi

stupor atau tidak responsif.


13

Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai

darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen

fungsi otak dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.

4. Faktor Resiko Stroke

Faktor risiko terjadinya stroke secara garis besar dapat dikelompokkan

menjadi 2 yaitu, faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang

dapat dimodifikasi. (AHA, 2015)

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor genetik dan ras,

usia, jenis kelamin, dan riwayat stroke sebelumnya (AHA, 2015).

1) Faktor genetik

Faktor genetik Seseorang berpengaruh karena individu yang

memiliki riwayat keluarga dengan stroke akan memiliki risiko

tinggi mengalami stroke.

2) Ras

ras kulit hitam lebih sering mengalami hipertensi dari pada ras

kulit putih sehingga ras kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi

terkena stroke (AHA,2015).

3) Usia

Stroke dapat terjadi pada semua rentang usia namun semakin

bertambahnya usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke, hal

ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia

(Riskesdas) tahun 2013 yang menyatakan bahwa usia diatas 50


14

tahun risiko stroke menjadi berlipat ganda pada setiap

pertambahan usia.

4) Jenis kelamin

Jenis Kelamin merupakan salah satu faktor risiko stroke, menurut

Wardhana (2011) laki-laki memiliki resiko lebih tinggi terkena

stroke dibandingkan perempuan, hal ini terkait kebiasaan

merokok, risiko terhadap hipertensi, hiperurisemia, dan

hipertrigliserida lebih tinggi pada laki-laki.

5) Riwayat Stroke

Seseorang yang pernah mengalami serangan stroke yang dikenal

dengan Transient Ischemic Attack (TIA) juga berisiko tinggi

mengalami stroke, AHA (2015) menyebutkan bahwa 15%

kejadian stroke ditandai oleh serangan TIA terlebih dahulu.

b. Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor risiko yang dapat diubah adalah obesitas (kegemukan),

hipertensi, hiperlipidemia, kebiasaan merokok, penyalahgunaan

alkohol dan obat, dan pola hidup tidak sehat (AHA, 2015).

1) Obesitas

Secara tidak langsung obesitas memicu terjadinya stroke yang

diperantarai oleh sekelompok penyakit yang ditimbulkan akibat

obesitas, selain itu obesitas juga salah satu pemicu utama dalam

peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler (AHA, 2015).

2) Hipertensi
15

Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke, beberapa

studi menunjukkan bahwa manajemen penurunan tekanan darah

dapat menurunkan resiko stroke sebesar 41% (AHA, 2015 ; WHO,

2014).

3) Hiperlipidemia

Hiperlipidemia atau kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar

lemak di dalam darah dapat memicu terjadinya sumbatan pada

aliran darah (AHA, 2015).

4) Kebiasaan merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, dan pola

hidup tidak sehat

Menurut Stroke Association (2012) dan AHA (2015) individu yang

merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki resiko

lebih tinggi terkena stroke karena dapat memicu terbentuknya plak

dalam pembuluh darah. Faktor-faktor diatas dapat diubah untuk

menurunkan resiko stroke dengan menerapkan pola hidup sehat.

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Stroke menurut Haryono & Utami, (2021) yaitu:

a. Kesulitan berbicara dan kebingungan. Pasien mengalami kesulitan

untuk mengucapkan kata-kata dan kesulitan memahami ucapan.

b. Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki yang

sering terjadi di satu sisi tubuh. Penderita stroke bisa mengalami

mati rasa secara tiba-tiba, kelemahan atau kelumpuhan wajah,

lengan atau kaki. Hal ini sering terjadi di satu sisi tubuh.
16

c. Kesulitan melihat seperti pandangan kabur atau hitam disatu sisi

atau kedua mata.

d. Sakit kepala yang tiba-tiba yang mungkin disertai dengan muntah,

pusing, atau perubahan kesadaran.

e. Kesulitan berjalan. Penderita stroke mungkin tersandung atau

mengalami pusing mendadak atau kehilangan keseimbangan atau

kehilangan koordinasi.

6. Patofisiologi

Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti yang

terjadi pada stroke, di otak akan mengalami perubahan metabolik,

kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan

10 menit (AHA, 2015). Pembuluh darah yang paling sering terkena adalah

arteri serebral dan arteri karotis interna yang ada di leher (Guyton & Hall,

2012). Adanya gangguan pada peredaran darah otak dapat mengakibatkan

cedera pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu

a. penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang

menimbulkan penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang

selanjutnya akan terjadi iskemik.

b. Pecahnya dinding pembulh darah yang menyebabkan hemoragi.

c. Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan

jaringan otak.
17

d. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang

interstitial jaringan otak (Smeltzer dan Bare, 2012).

Penyempitan pembuluh darah otak mula-mula menyebabkan perubahan

pada aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat dan melampaui

batas krisis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Obtruksi

suatu pembuluh darah arteri di otak akan menimbulkan reduksi suatu area

dimana jaringan otak normal sekitarnya masih mempunyai peredaran

darah yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur

anastomosis yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek akibat oklusi

pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna darah vena, penurunan

kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola (AHA, 2015).
18

7. Pathway

Penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah

Infark

Edema Serebral

Stroke Non Hemoragik

Infark Serebral

Resiko Perfusi jaringan serebral


tidak efektif

Penurunan
Kehilangan kemampuan Keseadaran Defisit Bahasa dan
kontrol volunteer Komunikasi
Kelemahan
Hemiplegi dan Fisik Disatria, afasia
hemiperasi dan disfagia

Defisit Perawatan
Diri
Gangguan Mobilitas Fisik Kerusakan
Komunikasi
Verbal

Bagan 2. 1 Pathway Stroke Sumber : Oktavianus, 2014


19

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Oktavianus, (2014) yaitu:

a. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan MRI menunjukkan daerah yang mengalami

infark atau hemoragik.

b. EEG (Electro Enchepalografi).

Pemeriksaan EEG memperlihatkan daerah lesi yang

spesifik.

c. Ultrasonografi Dopler

d. Sinar X/ foto Rontgen

Pemeriksaan foto rontgen menggambarkan perubahan kelenjar

lempeng pineal.

e. CT Scan

Pemeriksaan CT Scan merupakan pemeriksaan untuk

memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya

infark.

f. Angiografi Serebral

Pemeriksaan angiografi serebral yang membantu menentukan

penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi

arteri.

g. Pungsi Lumbal
20

Pemeriksaan pungsi lumbal dapat menunjukkan adanya

tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung

darah menunjukkan adanya perdarahan.

9. Komplikasi

Stroke dapat menyebabkan cacat sementara atau permanen, tergantung

pada beberapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian mana yang

terdampak. Menurut Haryono & Utami, (2021) komplikasi yang bisa

terjadi pada penderita stroke adalah:

a. Kelumpuhan atau hilangnya kekuatan otot

Penderita stroke bisa menjadi lumpuh pada satu sisi tubuh atau

kehilangan kendali atas otot-otot tertentu, seperti otot-otot di satu sisi

wajah bagian tubuh lain.

b. Kesulitan berbicara atau menelan

Stroke dapat mempengaruhi otot-otot di mulut dan tenggorokan,

sehingga sulit bagi penderita untuk berbicara dengan jelas (disatria),

menelan (disfagia), atau makan. Penderita stroke juga mungkin

mengalami kesulitan dengan bahasa (afasia) termasuk berbicara atau

memahami ucapan, membaca, atau menulis.

c. Kehilangan memori atau kesulitan berpikir

Banyak penderita stroke mengalami kehilangan ingatan, selain itu

penderita stroke juga mengalami kesulitan berpikir, memahami

konsep dan membuat penilaian.

d. Masalah emosional
21

Pada penderita stroke lebih sulit untuk mengendalikan emosi sehingga

penderita stroke dapat mengalami depresi.

e. Rasa sakit

Nyeri, mati rasa atau sensasi aneh lainnya dapat terjadi di bagian

tubuh penderita stroke. Misalnya, stroke dapat menyebabkan

seseorang mati rasa di bagian lengan kirinya, sehingga penderita

merasakan sensasi kesemutan yang tidak nyaman di bagian tersebut.

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan Stroke menurut Haryono &

Utami, (2021) adalah sebagai berikut:

a. Perawatan darurat dengan obat-obatan

Terapi dengan obat penghancuran gumpalan darah harus

dimulai dalam 4,5 jam jika mereka diberikan ke pembuluh darah

(semakin cepat, semakin baik). Perawatan cepat tidak hanya

meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup tetapi juga

mengurangi komplikasi. Obat yang mungkin diberikan adalah

injeksi intravena activator plasminogen jaringan (tPA). Injeksi

activator plasminogen jaringan rekombinan (tPA), juga disebut

alteplase, dianggap sebagai pengobatan standar untuk stroke

iskemik.

b. Prosedur endovaskuler darurat


22

Pengobatan stroke iskemik kadang-kadang melibatkan

prosedur yang dilakukan langsung di dalam pembuluh darah yang

tersumbat

c. Prosedur lainnya

1) Endarterektomi karotis.

Dalam endarterektomi karotis, seorang ahli bedah menghilangkan

plak dari arteri yang ada di sepanjang sisi leher ke otak (arteri

karotid).

2) Angioplasti dan stent.

Dalam angioplasti, seorang ahli bedah biasanya mengakses arteri

carotid melalui arteri di pangkal paha.

11. Pencegahan

Pencegahan stroke iskemik atau stroke non hemoragik dilakukan

dengan pendekatan terbaik. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan

untuk mencegah terjadinya stroke adalah sebagai berikut:

a. Pengendalian hipertensi

b. Mencegah kolesterol tinggi

c. Mengendalikan dan mengatur pola makan

d. Tidak mengkonsumsi alcohol

e. Tidak memakai obat-obatan terlarang

f. Tidak merokok

g. Tidak menggunakan kontrasepsi oral.


23

B. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih

memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti (nuclear family ) terdiri

dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Adapun keluarga non-inti atau

yang dikenal dengan keluarga luas (extentended family) yaitu keluarga

yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek yang

sama termasuk dari keturunan masing-masing isteri dan suami (Sutinah,

2019). Keluarga adalah terdiri dari dua atau lebih individu yang disatukan

oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Anggota keluarga

biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap memperhatikan

satu sama lain dan mengganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah

mereka. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak, adik, dan sebagainya

(Nadirawati, 2018).

2. Tipe Keluarga

Menurut Doane dan Varcoe (2005) dalam Kholifah & Widagdo

(2018) berbagai tipe keluarga adalah sebagai berikut.

a. Tipe keluarga tradisional


24

1) The nuclear family (keluarga inti) merupakan keluarga yang

terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak

angkat.

2) The dyad family (keluarga dyad), yaitu suatu rumah tangga yang

terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda

ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak

mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan pengkajian

data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi

datanya.

3) Single parent, meruapakan keluarga yang terdiri atas satu orang

tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat

disebabkan oleh perceraian atau kematian.

4) Single adult, adalah suatu rumah tangga yang terdiri atas satu

orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang

tidak menikah atau tidak mempunyai suami.

5) Extended family, yaitu keluarga yang terdiri atas keluarga inti

ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan

sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga

Indonesia terutama di daerah pedesaan.

6) Middle-aged or elderly couple, yaitu orang tua yang tinggal

sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-

anaknya sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.


25

7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau

saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan,

seperti dapur dan kamar mandi yang sama.

b. Tipe keluarga nontradisional

Untuk tipe keluarga ini biasanya jarang dijumpai bahkan hampir tidak

ada ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.

1) Unmarried parent and child family, merupakan keluarga yang

terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) Cohabitating couple, yaitu orang dewasa yang hidup bersama di

luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

3) Gay and lesbian family, yaitu seorang yang mempunyai

persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana

pasangan suami istri.

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, adalah keluarga

yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

5) Foster family, merupakan keluarga menerima anak yang tidak ada

hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat

orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk

menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

3. Struktur Keluarga
26

Struktur keluarga menjelaskan bagaimana keluarga disusun atau

bagaimana unit-unit ditata dan saling berkaitan satu sama lain. Menurut

Friedman (2003) dalam Nadiwirata (2018), struktur keluarga teridiri dari

sebagai berikut.

a. Pola dan Proses Konunikasi

Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional

untuk menciptakan dan mengungkapkan pengeertian keluarga.

Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan

sarana penting untuk mengembangkan makna diri. Komunikasi dalam

keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa

disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen

komunikasi, seperti: sender (pengirim/komunikator), channel – media

(media komunikasi), massage (pesan), environment (lingkungan), dan

receiver (penerima).

Komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1) Karakteristik pengirim yang berfungsi

Karakteristik pengirim berfungsi ketika menyampaikan pendapat.

Pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas, meminta

feedback dan mau menerima feedback.

2) Pengirim yang tidak berfungsi adalah:

a) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan

dasar/data yang objektif)


27

b) Ekspresi yang tidak jelas; contoh marah yang tidak diikuti

ekspresi wajahnya

c) Jugmental expressions, yaitu ucapan yang

memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari

pertimbangan yang matang, contoh: ucapan salah/benar; baik /

buruk; normal/tidak normal. Suatu contoh dalam kalimat : "

kamu ini nakal .... " atau " kamu harus .... " dan sebagainya

d) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan

e) Komunikasi yang tidak sesuai.

3) Karakteristik penerima yang berfungsi :

a) Mendengar

b) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)

c) Memvalidasi.

4) Penerima yang tidak berfungsi adalah:

a) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar

b) Diskualifikasi contoh: " iya deh .... tapi .... "

c) Offensive (menyerang bersifat negatif)

d) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)

e) Kurang memvalidasi.

5) Komunikasi fungsional Komunikasi fungsional dipandang sebagai

kunci keberhasilan keluarga. Komunikasi yang jelas dan

fungsional dalam keluarga merupakan proses dua arah yang

dinamis sehingga tercipta interaksi fungsional.


28

a) Menggunakan emosional: marah, tersinggung, sedih, gembira

b) Komunikasi terbuka dan jujur

c) Hirearki kekuatan dan peraturan keluarga

d) Konflik keluarga dan penyelesaiannya

6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi adalah:

a) Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang (tertentu)

b) Semua menyetujui (total agreement tanpa adanya diskusi

c) Kurang empati

d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri

e) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu

f) Komunikasi tertutup

g) Bersifat negative

h) Mengembangkan gosip .

b. Struktur Kekuatan

Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan

(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi

atau mengubah perilaku orang lain (anggota keluarganya). Beberapa

macam struktur kekuatan:

1) Legitimate power/authority ( hak untuk mengontrol ) seperti

orang tua terhadap anak

2) Referent power (seseorang yang ditiru)


29

3) Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain misalnya

kemampuan salah satu anggota keluarga dalam bidang tetentu,

sehingga menyebabkan anggota keluarga yang lain patuh)

4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang

akan diterima)

5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)

6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui persuai

maksudnya adalah komunikasi yang digunakan untuk

mempengaruhi dan meyakinkan orang lain)

7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi

dengan cinta kasih, misalnya hubungan sexual).

c. Struktur Peran

Peram menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat

homogen dalam situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi

sosial. Peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi

status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial tertentu.

1) Peran – Peran Formal dalam Keluarga

Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat

homogen Peran formal yang standar dalam keluarga, antara lain:

pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, pegawai

swasta, tukang renovasi rumah, bertani, dan lain lain. Jika dalam

keluarga hanya terdapat sedikit orang untuk memenuhi tersebut,

maka anggota keluarga berkesempatan untuk memerankan


30

beberapa peran dalam waktu yang berbeda. Setiap anggota

keluarga mempunyai peran masing - masing yang antara lain

adalah:

a) Ayah

Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi

setiap anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau

kelompok sosial tertentu.

b) Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau

kelompok tertentu.

c) Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

2) Peran-peran informal keluarga

Peran-peran informal dalam keluarga (peran penutup) biasanya

bersifat implisit, tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya

untuk memenuhi kebutuhan emosional atau menjaga

keseimbangan.

d. Struktur Nilai
31

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap, dan keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah

pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu. Sistem

nilai keluarga dianggap sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.

Sebuah nilai keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam

menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai ini

akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan

dan stresor-stresor lain.

4. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga merupakan model Perkembangan keluarga

kerangka kerja yang memperkenalkan bahwa keluarga berkembang

melalui pengalaman dan transisi peran yang dialami selama

perkembangan. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam melihat

perkembangan keluarga dapat dilihat melalui tugas perkembangan

keluarga. Tugas perkembangan keluarga harus dipenuhi di setiap

perkembangannya. Dalam perkembangan ini keluarga sebagai sistem

berkembang ke arah tingkatan fungsi yang lebih tinggi sehingga

berdampak terhadap berbagai hal.

Keluarga dituntut untuk dapat memenuhi tugas perkembangan di

setiap periode transisi perkembangan keluarga. Keluarga akan mampu

memenuhi tugas perkembangan yang harus diselesaikannya dengan

pemahaman terhadap tugas perkembangan keluarga. Menurut Nies &


32

Mcewen (2019), tahap dan tugas perkembangan keluarga terdiri atas

sebagai berikut.

a. Keluarga atau Pasangan Baru

Menandai Perkawinan dari insan sepasang bermulanya sebuah

keluarga baru – keluarga yang menikah atau prokreasi dan

perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru

yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini

berlangsung lebih lambat. Tugas-tugas perkembangan keluarga

pasangan baru antara lain:

1) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

3) Merencanakan keluarga.

b. Keluarga Menanti Kelahiran Anak

Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai bayi

berusia 30 bulan. Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan

perubahan-perubahan bagi anggota keluarga dan setiap kumpulan

hubungan. Kehamilan dan kelahiran bagi perlu dipersiapkan oleh

pasangan suami istri melalui beberapa tugs perkembangan yang

penting antara lain:

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga)

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan

kebutuhan anggota keluarga


33

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orang tua dan kakek-nenek.

c. Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Tahap perkembangan ini siklus kehidupan keluarga dimulai

ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak

berusia 5 tahun. Sekarang , keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga

lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu , anak laki-laki-

saudara , anak perempuan-saudari Keluarga lebih menjadi majemuk

dan berbeda (Duvall dan Miller, 1985) (dalam Nies & Mcewen,

2019).

Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah

diantaranya:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan

2) Mensosialisasikan anak

3) Mengintegrasi anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


34

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan

mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari

masa remaja. Pada fase ini, umumnya keluarga mencapai jumlah

anggota keluarga maksimal sehingga keliarga sangat sibuk. Selain

aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas yang

berbeda dengan anak. Demikian pula orang tua yang mempunyai

aktivitas yang berbeda dengan anak.

Berikut tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia

sekolah antara lain:

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk dan sekolah prestasi

meningkatkan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Keluarga dengan Anak Remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun , tahap kelima dari

siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6

hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih

tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun. Tujuan keluarga ini adalah

melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab pada tahap-tahap

sebelumnya.
35

Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja sebagai

berikut:

1) Menyeimbangkan kebebasan dan tanggungjawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.

f. Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak

pertama sampai ketika anak terakhir meninggalkan rumah orangtua

sehingga dikenal sebagai "sarang yang kosong". Tahap ini dapat

berjalan. singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak

anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum

menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan

perguruan tinggi. Meskipun tahap ini biasanya berlangsung dalam 6

atau 7 tahun, namun tahap melepaskan anak juga dapat berlangsung

lebih lama dalam keluarga dengan dua orangtua, mengingat anak anak

yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah menyelesaikan

sekolah di tingkat yang lebih tinggi dan mulai bekerja.

Pada banyak keluarga di Indonesia tahap ini tidak dilampaui

karena akan ada anak yang menemani orangtuanya walaupun telah

menikah atau membentuk keluarga baru. Tujuan utama tahap ini

adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan melepas

anak untuk hidup sendiri.


36

Tugas-tugas perkembangan keluarga yang melepaskan anak usia

dewasa muda adalah sebagai berikut:

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak - anak.

dan untuk memperbaharui

2) Melanjutkan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.

3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan baik dari pihak

suami maupun istri.

g. Keluarga Lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah

satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung

hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan

meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang

tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang

harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya

pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan

pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi

kesehatan.

Tugas-tugas perkembangan keluarga lansia antara lain:

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan


37

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan

integrasi hidup).

Adapun tahap dan tugas perkembangan keluarga usia pertengahan

menurut Nadirawati (2018), tahap ini dimulai pada saat seorang anak

terakhir kali meinggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau

salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa psangan fase ini

dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan anak, dan

perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk mengatasi hal tersebut

keluarga perlu mlaksanakan tugas-tugas perkembangan pada tahap ini

diantaranya:

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak

3) Meingkatkan keakraban pasangan.

5. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga sebagai suatu lembaga terkecil dalam masyratakat

memiliki fungsi yang beragam, fungsi-fungsi keluarga menurut Ali &

Murdiana (2020), antara lain:

a. Fungsi pendidikan
38

Menyekolahkan anak agar mendapatkan pengetahuan dalam

rangka menunjang prestasi yang dimiliki anak yang tidak tercover

dalam keluarga, serata membuka wawasan anak agar perkir maju.

b. Fungsi reproduksi

Keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat merupakan

tempat bagi masyarakat masyarakat dalam mengatur regenerasi.

Fungsi reproduksi bertujuan untuk melanjutkan garis keturunan,

memelihara dan membesarkan anak, serta memelihara dan merawat

anggota keluarga

c. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk menanamkan

nilai-nilai yang ada di keluarga terhadap anggota keluarga yang

dimilikinya. Keluarga sebagai tempat sosialisasi anak-anak pertama

sebagai bekal saat terjun dimasyarakat. Keluarga adalah sebagai

tempat anak dalam berkembang.

d. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya sebagai fungsi

essensial dan dasar keluarga, tetapi fungsi yang mengemban fokus

sentral keluarga agar keluarga berfungsi dengan baik dan sehat.

Namun pemenuhan fungsi perawatan kesehatan untuk semua anggota

keluarga dapat menjadi sulit karena tantangan internal maupun

eksternal. Berikut fungsi perawatan kesehatan dalam keluarga

diantaranya:
39

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Kemampauan keluarga untuk mengambil keputusan untuk

merawat

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan

5) Kemampuan keluarga untuk memfasilitasi fasilitas kesehatan yang

ada

e. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan kemampuan keluarga dalam

memelihara lingkugan keluarga yang saling asuh dan menyayangi satu

sama lain. Rasa kasih sayang dan rasa dicintai merupakan salah satu

kebuatan dasar bagi manusia, dalam keluarga berfungsi sebagai

tempai untuk saling menyayang.

f. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi sebagai unit ekonomi dasar, anggota keluarga

saling berkerja sama untuk saling memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarga. Fungsi ekonomi keluarga mengikutsertakan penyediaan

keluarga akan sumber daya yang mencukupi baik secara finansial,

tempak tinggal serta maeteri.

C. KONSEP RANGE OF MOTION (ROM)

1. Definisi Range Of Motion (ROM)


40

ROM adalah kemampuan maksimal atau batas-batas gerakan dari

kontraksi otot dalam melakukan gerakan. ROM merupakan jumlah

maksimum gerakan yang dilakukan oleh sendi dalam keadaan normal

(Haryono & Utami, 2021). Pada seseorang yang mengalami gangguan

pergerakan sangat mempengaruhi mobilitas fisiknya sehingga dapat

menghambat aktivitas dalam kesehariannya (Mubarak et al., 2019).

Kelebihan tindakan ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke dapat

meningkatkan rentang sendi, dimana reaksi kontraksi dan relaksasi

selama gerakan ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke terjadi

penguluran serabut otot dan peningkatan aliran darah pada daerah sendi

yang mengalami paralisis sehingga terjadi peningkatan penambahan

rentang sendi abduksi-adduksi pada ekstremitas atas dan bawah hanya

pada sendi-sendi besar. Sehingga ROM pasif dapat dilakukan sebagai

alternatif dalam meningkatkan rentang sendi pada pasien stroke yang

mengalami paralisis (Bakara & Warsito, 2019).

2. Klasifikasi ROM

Klasifikasi ROM menurut Nurtanti & Widya, (2018) yaitu:

a. ROM aktif yaitu latihan ROM yang dilakukan oleh pasien itu sendiri

tanpa bantuan perawat atau yang lainnya dari setiap gerakan yang

dilakukan. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta

sendi dengan cara menggunakkan otot-ototnya secara aktif. Dalam

menjalankan tindakan ROM aktif, perawat harus memberikan

motivasi dan membimbing pasien dalam melaksanakan pergerakan


41

sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak normal (Haryono

& Utami, 2021).

b. ROM pasif yaitu latihan ROM yang diberikan kepada pasien dengan

bantuan perawat dimana pasien tidak dapat melakukannya sendiri,

latihan ini biasanya dilakukan untuk pasien yang mengalami

kelemahan otot lengan maupun otot kaki. Rentang gerak pasif ini

berguna untuk menjaga kelenturan otot dan persendian dengan

menggerakkan otot pasien, misalnya perawat mengangkat dan

menggerakan kaki atau tangan pasien. Sendi yang digerakkan dalam

ROM pasif ini adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada

ekstremitas yang terganggu dan pasien tidak mampu melakukannya

secara mandiri.

3. Tujuan ROM

Tujuan ROM menurut Haryono & Utami, (2021) yaitu sebagai berikut:

a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot

b. Mencegah terjadinya kontraktur

c. Memelihara mobilitas persendian

d. Merangsang sirkulasi darah

e. Mencegah kekakuan sendi

f. Memperbaiki tonus otot

g. Memberikan kenyamanan pada klien

h. Untuk meningkatkan motivasi klien


42

4. Manfaat ROM

Manfaat tindakan ROM menurut Lukman & Ningsih, (2019) yaitu:

a. Gerakan tubuh yang teratur dapat meningkatkan kesegaran tubuh

b. Memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh, mengontrol berat badan,

mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi

c. Menjaga kebugaran dari tubuh

d. Merangsang peredaran darah dan kelenturan otot

e. Menurunkan stress seperti hipertensi, kelebihan BB, kepala pusing,

kelelahan, dan depresi

5. Indikasi tindakan ROM

Indikasi tindakan ROM menurut Haryono & Utami, (2021) antara lain:

a. Kelemahan otot

b. Penurunan kesadaran

c. Pasien dengan tirah baring lama

d. Fase rehabilitasi fisik

6. Kontraindikasi ROM

Kontraindikasi pada latihan ROM antara lain:

a. Kelainan sendi atau tulang

b. Pasien fase imobilisasi karena penyakit jantung

c. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat

mengganggu proses penyembuhan cedera


43

d. ROM tidak boleh dilakukan apabila kondisi pasien berada dalam

tekanan darah yang tinggi

7. Prinsip dasar tindakan ROM

Prinsip dasar latihan ROM menurut Zairin Noor, (2018) antara lain:

a. Latihan ROM dilakukan sekitar 6-8 kali dan harus dikerjakan

minimal 2 kali dalam sehari.

b. Perhatikan umur pasien, diagnosa pasien, tanda-tanda vital pasien

dan lamanya tirah baring pasien.

c. Latihan ROM dilakukan harus dengan hati-hati dan perlahan

sehingga tidak melelahkan pasien.

d. Adapun bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM

adalah tangan, jari, siku, bahu, leher, kaki, tumit serta pergelangan

kaki.

e. Latihan ROM harus dilakukan sesuai dengan waktu yang tepat,

misalnya setelah melakukan perawatan atau mandi.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan menurut Hidayat & Uliyah, (2014) terhadap

masalah gangguan aktivitas/mobilitas serta pengkajian fisik secara umum

yang berhubungan dengan gangguan gerakan otot yaitu:

a. Identitas

1) Identitas pasien
44

Meliputi nama, alamat, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,

pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk

rumah sakit, nomor rekam medik.

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku

bangsa, hubungan dengan pasien.

b. Keluhan utama pasien

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak

dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat

klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,

muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan

separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, penyakit

jantung, anemia, riwayat trauma kepala. Pengkajian pemakaian obat-

obatan yang sering digunakan klien seperti pemakaian obat

antihipertensi, antilipidemia. Pengkajian riwayat penyakit yang

berhubungan dengan gangguan aktivitas, misalnya adanya riwayat

penyakit sistem neurologis (trauma kepala, peningkatan tekanan


45

intracranial, dan lain-lain), riwayat penyakit muskuloskeletal

(osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem kardiovaskuler

(infark miokard, gagal jantung kongestif).

e. Riwayat pola aktivitas

1) Tingkat aktivitas sehari-hari

Meliputi: pola aktivitas sehari-hari, jenis aktivitas, frekuensi, dan

lamanya aktivitas fisik

2) Tingkat kelelahan Meliputi: riwayat sesak napas, aktivitas yang

membuat lelah, jantung berdebar.

3) Gangguan pergerakan Meliputi: penyebab gangguan pergerakan,

tanda dan gejala, efek dari gangguan pergerakan.

f. Pemeriksaan fisik

1) Tingkat kesadaran

Pengkajian status mental dengan mengobservasikan tingkah laku,

penampilan, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Ada

tujuh tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis, delirium,

somnolen, sopor, semi koma, koma.

Skala GCS:

a) Reflek membuka mata

Spontan :4

Dengan perintah :3

Dengan rangsangan nyeri :2

Tidak berespon :1
46

b) Reflek verbal

Berorientasi baik :5

Bicara membingungkan :4

Kata-kata tidak tepat :3

Suara tidak dapat dimengerti :2

Tidak berespon :1

c) Reflek motoric

Ikuti perintah :6

Melokalisasi nyeri :5

Menarik area nyeri :4

Fleksi abnormal :3

Ekstensi :2

Tidak berespon :1

2) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

Biasanya pasien dengan SNH memiliki riwayat tekanan darah

tinggi dengan tekanan sistole lebih dari sama dengan 140 dan

diastole lebih dari sama dengan 90.

b) Respiration rate

Biasanya pasien stroke non hemoragik mengalami gangguan

bersihan jalan napas.

c) Nadi

Nadi biasanya normal 60-100 x/menit


47

d) Suhu tubuh

Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke

non hemoragik.

3) Postur tubuh

Ada tiga jenis postur tubuh, yaitu skoliosis, kifosis, lordosis.

4) Ekstremitas

Pengkajian ekstremitas pada pasien stroke, meliputi: gangguan

sensori, atrofi, tremor, gerakan tak terkendali, kemampuan

berjalan, kemampuan duduk, kemampuan berdiri, nyeri sendi,

kekuatan sendi.

5) Head to toe

a) Kepala dan rambut : catat bentuk kepala, penyebaran rambut,

kebersihan rambut, ada atau tidak lesi, hematoma.

b) Mata : Biasanya konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

pupil isokor, kelopak mata tidak oedema.

c) Hidung : Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen,

tidak ada pernapasan cuping hidung.

d) Mulut : catat ada atau tidaknya sianosis, mukosa bibir, bau

mulut, kebersihan mulut.

e) Telinga : catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda

asing, perdarahan dan serumen.

f) Leher : catat ada atau tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.

g) Pemeriksaan thorax / dada


48

(1) Paru-paru

(a) Inspeksi : catat ada atau tidaknya lesi.

(b) Palpasi : pergerakan sama atau simetris, fremitus raba

sama, ada atau tidaknya nyeri tekan.

(c) Perkusi : suara sonor, tak ada redup atau suara

tambahan lainnya.

(d) Auskultasi : catat suara nafas normal, wheezing atau

ronkhi, atau suara tambahan lainnya seperti stridor.

(2) Jantung

(a) Inspeksi : catat tampak atau tidak iktus cordis jantung.

(b) Palpasi : iktus cordis tidak teraba, ada atau tidaknya

nyeri tekan.

(c) Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, suara jantung

tambahan.

h) Abdomen

(1) Inspeksi: bentuk datar, tidak ada asites

(2) Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar

(3) Perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan

(4) Auskultasi : peristaltik usus normal ± 5-30 kali/menit

i) Inguinal-Genitalia-Anus : tidak ada hernia, tidak ada

pembesaran limpa, taka da kesulitan BAB, kebersihan area

genitalia

j) Integumen : warna kulit, turgor kulit, kebersihan


49

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien penyakit Stroke menurut PPNI,

(2016) sebagai berikut:

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan

otot.

b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

neuromuskular.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut PPNI, (2018) pada pasien SNH

meliputi:

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan

otot.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien dapat menunjukkan peningkatan mobilitas.

Kriteria hasil : pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot

meningkat, rentang gerak (ROM) meningkat.

Intervensi: Dukungan mobilisasi

Observasi

1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai

mobilisasi
50

4) Monitor mobilisasi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik

1) Fasilitasi melakukan pergerakan (mis. latih pasien ROM)

2) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat

tidur)

3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan

pergerakan

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan.

Kolaborasi

1) Kolaborasi dengan fisioterapis dalam pelaksanaan latihan ROM

b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

neuromuskular.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien dapat menunjukkan peningkatan komunikasi

verbal.

Kriteria hasil : kemampuan berbicara meningkat, kemampuan

mendengar meningkat, kesesuaian ekspresi wajah meningkat, kontak

mata meningkat.

Intervensi : Promosi Komunikasi: Defisit Bicara

Observasi
51

1) Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara

2) Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan

dengan bicara (mis. memori, pendengaran, dan bahasa)

3) Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk

komunikasi

Terapeutik

1) Gunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata

berkedip).

2) Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis. berdiri di

depan pasien, dengarkan dengan seksama, bicaralah dengan

perlahan sambil menghindari teriakan)

3) Ulangi apa yang disampaikan pasien

4) Berikan dukungan psikologis

Edukasi

1) Anjurkan bicara perlahan

Kolaborasi

1) Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapi

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien dapat menunjukkan peningkatan perawatan diri.

Kriteria hasil : kemampuan mandi meningkat, kemampuan

mengenakan pakaian meningkat, kemampuan makan meningkat,

kemampuan ke toilet meningkat.


52

Intervensi : Dukungan perawatan diri

Observasi

1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

2) Monitor tingkat kemandirian

3) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,

berhias dan makan.

Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. suasana hangat, rileks,

privasi)

2) Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi, sabun mandi)

3) Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri

4) Jadwalkan rutinitas perawatan

Edukasi

1) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai

kemampuan

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dalam proses

penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi

pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam,

2011).

5. Evaluasi Keperawatan
53

Evaluasi keperawatan adalah menilai seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya berhasil dicapai.

Evaluasi dilakukan bersama pasien sehingga perawat dapat mengambil

keputusan untuk mengakhiri rencana tindakan keperawatan (pasien

mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan) dan meneruskan rencana

tindakan (pasien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai

tujuan) (Nursalam, 2011).

Evaluasi dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan

dengan berorientasi pada masalah yang dialami oleh pasien.


54

E. KONSEP EVIDENCE BASED NURSING

Table 2 1 Konsep Evidence Nursing


Hasil Telaah Jurnal

Kriteria Inklusi Eksklusi


Populasi Pasien yang menderita stroke Pasien stroke yang
non hemoragik mempunyai riwayat
hipertensi menahun.
Intervensi latihan ROM pasif latihan ROM pasif .
Comparasi Tidak ada pembanding Tidak ada pembanding
(pembanding)
Outcome (hasil) kegunaan dari latihan ROM Latihan range of
adalah untuk mencegah motion (ROM)
kekakuan dan kontraktur otot, merupakan bagian dari
meningkatkan kekuatan otot, proses rehabilitasi
merangsang sirkulasi darah, untuk mencapai tujuan
serta mempertahankan fungsi yaitu meningkatkan
jantung dan pernapasan. kekuatan otot. Latihan
Kelebihan dari latihan ROM beberapa kali dalam
adalah gerakan mudah, dapat sehari dan dilakukan
dilakukan dimana saja, tidak pengulangan setiap
membutuhkan alat. Adapun gerakan agar latihan
kekurangan dari latihan ROM tersebut dapat optimal
adalah membuat pasien bosan di lakukan sehingga
karena gerakan yang dilakukan dapat mencegah
sama dan diulang-ulang. terjadinya komplikasi
yang akan menghambat
pasien untuk dapat
mencapai kemandirian
dalam melakukan
fungsinya sebagai
manusia
Studi design and Metode yang digunakan dalam Jenis Penelitian
publication type penelitian ini adalah literature merupakan systemic
(desain studi dan review. Penelitian ini akan review dimana
jenis publikasi) mensintesis literature kekuatan pencarian sumber
dari otot pada pasien SNH. referensi dilakukan
Penilaian kekuatan otot akan secara nyata. Setelah
dilakukan 2x sebelum dan menggumpulkan data
sesudah prosedur latihan dan informasi, semua
ROM. data diseleksi sesuai
55

Literatur review ini dilakukan dengan kriteria inklusi


dengan metode: Membaca dan ekslusi kemudian
tulisan-tulisan ilmiah terkait diseleksi kerelevanan
metode yang digunakan dalam menggunakan Duffy’s
penulisan ini. Sumber jurnal Research Appraisal
yang digunakan google Checklist Approach,
scholar, Garuda Garba, dan dilanjutkan dengan
jurnal kesehatan terindeks di analisis kompratif
Indonesia. untuk melihat
perbandingan antara
pikiran utama karya
tulis ini dengan
beberapa teori yang
relevan
Publication years 2020 2019
(tahun publikasi)
Language (bahasa) Indonesia Bahasa Indonesia
56

1. Critical Appraisal
Problem/pasien (p) : Pasien stroke yang mengalami gangguan mobilitas fisik

Intervention (i) : Gerakan ROM (Range Of Motion)

Comparison (c) : Tidak ada pembanding

Outcome (o) : Mencegah kekakuan dan kontraktur otot, meningkatkan kekuatan otot, merangsang sirkulasi darah, serta

mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.

Klinis : Apakah gerakan ROM (Range Of Motion) dapat mengatasi permasalahan yang dialami pasien stroke?

Matriks Sintesis Validitas, Importancy dan Applicability Jurnal yang ditelusuri

Table 2 2 Critical Appraisal

JOURNAL VALIDITY IMPORTANCY APLICABILITY


Judul: V1 : Penulis menganalisa penelitian Pada penelitian ini
Efektivitas Range Of Pada jurnal ini menggunakan di atas, bahwa Range Of menjelaskan manfaat dari
Motion (Rom) Aktif-Asistif: sampel penelitian sebanyak 20 Motion (ROM) jika dilakukan pemberian efektivitas range
Spherical Grip Terhadap responden dengan mengukur sedini mungkin dan dilakukan of motion (rom) aktif-asistif:
Peningkatan Kekuatan Otot kekuatan otot sebelum dan dengan benar dan secara terus- spherical grip terhadap
Ekstremitas Atas Pada sesudah diberikan intervensi menerus akan memberikan peningkatan kekuatan otot
57

Pasien Stroke Di Rsud data primer didapatkan dari dampak pada kekuatan otot. ekstremitas atas pada pasien
Tugurejo Semarang data pengukuran derajat Latihan ROM ratarata dapat stroke di rsud tugurejo
peningkatan kekuatan otot meningkatkan kekuatan otot semarang. Sehingga dapat
Penulis: menggunakan skala kekuatan serta pengaruh dari kekuatan diterapkan sebagai evidence
Febrina Sukmaningrum, Sri otot. Sedangkan daata otot. Pemberian metode base practice dalam
Puguh Kristiyawati, sekunder diperoleh dari rekam range of motion aktif ini pemberian asuhan
Achmad Solechan. medis pasien meliputi bertujuan untuk melatih keperawatan non-farmakologi
identitas responden yang kelenturan dan kekuatan otot pada pasien stroke.
Tahun Publikasi: terdiri atas nama, jenis serta sendi dengan cara
2018 kelamin, umur, diagnosa menggunakan otot ototnya
penyakit, serta catatan medik, secara aktif atau mandiri
catatan keperawatan di ruang sehingga menjadi lebih efektif
rawat inap. Kriteria inklusi dalam upaya meningkatkan
pada penelitian ini yaitu kekuatan otot. Berdasarkan
pasien stroke yang mengalami hasil analisa diatas didapatkan
hemiperesis. Sedangkan adanya pengaruh latihan Range
kriteria ekslusinya pasien yang Of Motion (Aktif) Aktif
tidak bisa melakukan rom terhadap peningkatan kekuatan
aktif, Teknik pengambilan otot ekstremitas bawah pada
58

sampel pada penelitian ini lansia Pada penelitian ini


menggunakan teknik menemukan dari 20 responden,
purposive sampling. didapatkan beberapa responden
Kesimpulan : tidak mengalami kenaikan nilai
Penelitian ini menjelaskan kekuatan otot. (Sukmaningrum,
kriteria inklusi dan eksklusi 2012)
dengan baik, tetapi tidak
mencantumkan kriteria drop
out sampel.
Metode pengambilan sampel
bersifat non random, dengan
menetapkan subjek yang
memenuhi kriteria penelitian
yang dimasukan dalam kurun
waktu tertentu.

V2 :
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian cross
59

sectional dengan melakukan


observasi atau pengukuran
variabel sekali dan sekaligus
pada waktu yang sama.
Dengan Teknik sampel
menggunakan metode
purposive sampling. Diberikan
latihan ROM aktif-asistif:
spherical grip dan setelahnya
dilakukan pengukuran derajat
kekuatan otot untuk
mengevaluasi terjadinya
peningkatan kekuatan otot
diberikan selama 7 hari
dengan perlakuan 2 kali
sehari.
Kesimpulan :
Prosedur pemberian intervensi
dijelaskan cukup baik.
60

V3 :
Pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian
ini, menggunakan metode
purposive sampling. Sampel
di ambil dari populasi pasien
stroke rawat inap ruang
alamanda dan mawar di
RSUD Tugurejo semarang
sebanyak 20 responden. Hal
ini di karenakan ada 5 calon
responden yang tidak
memenuhi kriteria dalam
penelitian, 5 dari calon
responden tersebut, ada 2 yang
menolak menjadi responden
dan ada 3 dalam keadaan tidak
sadar
61

Kesimpulan :
Pemilihan sampel non
random, tidak dapat variabel
perancu dalam penelitian
tersebut.

V4:
Analisis dalam penelitian ini
menggunakan analisis dengan
uji statistik Wilcoxon Match
Pairs diperoleh nilai p rata-rata
pada hari ke-2 sore p=0,014 (<
0,05), selanjutnya pada hari ke-
3 sore p=0,046 (< 0,05),
selanjutnya pada hari ke-4 pagi
p=0,046 (< 0,05), dan
selanjutnya hari ke-6 pagi
p=0,046 (< 0,05).
62

Kesimpulan:
Ananlisis data yang dilakukan
tepat. Terdapat sajian data
univariat dan bivariate.

V5:
Pembahasan menyebutkan
bahwa hasil penelitian dari 20
responden, didapatkan
beberapa responden tidak
mengalami kenaikan nilai
kekuatan otot. Stroke
merupakan trauma neurologik
akut yang bermanifestasi
sebagai perdarahan atau infark
otak timbul karena iskemia
otak yang lama dan parah
63

dengan perubahan fungsi dan


struktur otak yang ireversible.
Daerah sekitar infark timbul
daerah penumbra iskemik di
mana sel masih hidup tetapi
tidak berfungsi. Daerah diluar
penumbra akan timbul edema
lokal atau hiperemis berarti sel
masih hidup dan berfungsi.
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan internal
causal validity dan eksternal
causal validity.
Judul : V1 Berdasarkan penelitian ini Terapi latihan range of
Pengaruh Terapi Latihan Penelitian ini dilakukan di penulis menganalisa bahwa motion (ROM) aktif dan
Range of Motion (ROM) ruang Poli Saraf RSUD Dr. M. dilakukannya terapi latihan pemberian kompres hangat
Aktif dan Kompres Hangat Yunus Bengkulu pada Tanggal Range of Motion (ROM) aktif dapat dilakukan pada pasien
Terhadap Kekuatan Otot 1-30 Juni 2021. Desain yang dan kompres hangat dapat penderita stroke dan pasca
Ekstremitas Pada Pasien digunakan dalam penelitian ini meningkatkan kekuatan otot stroke. Dilakukannya terapi
64

Post Stroke adalah Pre Eksperimental pada pasien stroke. Latihan ini mampu meningkatkan
menggunakan the One Group ROM aktif yang diprogramkan kekuatan otot ekstremitas dan
Pretest Postest Design. pada pasien stroke secara mobilitas fisik pasien stroke
Penyusun : Populasi dalam penelitian ini teratur terbukti berefek positif
- Devi Listiana adalah pasien post stroke baik dari segi fungsi fisik
- Fernalia dengan kekuatan otot maupun fungsi psikologis.
- Ghisca Nafalita Anjani ekstremitas 1-5 di Poli Saraf Fungsi fisik yang diperoleh
RSUD Dr. M. Yunus adalah mempertahankan
Tahun : Bengkulu tahun 2021. kelenturan sendi, kemampuan
2021 Sampel diambil menggunakan aktifitas, dan fungsi secara
teknik Accidental Sampling psikologis yang dapat
yaitu sebanyak 20 orang menurunkan persepsi nyeri dan
dengan kriteria inklusi : (1) tanda-tanda depresi pasien
bersedia menjadi responden pasca stroke. Penambahan
penelitian, (2) penderita kompres hangat pada pasien
penyakit stroke yang pasca stroke dapat
berkunjung di poli saraf (3) meningkatkan permeabilitas
laki-laki dan perempuan kapiler , meningkatkan
penderita stroke yang metabolisme selular,
65

mengalami hemiparesis merelaksasikan otot,


sinistra/dextra (4) kekuatan meningkatkan aliran darah ke
otot 1-5 (5) usia kurang dari suatu area, dan meredakan nyeri
65 tahun (6) responden yang dengan merelaksasikan otot.
bertempat tinggal di kota (Listiana et al., 2020)
Bengkulu
Judul: V1 : Range of motion (ROM) ini Berdasarkan hasil Systematic
Efektifitas Latihan ROM Sumber jurnal pada penelitian dapat memberikan efek yang Review yang telah dilakukan
Terhadap Peningkatan ini adalah menggunakan lebih pada fungsi otoric anggota tentang latihan range of
Kekuatan Otot Pada Pasien database google schoolar, ekstremitas pada pasien stroke. motion (ROM) terhadap
Stroke: Study Systematic pubmed, Science direct Efek dari latihan ini akan peningkatan kekuatan otot
Review dengan artikel tahun 2015- berdampak setelah latihan akan pada pasien stroke
2019, fulltext artikel yang terjadi peningkatan kekuatan disimpulkan bahwa latihan
Penulis: sesuai dengan tujuan otot. Dimana pelaksanaan ROM efektif dalam
Wahdaniyah Eka Pratiwi penelitian, terdapat ISSN, latihan ROM dapat dilakukan meningkatkan kekuatan otot.
Syahrim, Maria Ulfah merupakan jurnal intervensi minimal 2 kali sehari yaitu pada Dengan pemberikan latihan
Azhar, & Risnah latihan ROM terhadap pagi dan sore hari secara rutin yaitu 2x sehari setiap pagi
(Eka Pratiwi Syahrim et al., peningkatan kekuatan otot dengan durasi waktu 15-35 dan sore dengan waktu 15-35
2019) pada stroke. menit dan latihan dilakukan menit dan dilakukan 4 kali
66

tahun: Setelah menggumpulkan data minimal 4 minggu untuk pengulangan setiap gerakan.
2019 dan informasi, semua data mendapatkan hasil yang lebih Waktu pemberian latihan ini
diseleksi sesuai dengan optimal. Latihan Range Of sebaiknya lebih lama minimal
kriteria inklusi dan ekslusi Motion (ROM) dapat 4 minggu karena telah
kemudian diseleksi menimbulkan rangsangan terbukti berpengaruh terhadap
berdasarkan kerelevanan sehingga meningkatkan peningkatan kekuatan otot.
menggunakan Duffy’s aktivitas dari kimiawi Terapi tersebut
Research Appraisal Checklist neuromuskuler dan muskuler. direkomendasikan untuk
Approach, dilanjutkan dengan Rangsangan melalui digunakan karena tekniknya
analisis kompratif untuk neuromuskuler akan sederhana, tidak
melihat perbandingan antara meningkatkan rangsangan pada membutuhkan alat dan bahan,
pikiran utama karya tulis ini serat saraf otot ekstremitas tidak memerlukan
dengan beberapa teori yang terutama saraf parasimpatis kemampuan khusus untuk
relevan, dan untuk selanjutnya yang merangsang untuk menerapkannya dan dapat
memberikan rekomendasi produksi asetilcholin, sehingga dilakukan oleh semua pasien
teknik non farmakologi yang mengakibatkan kontraksi. stroke yang mengalami
dapat digunakan untuk Mekanisme melalui muskulus kelemahan otot.
meningkatkan kekuatan otot terutama otot polos ekstremitas
pada pasien stroke yang akan meningkatkan metabolism
67

mengalami hemiparesis. pada metakonderia untuk


Kesimpulan : menghasilkan ATP yang
Penelitian ini menjelaskan dimanfaatkan oleh otot
bahwa tidak ada kriteria ekstremitas sebagai energi
inklusi, kriteria ekslusi dan untuk kontraksi dan
drop out sampel. Karena jenis meningkatan tonus otot polos
penelitian ini merupakan jenis ekstremitas.
penelitian literature Riview.

V2 :
Berdasarkan hasil pencarian
artikel penelitian, didapatkan
285 jurnal yang membahas
tentang Latihan ROM pada
stroke, namun terdapat 6
jurnal yang membahas tentang
latihan ROM terhadap
peningkatan kekuatan otot
pada pasien stroke
68

berdasarkan kriteria inklusi


dan lembar penilaian Duffy’s
Research Appraisal Checklist
Approach. Penulis mengambil
artikel dilihat dari segi
aplikabilitas intervensi dan
sesuai dengan kriterian inklusi
yang telah ditetapkan yaitu
artikel tahun 2015-2019,
fulltext artikel yang sesuai
dengan tujuan penelitian,
terdapat ISSN, merupakan
jurnal intervensi latihan ROM
terhadap peningkatan
kekuatan otot pada stroke.

Kesimpulan :
Prosedur pengambilan jurnal
69

dilakukan dengan cara


research dan lebih spesifik
untuk pengaruh ROM pada
otot sesuai dengan lembar
penilaian Duffy’s Research
Appraisal Checklist
Approach..

V3 :
Terdapat 6 Jurnal yang terpilih
berdasarkan kriteria inklusi
dan lembar penilaian Duffy’s
Research Appraisal Checklist
Approach,dari 6 jurnal yang
terpilih terdapat 2 jenis latihan
ROM yang efektif dalam
meningkatkan kekuatan otot
yaitu Range of Motion (ROM)
pasif dan aktif. Pemberikan
70

latihan ROM yaitu 2x sehari


setiap pagi dan sore dengan
waktu 15-35 menit dan
dilakukan 4 kali pengulangan
setiap gerakan selama 4
minggu latihan.
Kesimpulan :
Hasil penelitian merupakan
adopsi dari 6 jurnal yang
sebelumnya saling kuat
berhubungan.

V4:
Berdasarkan uji statistik dalam
jurnal pada tabel 4.1
menggunakan uji Wilcoxon
dan Uji Paired Ttest dengan
nilai p = 0,000 atau α<0, 05
yang menunjukkan signifikan
71

atau ada pengaruh latihan


range of motion (ROM) pasif
atau aktif dalam menangani
masalah kelemahan otot pada
pasien stroke. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa latihan
range of motion (ROM)
efektif diberikan pada pasien
stroke yang mengalami
kelemahan otot khususnya
pada ekstremitas karena dapat
meningkatkan kekuatan otot.
Penulis menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh dalam
meningkatan kekuatan otot
pada pasien stroke dengan
latihan Range of motion aktif
maupun pasif. Latihan Range
of motion harus dilakukan
72

secara rutin dan terprogram.


Kesimpulan:
Hasil tersebut menunjukkan
bahwa latihan range of motion
(ROM) efektif diberikan pada
pasien stroke yang mengalami
kelemahan otot khususnya
pada ekstremitas karena dapat
meningkatkan kekuatan otot.

V5:
Latihan range of motion ini
dapat memulihkan
kemandirian atau mengurangi
tingkat ketergantungan pasien
supaya pasien dapat hidup
mandiri dan optimal seperti
sebelum terserang stroke.
Sehingga latihan ROM dapat
73

dikaitkan dengan teori


keperawatan tentang teori
adaptasi Calista Roy.
Pada stroke klien dapat
mengalami kelemahan otot
satu sisi maupun kelumpuhan
akibat hilangnya control
gerakan volunter oleh otak.
Keadaan ini dapat
mengakibatkan kerusakan
mobilitas fisik dan juga pasien
mengalami ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas
seharihari (ADL), maupun
perawatan diri

Kesimpulan:
Terdapat hubungan yang
74

berpengaruh dari masing-


masing artikel yang telah
dianalisis menunjuakan bahwa
ROM efektif untuk pasien
stroke dengan gangguan pada
ekstremitas.
Judul: V1 : Berdasarkan empat jurnal Berdasarkan literature review
Penerapan Prosedur Metode yang digunakan dalam tersebut kegunaan dari latihan yang dilakukan terkait ROM
Latihan Range Of Motion penelitian ini adalah literature ROM adalah untuk mencegah dengan peningkatan kekuatan
(ROM) Pasif Sedini review. Penelitian ini akan kekakuan dan kontraktur otot, otot pasien stroke dapat
Mungkin Pada Pasien mensintesis literature meningkatkan kekuatan otot, disimpulkan ROM harus
Stroke Non Hemoragik kekuatan dari otot pada pasien merangsang sirkulasi darah, dilakukan sedini mungkin
(SNH) SNH. Penilaian kekuatan otot serta mempertahankan fungsi dan secara terus menerus
akan dilakukan 2x sebelum jantung dan pernapasan. minimal pelaksanaan 4
Penulis: dan sesudah prosedur latihan (Kusuma & Sara, 2020) minggu. Latihan ROM harus
Anita Shinta Kusuma dan ROM Kelebihan dari latihan ROM dilakukan sedini mungkin
Oktavia Sara Kesimpulan : adalah gerakan mudah, dapat untuk mencegah terjadinya
tahun: Penelitian ini menjelaskan dilakukan dimana saja, tidak komplikasi stroke
2020 merupakan Literature Review membutuhkan alat. Adapun (kontraktur), melancarkan
75

dimana merupakan analisis kekurangan dari latihan ROM sirkulasi peredaran darah, dan
dari beberapa jurnal/artikel adalah membuat pasien bosan meningkatkan kualitas hidup.
penelitian karena gerakan yang dilakukan Pemberian latihan ROM
sama dan diulang-ulang. dengan durasi waktu 15-35
V2 : Menanggapi kekurangan dari menit dilakukan 2x perhari di
Literatur review ini dilakukan latihan ROM, maka penulis pagi dan sore. Latihan ROM
dengan metode: Membaca menambahkan beberapa yang dilakukan berkelanjutan
tulisan-tulisan ilmiah terkait alternatif selain dengan latihan terbukti dapat meningkatkan
metode yang digunakan dalam ROM berdasarkan sumber kekuatan otot, meningkatkan
penulisan ini. Sumber jurnal penelitian untuk meningkatnya ADL dan kekuatan otot,
yang digunakan google kekuatan pada otot pasien pasien terhindar dari depresi
scholar, Garuda Garba, dan stroke. serta dapat meningkatkan
jurnal kesehatan terindeks di kualitas hidup pada pasien
Indonesia. Mengevaluasi stroke.
semua tulisan ilmiah yang
dibaca Penulis mengevaluasi
kesesuaian topic artikel satu
dengan yang lainnya,
kesamaan prosedur intervensi
76

yang dianalisis, validitas


jurnal dan fokus studi, dan
membuat ringkasan dalam
tabel. Terakhir membuat dan
menyimpulkan satu cerita
ilmiah yang lengkap tentang
latihan ROM efektif
meningkatkan kekuatan pada
otot pasien SNH.
Kesimpulan :
Prosedur penelitian ini
dijelaskan sesuai dengan
prosedur yang dilakukan
untuk pola penelitian literature
review.

V3 :
Penggunaan intervensi
tersebut diharapkan dapat
77

memberikan perubahan
Activity Daily Living (ADL),
meningkatnya kekuatan otot
serta mencegah depresi yang
dapat muncul pada pasien.
ROM yang dilakukan sedini
mungkin mampu
meningkatkan kekuatan otot
dan kualitas hidup pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara
penerapan prosedur latihan
ROM pasif sedini mungkin
pada Pasien SNH terhadapat
kenaikan kekuatan otot.
Kesimpulan :
Peneliti menjelaskan latar
belakang dari formasi
literature review 4 jurnal dan
78

artikel penelitian terkait.

V4:
Setelah penulis menganalisis
empat jurnal tersebut banyak
kesamaan yaitu meningkatnya
kekuatan otot setelah diberikan
ROM. Penulis memberikan
argument bahwa ROM harus
dilakukan sedini mungkin
setelah pasien terkena stroke
dan waktu pelaksanaannya
minimal 4 minggu.

Kesimpulan:
Merupakan hasil analisis dari
masing-masing artikel yang
telah di analisis serta
digabungkan secara
79

keseluruhan

V5:
Berdasarkan literature review
yang dilakukan terkait ROM
dengan peningkatan kekuatan
otot pasien stroke dapat
disimpulkan ROM harus
dilakukan sedini mungkin dan
secara terus menerus minimal
pelaksanaan 4 minggu. Latihan
ROM harus dilakukan sedini
mungkin untuk mencegah
terjadinya komplikasi stroke
(kontraktur), melancarkan
sirkulasi peredaran darah, dan
meningkatkan kualitas hidup.
Pemberian latihan ROM
dengan durasi waktu 15-35
80

menit dilakukan 2x perhari di


pagi dan sore.
Latihan ROM yang dilakukan
berkelanjutan terbukti dapat
meningkatkan kekuatan otot,
meningkatkan ADL dan
kekuatan otot, pasien terhindar
dari depresi serta dapat
meningkatkan kualitas hidup
pada pasien stroke.
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan internal
causal validity dan eksternal
causal validity.
Judul : V1 Penulis menganalisa penelitian Latihan ROM aktif ini dapat
Pengaruh Latihan Range of Pada jurnal ini menggunakan di atas, bahwa Range Of dilakukan pada lansia, latihan
Motion (ROM) Aktif sampel penelitian sebanyak 6 Motion (ROM) jika dilakukan ROM aktif ini mudah
Terhadap Peningkatan responden dengan gangguan sedini mungkin dan dilakukan dilakukan untuk melatih
Kekuatan Otot Ekstremitas fungsional otot dan sendi. dengan benar dan secara terus- kelenturan dan kekuatan otot
81

Bawah Lansia Sampel penelitian dilakukan menerus akan memberikan serta sendi dengan cara
dengan cara purposive sampling dampak pada kekuatan otot. menggunakan otot ototnya
Penulis : kepada 6 responden. Latihan ROM ratarata dapat secara aktif atau mandiri
- Adriani Kriteria inklusi pada penelitian meningkatkan kekuatan otot sehingga menjadi lebih
- Nurfatma Sari ini yaitu lansia yang mengalami serta pengaruh dari kekuatan efektif dalam upaya
gangguan fungsional otot dan otot. Pemberian metode meningkatkan kekuatan otot.
Tahun : sendi, yang bisa melakukan range of motion aktif ini
2019 ROM aktif, tidak mempunyai bertujuan untuk melatih
riwayat hipertensi. Sedangkan kelenturan dan kekuatan otot
kriteria eksklusi yaitu lansia serta sendi dengan cara
yang tidak bisa melakukan menggunakan otot ototnya
ROM aktif dan lansia yang secara aktif atau mandiri
mempunyai riwayat hipertensi. sehingga menjadi lebih efektif
dalam upaya meningkatkan
Kesimpulan : kekuatan otot. Berdasarkan
Penelitian ini menjelaskan hasil analisa diatas didapatkan
kriteria insklusi dan ekslusi adanya pengaruh latihan Range
dengan baik, tetapi tidak Of Motion (Aktif) Aktif
menentukan kriteria droup out terhadap peningkatan kekuatan
82

sampel. Metode pengambilan otot ekstremitas bawah pada


sampel tidak berdasarkan lansia di PSTW Kasih Sayang
kelompok control dan kelompok Ibu Batusangkar.
intervensi Pada penelitian ini dijelaskan
bahwa terapi ROM aktif dapat
V2 meningkatkan kekuatan otot
Penelitian ini menggunakan dari sebelum dilakukan
desain penelitian pra experiment intervensi dan ROM aktif dapat
dengan metode one group dilakukan kepada lansia sebagai
pretest-posttest design, dengan terapi tambahan. (Adriani &
menggunakan instrument Sary, 2019)
pengumpulan data yang
digunakan berupa lembar SOP
latihan ROM, lembar cek list
latihan ROM, lembar observasi
kekuatan otot, dan lembar
penuntun manual muscle test.
Intervensi dilakukan sebnyak 6
kali latihan selama 3 mminggu
83

dengan frekusni untuk 1 kali


latihan adalah 2 kali dalam
sehari yaitu selama 10 menit.

Kesimpulan :
Prosedur pemberian intervensi
dijelaskan dengan baik

V3
Pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini,
menggunakan metode purposive
sampling. Sampel di ambil dari
populasi pasien stroke Tidak
terdapat variabel perancu dalam
penelitian ini

Kesimpulan :
84

Pemilihan sampel non random,


tidak terdapat variabel perancu
dalam penelitian tersebut.

V4
Rata rata pengaruh kekuatan
otot pada lansia di PSTW Kasih
sayang iu batusangkar anatara
sebelum dan sesudah intervemsi
ROM adalah -0,548500 dengan
standar deviasi 0,084998. Hasil
uji statistik menunjukan bahwa
terdapat pengaruh latihan Range
Of Motion (ROM) aktif terhadap
peningkatan kekuatan otot
ekstremitas bawah pada lansia di
PSTW Kasih Sayang Ibu
Batusangkar tahun 2018 .
V5
85

Penelitian ini sejalan dengan


penelitian yang dilakukan oleh
Safa’ah (2010). Dengan judul
pengaruh latihan Range Of
Motion terhadap kekuatan
peningkatan otot lanjut usia di
UPT pelayanan sosial lanjut
usia (Pasuruan) Kec. Babat
Kab.Lamongan didapatkan
peningkatan kekuatan otot
yang berarti pada lansia ROM.
Pada kelompok eksperimen,
sebagian besar (58%)
responden terdapat
peningkatan kekuatan otot
antara pre-test dan post-test,
sedangkan hampir
setengahnya (26%) responden
tidak dapat penurunan antara
86

pre-test dan post-test atau


dikatakan tetap, sebagian kecil
(16%) responden terdapat
penurunan antara pre-test dan
post-test.
87

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat pengaruh terapi latihan

range of motion (ROM) untuk meningkatkan otot ekstremitas pasien stroke

maupun pasca stroke. Mengingat bahaya dari penyakit stroke maka hal yang

lebih penting adalah dengan melakukan pencegahan dengan pengurangan

berbagai faktor risiko, seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,

hiperlipidemia, merokok dan obesitas. Saat serangan stroke pertama dapat

mencegah serangan stroke berulang demikian diharapkan Rumah Sakit bisa

memberikan layanan keperawatan yang lebih prima dengan meningkatkan

pelaksanaan edukasi secara teratur dengan struktur yang lebih baik terutama

dengan menggunakan media yang bervariasi seperti penggunaan booklet

tentang pelaksanaan ROM. Dengan demikian kesadaran pasien dan keluarga

untuk mau dan mampu melakukan latihan Range of Motion (ROM) akan

meningkat. Berdasarkan telaah jurnal yang telah dianalisis, latihan ROM ini

efektif dilakukan pada pasien stroke minimal 30 menit dalam sehari, efektif

dilakukan dipagi hari. Terdapat peningkatan anggota gerak ektreitas dalam

kurun waktu satu minggu rutin pasien melakukan ROM.

3. Standar Of Prosedure (SOP)

a. Pengertian Range of motion (ROM)

Range of motion (ROM) adalah tindakan atau latihan otot dan

persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas

karena penyakit, disabilitas atau trauma. Dimana pasien menggerakan


88

masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif

ataupun pasif.

b. Tujuan

1) Mencegah risiko atropi otot pada klien yang mengalami imobilisasi

2) Mencegah terjadinya kontraktur pada sendi

3) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot

4) Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot

c. Jenis ROM

1) ROM aktif : perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien

dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan

rentang gerak sendi normal (klien aktif).

2) ROM pasif : perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai

dengan rentang gerak yang normal (klien pasif).

3) ROM aktif dengan bantuan : klien melakukan gerakan ROM dengan

sedikit bantuan dari perawat.

d. Indikasi

Klien dengan tirah baring yang lama, klien dengan penurunan tingkat

kesadaran, kelemahan otot, dan fase rehabilitas fisik.

e. Kontra Indikasi

Klien dengan fraktur, kelainan sendi atau tulang, dank lien fase imobilisasi

karena kasus penyakit (jantung).

f. Pengkajian
89

1) Identifikasi kemampuan masing-masing sendi dalam meakukan

gerakan, pengkajian dapat pula dilakukan saat klien melakukan

aktivitasnya dengan mengobservasi kemampuan atau keterbatasan

dalam pergerakan.

2) Identifikasi daerah sendi terhadap tanda peradangan seperti

kemerahan, bengkak, nyeri saat sendi bergerak atau diam.

3) Identifikasi adanya deformitas atau perubahan bentuk pada sendi.

g. Gerakan ROM

Fleksi, ekstensi, hiperekstensi, rotasi, sirkumduksi, supinasi,

pronasi, abduksi, adduksi, dan oposisi.

h. Hal-hal Yang Perlu Diperhatian Saat melaksanakan latihan, perlu

diperhatikan:

1) Keterbatasan pergerakan atau ketidakmampuan menggerakkan sendi.

2) Bengkak, nyeri, kemerahan, krepitus, deformitas pada sendi.

3) Saat melakukan ROM pasif, berikan sokongan sendi.

4) Lakukan setiap gerakan dengan perlahan dan berhati-hati.

5) Setiap gerakan dilakukan sesuai kemampuan.

6) Hentikan gerakan latihan jika klien mengungkapkan ketidaknyamanan

seperti nyeri atau terjadi spasme pada daerah otot yang bersangkutan.

i. Kegiatan

1) Tahap Pra interaksi

Validasi nama klien, keadaan umum, tanda-tanda vital

2) Perisapan Alat
90

Alat yang digunakan untuk melakuka ROM yaitu geniometer (alat

ukur rentang gerak sendi).

3) Tahap Orientasi

a) melakukan 3S (senyum, sapa, salam) pada klien

b) mengidentifikasi kembali nama klien

c) menanyakan keadaan klien

d) memberikan kesempatan klien dan keluarga bertanya

e) posisikan klien dengan nyaman (duduk/telentang dengan posisi

litotomi)

f) cuci tangan

g) membaca basmallah

h) jaga privasi klien

4) Tahap kerja

Kaji kemampuan rentang gerak sendi

a) Gerakan leher :

(1) Fleksi : arahkan dagu ke sternum, upayakan untuk

menyentuh sternum (ROM 45 derajat).

(2) Extensi : posisikan kepala pada posisi semula atau netral

(ROM 45 derajat).

(3) Hiperextensi : gerakan kepala kea rah belakang atau

menengadah sejauh mungkin (ROM 10 derajat).

(4) Fleksi lateral : gerakan kepala kea rah bahu, lakukan sesuai

kemampuan (ROM 40-45 derajat).


91

(5) Rotasi : pertahankan wajah kea rah depan lalu lakukan

gerakan kepala memutar membentuk gerakan melingkar

(ROM 360 derajat).

b) Gerakan bahu :

(1) Fleksi : letakkan kedua lengan pada sisi tubuh, perlahan

angkat lengan ke arah depan mengarah ke atas kepala,

lakukan sesuai batas kemampuan (ROM 180 derajat).

(2) Extensi : gerakan lengan kembali mengarah kesisi tubuh

(ROM 180 derajat).

(3) Hiperextensi : pertahankan lengan pada sisi tubuh dengan

lurus, lalu perlahan gerakan lengan ke arah belakang tubuh

(ROM 45-60 derajat).

(4) Abduksi : angkat lengan lurus kearah sisi tubuh hingga

berada di atas kepala dengan mengupayakan punggung

tangan mengarah ke kepala dan telapak tangan ke arah luar

(ROM 180 derajat).

(5) Adduksi : turunkan kembali lengan mengarah pada tubuh dan

upayakan lengan menyilang di depan tubuh semampu klien.

(6) Rotasi internal : lakukan fleksi pada siku 45 derajat,

upayakan bahu lurus dan tangan mengarah ke atas, lalu

gerakkan lengan kea rah bawah sambil mempertahankan siku

tetap fleksi dan bahu tetap lurus.


92

(7) Rotasi external: dengan siku yang dalam keadaan fleksi,

gerakkan kembali lengan ke arah atas hingga jari-jari

menghadap ke atas (ROM 90 derajat).

(8) Sirkumduksi : luruskan lengan pada sisi tubuh, perlahan

lakukan gerakan memutar pada sendi bahu (ROM 360

derajat).

c) Gerakan siku :

(1) Fleksi : angkat lengan sejajar bahu. Arahkan lengan ke depan

tubuh dengan lurus,posisi telapak tangan menghadap ke atas,

perlahan gerakkan lengan bawah mendekati bahu dengan

membengkokkan pada siku dan upayakan menyentuh pada

bahu (ROM 150 derajat).

(2) Extensi : gerakkan kembali lengan hingga membentuk posisi

lurus dan tidak bengkok pada siku (ROM 150 derajat).

d) Gerakan lengan :

(1) Supinasi : rendahkan posisi lengan, posisikan telapak tangan

mengarah keatas (ROM 70-90 derajat).

(2) Pronasi : gerakkan lengan bawah hingga telapak tangan

menghadap keatas (ROM 70-90 derajat).

e) Gerakan pergelangan tangan :

(1) Fleksi : luruskan tangan hingga jari-jari menghadap kedepan,

perlahan gerakkan pergelangan tangan hingga jari-jari

mengarah ke bawah (ROM 80-90 derajat).


93

(2) Extensi : lakukan gerakan yang membentuk kondisi lurus

pada jari-jari, tangan dan lengan bawah (ROM 80-90 derjat)

(3) Hiperektensi : gerakkan pergelangan tangan, hingga jari-jari

mengarah kearah atas. Lakukan sesuai kemampuan.

(4) Abduksi : gerakan pergelangan tangan dengan gerakan

kearah ibu jari (ROM 30 derajat).

(5) Adduksi : gerakkan pergelangan tangan secara lateral dengan

gerakan kearah jari kelingking (ROM 30-50 derajat).

f) Gerakan jari tangan :

(1) Fleksi : lakukan gerakkan mengepal (ROM 90 derajat).

(2) Extensi : luruskan jari-jari (ROM 90 derajat).

(3) Hiperextensi : bengkokkan jari- jari kearah belakang sejauh

mungkin (ROM 30-60 derajat).

(4) Abduksi : renggangkan seluruh jari-jari hingga ke 5 jari

bergerak saling menjauhi

(5) Adduksi : gerakkan kembali jari-jari hingga ke 5 jari saling

berdekatan

g) Gerakan pinggul :

(1) Fleksi : arahkan kaki kedepan dan angkat tungkai perlahan

pada posisi lurus, (ROM 90-120 derajat).

(2) Extensi : turunkan kembali tungkai hingga berada pada posisi

sejajar dengan kaki yang lainnya (ROM 90-120 derajat).


94

(3) Hiperextensi : luruskan tungkai, perlahan gerakan tungkai

kearah belakang menjauhi tubuh (ROM 30-50 derajat).

(4) Abduksi : arahkan tungkai dengan lurus menjauhi sisi tubuh

kearah samping (ROM 30-50 derajat).

(5) Adduksi : arahkan tungkai dengan lurus mendekati sisi tubuh,

lakukan hingga kaki dapat menyilang pada kaki yang lain

(ROM 30-50 derajat).

(6) Rotasi internal : posisikan kaki denga jari-jari menghadap

kedepan, perlahan gerakkan tungkai berputar kearah dalam

(ROM 90 derajat).

(7) Rotasi eksternal : arahkan kembali tungkai ke posisi semula

yaitu posisi jari kaki menghadap kedepan (ROM 90 derajat).

(8) Sikumduksi : gerakan tungkai dengan melingkar (ROM 360

derajat).

h) Gerakan lutut :

(1) Fleksi : bengkokkan lutut, dengan mengarahkan tumit hingga

dapat menyentuh paha bagian belakang (ROM 120-130

derajat).

(2) Extensi : arahkan kembali lutut hingga telapak kaki

menyentuh lantai (ROM 120-130 derajat).

i) Gerakan pergelangan kaki :


95

(1) Dorsifleksi : gerakan pergelangan kaki hingga jari kaki

mengarah keatas, lakukan sesuai kemampuan (ROM 20-30

derajat).

(2) Platarfleksi : gerakan pergelangan kaki hingga jari-jari

mengarah kebawah (ROM 20-30 derajat).

j) Gerakan kaki :

(1) Inversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan

telapak kaki kearah medial (ROM 10 derajat).

(2) Eversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak

kaki kearah lateral (ROM 10 derajat).

(3) Fleksi : arahkan jari-jari kaki ke bawah (ROM 30-60 derajat).

(4) Extensi : luruskan kembali jari-jari kaki (ROM 30-60

derajat).

(5) Abduksi : regangkan jari-jari kaki hingga jari-jari saling

menjauhi (ROM 15 derajat).

(6) Adduksi : satukan kembali jari-jari kaki hingga jari-jari

saling merapat (ROM 15 derajat).

k) Lafadzkan hamdallah bersama pasien

5) Tahap Evaluasi

a) Evaluasi hasil seluruh kegiatan

(1) Observasi reaksi nonferbal ketidaknyamanan (rasa nyeri)

(2) Tanyakan pada klien bagaimana perasaanya setelah

dilakukan tindakan
96

(3) Apa efek yang dirasakan klien setelah diberikan ROM?

Termasuk pikiran, perasaan, reaksi atau aktivitas

b) Beri feedback positif terhadap klien

c) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

d) Membereskan alat-alat

e) Cuci tangan

f) Mendokumentasikan hasil kegiatan


BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pada tanggal 9 Mei 2023

a. Data Umum

Tabel 3 1 Data Umum

Pasien 1 Pasien 2
1) Nama KK Tn. S Tn. R
2) Usia 63 Tahun 70 Tahun
3) Pendidikan SMA SMA
4) Pekerjaan Tidak Bekerja Tidak bekerja
5) Alamat Jln. Moh Toha, Gg. Jln. Moh Toha, Gg.
Ciburuy RT.06/RW.06 Kel Ciburuy RT.07/RW.06 Kel
Ciseureuh Kec. Regol Ciseureuh Kec. Regol
Kota Bandung Kota Bandung

6. Komposisi Keluarga
Tabel 3 2 Kompoisi Keluarga 1

Status
No Nama Umur JK Status Pendidikan Pekerjaan Imunisasi
Kesehatan
1. Tn. S 62 L Kepala SMA Tidak Tidak Sakit
Tahun keluarga Bekerja Lengkap
2. Tn. A 37 L Anak SMA Wiraswasta Lengkap Sehat
Tahun
3. Ny. L 35 P Menantu SMA IRT Lengkap Sehat
Tahun
4. An. R 7 L Cucu SD Pelajar Lengkap Sehat
Tahun

97
98

Tabel 3 3 Komposisi Keluarga 2

Status
No Nama Umur JK Status Pendidikan Pekerjaan Imunisasi
Kesehatan
1. Tn. R 70 L Kepala SMA Tidak Tidak Sakit
Tahun keluarga Bekerja Lengkap
2. Ny. Y 64 L Istri SMA IRT Tidak Sehat
Tahun Lengkap
3. Tn. D 40 L Anak SMA Wiraswast Lengkap Sehat
Tahun a
4. Ny. R 37 P Menantu SMA IRT Lengkap Sehat
Tahun
5. Tn. A 22 L Cucu SMA Wiraswast Lengkap Sehat
Tahun a
6. An. A 12 L Cucu SD Pelajar Lengkap Sehat
Tahun

7. Genogram

8.

68

37 35

Bagan 3 1 Genogram Keluarga 1


99

Pada saat dikaji, Istri Tn. S sudah meninggal 5 tahun yang lalu, Tn. S

dikaruniai 2 orang anak laki-laki, keduanya sudah menikah. Anak kedua Tn.S

sudah berpisah tidak tinggal bersama. Saat ini Tn. S tinggal bersama dengan

anaknya yang pertama beserta istri dan satu orang anaknya

64
70

37 40

Bagan 3 2 Genogram Keluarga 2


Pada saat dikaji, Tn. R dikaruniai 3 orang anak dengan 2 anak laki-laki dan 1 anak

perempuan. Anak Tn. R semuanya sudah menikah. Untuk saat ini Tn. R tinggal

bersama istrinya yaitu Ny.Y dan anak yang terakhir beserta suami dan 2 orang

anaknya.

Keterangan :

= Meninggal

= Laki-Laki

= Perempuan
100

= Tinggal Serumah

= Pasien

Tabel 3 4 Konsep Keluarga

No Komponen Keluarga 1 Keluarga 2


Tn. S merupakan tipe keluarga Tn. R merupakan tipe keluarga
orang tua tunggal (single keluarga inti. Tn. R dan Ny. Y
8. Tipe Keluarga parents) dikarenakan istri Tn. S masih tinggal bersama anaknya
sudah meninggal. yaitu anak yang ke 3 yaitu Ny. W
dan suami bserta satu orang anak.
Keluarga Tn. S berasal dari Keluarga Tn. R berasal dari suku
suku sunda asli. Bahasa yang sunda asli. Bahasa yang
digunakan sehari – hari adalah digunakan sehari – hari adalah
bahasa sunda dan bahasa bahasa sunda dan bahasa
9. Suku
indonesia. Tn. S tinggal pada indonesia. Tn. R tinggal pada
lingkungan yang masih ada lingkungan yang masih ada
hubungan keluarga dengan hubungan keluarga dengan latar
latar belakang suku yang sama. belakang suku yang sama.
Keluarga Tn. S beragama Keluarga Tn. R beragama Islam,
Islam, Tn. S rajin menjalankan Tn. R rajin menjalankan ibadah
ibadah sholat 5 waktu dan dulu sholat 5 waktu walaupun dirumah
sebelum dia mempunyai sambil duduk berjamaah dengan
penyakit stroke, Tn.S sering istrinya dan beliau terkadang suka
mengikuti kegiatan di mesjid. ke masjid untuk melaksanakan
Pasien mengatakan ibadah sholat jumat. pasien rajin
pelaksanaan ibadah sholat membaca al-quran untuk
dirumah dan selalu menghilangkan kebosanan. Pasien
10. Agama dilaksanakan tepat waktu, menerima dengan keadaan
pasien rajin membaca al-quran sakitnya sekarang dan selalu
setiap maghrib sembari berdoa kepada alloh SWT untuk
menunggu waktu isya. Pasien selalu sehat dan berkumpul
menerima dengan keadaan dengan anak cucunya
sakitnya sekarang dan selalu
berdoa kepada alloh SWT
untuk selalu sehat dan
berkumpul dengan anak
cucunya
Saat ini keuangan untuk Saat ini keuangan untuk
memenuhi kebutuhan sehari- memenuhi kebutuhan sehari-hari
Status Sosial
11. hari didapat dari pemberian didapat dari pemberian anak-
Ekonomi
anak-anaknya dikarenakan Tn. anaknya dikarenakan Tn. R sudah
S sudah tidak bekerja tidak bekerja
12. Aktifitas Keluarga Tn. S sudah lama Untuk saat ini biasanya keluarga
101

tidak rekreasi bersama Tn. R bersama keluarga besar tiap


Rekreasi keluarga, dan tidak ada agenda minggu selalu berkumpul di
Keluarga rutin untuk rekreasi keluarga rumahnya jarang menghabiskan
waktu untuk pergi rekreasi.

b. Riwayat Kesehatan

Tabel 3 5 Riwayat Kesehatan

No Komponen Keluarga 1 Keluarga 2


13. Riwayat Tn. S mengatakan dirinya Tn. R mengatakan dirinya
Kesehatan mengalami kaku dan sulit mengalami kaku dan kesulitan
Sekarang menggerakan kaki dan tangan untuk menggerakan kaki dan
di bagian kanan, untuk tangan bagian kanan.
bergerak Tn.S menggunakan Pasien tidak mengkonsumsi obat
tongkat. Kekuatan Otot apapun.
Ekstremitas atas 5/2 dan Kekuatan Otot Ekstremitas atas
ekstremitas bawah 5/3 3/5 dan ekstremitas bawah 3/5
Pasien tidak mengkonsumsi Hasil Pemeriksaan Tanda-tanda
obat apapun vital didapatkan:
Hasil Pemeriksaan Tanda- TD : 150/85 mmHg, Nadi:
tanda vital didapatkan: 96x/menit, S: 36,0oC, RR:
TD : 160/90 mmHg, Nadi: 22x/menit
106x/menit, S: 36,7oC, RR:
22x/menit
14. Riwayat Tn. S mengatakan dirinya Tn. R mengatakan dirinya
Kesehatan mempunyai riwayat hipertensi menderita stroke sejak tahun
Dahulu akan tetapi tidak dihiraukan 2021. Ia mengatakan dirinya
dan tidak dilakukan
sedang berjualan tiba-tiba terjatuh
pemeriksaan ke fasilitas
tidak sadarkan diri sampai
kesehatan. Hingga pada 3 akhirnya dirinya dibawa ke rumah
tahun yang lalu tekanan darahsakit dan sudah tidak bisa
Tn. S meningkat sampai menggerakan anggota ekstermitas
260/150 mmHg, pasien tidak kiri. Pasien tidak mengetahui
sadarkan diri dan dilarikan ke
dirinya mempunyai penyakit
rumah sakit daerah cianjur hipertensi karena tidak pernah
sampai pada akhirnya Tn. S diperiksa tekanan darah dan
menderita Stroke dibagian menganggap bahwa dirinya sehat-
ekstermitas kanan. sehat saja.
15. Riwayat Tn. S mengatakan terdapat Tn. R mengatakan dalam
Kesehatan anggota keluarga nya yang keluarganya tidak ada yang
Keluarga menderita stroke yaitu menderita stroke. Hanya saja
pamannya istrinya mempunyai riwayat
Hipertensi
16. Tahap Tn. S merupakan seorang yang Keluarga telah beradaptasi
Perkembanga sudah tidak bisa memenuhi sebagai keluarga usia tua, Ny. Y
102

n keluarga kebutuhan sehari-hari nya berperan sebagai istri yang


saat ini sendiri. Tahap perkembangan merawat suaminya ketika sakit
keluarga Tn. S sekarang dan dibantu dengan anak
termasuk ke dalam keluarga bungsunya. Jika Ny. Y atau Tn. R
dengan usia lanjut (aging sakit Anaknya yang bungsu yang
family member). merawat mereka.
Tn. R sudah tidak berpenghasilan
begitupun dengan istrinya
sehingga kebetuhan mereka
dipenuhi oleh anak-anaknya.
17. Tahap Kebutuhan perkembangan Kebutuhan perkembangan
perkembangan keluarga telah terpenuhi, keluarga telah terpenuhi, tinggal
keluarga yang tinggal memenuhi memenuhi perkembangan
belum perkembangan individu sesuai individu sesuai usia.
terpenuhi usia.
18. Riwayat Tn. S sudah 3 tahun dibawa Tn. R sudah menjalani rumah
keluarga Inti oleh anak pertamanya untuk tangga dengan Istrinya Ny. Y
tinggal serumah, sebelumnya selama 45 Tahun. Setelah Semua
Tn. S menjalani hidupnya anaknya sudah berumah tangga,
bersama istrinya di sebuah mereka hidup berpisah dengan
rumah di Kabupaten Cianjur. Tn. R kecuali anaknya yang
Sampai istrinya meninggal terakhir beserta suami dan
dunia 5 tahun yang lalu dan anaknya.
Tn. S menderita Stroke.
Rumahnya di Cianjur dijual
untuk biaya pengobatan dan
keberlangsungan hidup di
Bandung
19. Riwayat Tn. S masih berhubungan baik Hubungan antara pihak keluarga
Keluarga dengan anak-anaknya. Ny. Y dan keluarga dari Tn. R
Sebelumnya Khususnya anak yang kedua saat ini baik, masih sering
sering menjenguk dia apabila berkomunikasi lewat telepon
ada waktu senggang. seluler
Akan tetapi hubungan Tn. S
dengan Keluarga mendiang
istrinya sudah tidak baik.

c. Karakteristik Rumah

Tabel 3 6 Karakteristik Rumah

No Keluuarga 1 Keluarga 2
20. Rumah yang Rumah yang ditempati oleh Tn. Rumah yang ditempati saat ini
ditempati adalah S merupakan rumah kontrakan milik sendiri, berukuran 80
103

milik sendiri yang bersebrangan dengan m2 dengan 1 lantai yang


rumah anaknya. Satu bangunan terdiri dari 3 kamar tidur,
tidak terlalu luas. Didalamnya ruang tamu dan keluarga,
terdapat ruang makan yang dapur, satu wc yang bersatu
berbatasan dengan kamar tidur. dengan kamar mandi, tempat
Kondisi lantai belum memakai jemuran dan teras depan.
keramik ubin dan WC sekaligus Lantai rumah tampak bersih
kamar mandi berada diluar hal ini terlihat tidak nampak
rumah yang sifatnya jamban kotor pada lantai. Rumah yang
umum. didiaminya permanen,
dibangun di tanah milik
keluarga Tn.R
21. Karakteristik Lingkungan tetangga Tn. S Lingkungan tetangga berasal
tetangga dan merupakan lingkungan dari dari lingkungan yang sama.
Komunitas: orang-orang pendatang Hubungan dengan tetangga
sehingga di lingkungan baik, selama Tn. R tinggal di
tetangga nya sikap nya hanya daerah tempat tinggalnya tidak
sekedar bersapa saja tidak pernah ada masalah dengan
terlalu dekat. tetangga sekitar karena
Tn. S tidak pernah punya lingkungan sekitar rumah
masalah dengan lingkungan semua saling membantu,
sekitarnya. saling tolong menolong, dan
saling bersosialisasi satu sama
lain.
22. Mobilitas Keluarga Tn. S yang dekat Kerabat keluarga Tn. R tinggal
Geografis hanyalah anaknya saja karena dalam satu komunitas yang
Keluarga: tinggal di rumah yang sama dan sama. Untuk komunikasi
berdekatan. Akan tetapi untuk dengan keluarga
keluarga Tn. S yang lain tinggal menggunakan telepon seluler
di beberapa tempat yang atau menggunakan whatshapp.
berbeda. Untuk komunikasi Tn.
S menggunakan telepon seluler
milik anaknya.
23. Perkumpulan Tn. S cenderung jarang Tn. R sering berinteraksi
keluarga dan berpergian. Tn. S sering dengan tetangga di dekat
Interaksi dengan berinteraksi kepada orang yang rumahnya walaupun hanya
Masyarakat lewat depan rumahnya. sekadar menyapa, interaksi
Menurutnya sikap menantunya antara Tn. R dan anak–
kurang baik kepada dirinya lain anaknya sangat baik dan setiap
halnya dengan anaknya sendiri seminggu sekali anak–anak
yang sering memperthatikannya Tn. R sering berkumpul dan
dan datang menjenguknya. datang ke rumah Tn. R.
24. Sistem Tn. S mendapat dukungan dari Keluarga Tn. R mendapat
Pendukung anaknya yang pertama yaitu Tn. dukungan dari keluarga
keluarga A. Tn. A selalu tegas dan bijak terutama dari anak – anaknya
apabila ada keinginan dari Tn. untuk tidak boleh makan
104

S yang menurutnya dapat sembarangan dikarenakan


membahayakan kesehatannya. punya penyakit stroke dan
Tn. A juga sering memberikan hipertensi.
semangat kepada Tn. S agar
mau untuk beraktivitas dan
sedikit-sedikit bisa melepaskan
tongkatnya agar Tn. S ada
progress untuk sembuh dari
sakitnya.

Dapur Warung
Kamar 1 w
c
Jalan

w w
c Kamar 3 Kamar 2 c

Gambar 3 1 Gambar Denah Rumah Keluarga 1 (Tn. S)

Teras

Rumah Ruang Tamu


Kamar
1

Da Kamar
Toilet pur 2

Gambar 3 2 Gambar Denah Rumah Keluarga 2 (Tn. R)


105

d. Struktur Keluarga

Tabel 3 7 Struktur Keluarga

No Keluarga 1 Keluarga 2
25 Pola Pola komunikasi di Pola komunikasi yang Tn.
. Komunikasi keluarga Tn. S, cenderung R adalah pola komunikasi
Keluarga lebih tertutup karena Tn. A terbuka. Setiap anggota
khusus nya mempunyai keluarga bebas
keyakinan bahwa apabila menyampaikan pendapat
ada sesuatu yang atau keluhan dan selalu
mengganjal dikeluarganya, mengkomunikasikan semua
Tn. S tidak boleh tahu. masalah secara bersama
Karena ditakutkan menjadi hingga mendapatkan
beban fikiran. solusinya
26 Struktur Pemegang keputusan di Pemegang keputusan
. Kekuatan keluarga adalah Tn. A adalah Tn. R dikarenakan
Keluarga karena sebagai anak Tn. R seorang kepala
pertama dan seorang laki- keluarga sehingga semua
laki yang menggantikan keputusan diserahkan
kepala keluarga dari Tn. S kepada Tn. S.
27 Struktur Peran Formal Tn. S Peran formal Tn. R sebagai
. Peran sebagai orang tua selesai orang tua selesai
dikarenakan anak-anaknya dikarenakan anak –
sudah menikah dan anaknya sudah menikah
memiliki rumah tangga dan ada yang sudah
sendiri. Sehingga Tn. S lah bekerja, sehingga semua
yang banyak bergantung kebutuhan Tn.R dan
kepada anak-anaknya. istrinya disediakan oleh
anak-anaknya.
28 Nilai dan Nilai dan budaya yang Nilai dan budaya yang
. Norma dianut keluarga adalah dianut keluarga adalah
Budaya saling menghormati antara saling menghormati antara
anggota keluarga dan anggota keluarga dan saling
saling membantu. Nilai membantu. Nilai yang ada
yang ada dalam keluarga dalam keluarga merupakan
merupakan nilai agama nilai agama yang dianutnya
yang dianutnya yaitu yaitu agama Islam.
agama Islam.

e. Fungsi Keluarga

Tabel 3 8 Fungsi Keluarga

No Keluarga 1 Keluarga 2
106

29 Fungsi Afektif Hubungan keluarga Hubungan keluarga


. kurang harmonis antara harmonis, komunikasi
Tn. S dengan terbuka, sehingga ada
menantunya, saling interaksi antara
komunikasi tertutup anggota keluarga, jika
sehingga Tn. S tidak ada anggota keluarga
banyak mengetahui hal yang memiliki masalah
yang ada di keluarga mudah untuk
dikomunikasikan.
30 Fungsi Sosial Interaksi antar anggota Interaksi antar anggota
. keluarga kurang terjalin keluarga sudah terjalin
karena ada satu dan lain seperti pada umumnya,
hal terutama perbedaan terkadang terdapat
pendapat antara Tn.S masalah tetapi keluarga
dan anaknya. selalu dapat mengatasi
masalah tersebut.
31 Fungsi Perawatan
. Keluarga
a) Kemampuan Keluarga Tn. S sudah Keluarga Tn. R telah
keluarga mengetahui bahwa Tn. mengetahui bahwa Tn.R
mengenal S menderita stroke dan telah menderita Stroke
masalah hipertensi sejak 3 tahun sejak 2 tahun yang lalu.
kesehatan yang lalu. Sehingga Keluarga Tn. R selalu
keluarga sering menjaga pola makan
menjaga pola makan Tn.R agar tidak makan
dan aktifitas Tn. S agar makanan sembarangan
tidak memperburuk dikarenakan mempunyai
kondisinya. Walaupun penyakit diabetes
terkadang Tn. S sering
tidak mengindahkan hal
tersebut.
b) Kemampuan Dahulu Tn.S sering Tn. R sangat jarang
keluarga memeriksakan kondisi memeriksakan
untuk nya ke klinik di daerah kondisinya itu kef askes
mengambil Cibaduyut akan tetapi terdekat baik itu
keputusan karena keterbatasan puskesmas maupun
merawat ekonomi, keluarga rumah sakit dengan
menyarankan agar alasan rebut dan
berhenti kontrol ke menunggu lama serta
klinik dan Tn.S dirawat penanganan tetap biasa
dirumah saja dengan biasa saja. Sampai
menjaga faktor resiko akhirnya keluarga
yang memperburuk memutuskan untuk Tn.R
keadaan Tn.S meminum obat penurun
tekanan darah saja agar
tekanan darah Tn.R tetap
107

stabil.
c) Kemampuan Tn. A sering Keluarga selalu
keluarga mengingatkan agar mengingatkan Tn. R
merawat Tn.S tetap semangat untuk berolahraga yaitu
anggota menjalankan aktifitas senam 30 Menit sehari
keluarga yang yang mendorong ia dan berjemur serta
sakit untuk sembuh seperti menjaga pola makan agar
banyak menggerakan tidak makan makanan
anggota tubuhnya agar sembarangan.
tidak kaku dan sedikit
demi sedikit melepas
tongkatnya, akan tetapi
Tn.S belum bisa
menerimanya dengan
alasan belum bisa.
Selain itu Tn.A sering
mengingatkan agar
Tn.S mengatur pola
makannya agar lebih
sehat akan tetapi
sewaktu-waktu Tn. S
menolak dan ingin
memakan maakanan
yang menyebabkan
hipertensi.
d) Kemampuan Dari hasil observasi Dari hasil observasi
keluarga keluarga Tn.S bersikap terhadap lingkungan
memodifikasi acuh tak acuh dengan rumah Tn. R lantai rumah
lingkungan kondisi lingkungan tampak bersih hal ini
pasien. Hal ini ditandai terlihat tidak nampak
dengan kondisi rumah kotor pada lantai,
yang kumuh, kotor dan ventilasi cukup,
bau. Serta tempat tidur pencahayaan kurang, dan
yang jauh dari kata memiliki wc yang
higienis dan bersih. bersatu dengan kamar
mandi.
e) Kemampuan Tn. S tidak pernah Apabila penyakit Tn. R
keluarga memeriksakan kondisi dirasa semakin
untuk kesehatannya ke memburuk Tn.R sering
memanfaatka Puskesmas M.Ramdan dibawa ke rumah sakit
n fasilitas dengan alasan jauh dan Muhammadiyah
kesehatan tidak ada yang Bandung agar
yang ada mengantar pengobatan lebih
maksimal. Tn. R jarang
memeriksakan ke
puskesmas dengan alasan
108

kurang maksimal.
32 Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi Tn.S Fungsi reproduksi Tn.R
. sudah menurun sudah menurun
dikarenakan akibat dari dikarenakan akibat dari
faktor usia faktor usia
33 Fungsi Ekonomi Tn. S dinafkahi dan Tn. R dinafkahi dan
. diberi uang oleh Tn. A diberi uang oleh anak-
dikarenakan dirinya anaknya dikarenakan
sudah tidak bekerja dan dirinya sudah tidak
tidak mempunyai bekerja dan tidak
penghasilan . mempunyai penghasilan.

f. Stressor dan Koping Keluarga


Tabel 3 9 Stressor dan Koping Keluarga

No Keluarga 1 Keluarga 2
34. Stresor jangka Penyakit Stroke yang Penyakit Stroke yang di
pendek di derita Tn. S derita Tn. R merupakan
merupakan masalah masalah yang harus
yang harus segera segera ditangani karena
ditangani karena keluarga khususnya
keluarga khususnya Istrinya Ny.Y merasa
Istrinya Tn. A merasa khawatir jika
khawatir jika penyakit penyakitnya bertambah
Orangtuanya bertambah parah.
parah. Dan terjadi
kelumpuhan atau lebih
buruk
35. Kemampuan Jika terdapat salah satu Jika terdapat salah satu
Keluarga anggota keluarga yang anggota keluarga yang
Berespon bermasalah khususnya bermasalah khususnya
terhadap Masalah pada Tn. S yang pada Tn. R yang
menderita penyakit menderita penyakit
Stroke kemudian Stroke kemudian
penyakitnya kambuh, penyakitnya kambuh,
maka cara maka cara
penyelesaiannya yaitu penyelesaiannya yaitu di
di bawa ke Rumah bawa ke Rumah Sakit
Sakit terdekat meskipun
memaksakan melihat
kondisi ekonomi yang
109

kurang memadai.
36. Strategi Koping Strategi koping yang Strategi koping yang
yang Digunakan digunakan oleh digunakan oleh keluarga
keluarga Tn. S dalam Tn. R dalam
menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah
adalah strategi koping adalah strategi koping
Maladaptif dimana adaptive dimana ketika
ketika Tn.S sakit Tidak Tn.R sakit adalah dengan
dilakukan pengecekan berobat ke tempat
ke Fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan dan
terdekat terutama meminum obat yang bisa
Puskesmas M.Ramdan mengontrol tekanan
yang tidak memerlukan darah.
biaya terlalu besar.
Serta tidak
mengkonsumsi obat
untuk mengontrol
tekanan darah.
37. Strategi Adaptasi Keluarga Tn. S Pada keluarga Tn. R
Disfungsi mengalami adaptasi tidak ditemukan adanya
disfungsional dimana adaptasi yang
ketika Tn. S sakit disfungsional.
stroke. Keluarga tidak
bisa mencari jalan
keluar dengan terus
menerus mengeluh
masalah ekonomi.
Sedangkan terdapat
faskes yang memang
tidak membutuhkan
banyak biaya seperti
Puskesmas M.Ramdan.
Keluarga belum
menyadari betapa
pentingnya untuk
memeriksakan rutin
kondisi Tn.S

g. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga

Tabel 3 10 Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan

Keluarga 1 Keluarga 2
Keluarga Tn. S berharap agar penyakit Keluarga Tn. R berharap agar
stroke yang diderita oleh Tn. S akan penyakit stroke yang diderita oleh
segera teratasi dan berharap agar Tn. R akan segera teratasi dan
110

penyakitnya tidak sering kambuh. berharap agar penyakitnya tidak


sering kambuh.

h. Data Tambahan

Tabel 3 11 Kebutuhan Biologi Keluarga Pasien 1 (Tn.S)

No Komponen Tn.S Tn. A Ny. L An. R


1. Nutrisi Nutrisi Nutrisi Nutrisi Nutrisi
tercukupi tercukupi tercukupi tercukupi
dengan baik dengan baik dengan baik dengan baik
dalam keadaan dalam dalam dalam
sehat maupun keadaan sehat keadaan sehat keadaan
sakit. maupun sakit. maupun sakit. sehat
maupun
sakit.
2. Eliminasi BAK dan BAB BAK dan BAK dan BAK dan
normal, tidak BAB normal, BAB normal, BAB
terdapat tidak terdapat tidak terdapat normal,
masalah masalah masalah tidak
kesehatan saat kesehatan saat kesehatan saat terdapat
sehat ataupun sehat ataupun sehat ataupun masalah
sakit, dan saat sakit, dan saat sakit, dan saat kesehatan
ini dalam ini dalam ini dalam saat sehat
keadaan sehat. keadaan sehat keadaan sehat ataupun
sakit, dan
saat ini
dalam
keadaan
sehat
3. Tidur dan Tidur dan Tidur dan Tidur dan Tidur dan
Istirahat istirahat cukup, istirahat istirahat istirahat
111

terkadang suka cukup, cukup dan cukup dan


terbangun terkadang terkontrol terkontrol
tengah malam suka kurang
tidur
dikarenakan
jadwai di
pekerjaan.
4. Aktifitas Tn. S sudah Tn. A bekerja Mengurus An. R
Sehari- tidak sebagai kebutuhan masih
hari mempunyai Cleaning tumah tangga, duduk
aktivitas yang service menjalankan dibangku
berarti. Beliau disebuah PT ibadah sekolah
lebih banyak didaerah Moh dasar
mengahabiskan Toha. Setiap sehingga
waktu didalam hari bekerja 8 kegiatan
rumah dan jam dan sehari-
menjalankan menggunakan harinya
ibadah. sistem Shift. belajar dan
Dia bermain
mendapatkan serta
libur mengaji ke
seminggu madrasah.
sekali

Tabel 3 12 Kebutuhan Biologi Keluarga Pasien 2 (Tn.R)

No Komponen Tn.R Ny. Y Ny. R Tn. A


1. Nutrisi Nutrisi Nutrisi Nutrisi Nutrisi
tercukupi tercukupi tercukupi tercukupi
dengan baik dengan baik dengan baik dengan baik
dalam keadaan dalam keadaan dalam dalam
sehat maupun sehat maupun keadaan keadaan
sakit. sakit. sehat sehat
maupun maupun
sakit. sakit.
2. Eliminasi BAK dan BAB BAK dan BAK dan BAK dan
normal, tidak BAB normal, BAB normal, BAB
terdapat tidak terdapat tidak terdapat normal,
masalah masalah masalah tidak
kesehatan saat kesehatan saat kesehatan terdapat
sehat ataupun sehat ataupun saat sehat masalah
sakit, dan saat sakit, dan saat ataupun kesehatan
ini dalam ini dalam sakit, dan saat sehat
keadaan sehat. keadaan sehat. saat ini ataupun
dalam sakit, dan
112

keadaan saat ini


sehat. dalam
keadaan
sehat.
3. Tidur dan Tidur dan Tidur dan Tidur dan Tidur dan
Istirahat istirahat cukup, istirahat cukup istirahat istirahat
terkadang suka dan terkontrol cukup dan cukup,
terbangun terkontrol terkadang
tengah malam suka kurang
tidur
dikarenakan
jadwal di
pekerjaan.
4. Aktifitas Tn. R sudah Mengurus Mengurus Tn. A
Sehari- tidak kebutuhan kebutuhan sehari-
hari mempunyai tumah tangga, Rumah harinya
aktivitas yang menjalankan tangga, bekerja
berarti. Beliau ibadah menjalankan sebagai
lebih banyak ibadah karyawan di
mengahabiskan salahsatu
waktu didalam restoran dan
rumah dan jarang
menjalankan berada di
ibadah. rumah

i. Pemeriksaan Fisik Keluarga

Tabel 3 13 Pemeriksaan Fisik kepada keluarga pasien 1 (Tn. S)

No Komponen Tn.S Tn. A Ny. L An. A


1. Kepala Rambut pendek, Rambut Rambut Rambut
hitam dan beruban, panjang, hitam, panjang, pendek,
tampak kotor, tidak tampak bersih, hitam, hitam,
ada kelainan, tidak tidak ada tampak tampak
ada keluhan gatal, kelainan, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ketombe (+), tidak ada keluhan ada ada
ada nyeri tekan, gatal, ketombe kelainan, kelainan,
tidak ada bekas (-), tidak ada tidak ada tidak ada
luka. terkadang nyeri tekan, keluhan keluhan
sakit kepala di tidak ada bekas gatal, gatal,
bagian belakang luka. ketombe (-), ketombe (-),
tidak ada tidak ada
nyeri tekan, nyeri tekan,
tidak ada tidak ada
bekas luka. bekas luka.
113

2. Mata Seklera tidak Seklera tidak Seklera Seklera


ikterus, ikterus, tidak tidak
konjungtiva tidak konjungtiva ikterus, ikterus,
anemis, visus tidak anemis, konjungtiva konjungtiva
normal. visus normal. tidak tidak
anemis, anemis,
visus visus
normal. normal.
3. Telinga Bersih tidak ada Bersih tidak ada Bersih tidak Bersih tidak
serumen dan tidak serumen dan ada serumen ada serumen
ada luka, fungsi tidak ada luka, dan tidak dan tidak
pendengaran baik fungsi ada luka, ada luka,
pendengaran fungsi fungsi
baik pendengaran pendengaran
baik baik.
4. Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak
sekret, tidak ada sekret, tidak ada ada sekret, ada sekret,
benjolan, tidak ada benjolan, tidak tidak ada tidak ada
cairan, cuping ada cairan, benjolan, benjolan,
hidung (-), tidak cuping hidung tidak ada tidak ada
ada kelainan (-), tidak ada cairan, cairan,
kelainan cuping cuping
hidung (-), hidung (-),
tidak ada tidak ada
kelainan. kelainan.
5. Mulut Stomatitis (-), Stomatitis (-), Stomatitis Stomatitis
Nyeri (-), bersih, Nyeri (-), bersih, (-), Nyeri (-), Nyeri
karies (-), sebagian karies (-) bagian (-), bersih, (-), bersih,
gigi sudah ada dalam gigi karies (-) karies (-)
yang tanggal, berwarna putih bagian bagian
bagian dalam gigi kekuning dalam gigi dalam gigi
berwarna putih kuningan. berwarna berwarna
kekuning kuningan putih putih
kekuning kekuning
kuningan. kuningan.
6. Leher dan Nyeri (-), Nyeri (-), Nyeri (-), Nyeri (-),
tenggoroka pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
n kelenjar limfe dan kelenjar limfe kelenjar kelenjar
Tiroid (-), dan Tiroid (-), limfe dan limfe dan
kesulitan menelan kesulitan Tiroid (-), Tiroid (-),
(-) menelan (-). kesulitan kesulitan
menelan (-). menelan (-).
7. Dada dan Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan Pergerakan
Paru simetris, ronchi simetris, ronchi dada dada
(- ), wheezing (-), (- ), wheezing simetris, simetris,
penggunaan otot (-), penggunaan ronchi (- ), ronchi (- ),
114

bantu pernafasan otot bantu wheezing wheezing


(-), Batuk (-), pernafasan (-), (-), (-),
keluhan sesak (-) Batuk (-), penggunaan penggunaan
keluhan sesak otot bantu otot bantu
(-) pernafasan pernafasan
(-), Batuk (-), Batuk
(-), keluhan (-), keluhan
sesak (-). sesak (-).
8. Jantung Bunyi jantung 1 Bunyi jantung 1 Bunyi Bunyi
dan 2 murni, tidak dan 2 murni, jantung 1 jantung 1
ditemukan suara tidak ditemukan dan 2 murni, dan 2 murni,
murmur, Irama suara murmur, tidak tidak
reguler Irama reguler ditemukan ditemukan
suara suara
murmur, murmur,
Irama Irama
regular regular.
9. Abdomen Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada
tekan, tumor (-) tekan, tumor (-) nyeri tekan, nyeri tekan,
tumor (-) tumor (-)
10. Ekstremitas Bagian ekstermitas Tidak terdapat Tidak Tidak
kanan atas dan kelainan pada terdapat terdapat
bawah kaku, lemah ekstremitas kelainan kelainan
dan sulit digerakan pada pada
kekuatan otot ekstremitas. ekstremitas.
Ekstremitas atas
5/2, dan kekuatan
eksteritas bawah
5/3. Tidak ada lesi
dan luka
11. Kulit Tampak kotor, Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak
tidak ada bekas bekas luka, tidak ada bekas ada bekas
luka, tidak ada ada jamur dan luka, tidak luka, tidak
jamur dan luka luka infeksi, ada jamur ada jamur
infeksi, turgor < 2 turgor < 2 detik. dan luka dan luka
detik. infeksi, infeksi,
turgor < 2 turgor < 2
detik. detik.
12. Kuku Pendek dan Pendek dan Pendek dan Pendek dan
tampak kotor, bersih, sianosis bersih, bersih,
sianosis (- ), CRT (- ), CRT baik. sianosis (- ), sianosis (- ),
baik CRT baik CRT baik.
13. BB 67 kg 73 Kg 55 Kg 27 Kg
14. TB 162 Cm 172 cm 159 cm 103cm
15. Tanda Vital TD : 160/90 TD. 130/80 TD. 120/80 TD. 110/80
mmHg, Nadi: mmHg, N. mmHg, N. mmHg, N.
115

106x/menit, S: 96x/mnt, R. 88x/mnt, R. 105x/mnt,


36,7oC, RR: 20x/mnt, S. 36,1 20x/mnt, S. R. 22x/mnt,
22x/menit °C 36,3 °C S. 36,0 °C
16. Kesimpulan Saat dikaji dalam Saat dikaji Saat dikaji Saat dikaji
keadaan sakit dalam keadaan dalam dalam
sehat keadaan keadaan
sehat sehat

Tabel 3 14 Pemeriksaan Fisik kepada keluarga pasien 2 (Tn. R)

No Komponen Tn. S Tn. A Ny. L An. R


1. Kepala Rambut pendek, Rambut pendek, Rambut Rambut
hitam dan hitam, tampak panjang, pendek,
beruban, tampak bersih, tidak ada hitam, hitam,
kotor, tidak ada kelainan, tidak tampak tampak
kelainan, tidak ada ada keluhan bersih, tidak bersih, tidak
keluhan gatal, gatal, ketombe ada ada kelainan,
ketombe (+), tidak (-), tidak ada kelainan, tidak ada
ada nyeri tekan, nyeri tekan, tidak ada keluhan
tidak ada bekas tidak ada bekas keluhan gatal,
luka. terkadang luka. gatal, ketombe (-),
sakit kepala di ketombe (-), tidak ada
bagian belakang tidak ada nyeri tekan,
nyeri tekan, tidak ada
tidak ada bekas luka.
bekas luka.
2. Mata Seklera tidak Seklera tidak Seklera Seklera tidak
ikterus, ikterus, tidak ikterus,
konjungtiva tidak konjungtiva ikterus, konjungtiva
anemis, visus tidak anemis, konjungtiva tidak anemis,
normal. visus normal. tidak visus normal.
anemis,
visus
normal.
3. Telinga Bersih tidak ada Bersih tidak ada Bersih tidak Bersih tidak
serumen dan tidak serumen dan ada serumen ada serumen
ada luka, fungsi tidak ada luka, dan tidak dan tidak ada
pendengaran baik fungsi ada luka, luka, fungsi
pendengaran fungsi pendengaran
baik pendengaran baik.
baik
4. Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
sekret, tidak ada ada sekret, tidak ada sekret, ada sekret,
benjolan, tidak ada ada benjolan, tidak ada tidak ada
cairan, cuping tidak ada cairan, benjolan, benjolan,
116

hidung (-), tidak cuping hidung tidak ada tidak ada


ada kelainan (-), tidak ada cairan, cairan,
kelainan cuping cuping
hidung (-), hidung (-),
tidak ada tidak ada
kelainan. kelainan.
5. Mulut Stomatitis (-), Stomatitis (-), Stomatitis Stomatitis (-),
Nyeri (-), bersih, Nyeri (-), (-), Nyeri Nyeri (-),
karies (-), sebagian bersih, karies (-) (-), bersih, bersih, karies
gigi sudah ada bagian dalam karies (-) (-) bagian
yang tanggal, gigi berwarna bagian dalam gigi
bagian dalam gigi putih kekuning dalam gigi berwarna
berwarna putih kuningan. berwarna putih
kekuning putih kekuning
kuningan kekuning kuningan.
kuningan.
6. Leher dan Nyeri (-), Nyeri (-), Nyeri (-), Nyeri (-),
tenggorokan pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar limfe dan kelenjar limfe kelenjar kelenjar limfe
Tiroid (-), dan Tiroid (-), limfe dan dan Tiroid
kesulitan menelan kesulitan Tiroid (-), (-), kesulitan
(-) menelan (-). kesulitan menelan (-).
menelan (-).
7. Dada dan Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan Pergerakan
Paru simetris, ronchi simetris, ronchi dada dada simetris,
(- ), wheezing (-), (- ), wheezing simetris, ronchi (- ),
penggunaan otot (-), penggunaan ronchi (- ), wheezing (-),
bantu pernafasan otot bantu wheezing penggunaan
(-), Batuk (-), pernafasan (-), (-), otot bantu
keluhan sesak (-) Batuk (-), penggunaan pernafasan
keluhan sesak otot bantu (-), Batuk (-),
(-) pernafasan keluhan sesak
(-), Batuk (-).
(-), keluhan
sesak (-).
8. Jantung Bunyi jantung 1 Bunyi jantung 1 Bunyi Bunyi
dan 2 murni, tidak dan 2 murni, jantung 1 jantung 1 dan
ditemukan suara tidak ditemukan dan 2 murni, 2 murni,
murmur, Irama suara murmur, tidak tidak
reguler Irama reguler ditemukan ditemukan
suara suara
murmur, murmur,
Irama Irama
regular regular.
9. Abdomen Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada
tekan, tumor (-) tekan, tumor (-) nyeri tekan, nyeri tekan,
117

tumor (-) tumor (-)


10. Ekstremitas Bagian ekstermitas Tidak terdapat Tidak Tidak
kanan atas dan kelainan pada terdapat terdapat
bawah kaku, ekstremitas kelainan kelainan pada
lemah dan sulit pada ekstremitas.
digerakan ekstremitas.
kekuatan otot
Ekstremitas atas
3/5, dan kekuatan
eksteritas bawah
3/5. Tidak ada lesi
dan luka
11. Kulit Tampak kotor, Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
tidak ada bekas ada bekas luka, ada bekas ada bekas
luka, tidak ada tidak ada jamur luka, tidak luka, tidak
jamur dan luka dan luka infeksi, ada jamur ada jamur
infeksi, turgor < 2 turgor < 2 detik. dan luka dan luka
detik. infeksi, infeksi,
turgor < 2 turgor < 2
detik. detik.
12. Kuku Pendek dan Pendek dan Pendek dan Pendek dan
tampak kotor, bersih, sianosis bersih, bersih,
sianosis (- ), CRT (- ), CRT baik. sianosis (- ), sianosis (- ),
baik CRT baik CRT baik.
13. BB 67 kg 73 Kg 55 Kg 27 Kg
14. TB 162 Cm 172 cm 159 cm 103cm
15. Tanda Vital TD : 150/90 TD. 150/80 TD. 120/80 TD. 110/80
mmHg, Nadi: mmHg, N. mmHg, N. mmHg, N.
98x/menit, S: 101x/mnt, R. 88x/mnt, R. 76x/mnt, R.
o
36,5 C, RR: 20x/mnt, S. 36,1 20x/mnt, S. 20x/mnt, S.
24x/menit °C 35,9 °C 36,0 °C
16. Kesimpulan Saat dikaji dalam Saat dikaji Saat dikaji Saat dikaji
keadaan sakit dalam keadaan dalam dalam
sehat keadaan keadaan sehat
sehat

2. Analisa Data

Tabel 3 15 Analisa Data Pasien 1 (Tn.S)

No Data Umum Etiologi Masalah


1. DS: Penyumbatan pembuluh darah otak Gangguan
- Pasien mengatakan oleh bekuan darah Mobilitas Fisik
dirinya sulit menggerakan ↓
tangan dan kaki bagian Edema Serebral
kanan ↓
118

- Pasien mengatakan Stroke


dirinya harus ↓
menggunakan tongkat Kehilangan kemampuan kontrol
sebagai penopang untuk volunteer
beraktifitas ↓
- Pasien mengatakan Kelemahan pada anggota
tangan dan kakinya kaku gerak/ekstremitas
serta berat untuk ↓
digerakkan. Hemiplegi dan hemiperasi
- Pasien mengatakan sejak ↓
mempunyai penyakit Gangguan Mobilitas Fisik
stroke, dirinya lebih
banyak beraktifitas
menggunakan tangan kiri
DO:
- Pasien tampak
melangkahkan kaki kanan
dengan cara digeser
- Tangan kanan pasien
tampak lemah tidak bisa
menahan beban yang
diberikan
- Pasien tampak menopang
tangan kanan
menggunakan tangan kiri
ketika mau diangkat
- Kekuatan otot ekstermitas
atas 5/2.
- Kekuatan otot ekstermitas
bawah 5/3
2. DS: Faktor Resiko Stroke Penurunan
- Pasien mengatakan sudah ↓ Koping Keluarga
tidak ada yang peduli Katup jantung Rusak, miokard
dengan dirinya kecuali infark,fbrilasi, endocarditis
anaknya yang pertama. ↓
- Pasien mengatakan Penyumbatan pembuluh darah otak
dirinya sakit hati karena oleh bekuan darah,lemak dan udara
tidak ada yang mengurus ↓
dirinya. Emboli serebral
- Pasien mengatakan ↓
dirinya tidak ada yang Stroke
mau mengurus. ↓
- Pasien mengatakan Kerusakanterjadi pada lobus frontal
keluarga nya acuh tak kapasita, memori atau fungsi
acuh kepadanya. intelektual kortikel
DO : ↓
119

- Tampak hubungan Kerusakan Fungsi Kognitif dan efek


komunikasi pasien dan psikologis
keluarga tidak baik ↓
terutama dengan Lapang perhatian terbata, kesulitan
menantunya. dalam pemahaman, lupa, kurang
- Tampak motivasi, frustasi, labilitas
ketidakharmonisan emosional, bermusuhan, dendam,
hubungan pasien dengan kurang kerjasama dan penurunan
keluarga gairah seksual
- Orang terdekat pasien ↓
tampak acuh tak acuh Penurunan Koping Keluarga
kepadanya.
- Terlihat anggota
keluarganya hanya
memberi dia makan saja
tanpa memperhatikan
kondisi klien yang
lainnya.

Tabel 3 16 Analisa data Pasien 2 (Tn. R)

No Data Umum Etiologi Masalah


1. DS: Penyumbatan pembuluh Gangguan Mobilitas
- Pasien mengatakan darah otak oleh bekuan darah Fisik
dirinya sulit menggerakan ↓
tangan dan kaki bagian Edema Serebral
Kiri ↓
- Pasien mengatakan Stroke
tangan dan kaki kirinya ↓
kaku serta berat untuk Kehilangan kemampuan
digerakkan. kontrol volunteer
- Pasien mengatakan sejak ↓
mempunyai penyakit Kelemahan pada anggota
stroke, dirinya lebih gerak/ekstremitas
banyak beraktifitas ↓
menggunakan tangan Hemiplegi dan hemiperasi
kanan. ↓
- Pasien mengatakan Gangguan Mobilitas Fisik
aktifitasnya terbatas sejak
mempunyai penyakit
stroke.
DO:
- Pasien tampak
melangkahkan kaki kiri
dengan cara digeser.
120

- Tangan kiri pasien


tampak lemah tidak bisa
menahan beban yang
diberikan.
- Pasien tampak menopang
tangan kiri menggunakan
tangan kanan ketika mau
diangkat.
- Kekuatan otot ekstermitas
atas 3/5.
- Kekuatan otot ekstermitas
bawah 3/5
2. DS: Pasien menderita penyakit Kesiapan peningkatan
- Pasien mengatakan sudah stroke manajemen kesehatan
mengetahui dirinya ↓
mempunyai penyakit Pasien mempunyai keinginan
stroke 2 tahun yang lalu. untuk bisa sembuh dari
- Pasien mengatakan diriya penyakitnya
sudah tidak ↓
mengkonsumsi makanan Termotivasi untuk
yang bisa menyebabkan melakukan perubahan
hipertensi perilaku
- Pasien mengatakan ↓
dirinya sering berjalan Menunjukan perilaku seseuai
jalan di halaman rumah dengan anjuran
nya selama 30 menit ↓
setiap harinya. Kesiapan peningkatan
DO: manajemen kesehatan
- Pasien sudah mengetahui
tentang penyakit yang
dideritanya.
- Pasien tampak
bersemangat untuk
sembuh ketika diajak
untuk melakukan latihan
ROM.
- Pasien tampak
bersungguh-sungguh
mendengarkan intruksi
yang diberikan

Skoring menentukan Diagnosa Keperawatan Prioritas Pasien 1 (Tn. S)

Tabel 3 17 Skoring Masalah Gangguan Mobilitas Fisik


121

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat Masalah : 1 2/3 x 1 = 0,6 Masalah Risiko Tinggi karena Tn.
Ancaman kesehatan S masih melakukan beberapa
aktivitas seperti pergi ke toilet,
mandi, berpakaian secara mandiri
namun Tn. S jarang melakukan
Kontrol penyakitnya dan
pengobatan rutin ke puskesmas
M.Ramdan untuk mengetahui
perkembangan dari penyakitnya.
Dikhawatirkan penyakitnya dapat
menyebabkan resiko pasien jatuh.
2. Kemungkinan 2 2/3 x2= 1,3 Kegiatan yang dapat mengatasi
masalah dapat gangguan mobilitas pada pasien
diubah : Mudah mudah dilakukan dengan melatih
kemampuan gerak pasien agar
bisa meningkatkan mobilitas
pasien.

Potensi untuk 1 2/3 x 1= 0,6 Masalah masih dapat dicegah


dicegah : Cukup tetapi penyakit stroke ini apabila
di diamkan terus menurus akan
menyebabkan penyakit yang lebih
serius. Sehingga dapat diatasi
dengan mengetahui
perkembangan penyakit dan
dilakukan aktifitas untuk
menghambat prognosis penyakit
agar tidak menjadi buruk.
Menonjolnya 1 2/2 x 1= 1 Keluarga Tn. S menyadari bahwa
masalah: penyakit ini penting untuk diatasi
Segera diatasi karena mengganggu dan dapat
mengakibatkan gangguan
penyakit lebih berat.
Jumlah : 3,5

Tabel 3 18 Skoring Masalah Penurunan Koping Keluarga

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat Masalah : 1 1/3 x 1 = 0,3 Masalah promosi kesehatan
Promosi Kesehatan karena Keluarga Tn. S terasuk Tn.
S perlu mendapatkan edukasi
tentang pentingnya
memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang masih terjangkau oleh
122

ekonomi pasien
2. Kemungkinan 2 2/3 x2= 1,3 Sumber daya keluarga dana ada,
masalah dapat dukungan keluarga ada,
diubah : Mudah Hubungan baik dengan keluarga
Tn.S harus diperbaiki, guna untuk
prioritas mengurus pasien. Selain
itu harus diperhatikan juga
kegiatan sehari-hari keluarga
Tn.S yang tidak selalu ada untuk
mengurus Tn.S
Potensi untuk 1 2/3 x 1= 0,3 Masalah belum terlalu berat,
dicegah : Tinggi namun dapat diatasi dengan
pemberian motivasi kepada
pasien dan keluarga, serta
dukungan emosional pasien dan
keluarga baik.
Menonjolnya 1 2/2 x 1=1 Keluarga Tn. S menyadari bahwa
masalah: penyakit ini penting untuk diatasi
Segera diatasi karena mengganggu dan dapat
mengakibatkan gangguan
penyakit lebih berat.
Jumlah : 2,9

Skoring menentukan Diagnosa Keperawatan Prioritas Pasien 2 (Tn. R)

Tabel 3 19 Skoring Masalah Gangguan Mobilitas Fisik

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat Masalah : 1 2/3 x 1 = 0,6 Masalah Risiko Tinggi karena Tn.
Ancaman kesehatan R masih melakukan beberapa
aktivitas seperti pergi ke toilet,
mandi, berpakaian secara mandiri
namun Tn. R jarang melakukan
Kontrol penyakitnya dan
pengobatan rutin ke puskesmas
M.Ramdan untuk mengetahui
perkembangan dari penyakitnya.
Dikhawatirkan penyakitnya dapat
menyebabkan resiko pasien jatuh.
2. Kemungkinan 2 2/3 x2= 1,3 Kegiatan yang dapat mengatasi
masalah dapat gangguan mobilitas pada pasien
diubah : Mudah mudah dilakukan dengan melatih
kemampuan gerak pasien agar
bisa meningkatkan mobilitas
pasien.
123

3 Potensi untuk 1 2/3 x 1= 0,6 Masalah masih dapat dicegah


dicegah : Cukup tetapi penyakit stroke ini apabila
di diamkan terus menurus akan
menyebabkan penyakit yang lebih
serius. Sehingga dapat diatasi
dengan mengetahui
perkembangan penyakit dan
dilakukan aktifitas untuk
menghambat prognosis penyakit
agar tidak menjadi buruk.
4 Menonjolnya 1 2/2 x 1=1 Keluarga Tn. R menyadari bahwa
masalah: penyakit ini penting untuk diatasi
Segera diatasi karena mengganggu dan dapat
mengakibatkan gangguan
penyakit lebih berat.
Total : 3,5

Tabel 3 20 Masalah Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat Masalah : 1 1/3 x 1 = 0,3 Masalah promosi kesehatan
Promosi Kesehatan karena Keluarga Tn. R termasuk
Tn. S perlu mendapatkan edukasi
tentang pentingnya
memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang masih terjangkau oleh
ekonomi pasien
2. Kemungkinan 2 2/3 x2= 1,3 Sumber daya keluarga dana ada,
masalah dapat dukungan keluarga ada,
diubah : Mudah komunikasi keluarga berjalan
dengan baik, keluarga saling
membantu untuk membawa Tn. R
ke fasilitas kesehatan.
3. Potensi untuk 1 2/3 x 1= 0,6 Masalah belum terlalu berat,
dicegah : Tinggi namun dapat diatasi dengan
pemberian motivasi dan percaya
diri.
4. Menonjolnya 1 2/2 x 1= 1 Keluarga Tn. S menyadari bahwa
masalah: penyakit ini penting untuk diatasi
Segera diatasi karena mengganggu dan dapat
mengakibatkan gangguan
penyakit lebih berat.
Jumlah : 3,2
124

3. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3 21 Diagnosa keperawatan

No Pasien 1 Pasien 2
1. Gangguan Mobilitas Fisik Gangguan Mobilitas Fisik
Berhubungan dengan kelemahan otot Berhubungan dengan kelemahan otot
ditandai dengan penyakit Stroke ditandai dengan penyakit Stroke
2. Penurunan Koping Keluarga Kesiapan peningkatan manajemen
berhubungan dengan tidak cukupnya kesehatan berhubungan dengan adanya
dukungan yang diberikan keluarga upaya peningkatan manajemen
kepada klien. kesehatan
125

4. Intervensi Keperawatan (NCP)

Tabel 3 22 Intervensi Keperawatan pada Pasien 1 (Tn.S)

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


No
Utama/Pendukung Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan - Identifikasi - Libatkan keluarga - Jelaskan Tujuan dan
Mobilitas kunjungan 5 kali dalam Mobilisasi adanya nyeri atau Untuk membantu Prosedur mobilisasi
Fisik dua minggu diharapkan keluhan fisik pasien dalam
Berhubungan mobilitas fisik pasien lainnya meningkatkan
dengan dapat teratasi dengan - Monitor kondisi pergerakan
kelemahan kriteria hasil : umum selama
otot ditandai 1. Pergerakan melakukan
dengan ekstremitas kanan mobilisasi
penyakit pasien meningkat
Stroke (5)
2. Kekuatan otot Promosi Latihan - Identifikasi - Motivasi - Jelaskan jenis
ekstremitas kanan Fisik keyakinan mengungkapkan latihan yang sesuai
meningkat (5) . kesehatan tentang perasaan tentang dengan kondisi
kekuatan otot latihan fisik latihan/kebutuhan kesehatan.
ekstremitas atas - Identifikasi latihan - Jelaskan frekuensi,
5/2 menjadi 5/5, motivasi individu - Fasilitasi dalam durasi dan intensitas
dan kekuatan otot untuk memulai mengembangkan program latihan
ekstremitas kiri program latihan program latihan yang diingankan.
5/3 menjadi 5/5 - Monitor respons yang sesuai untuk
terhadap program memenuhi
126

3. Rentak gerak latihan kebutuhan


(ROM) pasien - Lakukan aktivitas
meningkat (5) olahraga bersa
pasien, Jika perlu
- Berikan umpan
balik positif
terhadap setiap
upaya yang
dijalankan pasien
Promosi - Identifikasi - Susun tujuan jangka - Jelaskan manfaat
Kepatuhan pengetahuan pendek dan jangka olahraga bagi
Program latihan tentang latihan panjang program kesehatan.
fisik latihan bersama
- Identifikasi pasien.
hambatan untuk - Libatkan keluarga
melakukan latihan dalam
- Monitor respons merencanakan
terhadap program program latihan
latihan
- Monitor
kepatuhan
menjalankan
program latihan.
127

2. Penurunan Setelah dilakukan Dukungan Koping - Identifikasi - Dengarkan masalah, - Informasikan


Koping kunjungan 5 kali dalam Keluarga Respons perasaan, dan kemajuan pasien
Keluarga dua minggu diharapkan emosional pertanyaan secara berkala
berhubungan status koping keluarga terhadap kondisi keluarga. - Informasikan
dengan tidak meningkat dengan satt ini - Terima nilai-nilai fasilitas perawatan
cukupnya kriteria hasil : - Identifikasi keluarga dengan kesehatan yang
dukungan 1. Perasaan pemahaman cara yang tidak tersedia
yang diabaikan pasien tentang keputusan mneghakimi - Ajarkan keluarga
diberikan menurun (5) perawatan setelah - Fasilitasi untuk mendukung
keluarga 2. Kemampuan pasien pengungkapan penerapan
kepada klien memenuhi - Identifikasi perasaan antara melakukan latihan
kebutuhan pasien kesesuaian antara pasien dan keluarga ROM
meningkat (5) harapan pasien, atau antar anggota
3. Komitmen pada keluarga, dan keluarga
perawatan/pengob tentang kesehatan - Fasilitasi anggota
atan pasien keluarga dalam
meningkat (5) mengidentifikasi
4. Komunikasi antar dan menyelesaikan
pasien dan konflik nilai
anggota keluarga - Hargai dan dukung
membaik (5) mekanisme koping
adaptif yang
digunakan
- Berikan kesempatan
berkunjung bagi
anggota keluarga
128

Tabel 3 23 Intervensi Keperawatan kepada Pasien 2 (Tn. R)

INTERVENSI
No DIAGNOSA TUJUAN Utama/
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Pendukung
1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan - Identifikasi - Libatkan keluarga - Jelaskan Tujuan dan
Mobilitas kunjungan 5 kali dalam Mobilisasi adanya nyeri atau Untuk membantu Prosedur mobilisasi
Fisik dua minggu diharapkan keluhan fisik pasien dalam
Berhubungan mobilitas fisik pasien lainnya meningkatkan
dengan dapat teratasi dengan - Monitor kondisi pergerakan
kelemahan kriteria hasil : umum selama
otot ditandai 1. Pergerakan melakukan
dengan ekstremitas kanan mobilisasi
penyakit pasien meningkat
Stroke (5)
2. Kekuatan otot Promosi Latihan - Identifikasi - Motivasi - Jelaskan jenis
ekstremitas kanan Fisik keyakinan mengungkapkan latihan yang sesuai
meningkat (5) . kesehatan tentang perasaan tentang dengan kondisi
kekuatan otot latihan fisik latihan/kebutuhan kesehatan.
ekstremitas atas - Identifikasi latihan - Jelaskan frekuensi,
5/2 menjadi 5/5, motivasi individu - Fasilitasi dalam durasi dan intensitas
untuk memulai mengembangkan program latihan
129

dan kekuatan otot program latihan program latihan yang diingankan.


ekstremitas kiri - Monitor respons yang sesuai untuk
5/3 menjadi 5/5 terhadap program memenuhi
3. Rentak gerak latihan kebutuhan
(ROM) pasien - Lakukan aktivitas
meningkat (5) olahraga bersa
pasien, Jika perlu
- Berikan umpan
balik positif
terhadap setiap
upaya yang
dijalankan pasien
Promosi - Identifikasi - Susun tujuan jangka - Jelaskan manfaat
Kepatuhan pengetahuan pendek dan jangka olahraga bagi
Program latihan tentang latihan panjang program kesehatan.
fisik latihan bersama
- Identifikasi pasien.
hambatan untuk - Libatkan keluarga
melakukan latihan dalam
- Monitor respons merencanakan
terhadap program program latihan
latihan
- Monitor
kepatuhan
menjalankan
program latihan.
130

2. Kesiapan Setelah dilakukan Edukasi - Identifikasi - Sediakan materi dan - Jelaskan faktor
peningkatan kunjungan 5 kali dalam Kesehatan kesiapan dan media pendidikan risiko yang dapat
manajemen dua minggu diharapkan kemampuan kesehatan mempengaruhi
kesehatan manajemen kesehatan menerima - Jadwalkan kesehatan,
berhubungan meningkat dengan informasi pendidikan komplikasi penyakit
dengan kriteria hasil : kesehatan sesuai Stroke , pentingnya
adanya upaya 1. Upaya pasien kesepakatan menjaga pola makan
peningkatan melakukan - Berikan kesempatan dan pentingnya
manajemen tindakan untuk untuk bertanya memeriksa kondisi
kesehatan mengurangi faktor kesehatan
resiko meningkat - Ajarkan keluarga
(5) untuk mendukung
2. Upaya pasien penerapan
menerapkan melakukan latihan
program ROM
perawatan
meningkat (5)
3. Komitmen pada
perawatan/pengob
atan pasien
meningkat (5)
4. Komunikasi antar
pasien dan
anggota keluarga
membaik (5)
131

5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3 24 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan kepada Pasien 1 (Tn. S)

DX Tanggal dan Jam Implementasi Evaluasi Paraf


I. Gangguan mobilitas Selasa, 9 Mei 2023 1. Mengidentifikasi tanda-tanda vital pasien Gangguan mobilitas Fisik
fisik (09.00 WIB) R : TD : 160/90 mmHg, N : 92x/menit, RR : S : Pasien mengatakan sulit menggerakan
II. Penurunan koping 22 x/menit, S : 35,90C ekstremitas bagian kanan
keluarga 2. Mengidentifikasi kondisi dan keadaan pasien O:
terkait adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Pasien terlihat kaku dan berat untuk
R : Pasien mengatakan tidak ada nyeri,hanya melakukan mobilisasi ekstremitas kanan
kaku dan berat saat menggerakan ekstremitas - TD : 160/90 mmHg
kanan N : 2 x/menit
3. Menganjurkan pasien untuk melakukan RR : 22 x/menit
mobilisasi S : 35,90C
R : Pasien sangat kesulitan ketika A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
menggerakan ekstremitas kanan P : Lanjutkan intervensi
4. Menjelaskan tujua dan prosedur mobilisasi I : Anjurkan pasien melakukan latihan gerak
R : Pasien mengatakan dirinya paham ROM
5. Mengidentifikasi respon emosional keluarga E : Rentang gerahk (ROM) pasien terbatas
saat ini R : Lakukan latihan gerak (ROM) 1x30
R : Keluarga mengatakan pasien tidak menit/ hari
mempunyai keinginan untuk sembuh
6. Mengidentifikasi pemahaman tentang Penurunan koping keluarga
keputusan perawatan pasien S:
R : Keluarga mengatakan perawatan di rumah - Keluarga mengatakan pasien ingin segera
dan tidak melakukan kontrol kef askes karena sembuh agar keluarga tenang dan tidak
kendala biaya khawatir
132

7. Mengidentifikasi kesesuaian harapan pasien - Keluarga mengatakan perawatan di rumah


dengan keluarga dan tidak melakukan kontrol ke faskes
R : Keluarga mengatakan pasien ingin segera karena kendala biaya
sembuh agar keluarga tenang dan tidak O : Keluarga tampak sabra menghadapi
khawatir pasien
A : Penurunan koping keluarga belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Anjurkan memperbaiki komunikasi antar
pasien dan keluarga
E : Hubungan keluarga dengan pasien kurang
harmonis
R : Bina hubungan harmonis antar keluarga

I. Gangguan mobilitas Rabu, 10 Mei 2023 1. Mengobservasi tanda-tanda vital Gangguan mobilitas fisik
fisik (09.00 WIB) R : TD : 160/100 mmHg, N : 100 x/menit, S : S:
II. Penurunan koping 35,90C, RR : 22 x/menit - Pasien mengatakan bersedia dilakukan
keluarga 2. Mengidentifikasi keyakinan kesehatan untuK ROM
dilakukan latihan rentang gerak ROM - Pasie sangat bersemangat melakukan
R : Pasien mengatakan bersedia melakukan ROM meskipun dengan gerakan terbatas
latihan ROM O:
3. Mengidentifikasi motivasi pasien untuk - Pasien terlihat sedikit demi sedikit
melakukan program latihan ROM malakukan ROM dengan sesekali dibantu
R : Pasien sangat bersemangat melakukan oleh keluarga
ROM - TD : 160/100 mmHg
4. Mengajarkan teknik gerakan ROM N : 100 x/menit
R : Pasien mengikuti ROM meskipun dengan S: 36,50C
terbatas RR : 22 x/menit
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien A : Gangguan mobilitas fisik belum teratai
133

melakukan ROM P : Lanjutkan intervensi


R : Keluarga pasien bersedia mendampingi I : Rutinkan intervensi latihan gerakan ROM
pasien untuk melakukan ROM E : Retang gerak pasien masih kaku
R : Anjurkan keluarga untuk membantu
pasien dalam melakukan latihan ROM

Penuruna koping keluarga


S : Keluarga mengatakan senang melihat
usaha pasien untuk sembuh
O:
- Pasien tampak tidak mempedulikan respon
keluarga
- Keluarga tampak bingung menghadapi
sikap pasien selama ini
A : Penurunan koping keluarga belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Anjurkan membina hubungan baik antar
pasien dan keluarga
E : Keluarga terutama menantu pasien masih
acuh tak acuh pada pasien
R : Bina hubungan baik agar tetap harmonis
I. Gangguan Jumat, 12 Mei 2023 1. Mengobservasi tanda-tanda vital Gangguan mobilitas fisik
mobilitas fisik (09.00 WIB) R : TD : 150/90 mmHg, N : 95 x/menit, S : S :
II. Penurunan koping 36,50C, RR : 22 x/menit - Pasien mengatakan setiap hari melakukan
keluarga 2. Mengidentifikasi keyakinan kesehatan untuK ROM sendiri
dilakukan latihan rentang gerak ROM - Pasien mengatakan merasakan ada
R : Pasien mengatakan bersedia melakukan perubahan pada anggota gerak
latihan ROM - Pasien mengatakan merasa jenuh dengan
134

3. Mengidentifikasi motivasi pasien untuk gerakan yang sama setiap harinya


melakukan program latihan ROM O:
R : Pasien sangat bersemangat melakukan - Pasien tampak sudah terbiasa melakukan
ROM laihan ROM
4. Mengajarkan teknik gerakan ROM - TD : 150/90 mmHg
R : Pasien mengikuti ROM meskipun dengan N : 95 x/menit
terbatas S: 36,50C
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien RR : 22 x/menit
melakukan ROM A : Penurunan koping keluarga belum teratasi
R : Keluarga pasien bersedia mendampingi P : Lanjutkan intervensi
pasien untuk melakukan ROM I : Anjurkan membina hubungan baik antar
pasien dan keluarga
E : Keluarga terutama menantu pasien masih
acuh tak acuh pada pasien
R : Bina hubungan baik agar tetap harmonis

Penurunan koping keluarga


S:
- Keluarga sudah melakukan pendekatan
dengan pasien dan berkomunikasi tentang
keluhan yang dirasakan pasien pada
keluarga
- Keluarga mengatakan telah saling
memaafkan
O : Pasien dan keluaga terlihat lebih dekat
dari sebelumnya
A : Penurunan koping keluarga belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
135

I : Anjurkan keluarga untuk melakukan


pemeriksaan rutin ke puskesmas M. Ramdan
E : Keluarga meminta kesepakatan dengan
pasien
R : Lakukan pemeriksaan rutin ke puskesmas
M. Ramdan minimal 1 bulan sekali.
I. Gangguan Senin, 15 Mei 2023 1. Mengobservasi tanda-tanda vital Gangguan mobilitas fisik
mobilitas fisik (09.00 WIB) R : TD : 140/85 mmHg, N : 95 x/menit, S : S:
II. Penurunan koping 35,30C, RR : 22 x/menit - Keluarga tampak senang dengan usaha
keluarga 2. Mengidentifikasi keyakinan kesehatan untuK pasien
dilakukan latihan rentang gerak ROM - Pasien mengatakan mencoba melakukan
R : Pasien mengatakan bersedia melakukan aktivitas sendiri tanpa dibantu
latihan ROM - Pasien mengatakan sudah mulai terbiasa
3. Mengidentifikasi motivasi pasien untuk karena merasa ROM bisa mengurangi
melakukan program latihan ROM kebosanan pasien
R : Pasien sangat bersemangat melakukan O:
ROM - Pasien tampak sudah hafal dengan gerakan
4. Mengajarkan teknik gerakan ROM ROM tanpa melihat poster
R : Pasien mengikuti ROM meskipun dengan - Pasien tampak lebih mandiri
terbatas - TD : 140/85 mmHg
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien N : 95 x/menit
melakukan ROM S: 36,30C
R : Keluarga pasien bersedia mendampingi RR : 22 x/menit
pasien untuk melakukan ROM A : Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : Monitor kebiasaan pasien agar terus
melakukan ROM
E : Mobilisasi pasien tampak ada kemajuan
136

R : Anjurkan keluarga untuk mengingatkan


pasien agar tidak lupa melakukan ROM

Penurunan koping keluarga


S:
- Keluarga mengatakan pasien mau ntuk
kontrol ke puskesmas M. Ramdan1 bulan
sekali
- Keluarga mengatakan akan membawa
pasien ke puskesmas apabila anaknya libur
kerja
O:
- Pasien dan keluarga tampak memiliki
hubungan yang harmonis
- Keluarga tampak memberikan motivasi
pada pasien agar sembuh
A : Penurunan koping keluaga teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : Jaga dan bina hubungan harmonis keluarga
E : Keluarga merawat pasien dengan baik
R : Menjaga hubungan harmonis pasien dan
keluarga

Tabel 3 25 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan kepada Pasien 2 (Tn. R)

DX Tanggal dan Jam Implementasi Evaluasi Paraf


137

I. Gangguan mobilitas Selasa, 9 Mei 2023 1. Mengidentifikasi tanda-tanda vital pasien Gangguan mobilitas Fisik
fisik (08.00 WIB) R : TD : 150/90 mmHg, N : 82x/menit, RR : S : Pasien mengatakan sulit menggerakan
II. Penurunan koping 20 x/menit, S : 36,50C ekstremitas bagian kanan
keluarga 2. Mengidentifikasi kondisi dan keadaan pasien O:
terkait adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Pasien terlihat kaku dan berat untuk
R : Pasien mengatakan tidak ada nyeri,hanya melakukan mobilisasi ekstremitas kanan
kaku dan berat saat menggerakan ekstremitas - TD : 150/90 mmHg
kanan N : 82 x/menit
3. Menganjurkan pasien untuk melakukan RR : 20 x/menit
mobilisasi S : 36,50C
R : Pasien sangat kesulitan ketika A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
menggerakan ekstremitas kanan P : Lanjutkan intervensi
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi I : Anjurkan pasien melakukan latihan gerak
R : Pasien mengatakan dirinya paham ROM
5. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan E : Rentang gerak (ROM) pasien terbatas
menerima informasi R : Lakukan latihan gerak (ROM) 1x30
R : Pasien dan keluarga sudah siap menerima menit/ hari
informasi
6. Mengidentifikasi pemahaman tentang Stroke Kesiapan Peningkatan Manajemen
R : Pasien faham tentang apa yang telah Kesehatan
dijelaskan S: Pasien dan keluarga pasien mengatakan
7. Menjelaskan faktor risiko yang dapat dapat memahami materi yang dijelaskan
mempengaruhi kesehatan, komplikasi oleh perawat
penyakit diabetes, pentingnya menjaga pola O: Pasien dapat menjelaskan kembali materi
makan dan pentingnya memeriksa kondisi yang disampaikan oleh perawat
kesehatan
R: klien dan keluarga mengatakan lebih A: Kesiapan peningkatan manajemen
mengetahui dan memahami faktor risiko, kesehatan sudah teratasi
138

komplikasi penyakit diabetes, pentingnya P: Lanjutkan Intervensi


menjaga pola makan dan pentingnya I : Evaluasi pengetahuan pasien dan keluarga
memeriksakan kondisi kesehatan mengenai penyuluhankesehatan yang telah
8. Menyiapkan materi dan media pendidikan diberikan
kesehatan tentang Latihan ROM E : Pasien dan keluarga memahami dan masih
9. Menjadwalkan waktu yang tepat untuk mengingat apa yang telah disampaikan.
memberikan pendidikan kesehatan R: Lakukan Evaluasi kepada pasien dan
10. Memberikan kesempatan pasien dan keluarga keluarga setiap pertemuan.
untuk bertanya
I. Gangguan Rabu, 10 Mei 2023 1. Mengobservasi tanda-tanda vital Gangguan mobilitas fisik
mobilitas fisik (8.00 WIB) R : TD : 150/90 mmHg, N : 88 x/menit, S : S:
II. Penurunan 35,90C, RR : 20 x/menit - Pasien mengatakan bersedia dilakukan
koping keluarga 2. Mengidentifikasi keyakinan kesehatan untuK ROM
dilakukan latihan rentang gerak ROM - Pasie sangat bersemangat melakukan
R : Pasien mengatakan bersedia melakukan ROM meskipun dengan gerakan terbatas
latihan ROM O:
3. Mengidentifikasi motivasi pasien untuk - Pasien terlihat sedikit demi sedikit
melakukan program latihan ROM malakukan ROM dengan sesekali dibantu
R : Pasien sangat bersemangat melakukan oleh keluarga
ROM - TD : 150/90 mmHg
4. Mengajarkan teknik gerakan ROM N : 88 x/menit
R : Pasien mengikuti ROM meskipun dengan S: 36,50C
terbatas RR : 20 x/menit
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien A : Gangguan mobilitas fisik belum teratai
melakukan ROM P : Lanjutkan intervensi
R : Keluarga pasien bersedia mendampingi I : Rutinkan intervensi latihan gerakan ROM
pasien untuk melakukan ROM E : Retang gerak pasien masih kaku
6. Mengevaluasi pasien tentang pendidikan R : Anjurkan keluarga untuk membantu
139

kesehatan yang telah diajarkan pasien dalam melakukan latihan ROM


R: Pasien dan keluarga masih memahami apa
yang telah dijelaskan seputar pendidikan Kesiapan Peningkatan Manajemen
kesehatan. Kesehatan
S: Pasien dan keluarga pasien mengatakan
dapat memahami materi yang dijelaskan
oleh perawat
O: Pasien dapat menjelaskan kembali materi
yang disampaikan oleh perawat

A: Kesiapan peningkatan manajemen


kesehatan sudah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
I : Evaluasi pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai penyuluhankesehatan yang telah
diberikan
E : Pasien dan keluarga memahami dan masih
mengingat apa yang telah disampaikan.
R: Lakukan Evaluasi kepada pasien dan
keluarga setiap pertemuan.
I. Gangguan Jumat, 12 Mei 2023 1. Mengobservasi tanda-tanda vital Gangguan mobilitas fisik
mobilitas fisik (13.00 WIB) R : TD : 140/80 mmHg, N : 85 x/menit, S : S:
II. Penurunan koping 36,10C, RR : 21 x/menit - Pasien mengatakan setiap hari melakukan
keluarga 2. Mengidentifikasi keyakinan kesehatan untuK ROM sendiri
dilakukan latihan rentang gerak ROM - Pasien mengatakan merasakan ada
R : Pasien mengatakan bersedia melakukan perubahan pada anggota gerak
latihan ROM - Pasien mengatakan merasa jenuh dengan
3. Mengidentifikasi motivasi pasien untuk gerakan yang sama setiap harinya
140

melakukan program latihan ROM O:


R : Pasien sangat bersemangat melakukan - Pasien tampak sudah terbiasa melakukan
ROM laihan ROM
4. Mengajarkan teknik gerakan ROM - TD : 140/80 mmHg
R : Pasien mengikuti ROM meskipun dengan N : 85 x/menit
terbatas S: 36,10C
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien RR : 20 x/menit
melakukan ROM A : Penurunan koping keluarga belum teratasi
R : Keluarga pasien bersedia mendampingi P : Lanjutkan intervensi
pasien untuk melakukan ROM I : Anjurkan membina hubungan baik antar
7. Mengevaluasi pasien tentang pendidikan pasien dan keluarga
kesehatan yang telah diajarkan E : Keluarga terutama menantu pasien masih
R: Pasien dan keluarga masih memahami apa acuh tak acuh pada pasien
yang telah dijelaskan seputar pendidikan R : Bina hubungan baik agar tetap harmonis
kesehatan.
Kesiapan Peningkatan Manajemen
Kesehatan
S: Pasien dan keluarga pasien mengatakan
dapat memahami materi yang dijelaskan
oleh perawat
O: Pasien dapat menjelaskan kembali materi
yang disampaikan oleh perawat

A: Kesiapan peningkatan manajemen


kesehatan sudah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
I : Evaluasi pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai penyuluhankesehatan yang telah
141

diberikan
E : Pasien dan keluarga memahami dan masih
mengingat apa yang telah disampaikan.
R: Lakukan Evaluasi kepada pasien dan
keluarga setiap pertemuan.
I. Gangguan Senin, 15 Mei 2023 6. Mengobservasi tanda-tanda vital Gangguan mobilitas fisik
mobilitas fisik (13.00 WIB) R : TD : 140/85 mmHg, N : 98 x/menit, S : S:
II. Penurunan 35,90C, RR : 22 x/menit - Keluarga tampak senang dengan usaha
koping keluarga 7. Mengidentifikasi keyakinan kesehatan untuK pasien
dilakukan latihan rentang gerak ROM - Pasien mengatakan mencoba melakukan
R : Pasien mengatakan bersedia melakukan aktivitas sendiri tanpa dibantu
latihan ROM - Pasien mengatakan sudah mulai terbiasa
8. Mengidentifikasi motivasi pasien untuk karena merasa ROM bisa mengurangi
melakukan program latihan ROM kebosanan pasien
R : Pasien sangat bersemangat melakukan O:
ROM - Pasien tampak sudah hafal dengan gerakan
9. Mengajarkan teknik gerakan ROM ROM tanpa melihat poster
R : Pasien mengikuti ROM meskipun dengan - Pasien tampak lebih mandiri
terbatas - TD : 140/85 mmHg
10. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien N : 98 x/menit
melakukan ROM S: 35,90C
R : Keluarga pasien bersedia mendampingi RR : 22 x/menit
pasien untuk melakukan ROM A : Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
8. Mengevaluasi pasien tentang pendidikan P : Lanjutkan intervensi
kesehatan yang telah diajarkan I : Monitor kebiasaan pasien agar terus
R: Pasien dan keluarga masih memahami apa melakukan ROM
yang telah dijelaskan seputar pendidikan E : Mobilisasi pasien tampak ada kemajuan
kesehatan. R : Anjurkan keluarga untuk mengingatkan
142

pasien agar tidak lupa melakukan ROM

Kesiapan Peningkatan Manajemen


Kesehatan
S: Pasien dan keluarga pasien mengatakan
dapat memahami materi yang dijelaskan
oleh perawat
O: Pasien dapat menjelaskan kembali materi
yang disampaikan oleh perawat

A: Kesiapan peningkatan manajemen


kesehatan sudah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
I : Evaluasi pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai penyuluhankesehatan yang telah
diberikan
E : Pasien dan keluarga memahami dan masih
mengingat apa yang telah disampaikan.
R: Lakukan Evaluasi kepada pasien dan
keluarga setiap pertemuan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn. S dan Tn. R

dengan penyakit Stroke di Jln. Moh Toha, Gg. Ciburuy RW.06 Kel Ciseureuh

Kec. Regol Kota Bandung, maka penulis berusaha menerapkan proses

keperawatan secara komprehensif dengan Evidence Based Nursing

berdasarkan telaah jurnal meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual

dengan menggunakan metode proses keperawatan yang dimulai dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

Pada bab ini akan dikemukakan pembahasan yang memuat analisa dan

kesenjangan antara teori dengan kasus kelolaan.

A. Pengkajian

a. Identitas

Pada kedua pasien telah dilakukan pengkajian identitas pasien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, tanggal,

diagnosa medis, dan identitas keluarga lainnyameliputi nama, umur,

jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, komposisi keluarga

meliputi nama, umur, jenis kelamin, status, pedidikan, pekerjaan,

imunisasi, dan status kesehatan.

Dari identitas dua pasien didapatkan umur Tn. S berusia 63 tahun dan

Tn. R berusia 70 tahun. Data tersebut sesuai dengan penelitian Dewi &

Asman, (2021) yang menunjukkan bahwa angka kejadian stroke


144

bertambah seiring meningkatnya usia, hal ini kemungkinan adalah

akibat dari pertambahan usia akan meningkatkan risiko terjadinya

kemunduran sistem pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi tidak

elastis terutama bagian endotel yang mengalami penebalan pada

bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh darah

semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah ke otak.

Stroke kerap kali terjadi pada usia tua mulai 60 tahun, namun sekarang

mulai usia 40 tahun seseorang sudah memiliki risiko stroke,

meningkatnya penderita stroke usia produktif disebabkan pola hidup.

Berdasarkan pengamatan di berbagai rumah sakit, justru stroke di usia

produktif sering terjadi akibat kesibukan kerja yang menyebabkan

seseorang jarang olahraga, kurang tidur, dan stres berat. Berdasarkan

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa umur mempengaruhi terjadinya

penyakit stroke, semakin bertambah usia pasien semakin rentan

terjadinya stroke.

b. Riwayat Kesehatan

Berdasarkan hasil pengkajian kepada kedua pasien didapatkan

Tn.S dan Tn.R sama-sama mengatakan mengatakan dirinya mengalami

kaku dan sulit menggerakan kaki dan tangan di bagian ekstremitas.

Akan tetapi terdapat perbedaan antara kedua pasien dimana keluhan

Tn.S terjadi pada ekstremitas bagian kanan, sedangkan Tn.R terjadi di

ekstremitas bagian kiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Haryono.R & Setianingsih (2020) bahwa Stroke terjadi


145

ketika aliran darah pada lokasi tertentu diotak terganggu sehingga

suplay oksigen juga terganggu. Serangan stroke mengakibatkan

kemampuan motorik pasien mengalami kelemahan atau hemiparesis.

Kemampuan motorik pasien terutama dibagian ekstremitas kanan atau

kiri maupun keduanya.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu menunjukkan bahwa

Tn. S dan Tn. R sama-sama mempunyai riwayat penyakit hipertensi.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih

dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90

mmHg dalam pengukuran berulang (Puspitasari, 2020). Hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistemik dan

berlangsung terus menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak

terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang lama. Menurut hasil

penelitian Perbasya, (2021) yaitu hipertensi merupakan faktor pencetus

utama terjadinya stroke, baik stroke hemoragik ataupun stoke non

hemoragik. Hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan darah

perifer sehingga menyebabkan sistem hemodinamik yang buruk dan

terjadilah penebalan pembuluh darah serta hipertrofi dari otot jantung.

Berdasarkan hasil penelitian hipertensi meningkatkan risiko 3,8 kali

terkena stroke, untuk mencegah supaya orang yang mempunyai

hipertensi tidak sampai menjadi stroke adalah rutin mengecek tekanan

darahnya dan menjaga pola hidup yang sehat dengan menghindari

makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah.


146

Berdasarkan uraian diatas, Tn. S dan Tn. R mempunyai riwayat

hipertensi sehingga riwayat hipertensi tersebut merupakan salah satu

faktor penyebab dari stroke.

c. Pemeriksaan Fisik

6) Hemiparase

Keluhan utama Tn. S dan Tn. R yaitu dibagian ekstremitas

yaitu merasa kaku, berat dan tampak kelemahan pada otot bagian

ekstremitas (Hemiperase). Hemiparese adalah gangguan atau

kelemahan pada salah satu sisi tubuh. Pada pasien stroke

hemiparese terjadi karena terdapat sumbatan di otak dapat berupa

thrombus atau embolus yang dapat menyebabkan aliran darah ke

otak menurun sehingga menyebabkan suplai oksigen ke otak juga

menurun dan akhirnya menyebabkan infark yang menyebabkan

kelemahan salah satu sisi tubuh. Hemiparese merupakan salah

satu komplikasi yang dialami oleh penderita stroke dimana

hemiparese pada ekstremitas dapat menyebabkan berbagai

keterbatasan sehingga pasien stroke dapat mengalami

ketergantungan dalam beraktivitas (Rahmadani & Rustandi,

2019). Menurut Pratiwi & Rahmayani, (2021) kelumpuhan

sebelah pada tubuh pada pasien stroke tergantung letak kerusakan

di otak, infark akibat kelainan vaskuler di otak dan hemisfer

tertentu dapat menyebabkan hemiparesis yang ditandai dengan

adanya deficit motorik, penelitian ini sejalan dengan masalah


147

yang dialami Tn. S mengalami kelumpuhan motoric dibagian

ekstremitas kanan sedangkan Tn. R mengalami kelumpuhan

motorik dibagian ekstremitas kiri.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut teori terdapat 3 diagnosa keperawatan yang timbul pada

pada pasien stroke di keluarga antara lain, gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, Penurunan Koping

keluarga berhubungan dengan kurangnya dukungan yang diberikan

keluarga kepada pasien , defisit perawatan diri berhubungan dengan

gangguan neuromuscular. Sedangkan diagnosa keperawatan yang

ditemukan setelah melakukan pengkajian dan menganalisa data pada

keluarga Tn. S dan Tn. R dengan penyakit Stroke di Jln. Moh Toha, Gg.

Ciburuy RW.06 Kel Ciseureuh Kec. Regol Kota Bandung,Maka penulis

mengangkat dua diagnosa keperawatan yaitu :

a. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan kelemahan otot

ditandai dengan stroke

Diagnosa yang menjadi prioritas dalam studi kasus ini adalah

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan

otot (PPNI, 2016). Diagnosa ini ditegakkan karena data-data kedua

pasien mengarah kepada diagnosa tersebut dibuktikan dengan

penurunan kekuatan otot pada ekstremitas kanan pada Tn.S dan Tn. R

penurunan kekuatan otot pada ekstremitas, hal ini sama dengan

penelitian Wicaksono, (2017) bahwa kelemahan atau penurunan


148

kekuatan otot yang dialami pada penderita Stroke Non Hemoragik

sebagai akibat dari penyempitan arteri yang mengarah ke otak

sehingga suplai darah ke otak berkurang yang berdampak penderita

mengalami gangguan mobilitas fisik dan sulit untuk melakukan

aktivitas.

b. Penurunan Koping Keluarga Berhubungan dengan tidak cukupnya

dukungan yang diberikan keluarga kepada klien.

Masalah Penurunan Koping Keluarga ini muncul karena

berdasarkan data yang penulis temukan yaitu Tn. S mengatakan

sudah tidak ada yang peduli dengan dirinya kecuali anaknya yang

pertama, Pasien mengakui dirinya sakit hati karena tidak ada yang

mengurus dirinya, Tn. S merasa dirinya tidak ada yang mau

mengurus, Pasien juga merasa keluarga nya acuh tak acuh kepadanya.

Dari data obyektif yang terlihat Tampak hubungan komunikasi pasien

dan keluarga tidak baik terutama dengan menantunya. Selain itu

tampak ketidakharmonisan hubungan pasien dengan keluarga, Orang

terdekat pasien tampak acuh tak acuh kepadanya, terlihat anggota

keluarganya hanya memberi dia makan saja tanpa memperhatikan

kondisi klien yang lainnya.

Data pada klien tersebut sesuai dengan gejala dan tanda mayor juga

minor diagnosa keperawatan penurunan koping keluarga pada Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) . Selain itu pernyataan

diatas juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kitu et al.,
149

2019) yang menyebutkan bahwa Keluarga dengan salah satu pasien

Stroke bisa mengalami konflik yang tinggi, menjadi beban objektif

dan subjektif, saling menyalahkan, keterlibatan dalam permusuhan

antar anggota keluarga. Kondisi yang dialami oleh anggota keluarga

yang mengalami masalah stroke dapat meningkatkan stres keluarga

karena biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga untuk pengobatan

pasien dan adanya stigma yang keliru dari masyarakat sehingga

keluarga mengganggap bahwa anggota keluarga yang mengalami

gangguan stroke adalah sebuah aib (Kitu et al., 2019)

c. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan berhubungan dengan

adanya upaya peningkatan manajemen kesehatan Untuk Diagnosa

keperawatan.

Masalah keperawatan kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

muncul karena berdasarkan data yang penulis temukan Tn. R

mengatakan sudah tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang

dapat memicu terjadinya hipertensi, Tn. R mengatakan sering jalan-

jalan selama 30 menit sehari dihalaman rumahnya, Tn.R mengatakan

sudah mengetahui dirinya mempunyai penyakit stroke 2 tahun yang

lalu, selain itu pasien dapat menyebutkan makanan yang tidak

diperbolehkan bagi penderita stroeke, Pasien mengetahui banyak

tentang penyakit yang dideritanya. Data pada klien tersebut sesuai

dengan gejala dan tanda mayor juga minor diagnosa keperawatan


150

Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan pada Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia (SDKI)

C. Intervensi Keperawatan

Pada tahap intervensi keperawatan, penulis menyusun tujuan dan

rencana keperawatan mengacu pada permasalahan yang muncul pada

klien. Tujuan dan intervensi keperawatan ini disusun berdasarkan Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI). Maka dari itu, penulis menyusun tujuan

dan rencana keperawatan sebagai berikut:

a. Perencanaan Gangguan Mobilitas Fisik

Intervensi atau perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses

keperawatan. Perumusan intervensi sudah sesuai dengan tinjauan teori.

Rencana tindakan yang penulis buat untuk mengelola kedua pasien sudah

sesuai dengan diagnosa yang telah ditegakkan, secara keseluruhan

intervensi yang penulis rencanakan sesuai dengan PPNI, (2018) yaitu

monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi, rasionalnya untuk

mengetahui kondisi umum saat melakukan mobilisasi. Monitor frekuensi

jantung dan tekanan darah, rasionalnya untuk mengetahui frekuensi

jantung dan tekanan darah saat akan melakukan mobilitas fisik.

Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan, rasionalnya untuk

mengetahui toleransi fisik saat bergerak. Jelaskan tujuan dan prosedur

mobilisasi, rasionalnya agar pasien mengetahui tujuan dan prosedur dari

mobilisasi. Fasilitasi melakukan pergerakan (misalnya.latih pasien ROM),


151

rasionalnya untuk membantu dalam latihan pergerakan. Libatkan keluarga

untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan (ROM),

rasionalnya untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan.

Penulis melakukan tindakan ROM dengan tujuan meningkatkan

kekuatan otot hal ini didukung dengan hasil penelitian Purba et al., (2022)

menyatakan bahwa dengan melakukan tindakan ROM sedini mungkin dan

dilakukan berkali-kali dalam waktu satu hari mampu meningkatkan

kekuatan otot selain itu bertujuan untuk pemulihan anggota gerak tubuh

yang kaku atau cacat.

b. Perencanaan Penurunan Koping keluarga

Perencanaan dengan tujuan setelah dilakukan kunjungan 4 kali

dalam dua minggu diharapkan status koping keluarga meningkat dengan

kriteria hasil Tn. S yaitu perasaan diabaikan pasien menurun, Kemampuan

memenuhi kebutuhan pasien meningkat, Komitmen pada

perawatan/pengobatan pasien meningkat dan Komunikasi antar pasien dan

anggota keluarga membaik. Beberapa tujuan tersebut sejalan dari

penelitian yang dilakukan oleh Kusumo Dewi et al., (2023) yang

menyebutkan bahwa Dukungan fisik dan sosial dari anggota keluarga,

teman, penyedia layanan kesehatan dan profesional lainnya sangat

penting bagi pengasuh stroke untuk memenuhi kebutuhan akan

tuntutan kepedulian yang juga akan bermanfaat bagi penderita stroke.

Sebuah studi prospektif yang akan dilakukan, dengan menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif, untuk memahami


152

perubahan pengalaman perawatan di berbagai tahapan untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena pemberian perawatan

(Md Mizanur Rahman et al., 2020)

D. Implementasi Keperawatan

Tahap implementasi dimulai setelah rencana dan tindakan

keperawatan disusun untuk membantu klien melakukan tujuan yang

dilakukan (Nursalam, 2011). Implementasi keperawatan dilakukan dengan

mengacu pada intervensi yang sudah ditegakan atau direncanakan. Pada

tahap ini penulis bersama dengan keluarga Tn. R melakukan tindakan

keperawatan dalam mengatasi masalah yang mengacu pada rencana

asuhan keperawatan yang telah dibuat. Adapun implementasi keperawatan

yang dibuat penulis antara lain:

a. Implementasi Keperawatan pada Gangguan Mobilitas Fisik

Implementasi keperawatan dilakukan dengan mengacu pada

intervensi yang sudah ditegakan atau direncanakan. Intervensi yang

sudah direncanakan dapat diimplementasikan seluruhnya tanpa adanya

hambatan. Tindakan ROM yang diberikan pada kedua pasien

dilakukan selama 4 hari, pada Tn. S dilakukan pada tanggal 9-15 Mei

2023 dan pada Tn. R dilakukan pada tanggal 9-15 Mei 2023.

Bedasarkan hasil dari pelaksanaan yang dilakukan kepada Tn.S (62

Tahun) dalam kurun waktu 4 hari secara rutin dilakukan ROM terjadi

peningkatan kekuatan otot ditandai dengan Tn.S sudah mulai

melakukan aktifitas yang sebelumnya tidak bisa dilakukan secara


153

mandiri. Pada Tn. R (70 tahun) terjadi peningkatan otot ekstremitas

dalam kurun waktu 6 hari setelah dirinya rutin melakukan ROM hal

ini ditandai dengan pengakuannya yang merasa badan sedikit lebih

ringan terutama dibagian ekstremitas kiri dan Tn.R sudah mulai

membiasakan diri untuk ikut sholat berjamaah di masjid dengan

menggunakan kursi. Hal ini sesuai dengan pemaparan yang telah

penulis utarakan di bagian pembahasan implementasi keperawatan.

Dari implementasi yang dilakukan terdapat perbedaan waktu

peningkatan kekuatan otot pada Tn. S dan Tn. R karena faktor usia

yaitu perbedaan usia antara Tn. S (62 tahun) dan Tn.R (70 tahun).

Menurut Potter & Perry, (2010) menyatakan bahwa usia

mempengaruhi sistem tubuh dan akan mempengaruhi sistem

muskuloskeletal sehingga semakin bertambah usia maka fungsi

muskuloskeletal semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan studi

kepustakaan oleh Azizah, (2019) yang menunjukan bahwa semakin

bertambahnya umur manusia, maka terjadilah proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan pada diri manusia.

Pada penuaan terdapat adanya perubahan fisiologis mengenai sistem

muskuloskeletal, salah satunya otot yang dapat mempengaruhi

tindakan ROM sehingga peningkatan kekuatan otot pada usia lanjut

memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan usia muda.

b. Implementasi Keperawatan Pada Penurunan Koping Keluarga.


154

Pada masalah yang kedua, penulis melakukan tindakan

keperawatan untuk dukungan koping keluarga dengan tujuan

pasientidak merasa diabaikan, kapasitas prioritas untuk mengurus dan

merawat pasien sampai sembuh, dan hubungan harmonis tercipta

antara pasien dan keluarga. Sehingga hubungan baik antar keluarga

dengan pasien dapat meningkatkan dukungan koping keluarga kepada

pasien baik itu dukungan emosional maupun dukungan mental.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga mampu

membantu dan memberikan koping yang positif pada pasien, sehingga

dapat membantu meningkatkan kesehatan klien dan terhindar dari hal-

hal yang dapat membahayakan kondisi pasien. Asumsi yan muncul

dari penulis bahwa dukungan antar anggota keluarga sangat

berpengaruh pada keluarga itu sendiri dan subjek yang sedang sakit.

Penulis sependapat dngan teori oleh Arinda (2020) peran keluarga

sesuai dengan tugas-tugas keluarga dalam bidang keshatan adalah

memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, misalnya

membantu penderita berlatih, memberi semangat dan motivasi,

menjaga kebersihan diri dan mempertahankan hubungan sosial.

Dukungan dan perhatian yang baik dari keluarga dapat mempercepat

proses penyembuhan terutama pada subjek dengan stroke sesuai

dengan teori yang disampaikan oleh suratini (2019) peran keluarga

yang baik membuat keyakinan penderita untuk sembuh semakin

meningkat sehingga menyebabkan klien memiliki semangat dan


155

motivsi dalam proses penyembuhan Suasana keluarga yang

mendukung, menghargai dan mempunyai pandangan positif akan

menghasilkan perasaan yang positif dan berarti.

c. Implementasi Keperawatan Pada Kesiapan Peningkatan Manajemen

Kesehatan

Pada masalah yang ketiga penulis melakukan tindakan

keperawatan memberikan edukasi kesehatan kepada klien dan

keluarga mengenai faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan,

komplikasi penyakit Stroke, pentingnya menjaga pola makan dan

pentingnya memeriksa kondisi kesehatan. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan keluarga mampu membantu dan memberikan

dukungan pada klien, sehingga dapat membantu meningkatkan

kesehatan klien dan terhindar dari hal-hal yang mengganggu

kesehatan klien.

Intervensi yang sudah direncanakan dapat diimplementasikan

seluruhnya tanpa adanya hambatan. Tindakan ROM yang diberikan

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari rangkaian

proses keperawatan yang berguna untuk menilai seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya berhasil dicapai

(Nursalam, 2011). Pada kasus Keluarga Tn. S dan Tn. R dengan penyakit

Stroke di Jln. Moh Toha, Gg. Ciburuy RW.06 Kel Ciseureuh Kec. Regol
156

Kota Bandung evaluasi yang digunakan sesuai dengan teori yang ada yaitu

dengan menggunakan SOAPIER.

a. Evaluasi Keperawatan pada Gangguan Mobilitas Fisik

Pada kasus Tn. S dan Tn. R dengan masalah gangguan mobilitas

fisik telah diberikan tindakan ROM selama 4-6 hari dengan waktu 30

menit setiap hari secara rutin telah menunjukkan adanya peningkatan

kekuatan otot yaitu sebelum dilakukan tindakan ROM kekuatan otot 3

kemudian setelah dilakukan tindakan ROM selama 6 hari kekuatan

otot meningkat menjadi 4-5. Akan tetapi terdapat perbedaan dari kedua

pasien yaitu pada Tn.S (62 Tahun) dalam kurun waktu 4 hari secara

rutin dilakukan ROM terjadi peningkatan kekuatan otot ditandai

dengan Tn.S sudah mulai melakukan aktifitas yang sebelumnya tidak

bisa dilakukan secara mandiri. Pada Tn. R (70 tahun) terjadi

peningkatan otot ekstremitas dalam kurun waktu 6 hari setelah dirinya

rutin melakukan ROM hal ini ditandai dengan pengakuannya yang

merasa badan sedikit lebih ringan terutama dibagian ekstremitas kiri

dan Tn.R sudah mulai membiasakan diri untuk ikut sholat berjamaah

di masjid dengan menggunakan kursi. Hal ini sesuai dengan

pemaparan yang telah penulis utarakan di bagian pembahasan

implementasi keperawatan. Dari implementasi yang dilakukan terdapat

perbedaan waktu peningkatan kekuatan otot pada Tn. S dan Tn. R

karena faktor usia yaitu perbedaan usia antara Tn. S (62 tahun) dan

Tn.R (70 tahun). Menurut Potter & Perry, (2010) menyatakan bahwa
157

usia mempengaruhi sistem tubuh dan akan mempengaruhi sistem

muskuloskeletal sehingga semakin bertambah usia maka fungsi

muskuloskeletal semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan studi

kepustakaan oleh Azizah, (2019) yang menunjukan bahwa semakin

bertambahnya umur manusia, maka terjadilah proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan pada diri manusia.

Pada penuaan terdapat adanya perubahan fisiologis mengenai sistem

muskuloskeletal, salah satunya otot yang dapat mempengaruhi

tindakan ROM sehingga peningkatan kekuatan otot pada usia lanjut

memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan usia muda.

Hal ini terbukti efektif sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Adriani et al, 2019 bahwa Range Of Motion (ROM) jika

dilakukan sedini mungkin pada pasien stroke dan dilakukan dengan

benar dan secara terus-menerus akan memberikan dampak pada

kekuatan otot. Latihan ROM rata rata dapat meningkatkan kekuatan

otot serta pengaruh dari kekuatan otot. Pemberian metode range

of motion aktif ini bertujuan untuk melatih kelenturan dan kekuatan

otot serta sendi dengan cara menggunakan otot ototnya secara aktif

atau mandiri sehingga menjadi lebih efektif dalam upaya

meningkatkan kekuatan otot. Berdasarkan hasil analisa diatas

didapatkan adanya pengaruh latihan Range Of Motion (Aktif) Aktif

terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas bawah.


158

Dari hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh kedua

pasien dapat disimpulkan bahwa intervensi keperawatan dukungan

mobilisasi latihan ROM telah terlaksana dengan catatan pasien harus

terbiasa melakukan ROM sampai ekstremitas pasien yang mempunyai

keluhan bisa kembali normal, apabila terlaksana intervensi latihan

ROM bisa dihentikan dan tidak dilakukan kembali oleh pasien.

b. Evaluasi Keperawatan Pada Penurunan Koping Keluarga

Dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien

Tn.S untuk meningkatkan dukungan koping keluarga agar perawatan

Tn.S tetap dilakukan dengan maksimal. Intervensi yang dilakukan

dengan cara memperbaiki hubungan emosional antara pasien dan

keluarga, memperbaiki hubungan pasien dan keluarga agar tetap

harmonis serta memperbaiki komunikasi antar pasien dan keluarga ini

terbukti efektif dilakukan hanya dalam kurun waktu 2 kali kunjungan

sehingga dengan perasaan emosional yang telah berubah pada keluarga

pasien sehingga keluarga saling mendukung atas upaya upaya yang

dilakukan oleh pasien untuk sembuh kembali. Hal ini dibuktikan pada

saat dilakukan kunjungan dihari ke 3 dan ke 4, keluarga pasien terlihat

banyak memotivasi dan mendukung proses perawatan pasien, selain

itu keluarga juga sering mengingatkan untuk Tn.S agar selalu rutin

melakukan kegiatan ROM dan keluarga cenderung memiliki perbedaan

dari cara merawat sebelum dilakukan intervensi keperawatan.

c. Evaluasi Keperawatan Pada Kesiapan peningkatan Manajemen .


159

Evaluasi keperawatan untuk kesiapan peningkatan manajemen

kesehatan dengan kriteria hasil Tn. R melakukan tindakan untuk

mengurangi faktor risiko yaitu dapat menerapkan program perawatan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil klien dan

keluarga mengatakan lebih mengetahui dan memahami faktor risiko,

komplikasi penyakit stroke, pentingnya menjaga pola makan dan

pentingnya memeriksakan kondisi kesehatan. Dari hasil tersebut

masalah keperawatan kesiapan peningkatan pengetahuan teratasi dan

intervensi dihentikan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Keluarga

Tn. S dan Tn. R dengan penyakit Stroke di Jln. Moh Toha, Gg. Ciburuy

RW.06 Kel Ciseureuh Kec. Regol Kota Bandung melalui 5 proses asuhan

keperawatan, sehingga penulis dapat menyimpulkan:

1. Pengkajian asuhan keperawatan pada Keluarga Tn. S dan Tn. R dengan

penyakit Stroke di Jln. Moh Toha, Gg. Ciburuy RW.06 Kel Ciseureuh

Kec. Regol Kota Bandung dapat dilakukan dengan baik dan tidak

mengalami kesulitan dalam mengumpulan data. Selain itu, ditemukan data

bahwa hemiparese merupakan komplikasi dari stroke. Berdasarkan data

yang ditemukan dapat diambil kesimpulan bahwa stroke bisa menyerang

berbagai usia, dibuktikan pada kasus Tn. S (62 tahun) akibat gaya hidup,

sedangkan pada Ny. S (70 tahun) akibat proses degenerative

2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kedua pasien yaitu gangguan

mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai

dengan stroke. Diagnosa ini muncul pada kedua pasien disebabkan karena

adanya tanda dan gejala serta keluhan yang sama yaitu bagian ekstremitas

pasien mengalami kelemahan dan sulit untuk digerakan. Selain itu,

terdapat perbedaan diagnose kedua. Pada Pasien 1 (Tn.S) muncul diagnose

keperawatan penurunan koping keluarga berhubungan dengan tidak

cukupnya dukungan yang diberikan keluarga kepada klien. Diagnose ini


161

muncul disebabkan karena hubungan keluarga dengan pasien yang kurang

harmonis menyebabkan pasien merasa diabaikan dan tidak dirawat oleh

keluarga. Sementara pada pasien 2 (Tn.R) muncul diagnosa keperawatan

kesiapan peningkatan manajemen kesehatan berhubungan dengan adanya

upaya peningkatan manajemen kesehatan Untuk Diagnosa keperawatan

hal ini disebabkan karena pasien sudah banyak mengetahui tentang

penyakit stroke, pasien telah mengetahui makanan yang tidak boleh

dikonsumsi, dan pasien sudah mengetahui tentang pola aktifitas yang

harus dilakukan pasien dengan penyakit stroke.

3. Intervensi yang dilakukan kepada kedua pasien sama dikarenakan kedua

pasien memiliki tanda gejala dan masalah yang sama. Intervensi yang

dilakukan kepada Tn.S diantaranya dukungan Mobilisasi, Promosi latihan

ROM, dan promosi kepatuhan program latihan ROM serta dukungan

koping keluarga. Sementara intervensi yang diberikan kepada Tn.R yaitu

diantaranya dukungan Mobilisasi, Promosi latihan ROM, dan promosi

kepatuhan program latihan ROM dan edukasi kesehatan.

4. Implementasi Keperawatan yang sudah dilakukan selama 4 hari telah

sesuai dengan intervensi yang ada. Respon dari implementasi pada kedua

pasien dipengaruhi oleh usia, semakin bertambahnya usia maka fungsi

musculoskeletal semakin berkurang, terbukti pada Tn.S (62 tahun)

mengalami peningkatan kekuatan otot pada hari ke empat, sedangkan pada

Tn. R (70 tahun) mengalami peningkatan kekuatan otot pada hari ke enam.

Sedangkan pada intervesi keperawatan penurunan koping keluarga dan


162

kesiapan peningkatan manajemen kesehatan telah dilakukan dengan

respon yang sangat signifikan terhadap perubahan kemajuan pasien dan

keluarga.

5. Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi keperawatan

dimana hasil dari evaluasi keperawatan dengan dilakukannya ROM pada

pasien stroke dapat meningkatkan kekuatan otot ekstremitas. Sementara

pada penurunan koping keluarga didapatkan hasil yang signifikan

diantaranya dukungan keluarga pada pasien meningkat. Pada kesiapan

peningkatan manajemen kesehatan mempunyai hasil bahwa pasien sudah

siap untuk meningkatkan pengetahuan dan manajemen seputar pasien

stroke.

6. Pemberian tindakan ROM pasif terbukti dapat meningkatkan kekuatan otot

pada kedua pasien.

B. SARAN

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan

memperluas pengetahuan mengenai pasien dengan Stroke. dengan

adanya pengetahuan yang luas mahasiswa akan mampu

mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan

kesehatan kepada masyarakat mengenai stroke dan upaya pencegahan

dari penyakit tersebut.

2. Bagi Institusi Pendidikan


163

Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi

kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Stroke secara komprehensif dan dapat memfasilitasi buku sumber

keperawatan keluarga dengan lengkap dan terbaru sebagai referensi

untuk peningkatan kualitas, informasi terbaru, dan mutu pendidikan.

3. Bagi Penderita Stroke dan keluarga

Diharapkan bagi penderita stroke agar menjaga pola makan dengan,

melakukan latihan fisik range of motion (ROM), dan rutin memeriksa

kondisi kesehatan KE fasilitas kesehatan terdekat.


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, A., & Sary, N. (2019). Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Aktif
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah Lansia. Real in
Nursing Journal, 2(3), 118. https://doi.org/10.32883/rnj.v2i3.564

Eka Pratiwi Syahrim, W., Ulfah Azhar, M., & Risnah, R. (2019). Efektifitas
Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke:
Study Systematic Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 2(3), 186–191. https://doi.org/10.56338/mppki.v2i3.805

Kitu, I. F. M., Dwidiyanti, M., & Wijayanti, D. Y. (2019). Terapi Keperawatan


terhadap Koping Keluarga Pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa,
7(3), 253. https://doi.org/10.26714/jkj.7.3.2019.253-256

Kusuma, A. S., & Sara, O. (2020). Penerapan Prosedur Latihan Range Of Motion
(ROM) Pasif Sedini Mungkin Pada Pasien Stroke Non Hemorogik (SNH).
Ilmiah Indonesia, 5(10), 1015–1021. http://dx.doi.org/10.36418/syntax-
literate.v5i10.1706

Kusumo Dewi, A., Wijayanti, L., Septianingrum, Y., & Hasina Nur, S. (2023).
Jurnal Keperawatan. 15, 751–764.

Sari, F. M., Hasanah, U., Dewi, N. R., Dharma, A. K., & Metro, W. (2023).
Application of Mirror Therapy To Upper Extremity Muscle Strength in Non-
Hemorrhagic Stroke Patients in the Nervous Room of General Hopital Rsud
Jend. Ahmad Yani Metro. Jurnal Cendikia Muda, 3(3), 337–346.

164
LAMPIRAN

Lampiran 1 1 Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN PENYULUHAN ACARA

Pokok Bahasan : Penatalaksanaan Penyakit Tidak Menular (Stroke)

Sub Pokok Bahasan :

1. Menjelaskan dengan tepat pengertian stroke

2. Menjelaskan dengan tepat gejala dan penyebab stroke

3. Menjelaskan dengan tepat makanan yang boleh dan tidak boleh

dikonsumsi pada pasien dengan penyakit stroke

4. Menjelaskan dengan tepat penatalaksanaan stroke

Waktu :

Hari, Tanggal : Selasa, 09 Mei 2023

Waktu : 1 x 20 Menit, dari Pukul 10.30 - 10.45 WIB

Tempat : Ds. Ciburuy RT/RW 007/006, Kelurahan Ciseureuh, Kec.Regol

Kota Bandung

Sasaran : Keluarga Tn.S dan Tn. R RW.06. Kelurahan Ciseureuh,

Kec.Regol Kota Bandung

Tujuan :

1. Tujuan Penyuluhan Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 20 menit, Keluarga Tn.S dan Tn.

R di RW.06. Kelurahan Ciseureuh, Kec.Regol Kota Bandung mengetahui

tentang penyakit Diabetes Mellitus.

165
2. Tujuan Penyuluhan Khusus :

a. Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 20 menit, Keluarga Tn.S dan

Tn. R dan RW.06. Kelurahan Ciseureuh, Kec.Regol Kota Bandung

dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit tidak menular

(Stroke) dengan benar.

b. Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 20 menit, Keluarga Tn.S dan

Tn. R di RW.06. Kelurahan Ciseureuh, Kec.Regol Kota Bandung

mampu mengetahui penyebab dan gejala penyakit tidak menular

(Stroke) dengan benar.

c. Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 20 menit, Keluarga Tn.S dan

Tn. R di RW.06. Kelurahan Ciseureuh, Kec.Regol Kota Bandung

mampu mengetahui makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi

pada pasien dengan penyakit stroke dengan benar.

d. Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 20 menit, Keluarga Tn.S dan

Tn. R di RW.06. Kelurahan Ciseureuh, Kec.Regol Kota Bandung

mampu mengetahui penatalaksanaan stroke dengan benar.

Materi Penyuluhan :

1. Pengertian Penyakit tidak menular (Stroke)

2. Penyebab Penyakit tidak menular (Stroke).

3. Makanan yang dapat menyebabkan Penyakit tidak menular (Stroke)

4. Penatalaksanaan Penyakit tidak menular (Stroke).

Proses Kegiatan Penyuluhan:

166
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu

1. Pendahuluan 5 Menit

A. Mengucapkan salam A. Menjawab Salam

B. Perkenalan B. Memperhatikan

C. Menjelaskan topik penyuluhan Penyuluh

D. Menjelaskan tujuan penyuluhan

E. Menjelaskan waktu penyuluhan

2. Penyampaian Materi : 10 menit

A. Materi A. Memperhatikan

1. Pengertian Penyakit tidak penjelasan materi

menular (Stroke) B. Bertanya

2. Penyebab Penyakit tidak C. Memperhatikan

menular (Stroke). jawaban dari

3. Makanan yang dapat penyuluh

menyebabkan Penyakit tidak

menular (Stroke)

4. Penatalaksanaan Penyakit

tidak menular (Stroke).

B. Memberikan kesempatan untuk

bertanya

C. Menjawab pertanyaan peserta

3. Penutup 5 Menit

A. Menyimpulkan hasil penyuluhan A. Memperhatikan

167
B. Mengakhiri dengan salam kesimpulan dari

penyuluhan

B. Menjawab Salam

Media : Leaflet, dan Poster

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Evaluasi :

1. Pengertian Penyakit tidak menular (Stroke)

2. Penyebab Penyakit tidak menular (Stroke).

3. Makanan yang dapat menyebabkan Penyakit tidak menular (Stroke)

4. Penatalaksanaan Penyakit tidak menular (Stroke).

Jawaban :

1. Pengertian Stroke

Stroke adalah sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresi cepat,

berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau

lebih, atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan

oleh gangguan peredaran darah non-traumatik. Jenis Stroke dibagi menjadi

dua, antara lain:

a. Stroke karena perdarahan. Stroke ini terjadi karena satu atau beberapa

pembuluh darah di otak pecah.

b. Stroke karena penyumbatan. Stroke ini terjadi karena pembuluh darah di

otak mengalami penyumbatan oleh kolesterol atau lemak lain sehingga

168
suplai oksigen ke otak terhambat. Otak tidak dapat bernapas sehingga

fungsi jaringannya terganggu

2. Tanda dan Gejala Stroke

Gejala stroke tergantung luas dan area otak yang mengalami gangguan

stroke. Gejala Stroke secara umum sebagai berikut:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya satu sisi saja) yang

timbul mendadak.

b. Gangguan kepekaan pada satu atau lebih anggota badan

c. Perubahan mendadak status mental (bingung, mengigau, koma)

d. Afasia (bicara tidak lancar, ucapan kurang, atau sulit memahami ucapan)

e. Disartria (bicara pelo atau cadel)

f. Gangguan penglihatan atau diplopia (penglihatan dobel)

g. Ataksia (kesulitan gerakan)

h. Vertigo, mual, dan muntah, atau nyeri kepala

3. Makanan/Diet untuk Pasien Stroke

a. Pasien stroke dianjurkan untuk makan:

1) Sumber karbohidrat: beras, kentang, ubi, singkong, tapioca, biscuit,

bihun

2) Sumber protein hewani: daging sapi dan ayam tanpa kulit, ikan, telur

ayam, susu skim

3) Sumber protein nabati: semua kacang-kacangan dan produk olahannya

(tahu & tempe)

169
4) Sayuran: bayam, wortel, kangkung, kacang panjang, labu siam, tomat,

toge. Buah: buah segar, dijus ataupun diolah dengan cara disetup,

seperti pisang, papaya, manga, jambu biji, melon, semangka.

5) Sumber lemak: minyak jagung dan mintak kedelai, margarin dan

mentega dalam jumlah terbatas, dan santan encer.

b. Makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita stroke:

1) Sumber karbohidrat: mie, soda (baking powder), kue-kue yang terlalu

manis

2) Sumber protein hewani: daging sapid an ayam yang berlemak, jeroan,

keju, protein hewani yang diawetkan

3) Sumber protein nabati: pindakas, produk kacang-kacang olahan yang

diawetkan.

4) Sayuran: Sayuran yan gmengandung gas seperti kol, sawi, kembang

kol, dan lobak

5) Buah-buahan: buah-buahan yan gmengangung gas seperti durian,

nangka, dan buah-buahan yang diawetkan (buah kaleng)

6) Sumber lemak: santan kental dan produk goring-gorengan.

4. Penatalaksanaan Penyakit Stroke.

1) Pada saat terjadi serangan

Stroke merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Periode Emas

stroke hanya 3-6 jam, sehingga penatalaksanaan cepat, tepat, dan cermat

170
berperan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Deteksi dini

stroke dapat dilakukan dengan F.A.S.T.

Face (Wajah) Minta pasien untuk senyum. Lihat apakah salah satu sisi

wajahnya turun?

Arms Minta pasien mengangkat kedua lengan. Lihat apakah

(Lengan) salah satu lengan tidak bisa diangkat?

Speech Minta pasien bicara. Perhatikan apakah ucapannya pela

(Bicara) atau tidak jelas?

Time Jika Anda menemukan tanda-tanda tersebut, segera

(Waktu) hubungi unit perawatan terdekat.

2) Pasien Pasca Stroke

a) Latihan ROM Aktif atau Pasif

Merupakan latihan gerak untuk melatih otot dan saraf yang lemah

agar dapat berfungsi normal kembali. Latihan Gerak Aktif dilakukan

oleh pasien sendiri, sedangkan latihan gerak pasif otot pasien

digerakkan oleh orang lain.

b) Memonitor tekanan darah secara rutin

c) Meminum obat sesuai anjuran dokter

d) Melakukan diet rendah garam dan rendah lemak

e) Melakukan olahraga sesuai kondisi.

171
Lampiran 1 2 Poster

172
Lampiran 1 3 Lembar Kegiatam Bimbingan Karya Ilmiah Akhir

173
CURRICULUM VITAE (CV)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Arya Rahmawan

Tempat Tanggal lahir : Garut, 31 Mei 2000

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Universitas/ PT : Universitas ‘Aisyiyah Bandung

Fakultas/Prodi : Ilmu Keperawatan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Kp. Bojong Gedang Rt/Rw 02/03 Ds. Maripari Kec.
Sukawening (44184 ) Kab. Garut Prov. Jawa Barat

Telp/Ponsel : 083870689159

Email : aryarahmawan3152@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN MARIPARI VI 2007 – 2012


2. MTS MARIPARI 2012 – 2015
3. SMA MUHAMMADIYAH 3 PLUS 2015 – 2018
BANDUNG
4. UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG 2018 – sekarang
PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ketua OSIS MTs MARIPARI 2011 – 2012


2. PRAMUKA MTs Maripari 2011 - 2012
3. Ketua UMUM PR IKATAN PELAJAR 2017 - 2018
MUHAMMADIYAH SMA Muhammadiyah 3
Plus Kota Bandung

174
4. Ketua Bidang Kajian Dakwah Islam PC 2016 – 2018
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
SUKAJADI
5. Ketua Umum DEWAN PERWAKILAN 2020 – 2021
MAHASISWA UNIVERSITAS AISYIYAH
BANDUNG

Bandung, 28 Juli 2022

Arya Rahmawan

175

Anda mungkin juga menyukai