Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan work family conflict dengan psychological well-
being pada ibu yang bekerjasebagai perawat di RS Sumber Kasih Cirebon. Hipotesis yang diajukan adalah
ada korelasi negatif signifikan antara work family conflict dengan psychological well-being pada ibu yang
bekerjasebagai perawat. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai perawat di RS Sumber
Kasih Cirebon sebanyak 50 perawat. Pengumpulan data di lakukan dengan skala work family conflict dan
skala psychological well-being. Analisis data menggunakan metode korelasi product moment. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara work family conflict dengan
psychological well-being, dengan nilai r = -0,572 dan nilai signifikansi = 0,000 (p < 0,05). Artinya semakin
tinggi work family conflict maka psychological well-being nya semakin rendah yang dimiliki oleh Ibu yang
bekerja sebagai perawat di RS Sumber Kasih Cirebon .Demikian sebaliknya, semakin rendah work family
conflictmaka semakin tinggi psychological well-being yang dimiliki ibu yang bekerja sebagai perawat di RS
Sumber Kasih Cirebon.
Kata Kunci: Work Family Conflict, Psychological Well-Being, Ibu Perawat
Dalam hal ini alasan perawat yang sudah 2017). Pekerjaan dengan sistem shift
menikah menomerduakan masalah memiliki dampak positif dan negatif.
keluarga dan lebih fokus pada pekerjaan Perawat wanita yang bekerja sistem shift
mereka. lebih rentan mengalami work family
Hasil wawancara yang dilakukan conflict yang lebih tinggi karena sistem
penulis dengan tiga ibu yang bekerja sift menyita waktu bersama keluarga
sebagai perawat di RS Sumber Kasih (Rosyad, 2017). Dikarenakan system Sift
Cirebon menunjukkan fenomena work menyita waktu keluarga terkhususnya sift
family conflict dari ibu yang bekerja malam membuat perawat wanita menjadi
sebagai perawat terkadang datang lebih memikirkan anak dan keluarga
terlambat dikarenakan harus mengurus dirumah karena tidak dapat mengurus
anak, melakukan tugas ibu rumah tangga keluarga sehingga dapat
seperti memasak, mencuci dan menimbulkanwork family conflict.
membersihkan rumah, mengurus anak Penelitian yang dilakukan Rosyad
serta mengurus keperluan suami pada pagi (2017) di ruang rawat inap RSU Cibabat
hari, lalu bukan hanya itu saja perawat Cimahi tahun 2016 menunjukkan tingkat
memiliki jam kerja cukup padat beberapa work family conflict perawat wanita
perawat memutuskan untuk menggunakan berada pada kategori tinggi.Perawat
jasa asisten rumah tangga dalam adalah profesi yang tidak bisa
keperluan keluarga dan juga menitipkan dikesampingkan dalam rumah sakit,
anaknya ketika seorang ibu tersebut harus bukan hanya menghadapi dan melayani
pergi bekerja. Belum lagi ketika seorang orang sakit, namun juga berhadapan
ibu yang bekerja sebagai perawat berbagai masalah peraturan, prosedur, dan
mendapatkan shift pada malam hari. Yang birokrasi dari rumah sakit yang
seharusnya tugas seorang ibu menidurkan memerlukan ketahanan fisik dan mental.
anaknya di malam hari atau membimbing Dan pembagian tugas kerja yang kurang
anaknya ketika mengerjakan tugas, tapi dalam pekerjaan mengakibatkan masalah
seorang ibu perawat tersebut tidak bisa yang terdapat antara keluarga dan
melakukannya dikarenakannya pekerjaannya (Amaliya, 2015)..
dikarenakan harus bekerja. Work family conflict yang dialami
Shift kerja sistem untuk oleh setiap perempuan berbeda. Hal ini
meningkatkan produksi atau pelayanan juga dikemukakan dalam penelitian yang
selama 24 jam dalam sehari (Rosyad, dilakukan Himan dan Putri (dalam Saman
dan Eva, 2012) bahwa ibu bekerja Tujuan hidup merupakan dimensi
(berkarir) mengalami dilema. Seperti yang dalam psychological well-being (PWB).
dikatakan Frone, Russell dan Cooper Menurut Ryff (dalam Ajeng, 2016)
(dalam Ajeng, 2016) konflik peran ganda menjelaskan bahwa individu dikatakan
merupakan salah satu sumber stres dan memiliki psychological well-being tinggi
mempengaruhi kondisi well-being jika memiliki tujuan, niat dan arah dalam
seseorang. Dikarenakan ibu dituntut untuk tujuan hidup, yang memiliki perasaan
memiliki peran ganda yang membuat bahwa hidup bermakna. Tetapi tidaklah
PWB menjadi rendah ,Sesuai dengan mudah menciptakan psychological well-
penelitian Sianturi dan Zulkarnain (dalam being menurut Ahmad (dalam Sianturi
Indriani dan Inhastuti, 2016) bahwa ada dan Zulkarnain, 2013).
korelasi negatif antara work family Dalam hal ini individu tidak
conflict dengan PWB, yaitu semakin tinggi memenuhi pemenuhan keluarga yang
tingkat work family conflict seseorang kemudian membuat pemenuhan tuntutan
maka rendahnya tingkat PWB. pekerjaan dan tuntutan keluarga menjadi
TINJAUAN PUSTAKA tidak seimbang. Ketidakseimbangan
Hubungan antara Work Family Conflict tersebut memunculkan work-family
dengan Psychological Well Being conflict menurut Greenhaus & Beutell
Kesejahteraan merupakan tujuan (dalam Sianturi dan Zulkarnain, 2013).
utama dalam hidup. Kesejahteraan dapat Boyar, Maertz, Mosley dan Carr
diperoleh melalui beberapa cara, salah (dalam Sianturi dan Zulkarnain, 2013)
satunya dengan bekerja, karna pekerjaan menjelaskan bahwa ambigiuitas kerja
yang layak menjamin individu berkorelasi positif dengan tuntutan
memperoleh kesejahteraan dalam pekerjaan yang dapat menimbulkan work-
hidupnya, individu dituntut untuk bekerja family conflict. Hasil studi Lu, Gilmour,
keras tujuannya untuk memperoleh Kao & Huang (dalam Sianturi dan
kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja Zulkarnain, 2013) menyatakan bahwa
diperoleh dari gaji, beban kerja dan konflik dalam keluarga berkorelasi negatif
tekanan dalam bekerja. Individu dengan kebahagiaan individu di tempat
memperoleh kepuasan kerja jika upah kerja, sejalan dengan itu Byron (dalam
sesuai dengan beban kerja dan kepuasan Sianturi dan Zulkarnain, 2013)
dalam bekerja berdampak pada tujuan menjelaskan bahwa konflik dalam
hidup. keluarga akan menyebabkan individu
JUMLAH 50 100
tinggal bersama.
Min = 24 Max = 58 Mean41,94 SD=10
Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknk
Psychological Well-Being
sampling jenuh, yaitu teknik pengambilan
Berdasarkan hasil analisis dari
sampel dengan mengambil semua
variabel work family conflictdidapat skor
populasi untuk menjadi sampel
tertinggi adalah 93 dan skor terendah
(Sugiyono, 2007). Teknik analisis data
adalah 55
yang digunakan untuk melihat ada
Tabel 2 Kategorisasi Pengukuran Skala
tidaknya hubungan antara work family
Psychological Well-Being
conflict dengan psychological well being,
Interval Kategori Frekuensi %
penelit menggunakan analisis korelasi Sangat
76,25 X 93 23 46
Tinggi
Pearson-product moment
59,5 X 76,25 Tinggi 22 44
HASIL DAN PEMBAHASAN
42,75 X 59,5 Rendah 5 10
Analisis Deskriptif
Sangat
26 X 42,75 0 0
Berdasarkan hasil perhitungan batas Rendah
JUMLAH 50 100
atas (skor minimum) dan batas atas (skor
Min = 55 Max = 93 Mean 73,96 SD = 16,75
maksimum), hasil tersebut dimasukan
kedalam kategorisasi tiap variabel yang
ini sejalan dengan penelitian dari Pratiwi adalah mengakui pekerjaan dan tanggung
(2000) bahwa terdapat hubungan yang jawab sebagai ibu merupakan bagian dari
negatif antara work-family conflict dengan hidup, terkait dengan kepentingan dan
psychological well-being didukung pemenuhan dari dalam diri. Hal ini berarti,
dengan adanya dukungan sosial dan ketegangan yang disebabkan oleh
dedikasi terhadap pekerjaan pada pertentangan antara peran dirumah dan di
karyawan. Hal ini berarti dengan tempat kerja memengaruhi PWB dalam
partisipan menunjukan kemampuan diri individu( Ajeng, 2016) oleh karena itu
pemikiran yang berbeda dan menurut terdapat hal positif dan negatif yang harus
Putrianti (2007) berpendapat bahwa diseimbangkan
perempuan yang bekerja cenderung PENUTUP
mempunyai pola pikir yang lebih terbuka, Kesimpulan
lebih energik, mempunyai wawasan yang Berdasarkan hasil penelitian maka
luas dan lebih dinamis. didapatkan kesimpulan, Ada hubungan
Sebagai seorang perawat para negatif signifikan work family conflict
wanita harus membagi waktu dan dengan psychological well being pada Ibu
perannya dalam satu waktu. Seorantg yang bekerja sebagai perawat di RS
perawat wanita yang mengalami work Sumber Kasih Cirebon. Sebagian besar
family conflict dikarenakan tidak bisa subjek dalam penelitian 64% memiliki
menyeimbangkan satu peran (sebagai ibu) work family conflict pada kategori tinggi,
terhadap peran lainnya (sebagai perawat. dan sebagian besar subjek 46% memiliki
Dimana Urusan pribadi sebagai ibu dan psychological well being pada kategori
bekerja akan sejalan setiap harinya dan sangat tinggi. Sumbangan yang diberikan
tidak akan menjadi hal yang tidak bisa work family conflict terhadap
simbang dan menciptakanwork family psychological well being sebesar 32,71 %
conflict (Prawitasari, 2007).Proses dan sisanya 67,29% dipengaruhi oleh
pencapaian psychological well-being pada faktor lain.
ibu bekerja. Dari hasil wawancara dengan Saran
ketiga ibu yang yang menjadi perawat dan Berdasarkan hasil penelitian, maka
mengalami work family conflictadalah terdapat beberapa saran yang dapat
menggunakan jasa asisten rumah tangga. diberikan penulis:
Ciri individu memiliki work family Bagi subjek. Perlunya komunikasi yang
conflict yang rendah dan PWB yang tinggi baik agar pembagian kerja yang seimbang
antara suami, istri dan anak, lalu bukan untuk penelitian selanjutnya dan bisa juga
hanya keluarga akan tetapi lingkungan melanjutkan penelitian ini dengan subjek
kerja dan jika semua pihak mendukung yang sama dikaitkan atau
maka akan terpenuhi tugas rumah tangga. ditambahkan dengan variabel lain agar
Bagi peneliti selanjutnya. Dapat dapat memberikan refrensi yang banyak.
digunakan sebagai tambahan refrensi
DAFTAR PUSTAKA Gruyter, Aldine de. 2003. John Morowsky
Ajeng, Syntia SA, I.G.A. 2016. Hubungan and Catherine E. Ross: Education,
Antara Konflik Peran Ganda Dengan Social Status and Health. Canadian
Psychological Well Being Pada Ibu Jurnal of Sociology Online, 242pp
Yang Bekerja Sebagai Kowad.
(skripsi). Salatiga: Fakultas Psikologi Handayani, Dias Tri dkk. 2011. Perbedaan
Universitas Kristen Satya Wacana Psychological Well-Being Ditinjau
Dari Strategi Self –Management
Amaliya, Riza. 2015. A Literature Review Dalam Mengatasi Work-Family
Work Family Conflict And Subjective Conflict Pada Ibu Bekerja. Jurnal
Well Being Inworking Woman Factors Psikologi: Program Studi Psikologi
Related To Both Variable. Seminar Fakultas Kedokteran Universitas
Psikologi & Kemanusiaan. Malang: Sebelas Maret Surakarta. Vol. 3,
Magister Psikologi Universitas No.2
Muhammadiyah Malang. ISBN: 978-
979-796-324-8 Herbyanti, Deni. 2009. Kebahagiaan
(Happiness) Pada Remaja Daerah
Amawidyati, Sukma A.G & Muhana S.U. Abrasi. Jurnal Ilmiah Bekala
2007. Religiusitas dan psychological Psikologi Fakultas Psikologi
well-being Pada Korban Gempa. Universitas Muhammadiah
Jurnal Psikologi. Universitas Gajah Surakarta. Vol. 11, No.2
Mada Yogyakarta. Vol. 34, No.2,
164-176. Indriani, Defi & Inhastuti Sugiasih. 2016.
Dukungan Sosial Dan Konflik Peran
Badan Pusat Statistik. 2018. Presentase Ganda Terhadap Kesejahteraan
Tenaga Kerja Formal Menurut Jenis Psikologis Karyawati PT.Sc
Kelamin 2015-2017. Diakses July 30, Enterprices Semarang. Jurnal
2018. Available from : Psikologi: Fakutas Psikologi
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/v Universitas Islam Sultan Agung
iew/id/1606 Semarang. Vol.11, No.1 2016,46 – 54