Anda di halaman 1dari 1

a Glimpse of You.

Menahun kau dan aku di sini. Berapa lembar tisu yang kau habiskan setiap malam? Aku tak
mampu membayangkan betapa dinginnya dinding dan lantai kamarmu kala itu. Alas ibadah
yang kau biarkan terhampar mungkin menjadi saksi bisu ketika air matamu terus mengalir.
Kehadirannya selalu kau tunggu, namun kepergiannya semakin nyata. Aku tak mampu
membayangkan betapa kalutnya hatimu kala itu, namun nyatanya itu yang ada dalam
bayangku. Kau menyendiri dan sendiri semakin terasa menyedihkan ketika di sini aku
mencoba mengantarkan doa terbaik untukmu. Aku semakin yakin kau terpuruk karena rasa
sedihmu sampai kepadaku di setiap malam. Aku tak mampu mengingkari rasa sakitmu, ketika
kau menjadi satu yang aku sayang maka kau tak layak lagi untuk didera. Namun yang sangat
aku sesali ketika itu aku tak bisa berbuat apa-apa.

***

Kini, kau pun mengerti bahwa tak semua bisa dimiliki. Kau berdansa seorang diri menunggu
kekasih namun kau juga tak peduli jika ia tak datang. Raut wajahmu semakin cerah, matamu
tak lagi sembab. Dan aku kembali jatuh kepadamu. Apa kau mendengar seseorang mengetuk
pintumu? Tetapi ia akan masuk hanya bila kau membuka pintu dan menyambutnya. Di luar
ruangan, ia sedang bersenandung kecil untukmu. Menyanyikan kalimat hati terbaiknya, ia
tampak ceria dalam mengagumi. Setiap langkahnya menyebut namamu. Ia berhenti hanya
bila ia mati.

***

Kau begitu menyenangkan. Jika boleh aku meminta, jangan lagi hadirkan tangismu. Merasa
tersakiti hanya apabila aku tak pernah ada di sini sebelumnya. Namun nyatanya aku ada di
sini, jadi jangan anggap dirimu tak pernah dicintai dengan semestinya. Tak ada yang berkata
jika aku yang terbaik, bahkan aku tak menampiknya. Namun, hal baik akan selalu datang bila
itu untukmu.

Anda mungkin juga menyukai