Anda di halaman 1dari 195

1

Hari/Tanggal : .......................

Pukul : .......................

SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP


KEBAKARAN LAHAN BASAH DI KECAMATAN
PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar (S1)
Sarjana Kesehatan Masyarakatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

RIZKI SAPUTRA
NIM.
10011381722126

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Skripsi, 13 Januari 2022

Rizki Saputra; Dibimbing oleh Mona Lestari, S.KM., M.K.K.K.

Persepsi Masyarakat Terhadap Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan


Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan

xi, + 211 Halaman, 10 Tabel, 8 Gambar, 8 Lampiran

ABSTRAK
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang terjadi setiap tahunya menjadi
masalah yang serius karena dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem dan
lingkungan serta kesehatan manusia. Pada tahun 2019 Kecamatan Pemulutan
termasuk Kabupaten Ogan Ilir yang memiliki angka kejadian kebakaran yang
tinggi dengan luas lahan terbakar sekitar 147,5 Ha. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap kejadian kebakaran lahan basah
di Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan desain penelitian yang bersifat
deskriptif dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 16 informan
yaitu 4 informan ahli dan 12 informan kunci. Teknik pengambilan data yang
dilakukan oleh peneliti adalah wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat masih minim terkait
dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kebakaran lahan dan masyarakat belum
mengetahui metode pemadaman api serta masyarakat yang belum memiliki
fasilitas pemadam api yang memadai, kebakaran lahan juga disebabkan adanya
konflik sosial antara masyarakat yang mengelola lahan dengan pemilik lahan yang
lahannya tidak dikelola. Masyarakat juga melakukan budaya pembersihan lahan
sisa hasil panen dengan cara pembakaran agar sisa hasil panen cepat habis dan
mudah melakukan penanaman kembali. Oleh karena itu pemerintah dapat
melakukan sosialisasi mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan serta
penegasan bagi pemilik lahan tidur yang tidak dikelola agar lahan dapat dikelola
untuk mengurangi kejadian kebakaran lahan. Masyarakat juga dapat lebih peduli
terhadap kejadian kebakaran lahan dengan tidak melakukan pembakaran untuk
membuka lahan, namun dengan menggunakan alat yang dapat memudahkan
pembukaan lahan.

Kata Kunci : Lahan Basah, Kebakaran, Persepsi, Masyarakat, Pemerintah

Kepustakaan : 54 (2002-2020)

i
OCCUPATIONAL SAFETY AND
HEALTH PUBLIC HEALTH FACULTY
SRIWIJAYA
UNIVERSITY Thesis, 13
Januari 2022

Rizki Saputra; Supervised by Mona Lestari, S.KM., M.K.K.K.

Public Perception of Wetland Fires in Pemulutan District, Ogan Ilir Regency,


South Sumatra Province

xi, + 211 Pages, 10 Tables, 8 Images, 8 Appendices

ABSTRACT

Forest and land fires in Indonesia that occur every year are a serious problem
because they can cause disturbances to ecosystems, the environment, and also
human health. In 2019, Pemulutan District was included in Ogan Ilir Regency
which had a high number of fire incidents with a burned area of around 147.5
hectares. The purpose of this study was to analyze public perceptions of the
occurrence of wetland fires in Pemulutan District, Ogan Ilir Regency, South
Sumatra Province. This study used qualitative methods and descriptive research
design and used a purposive sampling technique as many as 16 informants,
namely 4 expert informants and 12 key informants. Data collection techniques
used by researchers are in-depth interviews, and document review. The results of
the study showed that public knowledge was still minimal regarding the
environmental impacts caused by land fires and the community did not yet know
the methods of extinguishing fires and the community did not yet have adequate
fire extinguishing facilities. Land fires are also caused by social conflicts between
people who manage land and land owners whose land is not managed. The
community also carried out a culture of clearing the land of the remaining
harvest by burning, so that the remaining crops were quickly exhausted and it was
easy to replant. Therefore, the government can carry out socialization of forest,
land fire disaster mitigation and also there is a need for affirmation for owners of
unused land that is not managed, so that land can be managed to reduce the
incidence of land fires. The community can also be more concerned about the
incidence of land fires by not burning to clear land, but by using tools that can
facilitate land clearing.

Keywords : Wetland, Fire, Perception, Society, Government

Literature : 54 (2002-2020)

ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM

Saya dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini dibuat dengan sejujurnya
dengan mengikuti kaidah Etika Akademik FKM Unsri serta menjamin bebas
Plagiarisme. Bila kemudian diketahui saya melanggar Etika Akademik maka
saya bersedia dinyatakan tidak lulus/gagal.

Indralaya, Februari 2022


Yang bersangkutan,

Rizki Saputra
NIM. 10011281722126

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBAKARAN


LAHAN BASAH DI KECAMATAN PEMULUTAN
KABUPATEN OGAN ILIR
PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar ( S1 )

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :
Rizki Saputra
NIM. 10011281722126

Indralaya, 19 Mei 2022


Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Pembimbing

Dr. Misnaniarti, S.KM., M.KM Mona Lestari, S.KM., M.K.K.K


NIP. 197606092002122001 NIP.199006042019032019

iv
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah berupa Skripsi ini dengan judul “Persepsi


Masyarakat Terhadap Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan
Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan” telah
pertahankan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
pada tanggal Januari 2021.

Indralaya, 19 Mei 2022

Tim Penguji Skripsi

Ketua :
1. Desheilla Andarini, S.KM, M.Sc. ( )
NIP. 198912202019032016

Anggota :
2. Yustini Ardillah S.KM, M.PH. ( )
NIP. 198807242019032015
3. Mona Lestari, S.KM., M.K.K.K ( )
NIP.199006042019032019

Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Koordinator Program Studi
Kesehatan Masyarakat

Dr. Misnaniarti, S.KM., M.KM Dr. Novrikasari, S.KM., M.Kes


NIP. 197606092002122001 NIP. 197811212001122002
RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Rizki Saputra
NIM 10011381722126
Tempat dan Tanggal Lahir : Palembang 26 Juli
2000 Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Mandi Api Lr. Sawunggaling RT 26 RW 08
Email : rizkisaputraa26@gmail.com
No. Telepon/HP : 081977197360/

Riwayat Pendidikan
1. TK (2004 – 2005) : TK Kurnia
2. SD (2005 – 2011) : SDN 128 Palembang
3. SMP (2011 – 2014) : SMPN 19 Palembang
4. SMA (2014 – 2017) : SMAN 11 Palembang
5. Kuliah (2017 – 2021) : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

Riwayat Organisasi
1. 2017 – 2019 : Staff Muda Dinas Pemuda dan Olahraga BEM KM FKM
2. 2018 – 2019 : Ketua Komunitas Futsal FKM UNSRI
3. 2017 – 2019 : Anggota LDF BKM ADZ- ZIKRA FKM UNSRI
4. 2021 – 2023 : Wakil Ketua Ikatan Remaja Masjid Nurul Islam Palembang

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Kejadian
Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi
Sumatera Selatan” dapat terlaksana dengan baik. Tidak lupa untuk mengucapkan kata
terimakasih atas semua bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan materi maupun dukungan pada skripsi ini. Pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Misnaniarti, S.KM., M.KM. sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
2. Ibu Dr. Novrikasari, S.KM., M.Kes. sebagai Kepala Prodi S1 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
3. Ibu Mona Lestari, S.KM., M.K.K.K. sebagai Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan banyak ilmu pengetahuan serta memberikan
masukan selama melakukan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Desheilla Andarini, S.KM, M.Sc. dan Ibu Yustini Ardillah S.KM,
M.PH. sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan masukan selama
melakukan penyusunan skripsi dan memberikan banyak ilmu pengetahuan
5. Para dosen dan staf Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya.
6. Keluarga tercinta, terutama orang tua yang selalu mendoakan dan selalu
mendukung serta memberi semangat setiap harinya.
7. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Keshatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya yang telah membantu selama perkuliahan
8. Rekan-rekan seperjuangan masa perkuliahan hingga sekarang “Selow
Official” Risyad, Aldy, Panji, Farah,Intan,Oka, Selly, Shinta dan Bima,
terimakasih motivas, curhatan, persahabatan, keseruan yang di lakukan
selama pertemanan, canda dan tawa yang telah mewarnai masa perkuliahan
menjadi menyenangkan, terimakasih telah menjadi kisah dalam hidup, terima
kasih telah di repotkan selama kuliah, semoga di pertemukan kembali dengan
versi tebaik kita
9. Teman-temanku di kantin nenek yang setiap hari nongkrong di tempat nenek
waktu jam perkuliahan kosong, hingga sore yang makan selalu nge-bon,
terimakasih nek telah memberikan kami tempat terbaik untuk berkeluh kesah.
10. Kelas IKM A 2017 yang paling kompak dan saling mendukung satu sama
lain, saling mengingatkan, berbagi keseruan selama di kelas dengan tingkah
lucu dan unik teman-teman semua terimakasih telah menjadi kisah selama
dunia perkuliahan.
11. Terima kasih kepada Remaja Masjid Nurul Islam, yang telah menjadi tempat
bercerita dan berkeluh kesah selama menjalani perkuliahan dan telah berbagi
kepaikan dan manfaat bagi orang banyak

xii
12. Teman tongkronganku selama perkuliahan, Karidi Families, Closing Kelana
dan rekan kerja di layo dan palembang yang telah berbagi kisah selama masa
perkuliahan, besak kelakar dan pengacipan telah membuat masa perkuliahan
menjadi menyenangkan.
13. Terimakasih banyak kepada Pojok Tembesu dan pasukan nya yang menjadi
tempat ternayaman dan terlezat dengan suguhan kopi dan makanan yang
murah semasa pengerjaan skripsi ini.
14. Rekan- rekan angkatan 2017 Fakultas Kesehatan Masyarakat dan kakak-
kakak dan adik tingkat yang tidak sungkan memberikan informasi dan
bantuan selama perkuliahan
15. Rekan- rekan K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Kepala Laboratorium
K3 mbak dessy, termakasih telah membantu dan memberikan informasi dan
pembelajaran yang berarti selama perkuliahan.
16. Terimakasih kepada “TAKI TAKI VACATION” yang telah menampung
saya dan teman-teman selama di layo yang selalu ngerepoti kalian, berbagi
keluh kesah, nge gibah, jalan-jalan, masak bareng, nyanyi terus setiap malam
sambil berbagi cerita sampai subuh terimakasih telah mewarnai keseruan
selama pengerjaan skripsi ini, see you on top guys.
Selama penyusunan skripsi “Persepsi Masyarakat Terhadap Kejadian
Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi
Sumatera Selatan” masih banyak terdapat kekurangan dan terdapat kesalahan yang
terjadi. Sehingga penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca guna untuk melengkapi dan penyempurnaan skripsi ini.

Indralaya, 17 Mei 2022

Rizki Saputra
NIM. 10011381722126

xii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sriwijaya, saya
yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Rizki Saputra
NIM : 10011381722126
Program Studi : Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas : Kesehatan
Masyarakat Jenis Karya Ilmiah : Skripsi
Dengan ini menyatakan menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exlucive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya
yang berjudul : PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP
KEBAKARAN LAHAN BASAH DI KECAMATAN PEMULUTAN
KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Sriwijaya berhak menyimpan,
mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat : di Indralaya

Pada Tanggal : 17 Mei 2022

Yang Menyatakan,

( Rizki Saputra )

xii
DAFTAR ISI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
HALAMAN BEBAS PLAGIARISME................................................................iv
RIWAYAT HIDUP................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................5
1.4 Mafaat Penelitian............................................................................................5
1.4.1 Bagi Peneliti.............................................................................................5
1.4.2 Bagi Lokasi Penelitian.............................................................................5
1.4.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat......................................................5
1.5 Ruang Lingkup...............................................................................................6
1.5.1 Lingkup Lokasi........................................................................................6
1.5.2 Lingkup Materi........................................................................................6
1.5.3 Lingkup Waktu........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 Lahan Basah...................................................................................................7
2.1.1 Fungsi Lahan Basah.................................................................................9
2.2 Kebakaran Lahan Basah...............................................................................10
2.3 Penyebab Kebakaran Lahan Basah..............................................................13
2.4 Dampak Kebakaran Lahan...........................................................................15
2.5 Persepsi....................................................................................................16
2.5.1 Faktor Pengaruh Persepsi......................................................................17
2.5.2 Proses Terbentuknya Persepsi...............................................................18

xii
2.6 Theory of Planned Behavior........................................................................18
2.6.1 Sikap (Attitude Toward Behavior)........................................................19
2.6.2 Norma Subjektif (Subjective Norm)......................................................19
2.6.3 Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived Behavior Control)......................20
2.6.4 Intensi....................................................................................................21
2.7 Penelitian Terkait.........................................................................................23
2.8 Kerangka Teori.............................................................................................25
2.9 Kerangka Pikir..............................................................................................26
2.10 Definisi Istilah............................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................28
3.1 Desain Penelitian..........................................................................................28
3.2 Sumber Informasi / Informan.......................................................................28
3.3 Jenis, Cara dan alat Pengumpulan data........................................................30
3.3.1 Jenis Data............................................................................................30
3.3.2 Cara Pengumpulan data........................................................................30
3.3.3 Alat Pengumpulan data..........................................................................31
3.4 Pengolahan Data...........................................................................................31
3.4.1 Wawancara Mendalam..........................................................................31
3.4.2 Telaah Dokumen....................................................................................32
3.5 Validasi Data...............................................................................................32
3.6 Analisi dan Penyajian Data..........................................................................32
3.6.1 Analisi Data...........................................................................................32
3.6.2 Penyajian Data.......................................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................34
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................34
4.1.1 Letak Geografis Dan Luas Wilayah.................................................34
4.1.2 Data Topografi.................................................................................37
4.1.3 Karakteristik Informan...........................................................................37
Tabel 4.2 Karakteristik Informan Ahli...............................................................37
4.2 Hasil Penelitian.............................................................................................39
4.2.1 Data Kebakaran Hutan dan Lahan di Kecamatan Pemulutan................39
Tabel 4.5 Jumlah Data Kebakaran Lahan Kecamatan Pemulutan Tahun 2019. 39

xii
4.2.2 Faktor Pengetahuan Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah........41
di Kecamatan Pemulutan................................................................................41
4.2.3 Faktor Sosial Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di
Kecamatan Pemulutan....................................................................................45
4.2.4 Faktor Ekonomi Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di
Kecamatan Pemulutan....................................................................................47
4.2.5 Faktor Budaya Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di
Kecamatan Pemulutan....................................................................................48
4.2.6 Faktor Sikap Tehadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan
Pemulutan.......................................................................................................49
4.2.7 Faktor Norma Subyektif Terhadap Perilaku Terhadap Kejadian
Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan Pemulutan........................................51
4.2.8 Faktor Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Perilaku Terhadap Kejadian
Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan Pemulutan........................................52
4.2.9 Faktor Niat Tehadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan
Pemulutan.......................................................................................................54
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................56
5.1 Faktor Pengetahuan Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di
Kecamatan Pemulutan........................................................................................56
5.2 Faktor Sosial Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan
Pemulutan...........................................................................................................57
5.3 Faktor Ekonomi Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di
Kecamatan Pemulutan........................................................................................58
5.4 Faktor Budaya Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan
Pemulutan...........................................................................................................60
5.5 Faktor Sikap Perilaku Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di
Kecamatan Pemulutan........................................................................................61
5.6 Faktor Norma Subjektif Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di
Kecamatan Pemulutan........................................................................................62
5.7 Faktor Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan
Basah di Kecamatan Pemulutan.........................................................................63
5.8 Faktor Niat Tehadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan
Pemulutan...........................................................................................................64
BAB VI..................................................................................................................65
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................65
6.2 Saran.............................................................................................................66

xii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
LAMPIRAN..........................................................................................................73

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Tentang Kebakaran Lahan Basah..........................................23


Tabel 2.2 Definisi Istilah........................................................................................26
Tabel 3.1 Tabel Informan Penelitian......................................................................28
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa Dalam Kecamatan Pemulutan Pada Tahun
2019…....................................................................................................................36
Tabel 4.2 Kriteria Informan Ahli...........................................................................37
Tabel 4.3 Karakteristik Informan Kunci di Desa Pegayut....................................38
Tabel 4.4 Karakteristik Informan di Desa Simpang Pelabuhan Dalam................38
Tabel 4.5 Jumlah Data Kebakaran Lahan di Kecamatan Pemulutan Tahun 2019
……………………………………………………………………………………39
Tabel 4.6 Jumlah Data Kebakaran Lahan di Kecamatan Pemulutan Tahun 2020
……………………………………………………………………………………40
Tabel 4.7 Jumlah Data Kebakaran Lahan di Kecamatan Pemulutan Tahun 2021
……………………………………………………………………………………40

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Segitiga Api...........................................................................10


Gambar 2.2 Tetrahedron of Fire.............................................................................11
Gambar 2.3 Karakteristik Kebakaran Lahan..........................................................12
Gambar 2.4 Kerangka Teori...................................................................................21
Gambar 2.5 Kerangka Pikir....................................................................................24
Gambar 2.6 Kriteria Informan................................................................................28
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Ogan Ilir....................................................34
Gambar 4.2 Wilayah Kecamatan Pemulutan........................................................35

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran hutan dan lahan telah menjadi masalah setiap tahun yang saat
ini telah menjadi perhatian serius karena tidak hanya menyebabkan kerusakan
pada ekosistem hutan dan lingkungan, kesehatan manusia mengingat dampak
asap dan emisi karbon yang dihasilkan dalam jumlah besar serta aspek sosial
ekonomi bagi masyarakat. Banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya
kebakaran lahan di Indonesia, diantaranya faktor kebutuhan ekonomi yang
tinggi, meningkatnya sebaran hotspot, pengaruh El- Nino, dan kekeringan
lahan gambut melalui kanal-kanal yang berlebihan (Wibowo, 2019).
Kebakaran hutan dan lahan menyebabkan berbagai dampak yang tidak mudah
untuk diselesaikan. Akibat kebakaran hutan dan lahan berdampak pada
ekonomi masyarakat yang mengalami penurunan ekonomi secara drastis,
kegiatan sosial-budaya masyarakat mengalami gangguan terbatasnya jarak
pandang akibat kabut asap yang menghasilkan emisi karbon yang dilepas ke
atmosfer sehingga menyebar ke wilayah Asia Tenggara yang dapat
mengganggu aktivitas transportasi udara, darat dan laut serta faktor kesehatan
yang mengancam kelangsungan hidup dengan ditemukannya masyarakat
yang terpapar penyakit akibat kabut asap dan aktivitas pendidikan yang
dihentikan sementara serta terjadinya perubahan iklim dan terancamnya flora
dan fauna. Negara-negara yang biasanya terkena dampak akibat peristiwa
kebakaran di Indonesia di antaranya Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei
Darussalam (Tata, Narendra and Mawazin, 2017).
Kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu
faktor alam seperti pengaruh El- Nino, kebakaran oleh pemanasan global,
kemarau ekstrim dan faktor manusia dengan aktivitas manusia dalam
pengelolaan lahan. Namun yang sering terjadi berdasarkan persentase
sebanyak 99% berasal dari kegiatan manusia baik yang sengaja maupun
karena kelalaian dan hanya 1% terjadi karena alam (Qodriyatun, 2014).

Universitas Sriwijaya
2

Kebakaran lahan basah merupakan kebakaran yang sangat berbahaya dan


sulit dideteksi dan di kendalikan terutama di musim kemarau, adanya
pembukaan lahan, pembuatan drainase dan pembalakan liar menyebabkan
lahan menjadi kering sehingga tanaman dan semak belukar diatasnya mudah
terbakar, dan mengeluarkan banyak CO2 yang tersimpan dalam sehingga
mempercepat peningkatan suhu bumi yang berakibat pada perubahan iklim
(Unna, 2004)
Api merupakan alat pengelolaan di lahan basah yang paling murah dan
efektif dan merupakan penyebab utama terjadinya kebakaran di lahan basah.
Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam pembukaan dan penyiapan
lahan dengan cara dibakar dapat memperparah lahan dan ekosistem lahan,
masyarakat berpikir bahwa pembukaan lahan dengan cara dibakar hanya
membutuhkan biaya yang lebih murah dan lebih cepat dan tidak
membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan pembukaan
lahan tanpa di bakar. Pada dasarnya masyarakat terpaksa melakukan
pembukaan lahan dengan cara dibakar karena tidak memiliki biaya dan tidak
ada pilihan lain selain membakar (Saharjo, 2016). Sebab lain yang menjadi
pemicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan basah adalah pengetahuan
masyarakat dan faktor sosial budaya masyarakat seperti konflik sosial yang
berujung terjadinya pembakaran lahan antara pemilik lahan yang satu dengan
pemilik lahan yang lain di mana keadaan lahan yang saling berdekatan,
kebiasaan masyarakat yang membakar sampah di area sekitar lahan kemudian
ditinggalkan sehingga api merambat ke area lahan basah, dan ketidak
sengajaan masyarakat sebagai petani yang bekerja di area lahan dengan tidak
sadar mereka membuang puntung rokok di area lahan basah sehingga
menimbulkan kebakaran (Rasyid, 2014).
Persepsi merupakan proses pemberian makna, interpretasi dari stimulus
serta sanksi yang diterima oleh individu dan dipengaruhi oleh faktor- faktor
internal serta faktor- faktor eksternal individu itu sendiri (Arifin, Fuady and
Kuswarno, 2017). Persepsi masyarakat yang dapat mempengaruhi terjadinya
kebakaran hutan dan lahan basah yang menyebabkan masyarakat
beranggapan bahwa pembukaan lahan dengan cara dibakar adalah cara yang
paling mudah, efektif dan efisien. Sehingga persepsi menjadi faktor
penentu masyarakat

Universitas Sriwijaya
3

dalam melakukan kegiatan pembakaran lahan yang dapat menimbulkan


dampak negatif bagi Kesehatan dan lingkungan sekitar di wilayah terjadinya
kebakaran hutan dan lahan basah tersebut (Tantria Ariani, Bambang Hariyadi,
2018).
Beberapa tahun terakhir Indonesia adalah salah satu negara yang
mengalami laju kerusakan hutan dan lahan tercepat di dunia. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2019
luas kawasan hutan dan lahan yang terbakar tersebar di 6 provinsi mencapai
lebih dari 857.000 hektare, dan merupakan bencana karhutla terbesar dalam 3
(tiga) tahun terakhir dan berdasarkan data, luas karhutla pada 2018 adalah
seluas 510.000 hektar, sedangkan pada 2016 adalah seluas 438.000 hektar
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2019).
Selanjutnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Karhutla (KLHK)
mencatat sejak januari hingga september 2019 seluas 857.756 hektar dengan
rincian lahan mineral 630.451 hektar serta lahan gambut 227.304 hektar. 6
(enam) provinsi dengan jumlah karhutla tertinggi adalah Provinsi Kalimantan
Tengah (Kalteng) seluas 134.227 hektar, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar)
seluas 127.462 hektar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) seluas 113.454
hektar, Provinsi Rian seluas 75.871 hektar, Provinsi Sumatera Selatan
(Sumsel) seluas 52.716 hektar dan Provinsi Jambi seluas 39.638 hektar.
(Kehutanan, 2019).
Kejadian kebakaran yang terjadi selama tahun 2019 sampai September
meningkat mencapai 857.756 hektar angka ini naik meningkat 160% jika di
bandingkan luas lahan yang terbakar pada bulan Agustus yang mencapai
328.724 hektar terutama yang terjadi di wilayah Provinsi Sumatera Selatan
52.716 ha dimulai pada bulan April, kebakaran ini diperburuk dengan musim
kemarau yang cukup panjang dengan lahan yang sebagian besar rawa
sehingga mempercepat terjadinya kebakaran. Di wilayah Sumatera Selatan
yang sering terjadi kebakaran tiap tahunnya adalah daerah Ogan Komering
Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI) dan Musi Banyuasin. Untuk tahun 2019 luas
kebakaran lahan di Ogan Ilir berjumlah 894,09 ha, dengan titik hotspot 644
(Monitoring karhutla, 2019). Menurut Lestari et al. (2020) terdapat tiga
kecamatan yang sering terjadi

Universitas Sriwijaya
4

kebakaran hutan dan lahan basah di Kabupaten Ogan Ilir yaitu Kecamatan
Indralaya Utara, Pemulutan dan Pemulutan Barat. Dan desa yang paling
banyak terjadi kebakaran hutan dan lahan basah yaitu Lorok, Bakung, Sungai
Rambutan, Pulau Semambu, Suak Batok dan Desa Palem Raya di Indralaya
Utara, Desa Muara Baru di Kabupaten Pemulutan, dan Pulau Negara dan
Arisan Jaya di Kabupaten Pemulutan Barat.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ogan Ilir
Pada Tahun 2019 di Kecamatan Pemulutan memiliki angka kejadian
kebakaran tinggi dengan luas lahan yang terbakar sekitar 147,5 hektare. Dari
data yang diperoleh masih banyak jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan
basah yang terjadi di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan yang
setiap tahunya terjadi dengan jumlah kasus yang berbeda beda dan berpotensi
meningkat di tahun berikutnya, terkhususnya kebakaran yang terjadi di
wilayah kecamatan Pemulutan. Berdasarkan hal tersebut maka perlunya
melakukan kajian mengenai persepsi masyarakat terhadap kebakaran lahan
basah di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera
Selatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa kejadian kebakaran
hutan dan lahan basah yang hampir setiap tahun terjadi di Sumatera Selatan
terkhususnya di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir. Kebakaran
hutan dan lahan basah yang disebabkan oleh aktivitas manusia dalam
pembukaan lahan dengan cara di bakar. Rumusan masalah yang dapat disusun
berdasarkan latar belakang di atas adalah mengetahui persepsi masyarakat
terhadap kebakaran lahan basah di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan
Ilir Provinsi Sumatera Selatan ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kejadian kebakaran lahan
basah di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera
Selatan.

Universitas Sriwijaya
5

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui data kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Ogan Ilir
Kecamatan Pemulutan Provinsi Sumatera Selatan
2. Menganalisis faktor manusia (umur, pendidikan, status pekerjaan,
pengetahuan, sosial, ekonomi dan budaya) yang memperngruhi persepsi
masyarakat terhadap kebakaran lahan basah di Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
3. Menganalisis sikap masyarakat yang mempengaruhi perilaku
masyarakat terhadap kebakaran lahan basah di Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
4. Menganalisis Norma Subjektif masyarakat terhadap kebakaran lahan
basah di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
5. Menganalisis Kontrol Persepsi Perilaku (Perceived Behavior Control)
terhadap perilaku masyarakat dalam membakar lahan di Kecamatan
Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
6. Menganalisis Niat masyarakat pembakaran lahan basah yang di lakukan
masyarakat di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera
Selatan.
1.4 Mafaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Memenuhi syarat menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)
2. Mengimplementasikan teori dan ilmu yang di dapat selama bangku
perkuliahan.
1.4.2 Bagi Lokasi Penelitian
Sebagai informasi dan bahan masukan untuk membantu masyarakat
setempat, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat
1.4.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
1. Menambah studi kepustakaan tentang kebakaran lahan basah di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Universitas Sriwijaya
6

2. Sarana pengimplementasian dalam mewujudkan fungsi pendidikan,


penelitian dan pengabdian bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
3. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya dalam mempelajari bidang ilmu
kebakaran di lahan basah.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pemukiman lahan basah di
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
1.5.2 Lingkup Materi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi, perilaku, budaya
dan norma dan aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam membuka lahan
dengan cara membakar, tetapi metode penelitian yang dilakukan kurang
tepat. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara mendalam dan
telaah dokumen.
1.5.3 Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2021 sampai Juni 2021.

Universitas Sriwijaya
7

BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Lahan Basah


Lahan basah adalah istilah kolektif mengenai ekosistem dengan
pembentukannya yang dikuasai air dan proses serta cirinya terutama
dikendalikan oleh air. Suatu lahan basah adalah suatu tempat yang cukup
basah selama waktu yang cukup panjang bagi pengembangan vegetasi dan
organisme lainnya. Lahan basah mencakup suatu rentangan luas habitat
pedalaman, pantai, dan marin yang memiliki sejumlah tapakan sama,
Konvensi ramsar mendefinisikan lahan basah yaitu sebagai wilayah, lahan
gambut dan air, baik alami maupun buatan serta bersifat tetap atau sementara,
berair ladung (stagnant) atau mengalir dengan sifat tawar, payau, atau asin
dengan mencangkup wilayah marin yang di dalamnya pada waktu surut
kurang dari enam meter. Konvensi ramsar mengkategorikan lahan basah
berdasarkan ciri biologi dan fisik dasar menjadi 30 kategori lahan basah alami
dan 9 kategori lahan basah buatan. Ketiga puluh lahan basah di pilah lagi
menjadi 13 kategori berair asin, dan 17 kategori berair tawar. Untuk lahan
basah buatan terdiri dari waduk, lahan sawah, jejaring irigasi dan akuakultur
(kolam tawar dan tambak) sesungguhnya lahan basah merupakan komponen
penting dalam ekosistem karena fungsinya untuk menyimpan air banjir,
memperbaiki mutu air dan menyediakan habitat bagi margasatwa
(Notohadiprawiro, 2006).
Dengan demikian bahwa lahan basah adalah daerah peralihan antara
perairan dan daratan. Lahan basah (wetland) harus mempunyai paling sedikit
salah satu ciri yaitu secara periodik, lahan basah mendukung hidrofita
(tumbuhan air), substratnya terutama berupa tanah hydric yang tidak
dikeringkan dan berupa bahan bukan tanah jenuh atau tertutup dengan air
dangkal pada suatu waktu selama musim pertumbuhan setiap tahun. Maka
lahan basah merupakan ekosistem peralihan (ekoton) antara ekosistem
perairan (aquatic) dan ekosistem daratan (terrestrial), adanya dominasi rejim
air dan tanaman (hidrofita) yang mempunyai daya adaptasi terhadap kondisi

Universitas Sriwijaya
8
lahan yang jenuh (tergenang air). Terbentuknya lahan basah diawali oleh
daerah

Universitas Sriwijaya
9

tekuk lereng, selanjutnya di kontol oleh kondisi kejenuhan dari lapisan bawah
permukaan tanah yang ada. Sistem pengairan sungai di daerah lahan basah
termasuk pada pola sentripetal, yaitu pola aliran sungai hulu dan muara yang
biasanya berdekatan pol aliran ini khas pada daerah rawa-rawa yang
merupakan lahan basa (Lucas P. Coestoro, 2008).
Indonesia adalah negara dengan kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau
yang membentang dari 94º 15’ sampai 141º 05’ Bujur Timur, dari 6º08’
Lintang Utara Hingga 11º15’ Lintang Selatan dengan 81.000 km pesisir
sehingga wilayah lahan basah yang sangat luas. Indonesia juga memiliki luas
lahan basah sekitar 3946.464 km2 (20,8% luas wilayah Indonesia) yang
terbesar terutama di Sumatera, kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Ekosistem
lahan basah yang memiliki peran nyata dalam perkembangan masyarakat
Indonesia, sejak jaman dahulu berbagai suku bangsa yang menempati
ekosistem lahan basah menjalin kebudayaan dan mereka melebur menjadi
budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu lahan basah merupakan wilayah
yang sangat strategis bagi Indonesia. Lahan basah yang di maksud adalah
ekosistem rawa, rawa gambut yang di penuhi air tawar maupun payau, lahan
basah dengan wilayah pantai, lahan rawa-rawa, lahan bergambut, lahan
dengan potensi sulfat masam yang baik alami maupun artifisial, yang
permanen dan temporer termasuk wilayah mangrove. Wilayah dengan lahan
basah memiliki beberapa karakteristik yang unik yaitu:
1. Dataran rendah yang membentang pesisir,
2. Merupakan wilayah yang mempunyai elevasi rendah,
3. Beberapa tempat dipengaruhi oleh pasang surut dekat pantai,
4. Dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh dari pantai,
5. Sebagian besar wilayahnya ditutupi gambut. (Poniman, Nurwadjedi and
Suwahyuono, 2006).

Universitas Sriwijaya
10

2.1.1 Fungsi Lahan Basah


Lahan basah merupakan peranan penting bagi kesimbangan manusia dan
lingkunganya. Fungsi lahan basah tidak hanya dipahami sebagai pendukung
kehidupan langsung sebagai sumber air minum dan habitat keanekaragaman
makhluk, keberadaan lahan basah seperti rawa-rawa, hutan bakau, hutan air
payau juga memiliki manfaat secara ekologis, seperti daerah rawa- rawa
yang merupakan tempat penyerapan air sehingga bila hujan datang maka
sangat diuntungkan karena sebagai tempat resapan air hujan. Jika rawa-rawa
di hancurkan makan akan menyebabkan air hujan tidak tertampung dan
terserap sehingga menimbulkan banjir, selain itu jenis lahan basah seperti
rawa-rawa ternyata menjadi habitat bagi beberapa spesies flora dan fauna.
Sehingga dapat mendukung peningkatan populasi bagi spesie flora dan
fauna yang cenderung punah (Alamendah, 2015; Harianto and Dewi, 2017).
Menurut Pramudianto,2011 Manfaat lahan basah dibagi menjadi 4 hal
berdasarkan fungsinya, yaitu:
1) Manfaat Lahan Basah dalam Segi Ekologis
a) Membantu penyerapan unsur hara dan bahan makanan bagi
makhluk hidup dan sekitarnya
b) Menyediakan air setiap tahun khususnya ke akuifer (pengisian
kembali air tanah) dan lahan basah
c) Mengendalikan luapan air pada saat musim hujan
d) Menyerap dan menjernihkan air buangan polutan
e) Mencegah intrusi air asin
f) Membantu melindungi daerah pantai dari gelombang dan badai
g) Mengendalikan erosi dan menahan lumpur
h) Sebagai konservasi siklus
i) Spesies tanaman, ekosistem, bentang alam, proses alam, komunitas
j) Sebagai kontribusi proses dan sistem alami yang ada seperti proses
dan sistem ekolog, penyerapan karbo, mengontrol kadar garam
tanah dan pengembangan tanah asam sulfat
2) Manfaat Lahan Basah dalam Segi Pariwisata
a) Tempat rekreasi

Universitas Sriwijaya
11

b) Obyek turis
c) Dapat dijadikan kawasan perlindungan
3) Manfaat Lahan Basah dalam Segi Ekonomis
a) Sebagai sumber produk alami dalam dan di luar lahan
b) Sebagai habitat spesies flora dan fauna yang dimanfaatkan sebagai
pengobatan tradisional masyarakat
c) Sebagai sumber makanan
d) Sebagai sumber produksi energi
4) Manfaat Lahan Basah dalam Segi Ilmiah
a) Penelitian ekosistem di lahan basah
b) Observasi spesies flora dan fauna
Peran ekosistem lahan basah sangatlah penting bagi proses keseimbangan
antara alam dan makhluk serta lingkunganya. Namun pada dasarnya
penggunaan lahan basah sebagai kegiatan dan kepentingan tertentu harus
memiliki batasnya karena dapat berpengaruh terhadap ekosistem dan
lingkunganya (Harianto and Dewi, 2017).

2.2 Kebakaran Lahan Basah


Kebakaran hutan dan lahan basah memberikan dampak yang cukup besar
baik materi maupun non materi. Kebakaran lahan dapat terjadi ketika
oksigen, sumber penyulut, bahan bakar menghasilkan karbondioksida, panas
dan partikel koloid lainya.

Reaksi kimia pembakaran lahan yang sering terjadi disebabkan karena


adanya sumber penyulut dan bahan bakar di alam. Sumber penyulut
kebakaran karena adanya dampak perubahan karakteristik masyarakat yang
memicu terjadinya pembakaran lahan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Kebakaran lahan di bagian permukaan pada lahan basah memiliki kecepatan
yang tinggi sebesar 502,5 kg/m2. Kebakaran lahan dapat terjadi dengan
mudah dan cepat

Universitas Sriwijaya
12

ketika memasuki musim kemarau. Kebakaran lahan diawali dengan adanya


penyulut api yang membuat api bergerak ke segala arah. Kebakaran yang
terjadi di bagian permukaan di sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan arah
angin, jika kecepatan angin tinggi maka kebakaran yang terjadi akan semakin
besar dan dapat memicu kebakaran tajuk, percikan api dapat terbang sesuai
arah angin dan jatuh ke tempat baru sehingga menyebabkan kebakaran
meluas (Nurkholis et al., 2018).

Gambar 2.1 Konsep Segitiga Api


Sumber: (Fire Extinguisher 2016)

Kebakaran akan terjadi apabila ada unsur bahan bakar, oksigen dan panas
sebagai unsur - unsur dari segitiga api bersatu. Segitiga api merupakan
gambaran dari proses pembakaran dan aplikasinya, ada tiga sisi dari bagian
segitiga api yaitu: Bahan bakar, Oksigen dan Temperatur yang berupa
panas/api. Hilangnya bagian dari sisi segitiga api tersebut dapat
mengakibatkan tidak terjadinya proses pembakaran, pemindangan dari salah
satu atau lebih dapat merusak atau menghancurkan mata rantai tersebut, maka
jika bahan bakar tersedia dalam jumlah yang banyak tapi oksigen terlalu
sedikit atau terlalu banyak makan pembakaran tidak dapat berlangsung,
melemahnya satu atau lebih dari bagian segitiga api ini maka akan
mengurangi laju pembakaran.

Universitas Sriwijaya
13

Gambar 2.2 Tetrahedron of Fire


Seiring perkembanganya teori segitiga api di temukanya unsur keempat
untuk menjadikan terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal
dengan tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian serta
pengembangan bahan pemadam tepung kimia (dry chemical) dan halon
(halogenated hydrocarbon) dengan adanya teori ini bahan pemadam memiliki
kemampuan memutus reaksi kontinuitas proses api (Rosidah;., 2018).
Teori ini didasari dengan pembakaran yang normal maka akan terjadi
reaksi kimia sehingga menghasilkan beberapa zat yaitu CO, CO2, SO2, asap
dan gas. Hasil dari reaksi ini adanya radikal - radikal bebas dari atom oksigen
dan hidrogen dalam bentuk hidroksil. Apabila ada dua hidroksil, maka akan
bereaksi menjadi H2O dan radikal bebas O, reaksi 2OH→ H2O + O radikal. O
radikal selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses
pembakaran, sehingga disebut sebagai reaksi pembakaran berantai
(Rahardjo and Hafizh, 2019).
Berdasarkan tipe, kebakaran hutan dan lahan dikelompokkan menjadi 3
tipe. Kebakaran bawah (ground fire) adalah kebakaran yang terjadi di bagian
bawah permukaan tepatnya pada lapisan organik. Kebakaran permukaan
(surface fire) yaitu kebakaran yang terjadi di permukaan yang membakar
semak belukar, serasah, pancang dan limbah pembabatan. Kebakaran tajuk
(crown fire) yaitu kebakaran yang terjadi pada bagian pucuk-pucuk pohon
(Kumalawati, Rosalina. Dianita Anjarini, 2019).

Universitas Sriwijaya
14

Gambar 2.3 Karakteristik Kebakaran Lahan

2.3 Penyebab Kebakaran Lahan Basah


Faktor- faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh dua
faktor yaitu biofisik (alam) dan faktor manusia.
1. Faktor Biofisik
Faktor – faktor biofisik kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh
beberapa faktor seperti letusan gunung berapi, petir, atau batu bara yang
terbakar di negara subtropis penyebab kebakaran hutan dan lahan
disebabkan oleh faktor alam sering terjadi petir. Petir merupakan penyebab
kebakaran tertinggi di negara subtropis. Sedangkan di Indonesia sulit
terbakar secara alami, tetapi dengan meningkatnya kerusakan hutan oleh
manusia kebakaran hutan akan sering terjadi. Penyebab kebakaran faktor
alam berupa petir di Indonesia tidak dapat menimbulkan kebakaran karena
datangnya petir selalu di barengi dengan datangnya hujan. Sehingga
percikan api dari petir yang mengenai bahan bakar tidak dapat
berkembang. Daerah yang berdekatan dengan gunung berapi yang masih
aktif merupakan daerah yang masih mempunyai resiko terhadap bahaya
kebakaran karena udara yang dihasilkan dapat mengeringkan bahan bakar,
sehingga resiko terbakar semakin tinggi.
Kejadian kebakaran hutan dan lahan juga dipengaruhi oleh tipe tanah,
diantaranya tanah gambut yang akan menjadi kering akibat pembukaan
lahan gambut yang membuat tanah menjadi kering dan padat.Kebakaran di

Universitas Sriwijaya
15

lahan gambut adalah kebakaran yang berbahaya karena tipe kebakaran di


lahan gambut kebakaran bawah (ground fire) karena bahan bakar
utamanya adalah lapisan gambut yang ada di permukaan yang merambat
ke dalam hingga membakar lapisan organik (Siwi et al., 2010).
2. Faktor Aktivitas Manusia
Lebih dari 99% kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh manusia
baik sengaja maupun tidak sengaja melakukan pembakaran, kurangnya
pengetahuan masyarakat bahkan akibat kelalaian dalam penggunaan api,
dan juga didukung oleh kondisi tertentu yang menyebabkan kebakaran
lahan terjadi seperti gejala El-Nino, kondisi hutan yang terdegradasi serta
rendahnya pengetahuan dan kondisi sosial ekonomi (CIFOR, 2002).
Menurut(Yuadji, 2008) faktor sosial ekonomi masyarakat di lahan
basah sangat berpengaruh terhadap kebakaran lahan, semakin besar
pengeluaran rumah tangga akibat tidak diiringi dengan jumlah pendapatan
menyebabkan peluang terjadinya kebakaran lahan meningkat. Dengan
adanya hutan dan lahan memberikan kesempatan masyarakat untuk
bekerja dalam pembukaan lahan, penebangan kayu dan pembersihan lahan
karena berakibat sumberdaya hutan dan lahan menjadi terbatas, dengan
meningkatnya jumlah penduduk serta kurangnya lapangan pekerjaan dan
banyak perusahaan makan eksploitasi sumberdaya hutan semakin besar.
Bagi masyarakat yang sangat bergantung dari hasil hutan dan alam,
kebiasaan yang dilakukan atau budaya hutan yang tumbuh dan
berkembang seiring dengan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat akan
mengalami pengurangan hasil hutan, pembukaan lahan oleh perusahaan
untuk industri dan perkebunan yang luas, dengan metode pembukaan lahan
tebang habis dan pembakaran merupakan metode pembukaan lahan yang
sangat efisien dan ekonomis namun dapat merusak hutan dan lahan yang
berakibat kebakaran yang menyebar luas ke kawasan lainnya (Suhardjo,
2004).
Menurut (Suhardjo, 2004) sumber api disebabkan oleh sikap dan
perilaku sepele yang dianggap tidak mungkin seperti iseng dan api unggun
dan aktivitas di sekitar lahan seperti memancing, selain itu juga puntung
rokok yang dinyatakan sebagai penyebab kebakaran yang dipengaruhi oleh

Universitas Sriwijaya
16

lingkungan fisik yang mudah terbakar seperti alang- alang yang


mempercepat api merambat dan sulit dipadamkan.
(Jumain, 2006) menyatakan bahwa ada berbagai aktivitas masyarakat
yang menggunakan metode pembakaran dalam proses penyiapan lahan
yang dipengaruhi oleh keyakinan seperti budidaya tanaman padi dan lahan
lahan gambut yang sengaja dibakar pada musim kemarau dengan harapan
tanah akan menjadi subur.

2.4 Dampak Kebakaran Lahan


Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi tidak hanya merusak lingkungan
dan masyarakat dari berbagai aspek kehidupan, tetapi juga membuat negara
tetangga dan internasional melakukan protes terhadap Indonesia. Kerusakan
hutan dan lahan yang terjadi akibat kebakaran tahunan baik tingkat daerah,
nasional, bahkan internasional telah membuat banyak pihak mengalami
kerugian yang sangat besar bagi kehidupan manusia maupun terhadap
kehidupan makhluk hidup lainnya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dari dampak kebakaran hutan dan lahan 2019 ini cukup banyak
dan signifikan. Selain itu kebakaran hutan dan lahan yang terjadi
menyebabkan berbagai kerugian untuk masyarakat Indonesia, mulai dari
gangguan kesehatan, ekonomi, sosial, ekologi, dan juga reputasi negara.
a. Kerugian Aspek Keuangan / Ekonomi
Kebakaran yang telah terjadi menyebabkan kabut asap tebal di
seluruh Indonesia, Malaysia dan Singapura selama beberapa minggu yang
juga merusak aspek ekonomi, sumber devisa negara dari produk kayu dan
non kayu, serta ekowisata juga berkurang, beberapa penerbangan nasional
serta internasional dihentikan sementara akibat kabut asap yang tebal serta
sekolahan dan kantor diliburkan. Karhutla juga berpengaruh terhadap
produksi dari komoditas tanaman hutan tahunan dan kayu yang
memerlukan setidaknya dua sampai lima tahun untuk bisa panen dan juga
terhadap produksi minyak sawit asal Indonesia dari permintaan negara-
negara Eropa merosot. Dan juga biaya pemadaman api langsung yang
dikeluarkan cukup besar.

Universitas Sriwijaya
17

b. Kerugian Aspek Kesehatan


Kerugian yang paling jelas dari kebakaran hutan dan lahan adalah
Asap yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama infeksi saluran
pernapasan ringan sampai akut (ISPA). Karena asap yang dihasilkan dari
kebakaran hutan dan lahan mengandung sejumlah gas dan partikel
berbahaya seperti Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO),
Formaldehid, Arkrelin, Benzene, Nitrogen Oksida (NOx) dan Ozon (O3)
yang menyebabkan iritasi dan peradangan pada sistem pernapasan. Data
dari dinas kesehatan sumatera selatan mencatat bahwa pada periode
januari-juni 2019 jumlah penderita ISPA di sumsel mencapai 274.502
orang. April menjadi masa paling parah dengan jumlah 54.409 penderita
disusul dengan 54.237 penderita pada bulan maret. Kemudian tercatat ada
50.837 penderita pada februari, januari 44.142, mei dengan 40.459
penderita dan 30.418 penderita pada juni (Dinkes Provinsi Sumsel, 2019).
c. Kerugian Aspek Lingkungan
Selain kerugian bidang kesehatan, ekonomi, kebakaran hutan dan
lahan juga dipastikan berdampak terhadap kerusakan lingkungan hidup
karena dapat mematikan segala macam flora dan fauna yang diperlukan
sebagai penyeimbang kehidupan kita, tumbuhan obat, buah buahan, kayu.
Kerena komponen tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia
seperti sumber kayu yang salah satunya dapat mencegah terjadinya
pemanasan global, antisipasi banjir dan lain sebagainya (Indah Ningrum,
2020).

2.5 Persepsi
Persepsi merupakan kemampuan dalam menerjemahkan stimulus atau
proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera
manusia melalui panca indera. Terdapat sudut pandang penginderaan yang
berbeda dalam persepsi manusia yang mempersepsikan sesuatu itu dalam hal
baik atau persepsi positif maupun persepsi buruk atau persepsi negatif yang
akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata (Sugihartono,
2007).

Universitas Sriwijaya
18

Menurut Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa persepsi adalah


pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan serta menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberi
makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli).
Dalam persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk mengetahui
dan mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang lain. Pada proses ini
kepekaan dalam diri seseorang terhadap lingkungan sekitar mulai terlihat
melalui cara pandang yang akan menentukan kesan yang dihasilkan dari
proses persepsi. Proses interaksi tidak dapat lepas dari cara pandang atau
persepsi satu individu terhadap individu lain, sehingga muncullah persepsi
masyarakat. Persepsi masyarakat akan menghasilkan suatu penilaian terhadap
sikap, perilaku dan Tindakan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat
(Hartono, 2015)
2.5.1 Faktor Pengaruh Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
a. Perhatian, biasanya tidak menangkap seluruh rangsang yang ada
disekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau
dua objek saja. Perbedaan fokus perhatian antara satu dengan orang lain
akan menyebabkan perbedaan persepsi.
b. Kesiapan mental seseorang terhadap rangsangan yang akan timbul.
c. Kebutuhan merupakan kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri
individu akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang
berbeda akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu.
d. Sistem nilai, yaitu sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat
juga berpengaruh pula terhadap persepsi.
e. Tipe kepribadian, yaitu dimana kepribadian yang dimiliki individu akan
menghasilkan persepsi yang berbeda. Sehubungan dengan hal itu maka
proses terbentuknya persepsi dipengaruhi oleh diri seseorang, maka
perspsi satu orang dengan orang lain akan berbeda begitu juga antara
satu kelompok dengan kelompok yang lain (Sarwono, 2014)

Universitas Sriwijaya
19

2.5.2 Proses Terbentuknya Persepsi


Prose terjadinya persepsi di mulai dari adanya objek yang
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera. Stimulus yang
diterima alat indera diteruskan oleh saraf sensorik otak. Kemudian
terbentuklah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Respon sebagai
akibat dari depresi dapat di ambil oleh individu dalam berbagai macam
bentuk (Walgito, 2010).

2.6 Theory of Planned Behavior


Teori tindakan yang direncanakan (Theory of Planned Behavior)
mengemukakan bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
keyakinan berperilaku (Behavior Belief), keyakinan tentang harapan normatif
dari orang lain, motivasi untuk menuruti adanya harapan tersebut (Normative
Belief), dan keyakinan persepsi untuk berperilaku yang memfasilitasi atau
menghambat perilaku tersebut (Control Belief). Berdasarkan perspektif
tersebut, maka keyakinan perilaku menimbulkan sikap negatif atau positif
terhadap perilaku tertentu, keyakinan normatif mengakibatkan terbentuknya
persepsi adanya tekanan sosial untuk melakukan tindakan atau norma
subjektif dan persepsi atas persepsi kontrol perilaku. Perpaduan norma
subjektif dan persepsi kontrol perilaku mengakibatkan terbentuknya intensitas
perilaku, sikap yang positif dan disertai dengan norma subjektif yang sesuai
dan adanya persepsi kontrol perilaku yang memadai maka akan menyebabkan
kuatnya intensitas untuk berperilaku tertentu. Intensitas merupakan penentu
terpenting dalam perilaku seseorang, intensitas diindikasikan sebagai
motivasi individu yang dikeluarkan untuk melakukan suatu perilaku
(Machrus and Urip, 2010).
Dalam teori Planned Behavior, ada tiga faktor yang saling berkaitan
dalam membentuk intensi dalam bertingkah laku yaitu, sikap, norma
subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Ketiga faktor tersebut akan
dipengaruhi oleh kepercayaan (beliefs). Kepercayaan (beliefs) mengarah
kepada semua informasi yang dimiliki individu mengenai suatu objek yang
dalam hal ini adalah suatu perilaku. Dalam intensi untuk melakukan
tingkah laku,

Universitas Sriwijaya
20

kepercayaan berperan sebagai pembentuk sikap, norma subjektif dan persepsi


kontrol perilaku., individu akan melakukan suatu perilaku jika ia memiliki
intensi untuk melakukan perilaku tersebut (Ayuningtyas, Diah Setyowati.,
2007).
2.6.1 Sikap (Attitude Toward Behavior)
Sikap merupakan proses evaluasi secara positif atau negatif yang
bersifat internal atau subjektif terhadap benda, orang, kejadian, perilaku,
atau minat tertentu yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat
diamati secara langsung. Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan,
keyakinan, perasaan dan tingkah laku seseorang terhadap objek sikap.
Theory of Planned Behavior menyatakan bahwa sikap individu
terhadap suatu perilaku dihasilkan dari keyakinan terhadap konsekuensi
yang timbul dari perilaku tersebut atau diistilahkan dengan behavior beliefs
(keyakinan terhadap perilaku). Behavioral beliefs tersebut menghubungkan
perilaku dengan hasil tertentu atau beberapa hal lain seperti biaya dan
kerugian yang ditampilkan. Seseorang yang yakin bahwa perilaku dapat
menghasilkan outcome yang positif maka individu juga akan memiliki sikap
positif dan begitu juga sebaliknya jika seseorang yakin dan percaya bahwa
perilaku yang ditampilkan memiliki outcome negatif makan individu akan
memiliki sikap negatif (Azwar,2011).
2.6.2 Norma Subjektif (Subjective Norm)
Norma subjektif (subjective norm) merupakan pandangan atau
persepsi seseorang terhadap kepercayaan- kepercayaan orang lain yang akan
mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
sedang di pertimbangkan. Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu
fungsi dari keyakinan atau kepercayaan yang spesifik dari seseorang untuk
mengetahui setuju atau tidaknya menampilkan suatu perilaku, kepercayaan
– kepercayaan yang termasuk dalam norma- norma subjektif disebut juga
kepercayaan normatif, seseorang akan berniat menampilkan suatu perilaku
tertentu jika ia mempersepsikan orang- orang penting dan berpikir bahwa ia
harus melakukan hal itu. Orang- orang yang penting tersebut bisa tokoh
masyarakat dan adat, tetangga, teman dan sahabat, dan sebagainya. Sikap
dan

Universitas Sriwijaya
21

norma subjektif secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap niat


berperilaku (Achmat, 2010).
Subjective norm atau Norma subjektif merupakan faktor yang berasal
dari luar individu mengenai persepsi orang lain atau referent dan kelompok
yang berpengaruh bagi individu, subjective norm juga didefinisikan sebagai
adanya persepsi seseorang terhadap tekanan sosial yang dihadapi untuk
menunjukkan atau tidak suatu perilaku. Seorang memiliki keyakinan bahwa
orang lain atau kelompok tertentu menerima atau tidak menerima perilaku
yang dilakukan.Maka apabila seseorang meyakini apa yang menjadi norma
kelompok maka individu akan mematuhi perilaku sesuai kelompok (Ajzen,
2005).
Subjective norm atau Norma subjektif tidak hanya ditentukan oleh
referent, melainkan juga ditentukan oleh motivasi (motivation to comply).
Jika seseorang yakin bahwa banyak referent yang menyetujui untuk
menunjukkan perilaku tertentu dan adanya motivasi untuk mengikuti
perilaku tersebut, maka orang tersebut akan merasakan tekanan sosial untuk
melakukanya, begitupun sebaliknya jika seseorang yakin bahwa banyak
referent tidak menyetujui dan tidak menunjukkan perilaku tersebut serta
tidak adanya motivasi untuk mengikuti perilaku tersebut maka hal ini
menyebabkan subjective norm yang menempatkan tekanan pada diri orang
tersebut untuk menghindari bahkan tidak melakukan perilaku tersebut
(Ajzen, 2005).
2.6.3 Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived Behavior Control)
Perceived Behavior Control merupakan keyakinan seseorang
mengenai ada atau tidaknya hal- hal yang mendukung bahkan menghalangi
untuk menunjukkan suatu perilaku, misalnya berupa sumber daya dan
waktu, ketika seseorang meyakini bahwa dengan kurangnya sumber daya
atau tidak ada waktu serta kesempatan untuk menunjukkan perilaku tertentu
maka orang tersebut tidak akan memiliki intense (niat) yang kuat untuk
mewujudkannya. Perceived Behavior Control juga dapat ditentukan oleh
pengalaman di masa lalu seseorang terhadap perilaku yang dipengaruhi oleh
informasi yang

Universitas Sriwijaya
22

didapatkan dari orang lain, misalnya pengalaman yang dinilai dari keluarga,
teman, tetangga dan tokoh masyarakat (Ajzen, 2005).
Persepsi kontrol perilaku di tentukan oleh dua faktor yaitu control
belief (kepercayaa mengenai kemampuan dalam mengendalikan) dan
perceived power (persepsi mengenai kekuatan yang di miliki untuk
melakukan suatu perilau). Persepsi kontrol perilaku mengasumsikan bahwa
motivasi seseorang dipengaruhi oleh tingkat kesulitan dan kemudahan
dalam berperilaku tertentu. Jika seseorang memiliki control beliefs yang
kuat mengenai faktor- faktor yang ada dan akan memfasilitasi suatu
perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk
mengendalikan perilaku. Namun sebaliknya jika seseorang memiliki
persepsi yang rendah dalam mengendalikan perilaku, jika dia memiliki
control beliefs yang lemah mengenai faktor- faktor yang menghambat
perilaku. Persepsi ini dapat mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi
terhadap situasi dan kondisi yang akan datang, dan sikap terhadap norma
yang sangat berpengaruh di sekitar individu. Persepsi kontrol perilaku juga
dapat mempengaruhi perilaku secara langsung maupun tidak langsung
melalui intensi, orang cenderung membentuk intesi yang kuat untuk
menampilkan perilaku tertentu jika ia tidak percaya bahwa ia memiliki
sumber serta kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap
yang positif dan mempercayai bahwa orang yang penting lainya juga
menyetujui perilakunya (Achmat, 2010).
2.6.4 Intensi
Niat (intention) diasumsikan sebagai keinginan untuk melakukan
perilaku. Niat juga dapat berubah seiring berjalanya waktu, semakin lebar
interval waktu maka semakin mungkin terjadinya perubahan- perubahan
pada niat. Theory of Planned Behavior menjelaskan seseorang dapat
bertindak berdasarkan niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap
perilakunya. Niat merupakan fungsi dari dua penentu dasar, penentu yang
berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap terhadap perilaku dan dari
niat yang berhubungan dengan pengaruh sosial adalah norma subjektif
(Ajzen, 2002).

Universitas Sriwijaya
23

Niat merupakan kompetensi dari individu yang didasarkan oleh keinginan


individu untuk melakukan perilaku tertentu. Niat dalam melakukan perilaku
dapat diukur dengan tiga faktor utama yaitu attitude toward the behavior,
subjective norm, dan perceived behavior control. Jika seseorang berniat
untuk melakukan perilaku maka ia akan cenderung melakukan perilaku
tersebut, begitupun sebaliknya jika tidak berniat untuk melakukan perilaku
maka cenderung menolak untuk melakukan perilaku tersebut. Niat individu
dalam melakukan perilaku tertentu memiliki keterbatasan waktu dalam
mewujudkan perilakunya sehingga dalam melakukan pengukuran niat untuk
berperilaku perlu diperhatikan empat elemen utama dari niat yaitu target,
tindakan (action), situasi pada saat perilaku ditampilkan (contex) dan waktu
pada saat perilaku ditampilkan (time) (Dian Anggraini Wikamorys, 2017).

Universitas Sriwijaya
24

2.7 Penelitian Terkait


Tabel 2.1 Penelitian Tentang Kebakaran Lahan Basah
Metode
No. Judul Penelitian Peneliti Hasil
Penelitian
1. Analisis Faktor (Siregar, 2019) Kualitatif Hasil penelitian ini secara keseluruhan didapatkan
Manusia Terhadap bahwa yang mempengaruhi kebakaran lahan adalah
Kejadian Kebakaran faktor pengetahuan, sosial budaya, ekonomi
Lahan Basah Di mempengaruhi masyarakat membuka lahan dengan
Kabupaten Ogan Ilir membakar dengan alasan lebih hemat,
Provinsi Sumatera
Selatan
2. Analisis Faktor Alam (Faturahma, Kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian
Terhadap Kejadian 2019) Analitik kebakaran lahan yang terjadi di Kabupaten Ogan
Kebakaran Lahan Basah Ilir terhitung pada bulan Januari hingga September
di Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2019 yaitu Faktor Manusia 90 % dan 10
Provinsi Sumatera % yang lainnya seperti cuaca ekstrim dan musim
Selatan kemarau parah.
3. Persepsi Masyarakat (Saharjo and Kuantitatif Berdasarkan hasil skoring, dari 90 responden 70
Dalam Upaya Wibisana, diantaranya memiliki persepsi yang tinggi terhadap
Pengendalian Kebakaran 2017) pengendalian kebakaran hutan di Taman Nasional
Hutan Di Taman Gunung Ciremai
Nasional Gunung
Ciremai

23
25

Metode
No. Judul Penelitian Peneliti Hasil
Penelitian
4. Analisis Kebakaran (Yusuf et al., Kualitatif, Aktivitas masyarakat dalam mengolah lahan
Hutan Dan Lahan Di 2019) Kuantitatif pertanian/perkebunan dengan menggunakan metode
Provinsi Riau tebas-bakar (slash and burn) merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan kebakaran hutan/lahan di
Provinsi Riau. Berdasarkan analisis distribusi titik
panas, sebaran titik panas yang cukup tinggi
ditemukan hingga jarak 20 km dari pertanian lahan
kering. Semakin dekat jarak dari pertanian lahan
kering maka semakin besar resiko terjadinya
kebakaran.
5. Pengetahuan dan (Tantria Kualitatif, Pengetahuan masyarakat Desa Rawasari tentang
Persepsi Masyarakat Ariani, Kuantitatif HLG Londerang berdasarkan hasil tes yaitu sedang
Desa Rawasari di Bambang sekitar 68% untuk perempuan dan 86% untuk laki-
Sekitar Hutan Lindung Hariyadi, laki.
Gambut Londerang 2018)
Terkait
Kebakaran Hutan

Universitas Sriwijaya
26

2.8 Kerangka Teori

Keyakinan
perilaku
Sikap
Evaluasi hasil
perilaku
Variabel eksternal
1. Variabel
demografis
2. Sikap terhadap Keyakinan
target normative Niat untuk
Norma
3. Ciri-ciri melakukan Perilaku
Subjektif
kepribadian perilaku
4. Variabel Motivasi untuk
perbedaan mematuhi
individu lainnya
Kontrol
perilaku Kontrol
yang di
Kekuatan yang rasakan
di rasakan

Sumber: Ajzen (2005)


Gambar 2.4 Kerangka Teori berdasarkan The Theory Planned of
Behavior

25
27

2.9 Kerangka Pikir

Sikap Terhadap
Faktor Manusia Perilaku

1. Pengetahuan
Norma Subjektif
2. Sosial Niat
3. Ekonomi
4. Budaya
Persepsi Kontrol
Perilaku

Gambar 2.5 Kerangka Pikir


Theory Planned of Behavior oleh (Ajzen, 2005) yang telah di modifikasi

Universitas Sriwijaya
26

2.10 Definisi Istilah


Tabel 2.2 Definisi Istilah
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur
Faktor Manusia
1. Pengetahuan Suatu informasi yang diketahui terkait penyebab terjadinya Pedoman Wawancara
kebakaran lahan, media penyebab, bahaya akibat kebakaran Wawancara Mendalam
lahan dan tindakan saat terjadinya kebakaran
2. Sosial Konflik sosial antara pemilik lahan yang mengelola lahan Pedoman Wawancara
dengan pemilik lahan yang lahannya tidak dikelola Wawancara Mendalam

3. Ekonomi Biaya dan modal masyarakat yang mempengaruhi masyarakat Pedoman Wawancara
dalam membuka lahan dengan cara di bakar Wawancara Mendalam

4. Budaya Kebiasaan, kepercayaan atau Kegiatan ritual yang dilakukan Pedoman Wawancara
masyarakat yang membakar sisa hasil pertanian yang Wawancara Mendalam
menumpuk

26
27

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur


Faktor Pendorong
5. Sikap Reaksi atau respon yang berlangsung dalam diri yang menjadi Pedoman Wawancara Wawancara
penentu suatu hal yang mempengaruhi tindakan terhadap Mendalam
kebakaran lahan basah
6. Norma Subjektif Keyakinan atau dorongan sosial dari orang yang dianggap Pedoman Wawancara
penting, sehingga muncul perilaku yang mempengaruhi Wawancara Mendalam
tindakan terhadap kebakaran lahan basah
7. Persepsi Kontrol Suatu persepsi atau keyakinan mengenai kemudahan dan Pedoman Wawancara
Perilaku kesulitan serta keterbatasan waktu dan sumber daya pada Wawancara Mendalam
masyarakat untuk melakukan satu tindakan perilaku

8. Niat Kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perilaku dan Pedoman Wawancara
menjadi acuan untuk bertindak terhadap kebakaran lahan Wawancara Mendalam
basah

Universitas Sriwijaya
28

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode ini disebut
sebagai metode interpretive karena data hasil dari penelitian lebih berkaitan
dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Oktafiani,
2019).
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap
kebakaran lahan basah di beberapa desa yang ada di Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki angka
kejadian kebakaran tinggi dan rendah sehingga diharapkan lewat desain
penelitian ini dapat diperoleh data dan diketahui bagaimana persepsi dari
masyarakat terhadap kebakaran lahan basah berdasarkan komponen –
komponen dari teori Planned of Behavior.

3.2 Sumber Informasi / Informan


Tabel 3.1 Tabel Informan Penelitian
Jenis Informan Jumlah Cara Informasi yang diPeroleh
Informan Pengumpulan
Data

Informan Ahli
Satgas 1 Orang Wawancara 1) Mengetahui titik api
Pemadam Mendalam kebakaran lahan basah di
Kebakaran daerah pemulutan
Hutan dan 2) Mengetahui penyebab
Lahan di kebakaran lahan basah,
Kabupaten bahaya akibat kebakaran,
Ogan Ilir media penyebab kebakaran
lahan, metode pemadaman
kebakaran lahan.

28
29

Pemerintah 3 Orang Wawancara 1) Mengetahui jumlah


Daerah Mendalam penduduk dan luas daerah
Kecamatan 2) Mengetahui sistem tanggap
Pemulutan darurat bencana
Informan Kunci
Masyarakat di 12 Orang Wawancara 1) Mengetahui persepsi
sekitar lahan mendalam dan masyarakat terhadap
basah observasi kebakaran lahan basah
2) Mengetahui sikap,
keyakinan, persepsi dan
niat masyarakat terkait
pembakaran lahan basah.
3) Mengetahui kondisi sosial
dan ekonomi masyarakat
yang menjadi pendorong
terjadinya kebakaran lahan.

Berikut merupakan kriteria pemilihan 16 informan kunci :

Petani
Petani
Masyarakat
Masyarakat yang
yang memiliki
memiliki
tempat
tempat tinggal jauh dari
tinggal jauh dari lahan
lahan Bukan Petani
yang terbakar
yang terbakar Bukan Petani
Masyarakat yang
memiliki lahan

Petani
Masyarakat yang memiliki
tempat tinggal jauh dari lahan
yang terbakar Bukan Petani
Masyarakat yang
tidak memiliki lahan
Petani
Masyarakat yang memiliki
tempat tinggal jauh dari lahan
yang terbakar Bukan Petani

Gambar 2.6 Kriteria Informan

Universitas Sriwijaya
30

Berdasarkan kriteria tersebut, didapatkan informan kunci sebanyak 12


orang (petani dan bukan petani) yang diambil berdasarkan 2 desa dengan kejadian
kebakaran tinggi yaitu desa Simpang Pelabuhan Dalam dan desa dengan kejadian
kebakaran terendah yaitu desa Pegayut pada tahun 2019 berdasarkan data Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sehingga didapatkan sebanyak 16
informan.

3.3 Jenis, Cara dan alat Pengumpulan data


3.3.1 Jenis Data
1. Data Primer

Data Primer adalah data yang di peroleh langsung dari subjek


penelitian dengan melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan
instrumen berupa pedoman wawanacara mendalam, kamera, tape recorder
dan alat tulis kerja.
2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan penunjang data primer yang didapatkan dari


orang atau tempat lain. Data sekunder digunakan untuk melengkapi hasil
penelitian yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan dan dokumen-
dokumen pendukung lainnya.

3.3.2 Cara Pengumpulan data


1. Wawancara Mendalam

Hasil wawancara mendalam yang di peroleh dari informan akan di olah


dengan tahap berikut:
a. Mengumpulkan seluruh data yang di dapatkan dari informan melalui
wawancara mendalam
b. Mencatat tanggal pengumpulan data-data tersebut kemudian di buat
transkrip dengan mencatat seluruh data yang di dapatkan
c. Mengelompokkan data sesuai kategori
d. Menyajikan ringkasan dalam bentuk matrik hasil wawancara mendalam.

30
31

2. Telaah Dokumen

Telaah dokumen dilakukan dengan mempelajari dokumen yang


berkaitan dengan masalah yang akan diteliti berupa hasil dari pengambilan
data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi yang
dilakukan di lapangan.
3.3.3 Alat Pengumpulan data
Terdapat alat dan instrumen yang di gunakan untuk pengumpulan data
adalah pedoman wawancara, telaah dokumen, kamera yang di gunakan
untuk melakukan dokumentasi di lapangan.

3.4 Pengolahan Data


3.4.1 Wawancara Mendalam
Hasil wawancara mendalam yang di peroleh dari informan akan di olah
dengan tahap berikut:
a. Mengumpulkan seluruh data yang di dapatkan dari informan melalui
wawancara mendalam
b. Mencatat tanggal pengumpulan data – data tersebut kemudian di buat
transkrip dengan mencatat seluruh data yang di dapatkan
c. Mengelompokkan data sesuai kategori
d. Menyajikan ringkasan dalam bentuk matrik hasil wawancara mendalam.

Universitas Sriwijaya
32

3.4.2 Telaah Dokumen


Hasil dari pengambilan data yang di peroleh akan di analisis dan
disesuaikan dengan hasil wawancara mendalam dan observasi yang
dilakukan di lapangan.

3.5 Validasi Data


(Bachri, 2010) mengemukakan bahwa seperti halnya penelitian
kuantitatif, penelitian kualitatif perlu memepertimbangkan validitas data
karena penelitian kualitatif sering dianggap bersifat subjektif. Untuk
menjaga validitas data peneliti, maka perlu dilakukan triangulasi.
Triangulasi diartikan sebagai suatu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang berguna untuk
pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu (Moleong, 2009).
Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi sumber, metode, dan data. Berikut adalah penjelasan metode
triangulasi data:
1. Triangulasi sumber, melakukan cross check ulang data yang didapatkan
antara informan yang berbeda
2. Triangulasi metode, dengan menggunakan metode dalam teknik
pengumpulan data, metode yang digunakan yaitu wawancara
mendalam, pengecekan sample, dan telaah dokumen.
3. Triangulasi data, dari hasil data primer terhadap data sekunder yang
didapatkan dalam bentuk teori, peraturan dan pendapat para informan

3.6 Analisi dan Penyajian Data


3.6.1 Analisi Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi
kemudian akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang
dilakukan ketika pengumpulan data sedang dan setelah data selesai dikumpulkan.

Universitas Sriwijaya
33

3.6.2 Penyajian Data


Hasil dari penelitian yang telah di dapatkan disajikan dalam bentuk narasi
impresionis dengan gaya penulisan dimana pengalaman dan impresi peneliti
selama di lapangan diceritakan kembali. Agar hasil peneliti terinci, obyektif, dan
netral, perlu menambahkan kutipan – kutipan pernyataan informan dalam bentuk
asli untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Dengan dilengkapi matriks
wawancara yang telah disusun maka mempermudah pemahaman dan penarikan
kesimpulan (Primastuti, 2015). Data yang sudah didapatkan selama di lapangan
maka akan disajikan ke dalam bentuk narasi yang dilengkapi dengan tabel.
Kemudian setelah itu data tersebut dipindahkan ke dalam matriks yang berisikan
hasil wawancara mendalam sehingga dapat menentukan tingkat kesesuaian data
yang didapatkan dengan pedoman yang ada.

Universitas Sriwijaya
34

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Letak Geografis Dan Luas Wilayah
Kecamatan Pemulutan memiliki luas wilayah sebesar 122.92 Km2, dengan
jumlah penduduk pada tahun 2018 sebanyak 45.497 jiwa, terjadi peningkatan
sebesar 1,39 persen dari tahun 2017. Terdiri dari 50,19 persen penduduk laki-laki
dan sisanya 49,81 persen penduduk perempuan. Kecamatan pemulutan
mempunyai batas- batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Berbatasan dengan Kota Palembang
Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Jejawi dan Pemulutan
Selatan Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pemulutan Barat
Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Ogan Ilir


Sumber : Dokumentasi Pemerintahan Kabupaten Ogan

34
35

Gambar 4.2 Peta Wilayah Kecamatan Pemulutan


Sumber : Dokumentasi Kecamatan Pemulutan

Kecamatan Pemulutan merupakan kecamatan induk dari dua kecamatan


pecahan yaitu Kecamatan Pemulutan Selatan dan Kecamatan Pemulutan Barat.
Pada awalnya sesuai dengan SK BUPATI Ogan Ilir No. 44 Tahun 2006, terjadi
pemekaran desa dari 11 desa menjadi 25 desa sampai sekarang yang terdiri dari
Desa/ Keluraha : Outstanding, Babatan Saudagar, Harapan, Ibul Besar I, Ibul
Besar II, Ibul Besar III, Kedukan Bujang, Lebung Jangkar, Mekar, Muara Baru,
Palu, Pegayut, Pelabuhan Dalam, Pemulutan Ilir, Pemulutan Ulu, Pipa Putih,
Rawa Jaya, Sembadak, Simpang Pelabuhan Dalam, Sukarami, Sungai Buaya,
Sungai Rasau, Tanjung Pasir. Kecamatan Pemulutan merupakan kecamatan
dengan jumlah desa paling banyak di Kabupaten Ogan Ilir. Jalur transportasi yang
digunakan di Kecamatan Pemulutan sudah menggunakan jalur darat, walaupun
sarana transportasi air tetap masih bisa digunakan seperti yang dialami di Desa
Aurstanding, Palu, Sungai Rasau, Mekar Jaya, Lebung Jangkar, Kedukan Bujang,

Universitas Sriwijaya
36

Rawa Jaya, dan Tanjung Pasir. Suku yang paling dominan berdomisili di
Kecamatan Pemulutan adalah suku Pegagan.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa dalam Kecamatan Pemulutan Tahun
2019

Luas Wilayah (Km2) Persentase (%)


No. Desa
(1) (2) (3) (4)
1. Outstanding 5.30 6,80
2. Sukarami 4.00 5,11
3. Palu 5.00 6,39
4. Mekar Jaya 4.00 5,11
5. Muara Dua 4.00 5,11
6. Teluk Kecapi 5.00 6,39
7. Muara Baru 2.00 2,55
8. Pelabuhan Dalam 5.00 6,39
9. Simpang Pelabuhan 3.00 3,83
Dalam
10. Pemulutan Ulu 3.50 4,47
11. Lebung Jangkar 3.50 4,47
12. Kedukan Bujang 3.50 4,47
13. Rawa Jaya 2.00 2,55
14. Pemulutan Ilir 3.31 4,23
15. Sembadak 3.00 3,83
16. Sungai Rasau 3.12 3,99
17. Babatan Saudagar 3.00 3,83
18. Tanjung Pasir 2.00 2,55
19. Pegayut 1.73 2,21
20. Harapan 2.00 1,79
21. Pipa Putih 1.60 2,04
22. Sungai Buaya 1.40 2,55
23. Ibul Besar 2.09 3,49
24. Ibul Besar II 1.09 2,52
25. Ibul Besar III 2.07 3,32
Jumlah 122.92 100,00

Sumber: Kantor Camat Pemulutan

Universitas Sriwijaya
37

4.1.2 Data Topografi


Kecamatan Pemulutan merupakan hamparan dataran rendah berawa yang
sangat luas. Kecamatan ini dialiri oleh satu sungai besar yaitu Sungai Ogan, yang
merupakan salah satu sumber air yang digunakan oleh penduduk yang tinggal di
pinggiran sungai tersebut. Jenis tanah Aluvial terdapat di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ogan tersebar di seluruh desa dengan warna tanah kelabu atau kecoklatan,
keadaan tanahnya liat, berpasir, dan lembab. Apabila musim kering akan menjadi
keras.
4.1.3 Karakteristik Informan
4.1.3.1. Karakteristik Informan Ahli
Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah 4 (empat) orang yaitu
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ogan Ilir, Camat
Pemulutan, Kepala Desa Pegayut (desa dengan kejadian kebakaran terendah) dan
Kepala Desa Simpang Pelabuhan Dalam (desa dengan kejadian kebakaran
tertinggi).

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Ahli


No. Inisial Jenis Kelamin Umur Jabatan Tingkat
Pendidikan
1. YIP Laki-laki 28 Satgas Pemadam S1
Kebakaran Hutan
dan Lahan
Kabupaten Ogan
Ilir
2. AL Laki-laki 38 Pemerintah Desa D3
Simpang Pelabuhan
Dalam
3. SM Laki-laki 64 Pemerintah Desa S1
Pegayut
4. MZ Laki-laki 51 Pemerintah Daerah S1
Kecamatan
Pemulutan

4.1.3.2. Karakteristik Informan Kunci


Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah 12 (dua belas) orang yaitu
6 Orang dari Desa Pegayut dengan kejadian kebakaran terendah dan 6 Orang dari
Desa Simpang Pelabuhan Dalam dengan kejadian kebakaran tertinggi di
Kecamatan Pemulutan.

Universitas Sriwijaya
38

Tabel 4.3 Karakteristik Informan Kunci di Desa Pegayut


No. Inisial Karakteristik Jenis Usia Tingkat
Informan kelamin Pendidikan
1. MU Petani, memiliki lahan, Laki-Laki 54 SMP
tempat tinggal jauh dari titik
api
2. MZ Petani, memiliki lahan, Laki –laki 57 SMP
tempat tinggal dekat dari
titik
api
3. SM Petani, tidak memiliki lahan, Perempuan 45 SMP
tempat tinggal jauh dari titik
api
4. ST Petani, tidak memiliki lahan, Laki-laki 72 SD
tempat tinggal dekat dari
titik
api
5. AD Bukan Petani, tempat tinggal Laki-laki 56 SD
jauh dari titik api
6. MD Bukan Petani tempat tinggal Perempuan 44 SD
dekat dengan titik api

Tabel 4.4 Karakteristik Informan Kunci di Desa Simpang Pelabuhan Dalam


No. Inisial Karakteristik Jenis Usia Status Tingkat
Informan kelamin Pekerjaan Pendidikan
1. YS Petani, memiliki Laki-laki 65 Petani, SMP
lahan, tempat Berkebun
tinggal jauh dari
titik api
2. SD Petani, memiliki Laki-laki 49 Petani SMA
lahan, tempat
tinggal dekat dari
titik api
3. MJ Petani, tidak Laki-laki 38 Petani SD
memiliki lahan,
tempat tinggal
jauh dari titik api
4. SB Petani, tidak Laki-laki 47 Guru SMA
memiliki lahan,
tempat tinggal
dekat dari titik
api
5. DS Bukan Petani Perempuan 33 Ibu Rumah SMP
jauh dari titik api Tangga

Universitas Sriwijaya
39

6. WM Bukan Petani dekat Laki-laki 45 Buruh SD


dengan titik api

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Data Kebakaran Hutan dan Lahan di Kecamatan Pemulutan
Kecamatan pemulutan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Ogan Ilir
yang mengalami kejadian kebakaran hutan dan lahan cukup senang dengan luas
wilayah yang terbakar cukup besar. Berdasarkan hasil dokumen dari pihak BPBD
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Ogan Ilir, sepanjang tahun
2019 sampai 2021 di dapatkan hasil dari angka kejadian kebakaran hutan dan
lahan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Jumlah Data Kebakaran Lahan Kecamatan Pemulutan Tahun 2019

Perkiraan Luas
Jumlah Lokasi
Lahan yang
No. Kecamatan Kelurahan / Desa Kebakaran
Terbakar (ha)

1. Pemulutan Muara Baru 51,5 11


Ibul Besar 1 16 6
Simpang Pelabuhan 20,5 9
Dalam
Teluk Kecapi 16 4
Palu 3 1
Muara Dua 3,75 3
Pegayut 1,3 2
Ibul Besar 3 19 4
Babatan Saudagar 2 1
Sukarame 13 4
Kedukan Bujang 2 1

Jumlah 147,5 45

Sumber : BPBD Ogan Ilir

Universitas Sriwijaya
40

Tabel 4.6 Jumlah Data Kebakaran Lahan di Kecamatan Pemulutan Tahun


2020
Luas Lahan yang Jumlah Lokasi
No. Kelurahan/Desa Terbakar (ha) Kebakaran
1. Simpang Pelabuhan Dalam 0,1 1
2. Muara Baru 20,2 2
3. Teluk Kecapi 1 1
4. Ibul Besar 1 4 3
5. Babatan Saudagar 0,1 1
Jumlah : 25,4 8

Tabel 4.7 Jumlah Data Kebakaran Lahan Kecamatan Pemulutan Tahun 2021

Luas Lahan yang Jumlah Lokasi


No. Kelurahan/Desa Terbakar (ha) Kebakaran
1. Simpang Pelabuhan Dalam 1,5 1
2. Muara Baru 0,5 1
3. Ibul Besar 3 1 1
4. Ibul Besar 1 12 4
5. Babatan Saudagar 0,4 1
Jumlah : 15,4 8
Sumber: Dokumentasi Dinas BPBD Ogan Ilir

Dilihat dari hasil data kebakaran lahan di atas diambil kesimpulan bahwa
Desa Simpang Pelabuhan Dalam menempati urutan ketiga yang mengalami
kebakaran lahan paling luas pada tahun 2019 di Kecamatan Pemulutan. Desa
Muara Baru terletak bersebelahan dengan Tol Palembang- Indralaya dan jalan
Lintas Timur Sumatera dengan luas kebakaran 8,5 ha. Desa yang menempati
tingkat kebakaran terendah di Kecamatan Pemulutan pada tahun 2019 ialah Desa
Pegayut dengan luas kebakaran 1,3 ha, sementara tingkat kebakaran tertinggi
ditempati oleh Desa Muara Baru dengan luas lahan terbakar seluas 51,5 ha.
Dengan demikian 2 (dua) desa di Kecamatan Pemulutan tersebut menjadi lokasi
observasi pada penelitian ini.

Universitas Sriwijaya
41

4.2.2 Faktor Pengetahuan Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan


Basah di Kecamatan Pemulutan
Identifikasi pengetahuan masyarakat mengenai kebakaran lahan basah ini
dilakukan melalui pedoman wawancara mendalam dengan pertanyaan yang telah
di buat. Adapun faktor pengetahuan dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor
penyebab terjadinya kebakaran, dampak yang ditimbulkan dari kebakaran serta
tindakan yang dilakukan masyarakat pada saat terjadinya kebakaran lahan dari
sana dapat diketahui pengetahuan masyarakat terkait kebakaran lahan. Berikut
hasil wawancara di lapangan.
“Gambut ,Rawa ,iyo mengetahui, pertama sih kategorinyo dulu sih, lahan
basah tuh biso kito bilang daerah rawa, sedangke lahan kering berarti yang idak
ber air ketiko musim hujan, lahan basah tu kalo mosem hujan dio basah kalo
mosem kering dio kering, itu daerah rawa membedakanyo ketika kebakaran tu
vegetasinyo smo jenis rawa nyo ketika yang tebakar tu rato rato semak2 rawa, itu
jugo dari tanah nyo biso berpengaruh di sano karno biso jadi itu lahan itu sudah
jadi lahan gambut atau lahan mineral ketiko terbakar pocoknyo tanahnyo jugo
terbakar itu yang ngebeda kenyo samo lahan biaso” “kebakaran yang terjadi di
rawa biasonyo lahan mineral, yang terbakar tu tanahnyo jugo melok tebakar.
Kito sebut bae daerah rawa ee yang pertamo itu alih fungsi lahan, ketika lahan
basah itu bakar digunakan untuk lahan pertanian, pemanfaatan untuk
masyarakat,, pembukaan lahan , berkebun, betani, wong mincing buang rokok
sembarangan, itu biasony sebagian besar yang menyebabke lahan itu terbakar, ee
karno dio terbakar itu karno di bakar masyarakat atau oleh oknum oknum
tertentu untuk pemanfaatan lahan tersebut, yang pertamo itu pemanfaatan lahan,
yang pasti dio jingok cost ny jugo, kek mano sih biar bukak lahan dengan caro
cost yang murah, banyak macam macam caronyo yo lah salah satunyo yang
murah ngebakar, biso jugo lahan tu terbakar ketiko ado wong iseng atau lalai
missal ado wong mancing buang puntung. Hasil dari kebakaran lahan tu yo lah
asep, ketika terlalu banyak kan mengganggu kesehatan yolah terhirup kan, tulah
nyebabke gangguan pernafasan,

Universitas Sriwijaya
42

selain kesehatan, ekonomi, men lingkungan otomatis terganggu jugo karno yang
di bakar itu kan rawa, ekosistem terganggu jugo” (YIP).
“Yolah lahan gambut, kalo hujan tergenang air, bawahnyo tanahny ado
air, pocokny gambut cak itunah, kalo lahan kering yo lahan biaso ktek genangan
air, kalo lahan basah nih yolah gambut, tergenang air, di bawah lapisan
tanahnyo ado air, cak rawa- rawa. Kebakaran lahan yang terbakar tu lapisan
bawah tanahnyo karno ado kadar gas samo mineralnya, walaupun api nyo la
padam tapi asepnyo masih ado karno lapisan bawah tana nyo jugo tebakar,
karno musim panas, lahan basah tu mudah tebakar, mungkin penyebabnyo tu
wong buang puntung rokok biso jadi, biso jugo karno kesengajaan, wong
ngebakar tu karno nak buka lahan, yang lahany dk teurus ber tahun- tahun, biar
mudah yolah nyuruh oknum untuk ngebakarnyo, biar mudah untuk buka lahan”
(MZ).
“Kalo untuk 2020, 2021 di desa Pegayut nih tidak terjadi lagi nah di 2019
memang ado kebakaran lahan, sekitar 3 hektar itu pun lahan cak hutan pada saat
itu musim kemarau, duo kali kejadian, ado yang dak sengajo yolah wong mancing
buang puntung rokok di lahan kering, ado jugo yang ngebakar lah nyo dewek
memang untuk buka lahan tapi nyambar ke lahan warga lain, kalo kebakaran tu
dampaknyo asapnyo itu yang menyebar ke warga jadi sesak itu kalo dari aspek
kesehatan, kalo dampak lingkungan paling nyamber lahan warga lain tulah dek ,
nah kami nih mano dekat dengan pipa pertamina, nah itu yang buat apinyo tu
besak, untuk tindakan kalo kami ngumpulin warga dulu sebiso mungkin madami
seadony dulu kalo apinyo besak baru menghubungi pihak terkait cak BPBD Ogan
Ilir, Polisi dan TNI (SR)
“Untuk Tahun ini baru 1x dek di desa Simpang Pelabuhan Dalam nih,
nah kalo tahun 2020 kemarin katek rasonyo terbakar, 2019 yang lumayan parah
5x lebih lah, kalo masalah penyebab karno cuaca panas tad ikan lahan kering
kemarau jadi ado wong dak sengajo tebuang puntung rokok, kalo Tindakan, kito
la ado posko satgas untuk desa kito la ado masyarakat yang jadi satgas, untuk
kecamatan pemulutan ini jadi la ado Tindakan dari tim Satgas bekerjasama
dengan Kabupaten Ogan Ilir dan Kecamatan Pemulutan dengan BPBD Ogan Ilir
nah dari tim satgas itu kan la ado persiapan dari alat-alat pemadamnya begitu
ado

Universitas Sriwijaya
43

kebakaran langsung turun ke lokasi, untuk Tindakan dari aku paling turun
langsung jugo mantau ke lokasi melok bantui pemadaman” (AL)
“Kalo di sini banyak sawah samo rawa-rawa, lembah, belukar, Sekali
cuman, tahun 2019 itulah, biasonyo di musim kemarau, nah kemaren tu dak tau
aku, tau tau la ado api bae, kurang tau jugo kalo penyebabnyo tu,
berkemungkinan puntung rokok biso jadi kalo dak tu memang sengajo di bakar
biasonyo ado oknum oknum tertentu, kalo kemaren tu apinyo merambat sampe ke
belakang rumah kami nian, itulah men di biarke melok tebakar jugo rumah kami,
jadi apinyo tu merambat sampe ke lahan lahan warga lain, sudah tu asepnyo
menggagu pernapasan, tindakan dari kami ngumpuli warga sekitar, melok
madamke apinyo, sampe sampe babinsa, dari bpbd turun kelapaangan kami
melok bantu madamke jugo”(MZ)
“Lahan gambut dek di sini, rawa rawa, hutan belantara jugo ado tapi
sedikit, tahun 2019 dek yang sering tu karno paling parah ado cak 5x kebakaran
di sini, nah 2020 kemren dak katek, nah tahun ini 1x baru, penyebab nyo tu biso
jadi gesekan alang- alang dek cak rumput itu nah kan lahan gambut nih kalo di
musim kemarau kering nian jadi biso jadi karno gesekan rumput tadi terbakar
karno cuaco nyo panas nian kan jadi timbul api tau tau di tengah tengah lahan tu
ado api cak itunah padahal ktek penyulutnyo, ado jugo oleh puntung rokok yang
dibuang sembarangan itulah tadi karno faktor cuaca panas lahan tu jadi kering
panas di bawah tanah tu jadi cepet nian terbakar kalo ado penyulut. Biasonyo di
musim kemarau Panjang cak bulan ini nah kan terjadi 1x dio tu biasonyo di bulan
Agustus- September. Kalo tindakan aku pribadi selagi bukan lahan aku kalo
jaraknyo jauh jugo paling cuman biso mantau bae dek, terus menghubungi Satgas
karhutlah BPBD Ogan Ilir karno mereka ado mobil samo helikopter untuk
menjangkau kan, tapi kalo lahan aku jugo yang melok terbakar apolagi di sekitar
aku yang mudah dijangkau pastinyo madamke seadonyo dulu paling pake mesin
tembak kan ado kami sambil ngumpulin warga untuk ngebantu, palingan nunggu
bantuan dari BPBD Ogan Ilir tulah dek. Dampaknyo yoh pasti kesehatan dek abu
dari kebakaran itu kan biso terhirup buat sesak nafas samo mano perih nah abu
tadi pacak nepel di rumah warga yang di sekitar lahan kan kebanyakan rumah
kayu jadi biso terbakar jugo, terus lahan warga di sekitar jugo melok
terbakar”(SD)

Universitas Sriwijaya
44

“Lahan gambut dek di sini, tahun ini la 1x kalo tahun 2020 dak katek nah
2019 sering adocak 5x lebih, biasonyo terjadi di musim kemarau tulah dek,
dampaknyo asap tulah paling, terhirup batuk kan, kabut jugo mato pedih.Nah
kalo penyebab tu dak tau persis dek tibo tibo la ado api bae di tengah tengah
lahan tu, biasonyo puntung rokok tulah, samo gesekan rumput kan kalo musim
kemarau kering, lahan tu kering gersang, jadi rumput jugo biso bergesekan
dibawak angin, nah itu biso nyebabke timbulnyo api, tapi kecik kemungkinan, ado
jugo biasonyo oknum tertentu yang melakukan pembakaran tu tapi tidak
diketahui. Paling melok nolongin kalo ado kebakaran, pake mesin tembak banyu
samo selang” (MJ)
“lahan gambut, kalo nyaksike dak pulo sering cumin tahun ini 1x jingok
tapi di arah belakang sano, tahun 2020 dak katek rasonyo nah tahun 2019 yang
sering nian tu, Nah dak tau dek kalo penyebab tu, karno jauh jugo dari rumah
kami, tau tau la ado kebakaran, biasonyo terjadi di musim kemarau Panjang.
Tindakan kito kalo deket kito paling kito siram bae, pake mesin tembak banyu
selang, tapi kalo jauh dari kami yoh dak biso nolongi madamke apinyo, paling
cuman jingok bae” (DS)
Berdasarkan informasi diatas dapat diketahui bahwa faktor pengetahuan
masyarakat mengenai kebakaran lahan berbeda-beda pada saat melakukan
wawancara, pengetahuan masyarakat yang sudah mulai paham terkait kebakaran
lahan basah di lihat dari penyebab terjadinya kebakaran lahan basah ada yang
mengira disebabkan oleh manusia seperti membuang puntung rokok sembarangan
dan oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab dengan sengaja membuka
lahan untuk pertanian dengan cara dibakar dan sebagian kecil faktor alam yang
disebabkan gesekan rumput yang menyebabkan timbulnya api yang terjadi di
musim kemarau panjang. Pengetahuan masyarakat masih minim terkait dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari kebakaran lahan, masyarakat hanya mengetahui
dampak kesehatan yang ditimbulkan dari kebakaran lahan seperti kabut asap dan
sisa abu yang beterbangan yang mempengaruhi kesehatan yang terhirup oleh
masyarakat dan mata perih. Pada saat terjadi kebakaran masyarakat belum
mengetahui metode pemadaman api yang baik dan benar sehingga tindakan
masyarakat yang dilakukan hanya bergotong royong melakukan pemadaman
seadanya dan menghubungi pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana

Universitas Sriwijaya
45

Daerah (BPBD) Ogan Ilir serta pihak Kepolisian dan TNI untuk membantu
melakukan pemadaman kebakaran lahan basah.
4.2.3 Faktor Sosial Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di
Kecamatan Pemulutan
Faktor sosial menjadi salah satu penyebab terjadinya kebakaran lahan yang
ada di Kecamatan Pemulutan. Pengaruh sosial masyarakat berupa konflik atau
kesenjangan sosial yang mendorong masyarakat untuk melakukan pembukaan
lahan dengan cara dibakar dan respon masyarakat ketika membuka lahan dengan
cara di bakar. Berikut merupakan hasil wawancara mendalam dengan masyarakat
terkait dengan faktor sosial.
“Kalo aku pastinyo ku marahi, ku cegat, jangan sampe ado warga kami
yang ngebakar la dihimbau masih bae ngelakuke pembakaran padahal la sering
ku himbau untuk tidak melakuke pembakaran di setiap ado hajatan, nah kadang
tu wong datangan ini, wong mancing, ado jugo oknum-oknum tertentu nah kalo
yang mak it uku lapor ke pihak berwajib” (SR)
“Kalo aku langsung ku tegur, ku larang kalo bisa jagan dengen caro
ngebakar karno bahayo dampaknyo semisal nak nge bakar harus di jagoi biar
terpantau apinyo biso langsung di siram” (AL)
“Kalo aku langsung ku tegur, ku larang kalo bisa jagan dengen caro
ngebakar karno bahayo dampaknyo semisal nak nge bakar harus di jagoi
biar terpantau apinyo biso langsung di siram, itu lahan kito dewek, kito tulah
yang ngolahnyo, kebanyakan lahan pribadi galo kalo di sini tapi ado jugo lahan
milik wong laen tapi dio yang ngolahnyo, kalo lahan PT jarang di sini. Kurang
lebih 2 hektaran, Lahan aku Dak pulo jauhlah dengan lahan yang tebakar
kemaren tu, iyo jelas terganggu, kalo di bakar tu asepnyo itu ganggu
pernapasa, terus apinyo merambat besak nyambar ke lahan kito, percikan bara
api tu nempel di atap rumah biso terbakar rumah, kalo kami paling gotong
royong madamke apinyo tadi” (MZ) “Men aku dak katek lahan cak sawah cman
lahan lingkungan rumah inilah,
di sini rato rato lahan warga galo, ado yang wong sinilah ado jugo yang dak
berpenghuni, Dak katek, paling lahan sekitar rumah nilah cuman belakang kito
ini lahan wong laen galo, Dak katek, karno ak buruh tidak betani, yang jelas
terganggu nian karno men terbakar dekat nian samo rumah kami, jadi asapnya tu
teraso nian

Universitas Sriwijaya
46

di kami, kadang apinyo itu merambat sampai ke halaman belakang rumah ini,
takutnyo api nyo merambat ke rumah, melok terbakar jugo rumah kami “(AS)
“Sangat terganggu dek karno dampak tad ikan, terus tu men apinyo besar
la menyebar ke lahan warga lain itu susah dek madam kenyo kadang berhari
hari, kalo respon aku negur dulu warga tu yang nak ngebakar jangan sampe
membakar kan kalo biso caro laen, kalaupun nak di bakar yoh di jagoi, men la
terjadi baru kito menghubungi satgas tadi” (SD)
“Yo jelas terganggu nian dek, karno dampaknyo tadikan asep tu mengagu
aktivitas kito men pagi berkabut, mano sesak nafas jugo, men respon aku
ngelarang wong itu, missal la tebakar paling melok madamke samo ngelaporke
ke pihak berwenang cak Kades, Polisi, dan TNI samo BPBD Ogan Ilir, Manggala
agni” (YS)
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, kebanyakan masyarakat di
Kecamatan Pemulutan mengelola lahan pertanian milik pribadi dan tidak ada
lahan milik PT atau perusahaan, terdapat faktor konflik sosial masyarakat sekitar
yang merasa terganggu terhadap masyarakat yang melakukan pembukaan lahan
dengan cara dibakar karena takut akan menyambar lahan milik orang lain yang
berdekatan dan masyarakat merasa terganggu terhadap lahan tidur dan berdekatan
dengan lahan milik masyarakat yang sedang dikelola karena ditumbuhi rumput
yang tinggi dan terdapat hama yang akan mengganggu proses bertani masyarakat
sehingga menjadi pemicu masyarakat untuk membakar lahan tersebut
Karena dampak yang ditimbulkan dari membakar lahan seperti api yang
merambat ke lahan milik orang lain bahkan bara api hasil pembakaran dapat
menyambar pemukiman masyarakat yang berdekatan langsung dengan lahan dan
dampak asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran, dengan melakukan
himbauan kepada masyarakat dan teguran bagi yang melakukan pembakaran
lahan serta melaporkan ke pihak Kepolisian jika terdapat masyarakat yang
melakukan pembukaan lahan dengan cara di bakar.

Universitas Sriwijaya
47

4.2.4 Faktor Ekonomi Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di


Kecamatan Pemulutan
Faktor ekonomi berkaitan erat dengan pembiayaan dalam kejadian
kebakaran lahan basah di Kecamatan Pemulutan. Karena cara pembukaan serta
pengelolaan lahan berhubungan dengan adanya biaya yang dikeluarkan. Berikut
merupakan kutipan wawancara mendalam dengan informan terkait faktor
ekonomi. “Men untuk untungnyo sih ketek, paling lebih mudah cepat tulah men
nak
buka lahan, ruginyo itulah apinyo besak nyambar ke lahan warga lain, warga
lain jugo melok rugi lahanyo tebakar, yang jelas banyak ruginyo, itulah tadi
asepnyo, belum lagi lahan warga yang lain melok terbakar apolagi ado rumah
warga yang dekat dengan lahan itu pacak teganggu malah melok tebakar
jugo”(SR)
“Kalo kerugianyo yoh dampaknyo tadi tulah merugikan kesehatan samo
lahan masyarakat yang lain biso melok tebakar jugo rugi jugo bagi lahan yang
terbakar, kalo keuntungan kuraso bagi yang buka lahan karno biaya yang tidak
terlalu besar samo mudah caronyo” (AL)
“Untung bagi yang nak bukak lahan dak payah lagi, peralatanyo mudah
tinggal siram minyak bae kalo kebakar tu kan langsung siram minyak samo
puntung rokok bae tebakarlah itu, lebih mudahlah tapi tulah bahayo, Kalo
kerugian tergantung luas lahan yang tebakar semakin luas semakin besak jgo
kerugianyo karno lahan wong lain biso melok terbakar kan rugi bagi lahan wong
lain yang la di kelola. Kalo di sini rato rato bukak lahan di racun di semprot,
makek mesin ngeratokenyo, kadang manual di tebas. Men ngebakar di sini la dak
katek lagi, karno takut warga, nah palingan itulah tadi lebih mudah di tebas,
makek mesen, ngajak wong nebasnyo lemak karno nak bukak lahan sawah dak
pulo susah di tebas bae biso kecuali hutan belantara, kalo upah Tergantung, ado
yang ngupah orang, biasonyo kalo ibu ibu kadang bapak bapak tu sehari 50 ribu
untuk nebas smo ngeracun” (MU)
“Lahan sawah ini, biasonyo pake tractor tulah dek, nebas, ngeracuni,
Lemak kalo pake tractor dek, ktek lagi bekas rumput – rumput, langsung hancur,
Besak dek, kalo pake tractor, tergantung luas lahan jugo, men aku sekitar 1 juta
lebih lah untuk lahan 0,5 hektare, belum termasuk bahan bakar” (SM)

Universitas Sriwijaya
48

“Kalo cak lahan tidur yang la dak te urus lagi la cak hutan paling makek
mesin berat, kalo lahan kecik paling nebas ngeracuni tulah. Mahal dek kalo
makek msin tu, aku kurang tau juga biayanyo tapi kalo nebas samo ngeracun tu
sehari 50- 100 ribu lah ngupah sikok wong “(SB)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam informan kunci dan informan
biasa sinkron bahwa faktor ekonomi menjadi salah satu pengaruh terhadap
kejadian kebakaran lahan basah di Kecamatan Pemulutan dan yang menjadi
penyebab paling besar dalam membuka lahan dengan cara dibakar karena biaya
yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan cara di tebas atau
menggunakan mesin serta lebih mudah atau praktis tidak memerlukan peralatan
yang banyak hanya dengan minyak dan penyulut serta menghemat waktu dalam
melakukan pembukaan lahan.

4.2.5 Faktor Budaya Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di


Kecamatan Pemulutan
Dalam Kejadian Kebakaran lahan basah pasti ada faktor pendorong manusia
untuk melakukan pembakaran lahan dengan cara di bakar. Salah satunya
merupakan faktor budaya atau kebiasaan masyarakat dalam melakukan
pembukaan lahan di Kecamatan Pemulutan. Berikut merupakan kutipan hasil
wawancara mendalam dengan informan.
“Sebenarnyo kalo untuk lahan apolagi sawah disini biasony di bajak, nah
setelah dibajak siso siso tanaman tu terbenam di dalam tanah jadi pupuk, kalo,
kalo jaman dulu memang siso siso ampas padi tunah galak di bakar itulah
nyebabke kebakaran tu, nyambar lah ke lahan lain, ampasnyo tukan betompok
kalo di bakar agak lamo padamnyo, kalo sekarang pake mesin jadi wong
ngebakar dak katek lagi. Kalau sanksi adat dak katek paling itulah, aku selalu
ngingetke warga jangan nian nge bakar, ku kasih himbauan selalu teguran, men
masih ado baru ku serahke pihak kepolisian” (SR)
“Kalo di sini nih biasonyo warga nebas samo ngeracun tulah dek itu untuk
luas lahan yang dikit tapi kalo lahany luas cak hutan belantara itu biasonyo
makek alat berat cak excavator, kalo metode ngebakar tu untuk buka lahan la
katek lagi dek di sisni mereka la sadar samo takut dengan sanksinya. Kalo
sanksi adat dak

Universitas Sriwijaya
49

katek kami dek palingan tegurn keras bae kalo masih dilakukan terpakso
berurusan samo polisi dan badan hukum” (AL)
“Di sini kalo lahan padi, misal rumputnyo tebal di tractor, tapi kalo
rumputnya ringan di racuni, smo di tebas” (SM)
“Kalo di sini ngebakar tu la dak katek lagi, paling itulah tadi kalo nak
bukak lahan di babat tulah, kalo dak tu pakek alat, sekarang warga la takut nge
bakar, karno berurusan dengan polisi” (MZ)
“Masyarakat di sini kebanyakan nebas dewek tulah dek karno lahan warga
sini yang di urusnyo dewek mudah bukak lahanyo, tapi kalo lahan tidur cak hutan
belantaran tu paling makek alat berat tulah” (SB)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas dengan informan ahli dan
informan kunci dapat diketahui faktor budaya merupakan kebiasaan turun
temurun dalam melakukan pembukaan lahan. Kebiasaan masyarakat sekitar dalam
membuka lahan dengan cara di racun, ditebas dengan parang, dan ada yang
menggunakan mesin traktor untuk lahan sawah, dan untuk lahan tidur seperti
hutan belantara menggunakan alat berat. Salah satu alasan mengapa masyarakat
tidak lagi membuka lahan dengan cara dibakar karena takut api akan meluas dan
sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan pembakaran lahan.
Namun masih ada beberapa masyarakat yang melakukan pembakaran sisa hasil
panen seperti gabah yang ditumpuk dan langsung dibakar ini sudah menjadi
kebiasaan masyarakat ketika musim panen.

4.2.6 Faktor Sikap Tehadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di


Kecamatan Pemulutan
Dalam kejadian kebakaran lahan basah ada factor pendorong manusia untuk
melakukan pembukaan lahan dengan cara di bakar. Salah satunya di lihat dari
keyakinan dan sikap yang di peroleh masyarakat terhadap kebakaran lahan berupa
Tindakan masyarakat terhadap kebakaran lahan di sekitar Kecamatan Pemulutan.
Berikut merupakan hasil wawancara mendalam dengan informan terkait factor
sikap terhadap perilaku.
“Dampak yang dirasakan dari kebakaran lahan tu yang pastinyo asapnyo
itulah yang menyebar ke pemukiman warga, Misal terjadi kebakaran lahan
paling

Universitas Sriwijaya
50

menghubungi warga warga yang lain gotong royong bantu madamke men apinyo
la besak nian baru nge hubungi pihak Kepolisian dan BPBD Ogan Ilir minta
bantuan untuk melakukan pemadaman” (SR).
“Dampak Kesehatan tulah dek asap mato perih, kabut asap aktivitas kito
jadi terganggu kan jarak pandangnyo, kalau terjadi kebakaran kito sudah sedia
satgas nyo dek yang kerjo samo dengan BPBD Ogan Ilir jadi satgas yang turun
langsung kelapangan, palingan kito mantau ke lokasi samo ngeabantulah
madamke apinyo” (AL).
Itulah tadi lahan kito melok tebakar akibat api nya merambat, terus bara
apinyo pacak nempel ke rumah, melok tebakar jugo rumah kito, asep nyo jugo
buat sesak nafas, Kalo untuk sekarang nih la dak pernah lagi kebakaran tu
terjadi, kalo pun terjadi paling kami warga nih melok terjun kelapangan gotong
royong upaya madamke apinyo bantu BPBD Ogan Ilir smo pihak Kepolisian dan
TNI” (MZ).
“Misal ado yang nak ngebakar lahan jingok di aku aku tegur dek ku kasih
tau caro lain dak usah ngebakar kalo nak ngebakar di jagoi biar dak meluas
apinyo, kabut asepnyo tadi dek, abu nyo terhirup sesak nafas kan samo jarak
pandang terganggu buat mato perih jugo lahan warga melok terbakar” (SD).
“Kabut asap tulah yang ganggu jarak pandang samo sesak nafas, kalo aku
ku tegur dulu misal ado wong nak ngebakar lahan, aku selidiki dulu wong yang
nak ngebakar itu apo alasnyo kalo biso jangan ngebakar pake cara lain bae
missal masih di bakar, palingan ngehubungi kades jugo samo Polisi untuk
ngelaporke kejadian kan jadi pihak berwajib pacak ngasih arah” (SB).
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas dengan informan dapat
diketahui sikap yang baik terhadap kejadian kebakaran lahan yang peduli dengan
cara menegur serta mencegah masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran
lahan dengan himbauan yang terus di lakukan kepada masyarakat sekitar dan jika
terjadi kebakaran lahan tindakan masyarakat bergotong royong untuk melakukan
pemadaman dan menghubungi pihak Kepolisian dan TNI serta Satgas BPBD
Ogan Ilir untuk memberikan informasi jika terjadi kebakaran lahan dan meminta
bantuan pemadaman kebakaran.

Universitas Sriwijaya
51

4.2.7 Faktor Norma Subyektif Terhadap Perilaku Terhadap Kejadian


Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan Pemulutan
Dalam kejadian kebakaran lahan memiliki salah satu faktor pendorong
sosial dari orang lain yang mempengaruhi terjadinya kebakaran lahan. Salah
satunya adalah faktor Norma Subjektif. Berikut merupakan hasil wawancara
mendalam dengan informan terkait factor norma subjektif.
“Kalo di Desa Pegayut nih La dak katek lagi yang ngebakar sekarang,
warga la sadar galo, mano takut jugo untuk ngebakar tu, karno warga kami di
tahun 2017 pernah ado yang di tangkap polisi, jadi dionih ngebakar lahan nyo
dewek sebenerny kecik, sedikit yang terbakar tu, dasar sampel polisi bae, jadi di
proseslah. Kalo tindakan aku sebagai kades itulah tadi paling himbauan terus
jangan sampe ngebakar lahan jangan sampe terjadi kebakaran lahan n, men ado
kebakaran itulah manggil warga dulu untuk madamke men sekiro apinyo besak
baru ngehubungi polisi smo BPBD Ogan Ilir” (SR)
“Katek dek kebanyakan waraga di sini ngolah lahnyo dewek dengan di
tebas tulah di bersihke deewek katek lagi yang negabkar secara langsung tu, yoh
kalo Tindakan aku menghibau terus agar tidak nge bakar warga tu sudah tu kito
la ado satgas tekait karhutlah jadi tinggal menghubungi tim Satgas BPBD Ogan
Ilir kerjo samo dengan pihak terkait dalam menangani karhutla” (AL)
“La dak katek lagi dek di sini wong ngebakar lahan tu, karno yang pertamo
tadi takut tebakar terus warga jugo la sadar bahayo ngebakar lahan jadi la dak
berani lagi ngebakar lahan tu klo di sini bukak lahan memang la tebiaso
ngeracun, nebas dewek. Sebiso mungkin mencegah lewat edaran himbauan
larangan membakar” (MU)
“Kalo di sini la dak katek lagi wong bukak lahan dengan di bakar,
banyaklah makek alat smo di babat, Yang pastinyo kito tu pencegahan dengan
himbauan ke warga warga jangan sampe melakuke pembakaran, semacam
teguranlah, tindakan kito kalau la terbakar itulah tadi melok madamke apinyo”
(MZ)
Kuraso katek lagi dek soalnyo wong takut galo kalo nak ngebakar lahan tu,
terus missal kito nak ngebakar lahan tu langsung tau pihak BPBD tu missal ado
api di lahan itu soalny la terpantau pake satelit jadi ketahuan misal ado lahan
yang terbakar. Jingok lokasi kebakaran yo dulu palingan ngajaki warga sekitar
untuk

Universitas Sriwijaya
52

bantu memadamkan api dengan alat seadonyo dulu, sudah tu men sekiro apinyo
jauh dan sulit di jangkau kito menghubungi satgas BPBD Ogan Ilir untuk minta
bantuan madamke apinyo kadeng lewat udara makek helicopter ado jugo mobil
pemadam” (YS)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara mendalam di atas dapat diketahui
bahwa kepercayaan dari masyarakat untuk melakukan membuka lahan dengan
cara dibakar sudah berkurang, karena adanya tekanan sosial dari masyarakat
sekitar serta himbauan keras berupa larangan dari pemerintah daerah Ogan Ilir dan
Camat Pemulutan beserta perangkat desa untuk tidak melakukan pembakaran
lahan dari pemerintah desa setempat dan masyarakat di sekitar sudah sadar dan
takut akan sanksi yang diberikan dan saling mengingatkan dan jika melakukan
pembakaran lahan bisa terpantau dari satelit hotspot api dari pihak Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ogan Ilir, jika masyarakat melakukan
pembakaran maka titik api akan segera diketahui oleh pihak Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ogan Ilir dan tim Satgas karhutla dan
pihak Kepolisian dan TNI akan turun langsung ke lapangan untuk menindak
lanjuti kejadian tersebut, dengan adanya sanksi dan himbauan membuat
masyarakat saling mengingatkan jika ada masyarakat yang ingin melakukan
pembakaran lahan

4.2.8 Faktor Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Perilaku Terhadap


Kejadian Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan Pemulutan
Dalam kejadian kebakaran lahan terdapat faktor yang menghambat dan
mendukung dari pengalam sebelumnya terhadap kejadian kebakaran lahan.
Berikut merupakan hasil wawancara dengan informan terkait faktor persepsi
kontrol perilaku
“Kami jugo ado perintah dari pemerintahan kabupaten Ogan Ilir untuk
masalah lahan basah itu, Peraturan Daerahnyo, tinggal lagi nak sosialisasi ke
desa-desa terkait pemanfaatan lahan tidur, itu sudah di Perda kan oleh pak
Bupati Ogan Ilir, terkait kepemilikan lahan tidur, pengelolaan lahan tidur,
pemanfaatan lahan basah, peran serta masyarakat, yang jelas sanksinyo tu
penjaro samo dendo sekian juta itu kan la ado peraturanyo dari undang- undang
tentang karhutla. Kalo untuk peraturan kito sudah ado mengenai karhutlah ini,
selalu kito tekanke

Universitas Sriwijaya
53

himbauan untuk tidak melakukan pembakarn lahan melalui kades dan perangkat
desa lainyo, kalo untuk sanksi ado tapi dari pihak kepolisian langsung yang
menindak tegas kalo ak cuman sekedar sosialiasi bae mengnai larangan
ngebakar hutan cak memasang spanduk baliho mengenai karhutla” (MZ)
“Kalo peraturan, la ado pastinyo dari menteri lingkungan hidup dan
kehutanan, samo peraturan pemerintah kabupaten, Kalo dari kades katek
peraturan yolah tadi peraturan dari menteri smo pemkab tulah di sampaikan
melalui camat samo perangkat desa, kades cumin menyampaikan dan
menghimbau, sering kalo peraturan di sosialisasikan kadang makek spanduk
samo baliho kan terpampang pearutan samo sanksi bagi yang ngebakar lahn kalo
kades nyampike himbauan tulah samo edaran” (SD).
“Kalo peraturan, paling dari pemerintah Ogan Ilir tulah, dari pihak
kepolisian, tentang karhutla, Kalo untuk peraturan yo lah dari pemerintah daerah
Ogan Ilir, paling kades kio bae nyampe ke himbauan larangan ngebakar, Sering
kadang setiap ado perkumpulan, hajatan, kades galak ngasih himbauan larangan
membakar tapi kalo sosialisasi kebkaran dari BPBD Ogan Ilir dak pernah di sini,
Kalo sosialisasi dari kades cak himbauan tu sering galak men ado acara desa nih
di samapikenyo terus nah men dari BPBD Ogan Ilir dak pernah ngado ke
sosialisasi di sini”(MZ).
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas dengan informan ahli dan
informan kunci dapat diketahui bahwa untuk menghambat perilaku masyarakat
dalam melakukan pembakaran lahan sudah di terapkan peraturan dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Daerah
Kabupaten Ogan Ilir terkait Karhutlah dan dari pihak Kepolisian tentang larangan
melakukan pembakaran lahan dan hukuman serta sanksi berlaku dalam melakukan
pembakaran lahan dan disosialisasikan kepada perangkat desa setempat yang
berupa edaran dan himbauan serta larangan kepada masyarakat untuk tidak
membuka lahan dengan cara dibakar.Sehingga masyarakat setempat sadar dan
takut terhadap sanksi yang berlaku jika melakukan pembukaan lahan dengan cara
di bakar.

Universitas Sriwijaya
54

4.2.9 Faktor Niat Tehadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di Kecamatan


Pemulutan
Dalam kejadian kebakaran lahan terdapat faktor niat pada masyarakat untuk
melakukan pembukaan lahan dengan cara di bakar. Berikut merupakan hasil
wawancara dengan informan terkait niat masyarakat dalam melakukan
pembakaran lahan.
“Sudah tidak di temukan lagi warga yang melakukan pembukaan lahan
dengan cara di bakar, namun ada Sebagian oknum oknum tertentu yang dalam
membuka lahan dengan cara dibakar.Paling himbauan dulu yang terpenting yang
selalu aku tekanke, mangko warga nih takut galo untuk ngebakar, terus
sosialisasi dari pihak terkait, Kalo warga kami la dak katek lagi sekarang
ngebakar nih, men buka lahan tu yo lah tadi dengan caro di babat pake mesin,
nah biasony wong datangan dak tu oknum suruhan yang melakukan pembakaran
tu, Kalo aku selalu ngingatke himbauan terkait membakar, kalo biso setiap
tahuny warga tu dak lagi buka lahan dengan di bakar”(SR)
Kebanyakan motif wong membakar lahan tu untuk buka lahan perkebunan
samo persawahan dek mungkin karno caro yang mudah dan dak perlu biaya
besak kan Kalo kito di sini nyadarke masyarakat nyo dulu dek cak mano biar
mereka tui dak lagi membakar ylah di berikan sanksi samo denda tadi lewat
peraturan yang lah ado terus kito kasih solusi biar membuka lahan tu dengan
caro lain, Tindakan kedepanyo cakmano caronyo biar warga nih sadar kalo
membuka lahan dengan membakar tu dampanyo besak, paligan ngasih
himbauan, terus cara penanggulangan kebakaran” (AL)
Alhamdulillah kalo di sini dak ktek lagi yang ngebakar lahan jadi itulah
tadi nebas manual, paling makek parang makek tenango warga, ado jugo makek
alat, Di racun dulu, ado di tebas baru di tumpuk, di ratoi makek mesin, Kalo
sehektar sekitar 3 harian makek mesin kalo manual sekitar 2 mingguanlah sampe
sebulan, Kalo pembakaran lahan tu la dak katek lagi di sini, biasonyo mukak
lahan sawah tulah , Ya kalo itu paling ngehubungi babinsa, tni, kalo ado
kebakaran paling ngabari warga lain untuk ngebantu kalo kito dewek an gek jadi
tersangka yang ngebakar pulo itulah tadi paling ngehubungi kades, polisi (MU)

Universitas Sriwijaya
55

“Nah kalo motif pembakaran lahan tu biasonyo untuk buka lahan tulah kan
hutan belantara biasonyo kalo nak dikelola baru di buka lahan yo lah tadi ado
bae pasti yang melakukan pembakaran tu” (DS)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara mendalam di atas dengan informan
dapat diketahui bahwa motif masyarakat dalam melakukan pembukaan lahan
karena ingin lahan tersebut dikelola menjadi lahan pertanian dan perkebunan.
Sudah tidak lagi masyarakat yang melakukan pembukaan lahan dengan cara di
bakar, masyarakat lebih memilih cara manual dan menggunakan alat berat seperti
mesin excavator karena sudah sadar dan takut akan sanksi serta banyaknya
kerugian yang ditimbulkan dari membakar lahan. Sehingga masyarakat sudah
sedikit yang mempunyai niat untuk melakukan pembakaran lahan. Menurunya
niat masyarakat dalam melakukan pembakaran karena himbauan yang terus di
sampaikan kepada masyarakat terkait pembukaan lahan dengan cara di bakar.

Universitas Sriwijaya
56

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Faktor Pengetahuan Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah


di Kecamatan Pemulutan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat. Kebakaranan lahan
merupakan kebakaran yang terjadi pada lahan, gambut, rawa, sawah, perkebunan
dengan lahan yang terbakar pada lapisan tanah yang terdapat gas dan mineral
yang tinggi sehingga jika terjadi kebakaran lapisan bawah tanah ikut terbakar dan
sulit untuk di padamkan. Penyebab terjadinya kebakaran lahan basah yang terjadi
di sekitar masyarakat di sebabkan oleh individu maupun kelompok demi
kepentingan pribadi. Masyarakat sudah mengetahui penyebab terjadinya
kebakaran lahan adalah karena faktor manusia yang disengaja maupun tidak
sengaja seperti membuang puntung rokok sembarangan ke lahan dan oknum
tertentu yang tidak bertanggung jawab yang dengan sengaja melakukan
pembukaan lahan dengan cara dibakar demi kepentingan pribadi dan juga karena
faktor alam seperti gesekan rumput atau ilalang yang terjadi di musim kemarau
panjang namun jarang sekali terjadi dan hanya sebagian kecil disebabkan oleh
faktor alam. Namun pengetahuan masyarakat yang masih minim tentang dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari kebakaran lahan, masyarakat hanya mengetahui
dampak kesehatan dari kebakaran lahan.
Menurut Rasyid (2014) dampak dari kebakaran hutan dan lahan adalah
terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup seperti kerusakan flora
dan fauna, tanah, dan air serta mengubah iklim mikro akibat hilangnya tumbuhan
bahkan memberikan andil terjadinya efek rumah kaca. Lahan yang terbakar sulit
dipulihkan karena struktur tanah yang mengalami kerusakan, hilangnya tumbuh-
tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi dan tidak dapat
lagi menahan banjir pada saat musim hujan.
Selain itu jika terjadi kebakaran lahan masyarakat tidak tahu cara
memadamkan api yang benar dan belum adanya peralatan yang memadai untuk
melakukan pemadaman kebakaran lahan, sehingga masyarakat menunggu bantuan
dari BPBD untuk melakukan pemadaman. Pengetahuan masyarakat yang masih
minim terkait dampak lingkungan dari kebakaran hutan dan lahan karena

Universitas Sriwijaya
57

kurangnya sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat terkadang hanya berupa


himbauan serta larangan membakar lahan dan sanksi yang diberikan jika
melakukan pembakaran lahan. Karena minimnya pengetahuan masyarakat terkait
dampak yang ditimbulkan dari kebakaran lahan perlu adanya kerjasama dari
pemerintah daerah dan pihak terkait seperti Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Ogan Ilir beserta perangkat desa untuk memberikan
sosialisasi kepada masyarakat terkait dampak kesehatan dan lingkungan dari
kebakaran lahan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan serta pengadaan alat
pemadaman kebakaran hutan dan lahan serta metode pemadaman api yang baik
dan benar.

5.2 Faktor Sosial Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di


Kecamatan Pemulutan
Menurut Hudani (2020) faktor sosial mempengaruhi keputusan tergantung
dari pengaruh kelompok sosial bagi seseorang, faktor sosial seperti kelompok
referensi, keluarga, serta peran sosial dan status sosial juga memiliki pengaruh
terhadap perilaku. Faktor sosial tidak terlepas dari dorongan sosial dalam
melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar dan konflik sosial dan
kecemburuan sosial juga menjadi pemicu masyarakat dalam melakukan
pembakaran lahan.
Hasil temuan di lapangan salah satu faktor penyebab kebakaran lahan adalah
faktor sosial. Masyarakat Kecamatan Pemulutan sebagian besar mata pencaharian
adalah bertani dan berkebun lahan yang dikelola masyarakat merupakan lahan
milik pribadi dan saling berdekatan dan di sekitar juga terdapat lahan tidur yang
tidak dikelola oleh pemiliknya, karena lahan tidur yang tidak tahu pemiliknya dan
tidak diberikan untuk di kelola oleh masyarakat sekitar dapat menjadikan
kecemburuan sosial antar warga dan pemilik lahan tidur. Lahan tidur tadi yang
mengganggu karena tidak dikelola oleh masyarakat di tumbuhi tanaman rawa
yang memanjang dan lahan tidur tadi menjadi sarang hama dan hewan liar, seperti
ular dan biawak, dan mengganggu aktivitas bertani masyarakat yang lahirnya
berdekatan dengan lahan tidur tersebut . Hal inilah yang menimbulkan konflik
sosial antar masyarakat sehingga terdapat oknum tertentu yang tidak bertanggung
jawab yang dengan sengaja melakukan pembakaran lahan tidur tersebut.

Universitas Sriwijaya
58

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nugraha et al., (2014) faktor
sosial yang dapat memicu, mempengaruhi dan mendorong masyarakat untuk
melakukan pembakaran lahan adalah jenis pekerjaan dan persepsi/ anggapan
bahwa membakar dapat menyuburkan tanah, faktor sosial ini dapat mempengaruhi
perilaku setiap individu. Salah satu faktor sosial masyarakat melakukan
pembakaran lahan adalah konflik antar aktor, baik sesama masyarakat, masyarakat
dengan perusahaan, dan masyarakat dengan aparat pemerintah/ penegak hukum
yang cenderung menimbulkan rasa dendam, sehingga pihak yang merasa
dirugikan sengaja melakukan pembakaran lahan.
Masyarakat merasa terganggu dan menjadi kecemburuan sosial dan konflik
terhadap lahan tidur yang tidak di buka untuk di kelola oleh masyarakat sekitar
agar bisa dimanfaatkan jadi lahan pertanian, namun dibiarkan sehingga menjadi
sarang hama dan hewan liar dan mengganggu aktivitas bertani masyarakat yang
memiliki lahan di sekitar lahan tidur tersebut, sehingga terdapat oknum yang tidak
bertanggung jawab yang melakukan pembakaran lahan tidur tersebut. Masyarakat
juga merasa terganggu jika ada yang melakukan pembukaan lahan dengan cara
dibakar dan tidak di tunggu untuk memastikan api padam sepenuhnya karena
takut api merambat ke lahan pertanian masyarakat yang berdekatan langsung dan
dampak asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat dampak asap ini juga dirasakan oleh masyarakat
sekitar lahan yang terbakar, dimana masyarakat merasakan sesak nafas serta mata
perih pada saat melakukan aktivitas. Dampak inilah yang dapat mendorong kades
serta perangkat desa dan masyarakat sekitar untuk kemudian saling mengingatkan
dan memberi himbauan serta teguran kepada masyarakat yang akan melakukan
pembukaan lahan dengan cara di bakar.

5.3 Faktor Ekonomi Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di


Kecamatan Pemulutan
Faktor ekonomi berkaitan dengan biaya, waktu dan proses serta Teknik
pembukaan lahan. Waktu dan proses menjadi faktor penting bagi masyarakat, bagi
masyarakat teknik dalam pembukaan lahan yang memiliki waktu dan proses
paling cepat merupakan teknik pembukaan lahan yang akan dipilih dan
dilakukan oleh

Universitas Sriwijaya
59

masyarakat. Biaya pembukaan lahan, besarnya biaya yang harus dikeluarkan


untuk pembukaan masyarakat sesuai dengan kondisi perekonomian mereka
(Nugraha, Praba, Fauzi and Ekayani, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan masyarakat di Kecamatan
Pemulutan mengelola lahan dengan cara manual seperti di racun dan di tebas
habis dan menggunakan mesin potong rumput dan alat berat sudah tidak berani
lagi masyarakat yang melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar karena
dampak yang besar ditimbulkan dan jika kedapatan melakukan pembakaran lahan
dengan sengaja maka akan di langsung di tangkap pihak Kepolisian dan TNI yang
sedang melakukan patroli dan akan diberikan sanksi serta denda. Masyarakat yang
memiliki lahan yang tidak terlalu luas lebih memilih melakukan pembukaan lahan
dengan cara manual karena biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar
dibandingkan dengan menggunakan alat berat, untuk biaya melakukan penebasan
50-75 ribu per orang satu hari pengerjaan dan masyarakat yang memiliki lahan
yang luas memilih menggunakan alat berat seperti traktor dengan biaya yang
dikeluarkan sekitar lebih dari 1 juta tergantung luas lahan yang akan dikelola.
Faktor ekonomi menjadi salah satu pengaruh terhadap kejadian kebakaran
lahan basah di Kecamatan Pemulutan dan menjadi penyebab paling besar dalam
melakukan pembukaan lahan dengan cara di bakar, karena biaya yang dikeluarkan
lebih sedikit dibandingkan dengan cara di tebas dan menggunakan mesin rumput
serta alat berat, dan lebih praktis dan cepat tidak memerlukan waktu yang lama
dan peralatan yang banyak hanya menggunakan bensin dan penyulut, namun
dampak serta kerugian yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan keuntungan
dalam melakukan pembakaran lahan, kerugian yang dirasakan masyarakat yaitu
asap yang di hasil dari kebakaran lahan, api yang sulit dipadamkan dan merambat
ke lahan milik orang lain, kerugian hasil panen dan kerusakan ekosistem lahan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nugraha et al., (2014)
keterbatasan modal yang dimiliki oleh masyarakat petani tentunya akan membuat
masyarakat lebih memilih melakukan kegiatan pembukaan lahan yang paling
mudah. Metode pembukaan lahan yang saat ini di lakukan di Indonesia adalah
pembukaan lahan dengan cara slash and burn (tebang/ tebas dan bakar), dengan
cara tebang tebas dan menggunakan alat berat (eskavator). Masing-masing cara
tersebut

Universitas Sriwijaya
60

memiliki biaya, waktu dan dampak yang berbeda, baik dampak terhadap
masyarakat, maupun terhadap lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat lebih menggunakan metode pembukaan lahan dengan cara tebang
bakar, hal ini karena lebih murah, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan proses
pembukaan lahan lebih mudah. Motif ekonomi baik secara langsung maupun tidak
langsung membuat masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain membakar, tidak
dapat dipungkiri bahwa efisien dan tingkat pendapatan masyarakat dan tingginya
biaya membuat masyarakat membuat mereka selalu mencari alternative kegiatan
yang paling murah, mudah dan cepat.

5.4 Faktor Budaya Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah


di Kecamatan Pemulutan
Menurut Santoso and Purwanti ( 2013) budaya merupakan penentu keinginan
dan perilaku, budaya berawal dari kebiasaan. Budaya merupakan salah satu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki Bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir budaya masyarakat dalam melakukan pembukaan lahan
dengan cara di racun dan di tebas serta menggunakan mesin potong rumput dan
alat berat, pembukaan lahan dengan dibakar sudah tidak dilakukan lagi karena
masyarakat sudah sadar akan dampak negatif yang ditimbulkan dan himbauan
yang terus dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah beserta
perangkat desa terkait larangan dan sanksi yang diberikan jika melakukan
pembakaran lahan membuat masyarakat perlahan meninggalkan kebudayaan
tersebut. Namun masih ada beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab
melakukan pembakaran lahan terhadap lahan tidur karena merasa mengganggu
karena ditumbuhi ilalang dan rumput liar yang mengganggu aktivitas bertani dan
akses memancing serta kebiasaan masyarakat yang membuang puntung rokok
sembarangan.
Musim kemarau lahan warga banyak ditumbuhi ilalang dan rerumputan liar,
untuk melakukan penanaman kembali setelah panen, masyarakat melakukan
pembersihan lahan tersebut dengan cara di bakar, ini sudah menjadi tradisi bagi
masyarakat. Pembakaran dilakukan agar sisa hasil panen tersebut cepat habis

Universitas Sriwijaya
61

sehingga akan mudah untuk melakukan penanaman kembali, budaya ini sering
terjadi pada kegiatan bersawah, gabah yang dihasilkan dari sisa panen akan
ditumpuk dan di bakar, jerami yang dibakar akan mudah terbang terbawa angin
dan menyambar lahan di sekitar sehingga menimbulkan kejadian kebakaran.
Budaya ini sudah menjadi turun temurun dan sulit dihilangkan. Masyarakat
melakukan pembersihan lahan tersebut dengan cara dibakar karena murah dari
segi biaya dan efektif dari segi waktu.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Rasyid, 2014) yang
menunjukkan bahwa faktor sosial budaya masyarakat mempunyai andil yang
paling besar terhadap adanya kebakaran hutan dan lahan. Beberapa faktor
penyebab kebakaran hutan dan lahan antara lain, masyarakat di sekitar kawasan
hutan seringkali menggunakan api untuk persiapan lahan, baik untuk membuat
lahan pertanian maupun perkebunan. Metode penggunaan api dalam kegiatan
persiapan lahan dilakukan karena murah dari segi biaya dan efektif dari segi
waktu dan hasil yang dicapai cukup memuaskan. Kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap bahaya api. Biasanya bentuk kegiatan yang menjadi
penyebab adalah ketidaksengajaan dari pelaku. Misalnya masyarakat mempunyai
interaksi yang tinggi dengan hutan. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah
kebiasaan penduduk mengambil rotan yang biasanya sambil bekerja mereka
menyalakan rokok. Dengan tidak sadar mereka membuang puntung rokok dalam
kawasan hutan yang mempunyai potensi bahan bakar melimpah sehingga
memungkinkan terjadi kebakaran.

5.5 Faktor Sikap Perilaku Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah


di Kecamatan Pemulutan
Sikap terhadap perilaku merupakan pokok penting yang sanggup
memperkirakan suatu perbuatan, meskipun demikian perlu dipertimbangkan sikap
seseorang dalam menguji norma subjektif serta mengukur kontrol perilaku
persepsi orang tersebut. Bila ada sikap yang positif, dukungan dari orang sekitar
serta adanya persepsi kemudahan tidak ada hambatan untuk berperilaku maka niat
seseorang untuk berperilaku akan semakin tinggi (Seni and Ratnadi, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan diketahui bahwa
masyarakat sangat terganggu terhadap dampak yang ditimbulkan dari kebakaran

Universitas Sriwijaya
62

lahan dengan adanya kabut asap dan kobaran api yang menyambar lahan milik
masyarakat lain dan merusak lingkungan diketahui bahwa sikap dan tindakan
masyarakat terhadap perilaku masyarakat yang melakukan pembakaran lahan
dengan cara menegur dengan keras dan melaporkan tindakan pembakaran lahan
tersebut kepada perangkat desa dan pihak berwenang, seperti Kepolisian dan TNI
serta meminta bantuan dari pihak BPBD untuk memadamkan api bila sudah
terjadi kebakaran lahan. Masyarakat di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan
Ilir Provinsi Sumatera Selatan sudah menyadari akan bahaya serta dampak yang
ditimbulkan terhadap kebakaran lahan terutama dampak kesehatan yang rentan
untuk lansia dan anak-anak. Masyarakat sudah memiliki sikap yang baik dan
peduli terhadap kebakaran lahan sehingga masyarakat mampu mengurangi
perilaku pembakaran lahan di tambah dengan keyakinan masyarakat ketika
mengetahui konsekuensi dan sanksi yang diberikan dari pihak berwajib terhadap
perilaku pembakaran lahan.

5.6 Faktor Norma Subjektif Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah


di Kecamatan Pemulutan
Norma subjektif (subjective norms) adalah persepsi atau pandangan
seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain atau dorongan sosial dari
orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak
melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan (Septifani., 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada informan kunci dan informan ahli mengenai faktor norma
subjektif terhadap kejadian kebakaran lahan di Kecamatan Pemulutan diketahui
bahwa masyarakat yang melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar sudah
berkurang, karena adanya tekanan sosial serta himbauan berupa larangan untuk
tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar dari perangkat desa dan
tokoh masyarakat dan sanksi yang berlaku dari pihak Kepolisian serta melalui
pantauan satelit hotspot api dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Ogan Ilir yang langsung terpantau ketika masyarakat melakukan
pembakaran lahan maka akan segera diketahui dan satgas langsung menuju
kelapangan. Melalui dorongan sosial tersebut sangat berdampak terhadap

Universitas Sriwijaya
63

masyarakat lain sehingga masyarakat sadar dan takut serta saling mengingatkan
untuk tidak melakukan pembakaran lahan.

5.7 Faktor Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Kejadian Kebakaran


Lahan Basah di Kecamatan Pemulutan
Menurut Husniyati (2018), persepsi kontrol perilaku merupakan persepsi
orang-orang terhadap kemudahan atau hambatan untuk menunjukkan sikap dan
perilaku yang diminati. Jadi, seseorang akan memiliki niat untuk melakukan suatu
perilaku apabila mereka memiliki persepsi bahwa suatu perilaku tersebut mudah
untuk ditunjukkan atau dilakukan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan masyarakat sudah mengetahui
adanya peraturan mengenai larangan membakar hutan dan lahan yang sudah
diterapkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang sering
disampaikan oleh perangkat desa berupa edaran dan himbauan berupa teguran
keras kepada masyarakat yang ingin melakukan pembakaran lahan, serta banner
dan spanduk yang dipasang di setiap desa mengenai saksi karhutla. Melalui
himbauan tersebut masyarakat merasa sadar dan takut akan sanksi yang diberikan
sehingga menghambat dan menghalangi perilaku masyarakat untuk melakukan
pembakaran lahan.
Faktor persepsi kontrol merupakan persepsi dan keyakinan masyarakat
terhadap kemudahan atau kesulitan terhadap perilaku pembakaran lahan yang
dilakukan. Masyarakat yang ingin melakukan pembukaan lahan beranggapan
untuk membuka lahan perlu biaya yang mahal dan waktu yang lama dengan
alasan tersebut masyarakat berpikir untuk melakukan pembakaran lahan karena
dengan cara tersebut tidak memerlukan biaya yang besar dengan waktu yang
cepat. Tetapi dengan seringnya dilakukan himbauan melalui surat edaran dan
spanduk serta sosialisasi mengenai dampak dan bahaya serta sanksi yang diberikan
jika kedapatan masyarakat yang masih melakukan pembakaran pada saat
membuka lahan akan dikenakan denda serta pidana. Dengan cara tersebut
masyarakat berpikir ulang untuk melakukan pembakaran lahan, sehingga
masyarakat sadar dan merasa dirugikan serta disulitkan pada saat melakukan
pembukaan lahan dengan cara dibakar dan akan memilih metode lain dalam
melakukan pembukaan lahan.

Universitas Sriwijaya
64

5.8 Faktor Niat Tehadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di


Kecamatan Pemulutan
Niat didefinisikan sebagai kemampuan yang didasarkan oleh keinginan
individu untuk melakukan perilaku tertentu. Jika seseorang berniat untuk
melakukan perilaku maka ia cenderung melakukan perilaku tersebut begitupun
sebaliknya jika tidak berniat untuk melakukan perilaku maka cenderung menolak
untuk melakukan perilaku tersebut. Niat seseorang dalam melakukan perilaku
tertentu juga memiliki keterbatasan waktu, situasi, dan tindakan dalam
mewujudkan perilaku (Dian Anggraini Wikamorys, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, motif masyarakat dalam
melakukan pembukaan lahan kebanyakan membuka lahan untuk persawahan dan
perkebunan. Masyarakat lebih memilih melakukan pembukaan lahan dengan cara
manual seperti di tebas dan di racun serta menggunakan alat berat karena adanya
faktor- faktor yang menghambat masyarakat untuk melakukan pembukaan lahan
dengan cara di bakar. Namun masih ada beberapa oknum yang iseng dan
melakukan pembakaran lahan terhadap lahan terlantar karena bukan pemilik lahan
tersebut dan di suruh demi kepentingan pribadi. Melalui himbauan yang terus di
sampaikan oleh perangkat desa serta sosialisasi yang dilakukan oleh pihak
Kepolisian dan TNI serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Ogan Ilir terkait larangan membakar lahan mampu menurunkan niat
masyarakat dalam melakukan pembakaran lahan. Sehingga masyarakat sudah
tidak mempunyai niat untuk melakukan pembakaran lahan karena banyak
kerugian yang dihasilkan serta takut akan sanksi yang diberikan jika kedapatan
melakukan pembakaran lahan.
Berdasarkan hasil kutipan wawancara mendalam di atas dengan informan
dapat diketahui bahwa motif masyarakat dalam membuka lahan kebanyakan
membuka lahan untuk persawahan dan sudah tidak lagi melakukan pembukaan
lahan dengan cara di bakar, masyarakat lebih memilih cara manual dan
menggunakan mesin traktor karen lahan mereka kebanyakan lahan sawah bukan
hutan belantara dan karena sudah sadar dan takut akan sanksi dan dampak dalam
membuka lahan dengan cara dibakar,dan tindakan masyarakat jika terjadi
kebakaran lahan langsung menghubungi Kades, dan pihak Kepolisian/TNI dan
BPBD Ogan Ilir untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan.

Universitas Sriwijaya
65

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan masyarakat yang masih minim terkait dampak lingkungan
yang ditimbulkan dari kebakaran lahan dan masyarakat belum
mengetahui cara memadamkan api pada saat terjadi kebakaran dan
belum memiliki fasilitas pemadaman api yang memadai di setiap desa
untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan
2. Terdapat konflik sosial pada masyarakat pemilik lahan yang dikelola
dengan lahan milik masyarakat yang tidak dikelola atau lahan terlantar
yang saling berdekatan karena mengganggu aktivitas bertani dan
berkebun masyarakat.
3. Masyarakat yang melakukan pembukaan lahan lebih memilih cara
manual seperti di beri racun rumput dan di tebas jika luas lahan yang
ingin dikelola tidak terlalu luas, dan menggunakan mesin potong pohon
atau rumput dan traktor serta alat berat seperti excavator untuk lahan
belantara yang ditumbuhi pohon besar dengan lahan yang luas.
4. Beberapa masyarakat masih melakukan pembersihan lahan sisa hasil
panen akan ditumpuk dan di bakar, budaya ini sering terjadi pada
kegiatan bersawah, jerami yang sudah dipanen akan ditumpuk dan di
bakar, pembakaran dilakukan agar sisa hasil panen cepat habis sehingga
mudah untuk melakukan penanaman kembali sudah menjadi kebiasaan
dan budaya masyarakat dalam melakukan pembersihan lahan karena
cara yang mudah dan cepat.
5. Masyarakat sudah memiliki sikap yang baik dan peduli terhadap
kejadian kebakaran lahan dengan terus memberikan himbauan dan
teguran serta melaporkan tindakan pembakaran lahan untuk mengurangi
perilaku membakar lahan.

Universitas Sriwijaya
66

6. Dengan adanya tekanan sosial dan sosialisasi kepada masyarakat


mengenai bahaya dan dampak dari kebakaran lahan serta peraturan dan
sanksi yang sering dilakukan oleh perangkat desa, pihak Kepolisian dan
TNI memberikan dampak terhadap masyarakat sehingga mempengaruhi
masyarakat lain untuk tidak melakukan pembakaran lahan.
7. Dengan konsistensi penerapan peraturan mengenai kebakaran hutan dan
lahan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dan
sosialisasi kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan dari pihak BPBD
Ogan Ilir di setiap desa di Kecamatan Pemulutan dapat menjadi faktor
yang menghambat masyarakat untuk tidak lagi melakukan pembakaran
lahan dan memilih metode lain dalam melakukan pembukaan lahan
8. Motif masyarakat dalam melakukan pembukaan lahan tidur agar lahan
tersebut bisa dikelola menjadi lahan pertanian dan perkebunan dan
masyarakat lebih memilih cara manual dan menggunakan mesin serta
alat berat dalam melakukan pembukaan lahan karena masyarakat sudah
mengetahui sanksi nyata yang telah diberikan jika kedapatan sedang
melakukan pembakaran lahan sehingga menurunya niatan masyarakat
dalam membuka lahan dengan cara di bakar.
6.2 Saran
1. Bagi pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Ogan Ilir untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat di
Kecamatan Pemulutan mengenai pencegahan, penanggulangan dan
dampak kebakaran hutan dan lahan
2. Bagi pemerintah daerah untuk membuat peraturan daerah mengenai
pengelolaan lahan tidur dan memberi ketetapan bagi lahan tidur yang
tidak dikelola, agar lahan tidur tersebut diberikan izin untuk di kelola
oleh masyarakat sekitar untuk mengurangi kejadian kebakaran.
3. Bagi perangkat desa membuat sanksi adat untuk diberlakukan kepada
masyarakat yang melakukan pembakaran lahan seperti melakukan
reboisasi kembali terhadap lahan yang telah di bakar
4. Bagi masyarakat harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
kejadian kebakaran dan sebaiknya membuka lahan dengan cara
manual

Universitas Sriwijaya
67

dan menggunakan alat serta mesin untuk memudahkan dalam


pembukaan lahan dan juga membersihkan hasil sisa pertanian di
kumpulkan dan di jadikan pupuk kompos
5. Kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah serta perangkat desa
dengan pihak terkait seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Ogan Ilir untuk memberikan pelatihan kepada
masyarakat desa dalam melakukan pemadaman kebakaran yang baik
dan benar serta pengadaan alat pemadaman kebakaran di setiap desa.

Universitas Sriwijaya
68

DAFTAR PUSTAKA

Achmat, Z. (2010) ‘Theory of Planned Behavior, Masihkah Relevan?’, 10, p. 12.


Ajzen, I. (2002) ‘Menyusun Kuesioner TPB:Pertimbangan Konseptual dan
Metodologis’, Menyusun Kuesioner TPB:Pertimbangan Konseptual dan
Metodologis.
Ajzen, I. (2005) ‘Attitudes, Personality and Behavior’, International Journal of
Strategic Innovative Marketing, p. 117.
Alamendah (2015) ‘Peran dan Manfaat Lahan Basah Bagi Masa Depan Manusia.’,
manfaat lahan basah bagi masa depan manusia.
Arifin, H. S., Fuady, I. and Kuswarno, E. (2017) ‘Factor Analysis That Affect
University Student Perception in Untirta About Existence of Region’,
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik, 21(1), pp. 88–101.
Available at: %0Ahsadalong85@gmail.com.
Ayuningtyas, Diah Setyowati., dan G. A. S. (2007) ‘Hubungan Antara Intensi
Untuk Mematuhi Rambu-Rambu Lalu Lintas Dengan Perilaku Melanggar
Lalu Lintas Pada Supir Bus di Jakarta. JPS Vol. 13 No. 01’.
Azwar, S. (2011) ‘Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Masyarakat
Terhadap Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Korban Kecelakaan Lalu
Lintas Berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB)’.
Bachri, B. S. (2010) ‘Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif’, Teknologi Pendidikan, 10, pp. 46–62.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2019) ‘Kunjungan Kerja Spesifik
Komisi IV DPR RI Terkait Dengan Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran Hutan Dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan’, Pencegahan
dan Pengendalian Kebakaran, 11(1), pp. 1–14.
CIFOR (2002) ‘Fires in Indonesia: causes, costs and policy implications’, Fires in
Indonesia: causes, costs and policy implications, (38).
Dian Anggraini Wikamorys, T. N. R. (2017) ‘Aplikasi Theory of Planned
Behavior Dalam Membangkitkan Niat Pasien Untuk Melakukan Operasi
Katarak’, Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1.

Universitas Sriwijaya
69

Dinkes Provinsi Sumatera Selatan (2019) ‘Profil Kesehatan Dinkes Provinsi


Sumatera Selatan’, p. 100.
Faturahma, N. Z. (2019) ‘Analisis Faktor Alam Terhadap Kejadian Kebakaran
Lahan Basah di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan’.
Harianto, S. P. and Dewi, B. S. (2017) ‘Biodiversitas Fauna di Kawasan Budidaya
Lahan Basah’, Buku Ajar Biologi Konservasi, p. 218.
Hartono, R. L. & Y. (2015) ‘Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap
Penanggalan Jawa Dalam Penentuan Waktu Pernikahan (Studi Kasus Desa
Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Tahun 2013)’, Jurnal
Agastya Vol 5 No 1, 151(1), pp. 10–17.
Hudani, A. (2020) ‘Entrepreneurship Bisnis Manajemen Akuntansi Pengaruh
faktor budaya , faktor social , dan faktor pribadi terhadap keputusan
pembelian’, Entrepreneurship Bisnis Manajemen Akuntansi (E-BISMA)
Journal, 1(2), pp. 99–107.
Husniyati, A. (2018) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Mahasiswa
Akuntansi Untuk Melakukan Pengungkapan Kecurangan’, Journal of
Chemical Information and Modeling, pp. 11–41.
Indah Ningrum, R. putri (2020) ‘Dampak Kebakaran Hutan dan Penegakan
Hukum’, 2507(1), pp. 1–9.
Jumain (2006) ‘Manual penilaian sistem peringkat bahaya kebakaran. Working
document integrated forest fire management project, IFFM. Jakarta’,
Analisis Faktor Manusia Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah Di
Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan.
Kehutanan, K. L. H. D. (2019) ‘Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
Terkait Dengan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan Dan
Lahan di Provinsi Sumatera Selatan’, Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran.
Kumalawati, Rosalina. Dianita Anjarini, E. (2019) ‘Penyebab kebakaran hutan
dan lahan gambut di kabupaten barito kuala provinsi kalimantan selatan’,
pp. 263–275.
Lestari, M. et al. (2020) ‘Forest and Wetland Fire in Ogan Ilir Regency’, 25(Sicph
2019), pp. 434–436. doi: 10.2991/ahsr.k.200612.062.
Lucas P. Coestoro, M. F. S. I. (2008) ‘Lahan Basah Dan Arkeologi Nusantara’.

Universitas Sriwijaya
70

Machrus, H. and Urip, P. (2010) ‘Pengukuran Perilaku berdasarkan Theory of


Planned Behavior’, Insan Media Psikologi, 12(01), pp. 64–72. doi:
10.1002/ejoc.201200111.
Moleong (2009) ‘Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya’,
Strategi Komunikasi Eksternal Untuk Menunjang Citra Lembaga.
Monitoring karhutla, P. K. K. L. dan H. (2019) ‘Analisis Faktor Manusia
Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan Basah di Kabupaten Ogan Ilir’.
Notohadiprawiro, T. (2006) ‘Lahan Basah: Terra Incognita’, Repro: Ilmu Tanah
Universitas Gadjah Mada, pp. 1–10.
Nugraha, Praba, R., Fauzi, A. and Ekayani, M. (2019) ‘Analisis Pendapatan Usaha
Pertanian Dan Peternakan’, JURNAL EKONOMI PERTANIAN ,
SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN ( Journal of Agriculture ,
Resource , and Environmental Economics ), 2(3), pp. 1–11.
Nurkholis, A. et al. (2018) ‘Analisis Temporal Kebakaran Hutan dan Lahan di
Indonesia Tahun 1997 dan 2015 (Studi Kasus Provinsi Riau)’, 2015. doi:
10.31227/osf.io/cmzuf.
Oktafiani, S. P. (2019) ‘Metode Penelitian’, Metode Penelitian Ilmiah, 84, pp.
487– 492.
Poniman, A., Nurwadjedi, N. and Su Wahyuono, S. (2006) ‘Penyediaan Informasi
Spasial Lahan Basah untuk Mendukung Pembangunan Nasional’, Forum
Geografi, 20(2), pp. 120–1134.
Primastuti, A. D. (2015) ‘Peningkatan Keterampilan Menyablon Pada Program
Pemberdayaan Komunitas Masberto Cimahi’, Repository.upi.edu, p. 47.
Qodriyatun, S. N. (2014) ‘Kebijakan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di
Indonesia’, Political Ecology, VI(Maret), pp. 9–12.
Rahardjo, H. A. and Hafizh, N. (2019) ‘Manajemen Keselamatan Hunian Vertikal
Dari Bahaya Kebakaran’, (143), pp. 336–344.
Rakhmat (2005) ‘Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya’,
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik.
Rasyid, F. (2014) ‘Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan’, (4), pp. 47–59.
Rosidah;. (2018) ‘Bab II Landasan Teori’, Journal of Chemical Information
and
Modeling, 53(9), pp. 8–24.

Universitas Sriwijaya
71

Saharjo, B. H. (2016) ‘Pengendalian Kebakaran Hutan dan atau Lahan Indonesia’,


Journal of Natural Resources and Environmental Management.
Saharjo, B. H. and Wibisana, G. (2017) ‘Persepsi Masyarakat dalam upaya
pengendalian kebakaran hutan di taman nasional gunung Ciremai’,
Silvikultur Tropika, 08(2), pp. 141–146.
Santoso, D. T. T. and Purwanti, E. (2013) ‘Pengaruh Faktor Budaya, Faktor
Sosial, Faktor Pribadi, Dan Faktor Psikologis Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Dalam Memilih Produk Operator Seluler Indosat-
M3 Di Kecamatan Pringapus Kab. Semarang’, 6(12), pp. 112–129.
Sarwono, S. W. (2014) ‘Pengantar Psikologi Umum’, Sebuah Pengantar Dalam
Psikologi Oleh: Ahmad Masrur Firosad, II, pp. 114–208.
Seni, N. N. A. and Ratnadi, N. M. D. (2017) ‘Theory of Planned Behavior Untuk
Memprediksi Niat Berinvestasi’, E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana, 12, p. 4043. doi: 10.24843/eeb.2017.v06.i12.p01.
Septifani, R., Achmadi, F. and Santoso, I. (2014) ‘Pengaruh Green Marketing,
Pengetahuan dan Minat Membeli terhadap Keputusan Pembelian’, Jurnal
Manajemen Teknologi, 13(2), pp. 201–218. doi: 10.12695/jmt.2014.13.2.6.
Siregar, A. (2019) ‘Analisis Faktor Manusia Terhadap Kejadian Kebakaran Lahan
Basah di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan’.
Siwi, R. et al. (2010) ‘Perbandingan Sumber Hotspot Sebagai Indikator
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut dan Korelasinya dengan Curah
Hujan di Desa Sepahat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau’.
Sugihartono (2007) Buku Psikologi Remaja.Pdf.
Suhardjo (2004) ‘‘Pengendalian Kebakaran Hutan Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Rinetka Cipta’.
Tantria Ariani, Bambang Hariyadi, W. D. K. (2018) ‘Pengetahuan dan Persepsi
Masyarakat Desa Rawasari di Sekitar Hutan Lindung Gambut Londerang
Terkait Kebakaran Hutan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tantria’.
Tata, M. H. L., Narendra, B. H. and Mawazin, M. (2017) ‘Tingkat Kerawanan
Kebakaran Gambut Di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan’,
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 14(1), pp. 51–71. doi:
10.20886/jpht.2017.14.1.51-71.

Universitas Sriwijaya
72

Unna, C. (2004) ‘Fire Brief’, pp. 1–4.


Walgito, B. (2010) ‘Pengantar Psikologi Umum’, Persepsi Perempuan Tentang
Penyakit Jantung Koroner.
Wibowo, K. A. (2019) ‘Manajemen Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan
(Karhutla) Guna Peningkatan Ekonomi Kerakyatan’, 3(1), pp. 69–83. doi:
10.19109/jssp.v3i1.4072.
Yuadji (2008) ‘Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Ekosistem di Kawasan
Gunung Ciremai. Di dalam: Suara Berita Liputan Rimbawan Jawa Barat
Surili; VOL.44/NO.1/TH.2008. Bandung: Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Barat. hlm 30-33.’
Yusuf, A. et al. (2019) ‘Analisis Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Riau’,
Dinamika Lingkungan Indonesia, 6(2), p. 67. doi: 10.31258/dli.6.2.p.67-84.

Universitas Sriwijaya
73

LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 1 74

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 2 75

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 3 76

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBAKARAN


LAHAN BASAH DI KECAMATAN PEMULUTAN
KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA
SELATAN

INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini, informan:


Nama :
Alamat:
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh penulis, maka
dengan ini saya tidak keberatan untuk menjadi informan pada
penelitian dengan judul ‘Persepsi Masyarakat Terhadap
Kebakaran Lahan Basah Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten
Ogan Ilir, Sumatera Selatan”.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dan
tekanan dari penulis atau pihak lain.
Indralaya, 2020

Informan

Universitas Sriwijaya
77

LAMPIRAN 4

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
LEMBAR INFORMASI
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBAKARAN LAHAN BASAH
DI KECAMATAN PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI
SUMATERA SELATAN
Prolog:
Selamat pagi/siang/sore, saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama
saya Rizki Saputra, peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya. Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan partisipasi
Bapak/Ibu dalam penelitian ini. Informasi yang saya butuhkan dalam penelitian
ini mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Kebakaran Lahan Basah Di
Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
Tujuan:
Menganalisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kebakaran Lahan
Basah di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan
Mekanisme:
1. Salam perkenalan, ramah tamah, ucapan terima kasih atas partisipasinya.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara
3. Menjelaskan penggunaan alat perekam
4. Waktu wawancara 30-60 menit
5. Suasana wawancara tetap diupayakan untuk sesuai, tenang dan tidak terganggu
6. Akhiri wawancara dengan salam dan ucapan terima kasih.

Universitas Sriwijaya
78

LAMPIRAN 5

PEDOMAN WAWANCARA

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBAKARAN LAHAN BASAH


DI KECAMATAN PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI
SUMATERA SELATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2021

Panduan Wawancara Untuk Informan

Ahli Tanggal Wawancara:

Waktu
Wawancara:

Pewawancara:

Identitas Informan:

1. Nama/Inisial Informan:
2. Jabatan/Jenis Informan:
3. Jenis Kelamin:
4. Usia:
5. Tingkat Pendidikan:
6. Status Pekerjaan:

Universitas Sriwijaya
79

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

A. Petunjuk Umum Wawancara


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaannya.
2. Jelaskan tujuan wawancara mendalam.
3. Wawancara dipandu oleh peneliti.
4. Informan bebas mengeluarkan pendapat.
5. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman informan sangat
berharga.
6. Dalam wawancara tidak terdapat jawaban antara benar/salah.
7. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan.
B. Pengetahuan
1. Menurut bapak/ibu kebakaran lahan itu seperti apa?
2. Mengapa kebakaran lahan bisa terjadi?
3. Kapan terjadinya kebakaran lahan di sekitar bapak/ibu?
4. Dampak apa yang bapak/ibu rasakan saat terjadinya kebakaran lahan?
5. Bagaimana cara bapak/ibu memadamkan api jika terjadi kebakaran lahan?
C. Sosial
1. Apakah bapak/ibu mempunyai lahan sendiri untuk dikelola?
2. Apakah lahan bapak/ibu berdekatan dengan lahan orang lain?
3. Bagaimana bapak/ibu menyikapi lahan orang lain yang tidak dikelola?
4. Apakah ada pihak lain yang mengelola lahan
tersebut? Probing:
a. Pihak mana yang mengelola lahan tersebut?
b. Bagaimana cara pembukaan lahan dilakukan?
c. Jika dengan cara membakar, siapa yang membakar?
5. Apakah masyarakat sekitar terganggu dengan pembukaan lahan dengan cara
membakar tersebut?
a. Apa respon yang dilakukan masyarakat ?

Universitas Sriwijaya
80

D. Ekonomi
1. Bagaimana cara membuka lahan yang efektif dan efisien yang sering
dilakukan masyarakat?
2. Berapa kerugian yang ditimbulkan pada saat terjadi kebakaran?
3. Apakah dengan membakar lahan untuk membuka lahan baru lebih murah
dibandingkan dengan membabat?
E. Budaya
1. Apakah ada budaya setempat yang masih menerapkan pembakaran pada
saat pembukaan lahan?
2. Apabila ada yang membakar apa tindakan yang
dilakukan? Probing :
a. Bagaimana tahapan tahapan nya?
b. Apakah ada sanksi bagi pelaku pembakaran lahan?
F. Sikap terhadap perilaku
1. Bagaimana bapak/ibu menyikapi kejadian kebakaran lahan dan hutan
akhir- akhir ini?
2. Menurut penilaian bapak/ibu bagaimana perilaku pembakaran lahan dan
hutan?
3. Bagaimana menurut bapak/ibu menyikapi orang lain yang membakar
lahan dan hutan?
4. Menurut bapak/ibu cara yang paling efektif dalam pembukaan lahan itu
seperti apa?
Probing:
a. Apabila dengan cara membakar, jelaskan kenapa?
b. Apabila dengan cara lain, jelaskan dengan cara apa?
5. Setuju atau tidak bapak/ibu jika membakar lahan untuk membuka lahan
baru? Alasannya?
G. Norma Subjektif
1. Jika ada kondisi/situasi orang lain membakar lahan dan hutan lalu
tindakan bapak/ibu seperti apa?
2. Apakah di lingkungan bapak/ibu membakar lahan sudah biasa terjadi,
apakah tindakan tersebut turun temurun dilakukan sejak dahulu?

Universitas Sriwijaya
81

3. Apakah ada keluarga atau tetangga bapak/ibu yang melakukan


pembakaran pada saat pembukaan lahan?
Probing:
a. Kalau ada apakah bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam proses
pembukaan lahan tersebut?
4. Apakah ada dorongan dari lingkungan bapak/ibu untuk melakukan
pembakaran?
5. Apakah bapak/ibu tidak takut terhadap sanksi dan denda yang telah
dibuat oleh pemerintah terkait kebakaran lahan dan hutan?
H. Persepsi Kontrol Perilaku
1. Sepengetahuan bapak/ibu, peraturan apa yang sudah dibuat oleh
pemerintah terkait kebakaran hutan dan lahan?
2. Apakah di daerah bapak/ibu telah menerapkan sanksi bagi pelaku
pembakaran lahan dan hutan, sanksi seperti apa yang telah diterapkan?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan apabila ada masyarakat yang melakukan
pembakaran hutan dan lahan?
I. Niat (Intensitas)
1. Apakah bapak/ibu berencana untuk melakukan pembakaran
(sampah/lahan)?
a. Tujuan melakukan pembakaran (sampah/lahan)?
b. Menurut bapak/ibu apakah ada acara lain yang bisa dilakukan selain
membakar (sampah/lahan)?
2. Apa yang menjadi motif bapak/ibu dalam melakukan pembakaran lahan
dan hutan?

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 6 82

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBAKARAN LAHAN BASAH


DI KECAMATAN PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI
SUMATERA SELATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2021

Panduan Wawancara Untuk Informan Kunci

Tanggal Wawancara:

Waktu
Wawancara:

Pewawancara:

Identitas Informan:

1. Nama/Inisial Informan:
2. Jabatan/Jenis Informan:
3. Jenis Kelamin:
4. Usia:
5. Tingkat Pendidikan:
6. Status Pekerjaan:
Tertanda bersedia menjadi informan

Signature informan,

(……………………………)

Universitas Sriwijaya
83

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

A. Petunjuk Umum Wawancara


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaannya.
2. Jelaskan tujuan wawancara mendalam.
3. Wawancara dipandu oleh peneliti.
4. Informan bebas mengeluarkan pendapat.
5. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman informan sangat
berharga.
6. Dalam wawancara tidak terdapat jawaban antara benar/salah.
7. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan.
B. Pengetahuan
1. Menurut bapak/ibu kebakaran lahan itu seperti apa?
2. Mengapa kebakaran lahan bisa terjadi?
3. Kapan terjadinya kebakaran lahan di sekitar bapak/ibu?
4. Dampak apa yang bapak/ibu rasakan saat terjadinya kebakaran lahan?
5. Bagaimana cara bapak/ibu memadamkan api jika terjadi kebakaran lahan?
C. Sosial
1. Apakah bapak/ibu mempunyai lahan sendiri untuk dikelola?
2. Apakah lahan bapak/ibu berdekatan dengan lahan orang lain?
3. Bagaimana bapak/ibu menyikapi lahan orang lain yang tidak dikelola?
4. Apakah ada pihak lain yang mengelola lahan tersebut?
Probing:
a. Pihak mana yang mengelola lahan tersebut?
b. Bagaimana cara pembukaan lahan dilakukan?
c. Jika dengan cara membakar, siapa yang membakar?
5. Apakah masyarakat sekitar terganggu dengan pembukaan lahan dengan
cara membakar tersebut?
a. Apa respon yang dilakukan masyarakat ?
D. Ekonomi
1. Bagaimana cara membuka lahan yang efektif dan efisien yang sering
dilakukan masyarakat?

Universitas Sriwijaya
84

2. Berapa kerugian yang ditimbulkan pada saat terjadi kebakaran?


3. Apakah dengan membakar lahan untuk membuka lahan baru lebih murah
dibandingkan dengan membabat?
E. Budaya
1. Apakah ada budaya setempat yang masih menerapkan pembakaran pada
saat pembukaan lahan?
2. Apabila ada yang membakar apa tindakan yang dilakukan?
Probing:
a. Bagaimana tahapan tahapan nya?
b. Apakah ada sanksi bagi pelaku pembakaran lahan?
F. Sikap terhadap perilaku
1. Bagaimana bapak/ibu menyikapi kejadian kebakaran lahan dan hutan
akhir- akhir ini?
2. Menurut penilaian bapak/ibu bagaimana perilaku pembakaran lahan dan
hutan?
3. Bagaimana menurut bapak/ibu menyikapi orang lain yang membakar
lahan dan hutan?
4. Menurut bapak/ibu cara yang paling efektif dalam pembukaan lahan itu
seperti apa?
Probing:
a. Apabila dengan cara membakar, jelaskan kenapa?
b. Apabila dengan cara lain, jelaskan dengan cara apa?
5. Setuju atau tidak bapak/ibu jika membakar lahan untuk membuka lahan
baru? Alasannya?
G. Norma Subjektif
1. Jika ada kondisi/situasi orang lain membakar lahan dan hutan lalu tindakan
bapak/ibu seperti apa?
2. Apakah di lingkungan bapak/ibu membakar lahan sudah biasa terjadi,
apakah tindakan tersebut turun temurun dilakukan sejak dahulu?
3. Apakah ada keluarga atau tetangga bapak/ibu yang melakukan
pembakaran pada saat pembukaan lahan?
Probing:

Universitas Sriwijaya
85

a. Kalau ada apakah bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam proses


pembukaan lahan tersebut?
4. Apakah ada dorongan dari lingkungan bapak/ibu untuk melakukan
pembakaran?
5. Apakah bapak/ibu tidak takut terhadap sanksi dan denda yang telah dibuat
oleh pemerintah terkait kebakaran lahan dan hutan?
H. Persepsi Kontrol Perilaku
1. Sepengetahuan bapak/ibu, peraturan apa yang sudah dibuat oleh
pemerintah terkait kebakaran hutan dan lahan?
2. Apakah di daerah bapak/ibu telah menerapkan sanksi bagi pelaku
pembakaran lahan dan hutan, sanksi seperti apa yang telah diterapkan?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan apabila ada masyarakat yang melakukan
pembakaran hutan dan lahan?
I. Niat (Intensitas)
1. Apakah bapak/ibu berencana untuk melakukan pembakaran
(sampah/lahan)?
a. Tujuan melakukan pembakaran (sampah/lahan)?
b. Menurut bapak/ibu apakah ada acara lain yang bisa dilakukan
selain membakar (sampah/lahan)?
2. Apa yang menjadi motif bapak/ibu dalam melakukan pembakaran lahan
dan hutan?

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 7
86

DOKUMENTASI

Titik Kebakaran Lahan Yang Sering Terjadi

Wawancara Bersama Camat Pemulutan dan Kades

Universitas Sriwijaya
87

Wawancara Bersama Warga Sekitar Pemulutan

Universitas Sriwijaya
88

LAMPIRAN 8
TRANSKRIP WAWANCARA
JUDUL SKRIPSI : PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN KEBAKARAN LAHAN BASAH DI KECAMATAN
PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

INFORMAN AHLI : Satgas Pemadam Kebakaran Kabupaten Ogan Ilir dan Pemerintah Daerah Kecamatan Pemulutan

Informan Ahli
No. Pertanyaan
YIP MZ

Apakah bapak / ibu Gambut ,Rawa “iyo mengetahui” Yolah lahan gambut, kalo hujan tergenang air,
1. mengetahui istilah bawahnyo tanahny ado air, pocokny gambut cak
lahan basah? itunah
Coding Mengetahui, jenis lahan basah, di antaranya Mengetahui istilah lahan basah, lahan gambut
adalah rawa-rawa dan lahan gambut dengan karakteristik tergenang air
Kesimpulan : Lahan basah terdiri dari rawa- rawa dan lahan gambut

Apa bedanya “ Pertamo sih kategorinyo dulu sih, lahan basah Kalo lahan kering yo lahan biaso ktek genangan
kebakaran lahan tub biso kito bilang daerah rawa, sedangke air, kalo lahan basah nih yolah gambut,
basah dengan non lahan kering berarti yang idak ber air ketiko tergenang air, di bawah lapisan tanahnyo ado air,
2. lahan basah? musim hujan, lahan basah tu kalo mosem hujan cak rawa- rawa
dio basah kalo mosem kering dio kering, itu
daerah
rawa membedakanyo ketika kebakaran tu
vegetasinyo smo jenis rawa nyo ketika
yang

Universitas Sriwijaya
89

tebakar tu rato rato semak2 rawa, itu jugo dari


tanahnyo biso bepengaruh di sano karno biso
jadi itu lahan itu sudah jadi lahan gambut atau
lahan mineral ketiko tebakar pocoknyo tanahnyo
jugo tebakar itu yang ngebedakenyo samo lahan
biaso”
Coding Lahan basah merupakan lahan dengan tanah Lahan basah merupakan lahan yang tergenang air
yang jenuh dengan air, sedangkan lahan non dan di bawah lapisan tanah terdapat mineral
basah memiliki kandungan air yang rendah dan sedangkan lahan non basah tidak terdapat mineral
vegetasi yang berbeda di lahan basah terdapat di bawah lapisan tanah
semak belukar, sisa sisa rumput yang mati
sehingga menghasilkan gas karbon dalam tanah,
sehingga ketika terjadi kebakaran, permukaan
tanah juga terbakar,
Kesmipulan : Lahan basah merupakan wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air baik bersifat permanen maupun sementara yang
memiliki kandungan mineral dan gas dalam tanah lebih tinggi dibandingkan dengan lahan non basah sehingga ketika terjadi kebakaran
di lahan basah permukaan tanahnya ikut terbakar sehingga menimbulkan asap tebal dan sulit dideteksi
Jelaskan pengertian “kebakaran yang terjadi di rawa biasonyo lahan Kebakaran lahan yang tebakar tu lapisan bawah
kebakaran lahan mineral, yang tebakar tu tanahnyo jugo melok tanahnyo karno ado kadar gas samo mineralny,
3. basah? tebakar” walaupun api nyo la padam tapi asepnyo masih
ado karno lapisan bwah tananyo jugo tebakar
Coding Kebakaran yang terjadi di lahan rawa dengan Kebakaran lahan merupakan lahan yang terbakar
lahan yang memiliki kandungan mineral dan gas, dengan lapisan tanah yang terdapat gas dan mineral

Universitas Sriwijaya
90

ketika terbakar permukaan tanah juga ikut yang tinggi sehingga jika terjadi kebakaran lapisan
terbakar dalam tanah ikut terbakar
Kesimpulan : Kebakaran lahan basah merupakan kebakaran yang salah satunya terjadi di lahan rawa dan lahan gambut, yang ketika
terjadi kebakaran api yang menjalar ke permukaan bawah tanah yang menyebabkan pembakaran yang tidak menyala sehingga asap
tampak di atas permukaan hal inilah yang menyebabkan api sulit di padamkan
Penyebab “Kito sebut bae daerah rawa ee yang pertamo tu Karno musim panas, lahan basah tu mudah
terjadinya alih fungsi lahan, ketika lahan basah itu bakar tebakar, mungkin penyebabnyo tu wong buang
kebakaran lahan di gunakan untuk lahan pertania, pemanfaatan puntung rokok biso jadi, biso jugo karno
basah? untuk masyaraka,, pembukaan lahan , berkebun, kesengajaan, wong ngebakar tu karno nak bukak
4. betani, wong mincing buang rokok lahan, yang lahany dk teurus ber tahun- tahun,
sembarangan, itu biasony Sebagian besar yang biar mudah yolah nyuruh oknum untuk
menyebabke lahan itu tebakar, ee karno dio ngebakarnyo, biar mudah untuk bukak lahan.
tebakar itu karno di bakar masyarakat atau oleh
oknum oknum tertentu untuk pemanfaatan lahan
tersebut”
Coding Penyebab terjadinya kebakarn salah satunya Penyebab terjadinya kebaran lahan dari ketidak
yaitu alih fungsi lahan, pembukaan lahan sengajaan membuang puntung rokok sembarangan
untuk di manfaatkan sebagai lahan pertanian dan sengaja dibakar oleh oknum tertentu yang
oleh masyarakat, perilaku masyarakat yang ingin membuka lahan
membuang puntung rokok sembarangan
Kesimpulan : Penyebab terjadinya kebakaran lahan basah adanya upaya pembukaan lahan atau alih fungsi lahan pertanian yang
dilakukan masyarakat dengan cara dibakar, dan dilakukan oleh oknum oknum tertentu yang sengaja melakukan pembakaran dalam
melakukan pembukaan lahan, serta masyarakat yang memancing membuang puntung rokok sembarangan
Apa mempengaruhi “Yang pertamo tu pemanfaatan lahan, yang Yo, karno nak bukak lahan tadi, lahan, kebunyo
5.
/ menyebabkan pasti dio jingok cost ny jugo, kek mno sih biar yang dak te urus biar dak repot lagi men nak

Universitas Sriwijaya
91

masyarakat bukak lahan dengan caro cost yang murah, bukak lahan, yo mungkin di bakarnyo biar
melakukan banyak macam macam caronyo yolah salah mudah cepat plok, hewan liar di sekitar belari
pembakaran lahan? satunyo yang murah nge bakar, biso jugo galo biar dak payah lagi makan biaya kalo nak
lahan tu tebakar ketiko ado wong iseng atau di tebas tu
lalai missal ado wong mancing buang
puntung,”
Coding Karena biaya yang murah dan cara yang mudah Karena ingin membuka lahan yang sudah bertahun
dalam melakukan pembukaan lahan tahun tidak diurus dengan cara dibakar agar lebih
mudah dan cepat dalam melakukan pembukaan
lahan
Kesimpulan : Upaya pembukaan lahan dengan cara di bakar adalah karena biaya yang murah seta cara yang mudah dalam melakukan
pembukaan lahan atau alih fungsi lahan
Dampak kesehatan “Hasil dari kebakaran lahan tu yolah asep, Yang pertamo karno asap yang di timbulkan dari
maupun ketika terlalu banyak kan menggaggu Kesehatan kebakaran tadi, jadi kabut asap, bikin pernapasan
lingkungan yang yolah tehirup kan, tulah nyebabke gangguan terganggu khusunyo bayi dan lansia yang rentan
ditimbulkan? pernafasan, selain Kesehatan , ekonomi, men keno ISPA, terus tu aktivitas kito jugo terganggu,
lingkungan otomatis terganggu jugo karno yang jalanan di tutupi kabut asap, jarak pandang
6. di bakar itu kan rawa, ekosistem terganggu terganggu biso membuat kecelakaan mato perih
jugo” kalo lagi berkendara, dan jugo dampak
kebakaran lahanyo tu, lahan sekitar milik orang
lain melok tebakar, kadang ado lahan warga yang
la di tanami melok tebakar yolah rugi secara
ekonomi
Coding Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari Dampak Kesehatan yang ditimbulkan dari asap
kebakaran adalah asap hasil pembakaran yang dari hasil kebakaran lahan yang membuat sesak
mengganggu sistem pernafasan, ekosistem lahan nafas (ISPA) dan juga kabut asap yang
membuat
mata perih dan jarak pandang terganggu yang

Universitas Sriwijaya
92

terganggu dan lingkungan sekitar lahan membuat aktivitas terganggu, dampak lingkungan
ikut terbakar dan mengalami kerugian seperti lahan milik orang lain yang terbakar
Kesimpulan : Dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah asap hasil kebakaran lahan yang mengganggu sistem pernafasan dan mata
perih serta jarak pandang terbatas yang mengganggu aktivitas masyarakat untuk kerusakan lingkungan dan ekosistem lahan sekitar
dan juga kerugian ekonomi lahan masyarakat yang ikut terbakar
Apa peraturan yang “Banyak,ado Undang- undang, Permen, Kami jugo ado perintah dari pemrintahan
dibuat pemerintah Perda OI, sampe seampe tron surat edaran, kabupaten Ogan Ilir untuk masalah lahan basah
terkait perilaku surat kepotosan jugo ado tentang larangan itu, Peraturan Daerahnyo, tinggal lagi nak
pembakaran lahan? membakar,untuk membuka lahan, dilarang sosialisasi ke desa-desa terkait pemanfaatan
7. melakukan pembakaran untuk wilayah yang lahan tidur, itu sudah di Perda kan oleh pak
rawan kebakaran,, terus jugo perda Bupati Ogan Ilir, terkait kepemilikan lahan
penanggulangan bencana kebakaran hutan tidur, pengelolahan lahan tidur, pemanfaatan
sumsel, dari kapolda jugo ado” lahan basah, peran serta masyarakat,
Coding Terkait peraturan yang di buat pemerintah sudah Peraturan dari pemerintah kabupaten Ogan
di atur dalam Undang- undang, peraturan Ilir tentang pemanfaatan lahan tidur,
Menteri Lingkungan Hidup serta peraturan dari pengelolaan lahan tidur, dan karhutla
pemerintah pusat dan daerah Ogan Ilir terkait
larangan melakukan pembakaran hutan dan
lahan serta peraturan daerah dalam
menanngulangi bencana kebakaran hutan dan
lahan
Kesimpulan: Terkait peraturan yang dibuat pemerintah mengenai pembakaran lahan sudah ada dan diatur dalam Undang- undang,
peraturan Menteri Lingkungan Hidup serta peraturan dari pemerintah pusat dan daerah Ogan Ilir terkait larangan melakukan
pembakaran hutan dan lahan serta pemanfaatan lahan tidur dan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan lahan

Universitas Sriwijaya
93

Seberapa banyak “Nah kalo itu kasus yo namonyo biasonyo ado Kalo tahun ini untuk kasus belum ado, tapi
ditemukan kasus apparat yang berwenang e dio tu biasonyo ado kalo jumlah luas lahan yang terbakar ado di
8. pelanggaran terkait penyelidikan dan semacemnyo yang lebih alih pihak BPBD Ogan Ilir.
perilaku di situ,, tapi ak yakin pastinyo ado”
pembakaran lahan?
Coding Untuk kasus biasanya ditangani langsung oleh Belum di ketahui untuk pelanggaran terkait
pihak kepolisian dan aparat yang berwenang perilaku pembakaran lahan hanya luas lahan
dalam melakukan penyidikan terkait pembakaran yang terbakar di ketahui oleh pihak BPBD Ogan
yang disengaja, pihak bpbd Ogan Ilir hanya Ilir
melakukan penanggulangan bencana kebakaran
dan pemadaman kebakaran untuk kasus
diserahkan ke pihak kepolisian dan pihak yang
berwenang
Kesimpulan : Pihak BPBD hanya melakukan penanggulangan dan pemadaman kebakaran lahan, temuan kasus terkait pelanggaran
perilaku pembakaran di serahkan ke pihak Kepolisian dan TNI serta pihak yang berwenang di bidang hukum.
Apa sanksi yang “Kalo untuk sanksinyo di sini ado GAKKUM Yang jelas sanksinyo tu penjaro samo
diberikan kepada nyo, polisi, di undang undang jugo di jelaske dendo sekian jut aitu kan la ado
9. masyarakat yang sanksi pidananya dalam melakuke peraturanyo dari undang- undang terntang
melakukan kebakaran” karhutla
pembakaran lahan?
Coding Sanksi yang diberikan dari pihak kepolisian dan Sanksi yang diberikan berupa denda dan dipenjara
penegakan hukum dari pihak GAKKUM sesuai dengan peraturan tentang karhutla
(Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan)

Universitas Sriwijaya
94

Kesimpulan : Sanksi yang diberikan dilakukan oleh pihak Kepolisian, dan dari pihak Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (GAKKUM) terkait masyarakat yang melakukan pembakaran hutan dan lahan berupa denda dan penjara
Bagaimana “Sosialisasi ke masyarakat dengan satgas Kalo ak selalu ngasih himbauan ke kades untuk
bapak/ibu satgas kito yang ado ke desa desa, bikin posko selalu ngingetke warganyo jagan melakuke
menanggulangi desa, peralatan kebakaran, tebar personil di pembakaran lahan bakal di laporkan ke polisi
kasus kejadian daerah rawan kebakaran untuk melakuke kalo ketahuan, dan jugo spanduk-spanduk
kebakaran lahan mitigasi penaggulagan pencegahan kebakaran, larangan melakukan kebakaran di tempel terus
yang sering terjadi patroli ke wilayah yang rawan kebakaran” di dekat lahan di pinggir jalan yang mudah
ini? tejingok warga terus jugo pembentukan Satgas
penanggulangan karhutlah di desa- desa yang
10. rentan terjadi kebakaran bekerjasama dengan
pihak BPBD Ogan Ilir untuk pemantauan lokasi
kebakaran dan pemadaman kebakaran di bantu
pihak dari Kepolisian dan TNI, kami jugo men
ado kebakaran langsung mantau ke lokasi, itulah
palingan bekerjasama samo pihak terkait untuk
melakukan pemadaman cak BPBD, Polisi,TNI,
Manggala agni, dan pihak lainyo
Coding Sosialisasi kepada masyarakat desa yang rawan Himbauan kepada perangkat desa dan masyarakat
terjadi kebakaran, dari pihak BPBD Ogan Ilir untuk tidak melakukan pembakaran lahan, dan
membuat posko siaga bencana kebakaran di menempelkan spanduk dan baliho tentang
setiap kecamatan yang berfungsi untuk karhutla di setiap desa dan melapor ke polisi jika
memantau kejadian kebakaran serta titik api di terdapat masyarakat yang masih melakukan
daerah rawan kebakaran dan patrol ke wilayah pembakaran lahan serta membentuk tim Satgas
tersebut dan melakukan pemadaman kebakaran penanggulangan karhutla di beberapa desa yang
terdapat titik api
bekerjasama dengan warga dan BPBD Ogan Ilir

Universitas Sriwijaya
95

dan juga pihak Kepolisian serta TNI dan


Manggala agni dalam melakukan pemadaman
kebakaran
Kesimpulan : Dalam menanggulangi kasus kejadian kebakaran BPBD Ogan Ilir terus melakukan sosialisasi terkait kebakaran lahan
yang dilakukan kepada masyarakat desa yang rawan terjadi kebakaran lahan, dan melakukan mitigasi penanggulangan, pencegahan
kebakaran dengan membuat Satgas dan posko siaga bencana di setiap kecamatan yang ada di Ogan Ilir , serta terus memantau titik api
di wilayah yang rawan kebakaran dan melakukan patroli serta pemadaman kebakaran dengan peralatan yang tersedia di BPBD Ogan
Ilir dan memberikan himbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan serta pemasangan spanduk dan baliho
tentang karhutla dan bekerjasama dengan pihak Kepolisian dan TNI dalam melakukan pemantauan titik api dan pemadaman
kebakaran.
Probing :

Dengan metode apa


bapak/ibu
Kalo di sini ado jugo setiap desa la punyo
melakukan Kito punyo peralatan pemadama,
mesin tembak banyu, palingan dari pihak BPBD
pemadaman mesin portable, melalui helikopter
tulah makek mobil pemadam, helikopter
kebakaran lahan
terebut?
Metode pemadaman darat dan udara melalui
Coding Mobil pemadam dan helikopter
mesin portable dan helicopter (Water Boombing)
Kesimpulan : Dengan metode Water Bombing, menjatuhkan air dari helikopter ke titik api, melalui mesin portable serta mobil
pemadaman kebakaran
Apakah di daerah Iyo ado kito sudah buat satgas karhutla, yolah
yang menjadi titik “Sudah ado, sudah kito petake, sudah kito kerjosamo samo BPBD Ogan Ilir, untuk
api memiliki tim zonake wilayah wilayah yang seing menangani masalah kebakaran hutan dan
satuan tugas/ satgas terjadi lahan itu khusu kecamatan sudah ado posko
induknyo

Universitas Sriwijaya
96

yang siap sedia di kebakaran, personil kito ado galo yang ado di pinggir jalan arah nak ke
daerah tersebut? disetiap kecamatan “ palembamg, itu kito buat sudah kerjo samo
dengan BPBD Ogan Ilir untuk mantau di
desa desa yang rawan terjadi kebakarn
Satgas sudah disediakan bekerjasama dengan
Satgas BPBD sudah ada di setiap kecamatan dan
pihak BPBD Ogan Ilir untuk melakukan
Coding sudah di tentukan berdasarkan wilayah wilayah
pemantauan di desa desa yang rawan terjadi
yang rawan terjadi kebakaran
kebakaran
Kesimpulan : Satgas BPBD Ogan Ilir sudah tersedia di setiap kecamatan dengan tugas melakukan pemantauan dan patroli serta
melakukan pemadaman jika terjadi kebakran di wilayah wilayah yang rawan terjadi kebakran
Berapa perkiraan Kalo pertahun untuk Kecamatan Pemulutan Nah kalo perkiraan luas lahan, aku dak tau
luas lahan yang itu kiro kiro perkiraanyo dak sampe 100 hetar, karno lagi dak megang data yang jelas ado di
sering terbakar BPBD Ogan Ilir untuk luas lahan yang terbakar
11. khususnya di
Kecamatan
Pemulutan?
Coding Perkiraan untuk Kecamatan Pemulutan Untuk data perkiraan luas lahan yang terbakar di
kurang dari 100 hektare lahan yang terbakar kecamatan pemulutan hanya pihak BPBD Ogan
Ilir yang mengetahui persis jumlah lahan yang
terabakar
Kesimpulan : di setiap kecamatan berbeda luas lahan yang terbakar, untuk di wilayah kecamatan pemulutan kurang dari 100 hektare
Lahan yang ada di “Rato rato kebanyakan lahan tidur, lahan Kebanyakan lahan milik orang lain bukan warga
12. Kabupaten Ogan telantar, ado tuan pemilik lahanyo tapi dak asli Pemulutan jadilah lahan tidur dan di urus
Ilir Khususnya di tau siapo dk te urus lahanyo, dak di kelola dak di telantarke, ado jugo lahan warga di sini tapi
di

Universitas Sriwijaya
97

Kecamatan bukaknyo dak di manfaatkenyo jadilah lahan sudah di olah jadi lahan pertanian, cak sawah,
Pemulutan, apakah tidur, ado jugo lahan pribadi yang di ado jugo lahan perkebunan, cabe, sayur
ada yang kelolah dewek “ sayuran
mengelolahnya
(milik pribadi,
dikelolah orang
lain atau lahan tak
bertuan)?
Coding Rata rata lahan tidur yang tidak dikelola Rata-rata lahan tidur yang tidak pernah di olah
selama bertahun tahun oleh pemiliknya, dan atu di bukak untuk lahan pertanian dan
juga lahan milik pribadi yang dikelola sendiri, perkebunan bukan milik orang asli daerah
serta lahan yang tak bertuan pemulutan
Kesimpulan : Di kecamatan pemulutan kebanyakan lahan tidur yang tidak dikelola oleh pemiliknya selama bertahun tahun dan juga
ada lahan pribadi milik masyarakat sekitar yang dikelola pribadi, serta lahan yang tidak ada pemiliknya.

Bagaimana “Kalo untuk aturan samo sanki tu balek lagi ke Kalo untuk peraturan kito sudah ado mengenai
konsistensi kepolisian, GAKKUM, kalo kito cman nerapke karhutlah ini, selalu kito tekanke himbauan
penerapan aturan aturan dari pemerintah tulah, kito dak biso untuk tidak melakukan pembakarn lahan melalui
dan sanksi terkait kasih sanksi karno kito cuman biso kasih kades dan perangkat desa lainyo, kalo untuk
13. perilaku teguran, larangan, sosialisai, penaggulang sanksi ado tapi dari pihak kepolisian langsung
pembakaran hutan? kebakaranyo bae” yang menindak tegas kalo ak cuman sekedar
sosialiasi bae mengnai larangan ngebakar hutan
cak masang sepanduk baleho mengenai karhutla
Coding Peraturan selalu diterapkan oleh pemerintah Peraturan dari pemerintah Kabupaten Ogan Ilir
pusat dan daerah Ogan Ilir, dan Penegakan mengenai karhutlah selalu diberikan berupa
Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan himbauan kepada perangkat desa dan masyarakat

Universitas Sriwijaya
98

Kehutanan (GAKKUM) dan untuk sanksi dari dan sanksi diserahkan ke pihak Kepolisian
pihak kepolisian terkait penangkapan bagi warga dan TNI
yang melakukan pembakaran, dari pihak BPBD
Ogan Ilir hanya memberikan teguran dan
larangan serta sosialisasi kebakaran hutan dan
lahan
Kesimpulan : Penerapan aturan sudah diterapkan oleh pemerintah pusat dan daerah Ogan Ilir dan Penegakan Hukum Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( GAKKUM), untuk sanksi terkait perilaku pembakaran diserahkan ke pihak Kepolisian dan TNI
untuk dilakukan penyelidikan terkait pembakaran yang dilakukan

Universitas Sriwijaya
99

Informan Ahli

Pemerintah Desa Pegayut ( Desa terendah ) dan Pemerintah Desa Simpang Pelabuhan Dalam (Desa
tertinggi)

Informan Ahli Informan Ahli


No. Pertanyaan
SR AL
Pengetahuan
1. Berapa sering bapak/ibu Kalo untuk 2020, 2021 idak terjadi lagi nah Tahun ini baru 1x dek, nah kalo tahun
menyaksikan kejadian di 2019 memang ado kebakaran lahan, 2020 kmren katek rasonyo tebakar, 2019
kebakaran lahan basah di sekitar 3 hektar itu pun lahan cak hutan pada yang lumayan parah
daerah bapak/ibu dalam saat itu musim kemarau, duo kali kejadian
jangka waktu 1 tahun?
Coding Pada tahun 2019 terjadi 2 kali kebakaran lahan Pada tahun 2021 terjadi 1x kebakaran lahan di
basah di musim kemarau, untuk tahun 2020 dan bulan september, tahun 2020 tidak terjadi, di
2021 tidak terjadi kebakaran lahan tahun 2019 lumayan parah
Kesimpulan: Sering menyaksikan kejadian kebakaran satu tahun terjadi lebih dari 2x kejadian kebakaran selama musim kemarau
2. Apa yang bapak/ibu Ado yang dak sengajo yolah wong mancing Kalo masalah penyebab karno cuaco panas
ketahui tentang penyebab buang puntung rokok di lahan kering, ado jugo tad ikan lahan kering kemarau jadi ado wong
terjadinya kebaran? yang ngebakar lahanyo dewek memang untuk dak sengajo tebuang puntung rokok
bukak lahan tapi nyambar ke lahan warga
lain,
Coding Membuang puntung rokok sembarangan dan Ketidaksengajaan membuang puntung rokok
untuk pembukaan lahan sebagai pemanfaatan
lahan pertanian

Universitas Sriwijaya
100

Kesimpulan: Disebabkan oleh puntung rokok yang dibuang sembarangan dan sengaja dibakar oleh oknum tidak bertanggung jawab

3. Kapan kebakaran lahan di Biasonyo di musim kemarau, caman di tahun Biasonyo di musim kemarau dari bulan
sekitar bapak/ibu ini di musim kemarau belum adonterjadi agustus sampe november
biasanya terjadi? kebakaran di sini
Coding Terjadi di musim kemarau dalam setahun Terjadi di musim kemarau dari bulan agustus
sampai september
Kesimpulan: Terjadi di musim kemarau
4. Bagaimana tindakan Kalo kami ngumpuli warga dulu sebiso Kalo Tindakan, kito la ado posko satgas untuk
bapak/ibu saat melihat mungkin madami seadony dulu kalo apinyo desa kito la ado masyrakat yang jadi satgas,
kebakaran lahan besak baru ngehubungi pihak terkait cak BPBD untuk kecamatan pemulutan ini jadi la ado
sedang terjadi? Ogan Ilir, Polisi Tindakan dari tim Satgas bekerjsama dengan
Kabupaten Ogan Ilir dan Kecamatan Pemulutan
dengan BPBD Ogan Ilir nah dari tim satgas itu
kan la ado persiapan dari alat-alat
pemadamnyo begitu ado kebakaran langsung
turun ke lokasi, untuk Tindakan dari aku paling
turun langsung jugo mantau ke lokasi melok
bantui pemadaman
Coding Menghubungi pihak berwajib seperti BPBD Membentuk posko Satgas kebakaran hutan dan
Ogan Ilir, pihak Kepolisian, sebisa mungkin lahan kerjasama Desa dan Kabupaten Ogan Ilir
menghimbau warga lain untuk melakukan dan Kecamatan Pemulutan dengan BPBD Ogan
pemadaman bersama membantu BPBD dalam Ilir dan Kecamatan, melalui satgas melakukan
memadamkan api persiapan dari alat-alat pemadaman sampai turun
langsung ke lapangan ikut membantu
memadamkan api

Universitas Sriwijaya
101

Kesimpulan : Menghubungi pihak Kepolisian, BPBD Ogan Ilir melaporkan kejadian kebakaran, dan mengajak warga sekitar bergotong
royong melakukan pemadam api seadanya
5. Dampak apa yang Kalo kebakaran tu dampaknya asapnya itu yang Dampaknya ke Kesehatan dek asep yang bikin
ditimbulkan dari kebakaran menyebar ke warga jadi sesak itu kalo dari sesak napas samo jarak pandang kito
lahan apa saja? aspek kesehatan, kalo dampak lingkungan terganggu kalau pagi kan kabut asapnya tebel
paling nyamber lahan warga lain tulah dek nah mato perih
kami nih mano dekat dengan pipa pertamina,
nah itu yang buat apinyo tu besak
Coding Asap dari kebakaran yang menggagu pernafasan Dampak Kesehatan sesak nafas dan mata perih
dan juga lahan milik warga lain yang terbakar yang disebabkan oleh asap hasil pembakaran
lahan dan jarak pandang terganggu
Kesimpulan : Dampak kesehatan berupa gangguan pernafasan akibat asap dan kabut asap yang mengganggu aktivitas
6. Menurut bapak/ibu apa Sebenarnyo kalo untuk lahan apolagi sawah di Kalo di sini nih biasonyo warga nebas samo
saja cara yang dapat sini biasony di bajak, nah setelah di bajak siso ngeracun tulah dek itu untuk luas lahan yang
dilakukan untuk siso tanaman tu tebenam di dalam tanah jadi dikit tapi kalo lahany luas cak hutan
membuka lahan? pupuk, kalo, kalo jaman dulu memang siso siso belantara itu biasonyo makek alat berat cak
ampas padi tunah galak di bakar itulah excavator
nyebabke kebakaran tu, nyambar lah ke lahan
lain, ampasnyo tukan betompok kalo di bakar
agak lamo padamnyo, kalo sekarang makek
mesin jadi wong ngebakar dak katek lagi
Coding Di desa pegayut untuk membuka lahan warga Di desa Simpang Pelabuhan Dalam untuk
biasanya dengan cara di tebas manual atau di membuka lahan masyarakat terbiasa dengan cara
di racun dan di tebas secara manual jika lahan

Universitas Sriwijaya
102

babat, tidak ada lagi warga yang membuka lahan yang dikelola tidak terlalu luas, namun jika
dengan cara di bakar lahan yang dikelola luas dan hutan belantara
biasanya menggunakan alat berat
Kesimpulan : Di tebas, di racuni dan menggunakan alat berat
Sosial
7. Apa respon anda Kalo aku pastinyo ku marahi, ku cegat,jangan Kalo aku langsung ku tegur, ku larang kalo bisa
ketika masyarakat sampe ado warga kami yang ngebakar la di jagan dengen caro ngebakar karno bahayo
membuka lahan himbau maseh bae ngelakuke pembakaran dampaknyo semisal nak nge bakar harus di
dengan cara padahal la sering ku himbau untuk tidak jagoi biar terpantau apinyo biso langsung di
membakar? melakuke pembakaran di setiap ado hajatan, siram
nah kadang tu wong datangan ini, wong
mancing, ado jugo oknum2 tertentu nah kalo
yang mak it uku laporke pihak berwajib

Coding Dengan melakukan teguran atau peringatan keras Melakukan teguran dan larangan untuk
dan himbauan selalu untuk tidak melakukan membuka lahan dengan cara membakar dan
pembukaan laha dengan cara di bakar, jika ada mengganti dengan cara lain
yang melakukan dan sudah di lakukan teguran di
laporkan ke pihak yang berwajib
Kesimpulan : Melakukan teguran dan larangan
Ekonomi

Universitas Sriwijaya
103

8. Apa saja kerugian yang Kerugianyo yolah asep tadi bikin sesak Kalo kerugianyo yoh dampaknyo tadi tulah
ditimbulkan ketika terjadi pernpasana, samo pandangan kito terganggu merugikan kesehatan samo lahan masyarakat
kebakaran lahan? kalo asepny tebel, dan jugo lahan warga yang lain biso melok tebakar jugo rugi jugo
yang melok tebakar bagi lahan yang tebakar
Coding Kerugian aspek kesehatan dari asap yang Kerugian aspek Kesehatan yang di timbulkan
ditimbulkan dari kebakaran lahan yang dari asap dan kerugian material bagi lahan
mengganggu pernafasan dan jarak pandang lalu masyarakat yang ikut terbakar
lintas, serta kerugian ekonomi dari lahan warga
yang ikut terbakar
Kesimpulan : Kerugian dari aspek kesehatan serta kerugian ekonomi yang menyebabkan lahan milik masyarakat lain ikut terbakar
9. Apa keuntungan yang men untunk untungnyo sih ktek, palingnlebih Kalo ke untungan kuraso bagi yang bukak
didapat dengan cara mudah cepat tulah men nak bukak lahan, lahan karno baiay yang dak terlalu besak samo
membakar? ruginyo itulah apinyo besak nyambar ke lahan mudah caronyo
warga lain, warga lain jugo melok rugi lahanyo
tebakar
Coding Tidak ada keuntungan yang didapat dari Keuntungan bagi yang membuka lahan
perilaku membakar, kerugian yang banyak di dengan cara membakar karena biaya yang
timbulkan mulai dari asap, lahan milik orang murah serta cara yang muda
lain yang ikut terbakar
Kesimpulan : keuntungan bagi yang membuka lahan karena tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal
10. Jika dibandingkan, apakah Yang jelas banyak ruginyo, itulah tadi asepnyo, Jelas lebih banyak kerugianyo dek,
lebih banyak keuntungan belum lagi lahan warga yang lain melok dampaknyo besak apolagi kalo jumlah luas
atau kerugian yang tebakar apolagi ad rumah warga yang dekat lahan yang terbakar tu besak kan dampaknyo
didapat dengan jugo besak
bahkan merugikan nasional cak tahun

Universitas Sriwijaya
104

dengan cara lahan itu pacak teganggu malah melok seblumnyo kan masuk berita nasional
membakar lahan tebakar jugo bahkan iternasional
tersebut?
Coding Lebih banyak kerugian yang di dapat daripada Lebih banyak kerugian karena dampak yang
keuntungan, mulai dari asap, dan api yang ditimbulkan lebih besar dari keuntungan
menyambar ke pemukiman, untuk keuntungan
bagi yang membakar lahan lebih mudah dan
cepat dalam melakukan pembukaan lahan
Kesimpulan : Lebih banyak kerugian daripada keuntungan

Budaya
11. Apa kebiasaan masyarakat Kalo warga kami di sini dak katek lagi yang Kalo waga di sini la terbiaso nebas samo
setempat saat pembukaan ngebakar, paling di sini di babat dulu di ngeracuni tulah dek dak berani ngebakar
lahan? tumpuk siso babatan tadi baru makek alat tu

Coding Warga pegayut dari dulu sudah terbiasa Sudah terbiasa membuka lahan dengan cara di
melakukan pembabatan pada saat ingin tebas dan di racun
membuka lahan dan menggunakan mesin, sudah
tidak ada lagi yang melakukan pembakaran
dalam membuka lahan
Kesimpulan : Melakukan penebasan dan menggunakan racun rumput

12. Apa sanksi adat yang Sanksi adat dak katek paling itulah, aku selalu Kalo sanksi adat dak katek kami dek palingan
ada jika ada yang ngingetke warga jangan nian nge bakar, ku kasih tegurn keras bae kalo masih di lakukan
membuka lahan dengan himbauan selalu teguran, men masih ado bar terpakso berurusan samo polisi dan badan
cara membakar? uku serahke pihak kepolisian hukum

Universitas Sriwijaya
105

Coding Sanksi adat berupa teguran keras dan peringatan Tidak ada sanksi adat hanya teguran keras dan
untuk tidak melakukan pembakaran pada saat larangan jika masih membuka lahan dengan
membuka lahan dan apabila masih terjadi akan cara membakar makan akan di laporkan ke
di serahkan ke pihak kepolisian pihak kepolisian dan badan hukum yang
berwenang
Kesimpulan : Tidak ada sanksi adat hanya berupa teguran serta peringatan keras dan melaporkan ke pihak berwajib
13. Bagaimana masyarakat Untuk sampah di setiap rumah la ado Kalo sampah masih ado yang ngebakar cumin
setempat mengelolah tempat sampah, di kumpuli baru gek ado sedikit, tapi la di sedioke tempat sampah
sampah maupun lahannya? mobil pengangkut sampah perdesa
Coding Dalam pengolahan sampah sudah disediakan Dalam pengelolaan sampah masih ada
tempat sampah disetiap rumah untuk masyarakat yang membakar tetapi suda di
dikumpulkan terlebih dahulu dan diangkut sediakan tempat sampah di setiap desa
oleh mobil pengangkut sampah, jadi tidak ada
perilaku membakar sampah
Kesimpulan
Probing :

Apabila dengan cara Kalo di sini warga takut men nak ngebakar Kalo metode ngebakar tu untuk bukak lahan
membakar, mengapa tu, paling itulah di babat baru makek mesin, la katek lagi dek di sisni mereka la sadar
masyarakat lebih memilih jadi tanah tu pacak subur samo takut dengan sanksinyo
metode membakar?
Coding Sudah tidak ada lagi disini yang melakukan Sudah tidak ada lagi yang membuka lahan
pembakaran lahan, karena warga sudah sadar dan dengan cara membakar karena takut akan sanksi
takut untuk melakukan pembakaran, dan dampak yang ditimbulkan

Universitas Sriwijaya
106

Kesimpulan: karena biaya yang murah dan dengan waktu yang cepat

Apabila dengan cara Kalo di sini nge babat tulah, nah kalo biaya tu Kalo biaya penebasan tu sekitar 50-100 rb
lain, berapa perkiraan tergantung ado yang Borongan ado harian, sehari per orang nah laen kalo makek
biaya yang harus ado jugo di sini yang makek mesin paling itulah mesin lebih besak biaya sewonyo samo
dikeluarkan oleh mudah tapia gak mahal minyknyo
masyarakat?
Coding Dengan cara di tebas atau dibabat habis, untuk Dengan cara di tebas kisaran harga 50-100 rb per
biaya yang diperlukan tergantung lama orang dalam 1 hari dan jika menggunakan alat
pengerjaan dan ada juga yang menggunakan atau mesin lebih dari 100 rb tergantung luas
mesin pembajak tanah lahan
Kesimpulan : Dengan cara penebasan memerlukan biaya 50 sampai 100 ribu per orang selama 1 hari pengerjaan
Sikap Terhadap Perilaku
14. Jika terjadi kebakaran Damapak yang di rasakan dari kebakaran Dampak Kesehatan tulah dek asap mato edih,
lahan disekitar tempat lahan tu yang pastinyo asapnyo itulah yang kabut asap aktivitas kito jadi teganggu kan
tinggal bapak/ibu dampak nyebar ke pemukiman warga jark pandangnyo
apa yang sangat dirasakan?
Coding Asap dari hasil kebakran Asap hasil pembakaran yang memberikan
dampak bagi Kesehatan dan
terganggunya aktivitas akibat kabut asap
Kesimpulan: Asap yang di timbulkan dari hasil pembakaran yang menggagu aktivitas
15. Jika terjadi kebakaran Misal terjadi kebakaran lahan paling Kalo terjadi kebakran kito sudah sedia
lahan disekitar tempat ngehubungi warga warga yang lain sagasnyo dek yang kerjo samo dengan BPBD
tinggal bapak/ibu gotong Ogan Ilir
royong bantu madamke men apinyo la besak jadi satgas yang turun langsung kelapangan,

Universitas Sriwijaya
107

bagaimana cara bapak/ibu nian baru nge hubungi pihak Kepolisian dan palingan kito mantau kr lokasi
menyikapinya? BPBD Ogan Ilir minta bantuan untuk samo ngeabntulah madamke apinyo
melakukan pemadaman
Coding Mengajak warga sekitar untuk ikut memadamkan Bekerjasama dengan Satgas Karhutla dari
api, dan menghubungi pihak berwajib seperti BPBD Ogan Ilir untuk melakukan pemadaman
Kepolisian, dan satgas karhutla BPBD Ogan Ilir kebakaran
Kesimpulan : Mengajak warga untuk bergotong royong memadamkan api seadanya dan menghubungi pihak BPBD Ogan Ilir untuk
meminta bantuan melakukan pemadaman

Norma Perilaku
16. Seberapa banyak Kalo di Desa Pegayut nih La dak ktek lagi yang Katek dek kebanyakan waraga di sini ngolah
dilingkungan bapak/ibu ngebakar sekarang, warga la sadar galo, mano lahnyo dewek dengan di tebas tulah di
yang membuka lahan takut jugo untuk ngebakr tu, karno warga kami bersihke deewek katek lagi yang negabkar
dengan cara membakar? di tahun 2017 pernah ado yang di tangkap secara langsung tu
polisi, jadi dionih ngebakar lahan nyo dewek
sebenerny kecik, dikit yang tebakar tu, dasar
sampel polisi bae, jadi di proseslah
Coding Di tahun 2020 dan 2021 sudah tidak ada lagi di Sudah tidak ada lagi yang melakukan
temukan warga yang membuka lahan dengan pembakaran lahan secara langsung kebanyakan
cara di bakar, tahun 2019 2 kali kejadian di tebas
kebakaran dan pada tahun 2017 pernah ada
warga yang melakukan pembakaran lahan dan
di tangkap polisi
Kesimpulan : Untuk sekarang sudah tidak ada lagi yang melakukan pembakaran lahan

Universitas Sriwijaya
108

17. Apa tindakan bapak/ibu Kalo tindakan aku sebagai kades itulah tadi Yoh kalo Tindakan aku menghibau terus agar
melihat fenomena paling himbauan terus jangan sampe ngebakar tidak nge bakar warga tu sudah tu
tersebut? lahan jangan sampe terjadi kebakara lahan n, menghbungi tim Satgas BPBD Ogan Ilir kerjo
men ado kebakaran itulah manggil warga dulu samo dengan pihak terkait dalam menangani
untuk madamke men sekiro apinyo besak baru Karhutla
ngehubungi polisi smo BPBD Ogan Ilir .

Coding Memberikan himbauan, informasi serta teguran Memeberikan himbauan dan larangan sebelum
keras selalu kepada warga yang melakukan terjadi kebakran dan melakukan kordinasi
pembakaran lahan, dan juga ikut melakukan dengan pihak terkait dalam menangani
pemadam kebakran karhutlah seprti dengan satgas BPBD Ogan
Ilir
Kesimpulan : Segera melakukan kordinasi dengan phak terkait seperti BPBD Ogan Ilir untuk menangani kebakran lahan tersebut
Persepsi Kontrol Perilaku
18. Sepengetahuan bapak/ibu, Kalo peraturan tu paling peraturan Peraturan yang jelas pasti dari Mentri
peraturan apa yang sudah pemerintah tentang karhutlah, peraturan kehutanan dek karno la ado undang undang
dibuat oleh pemerintah tentang larangan membakar lahan dari kan tentang karhutlah, ado jugo peraturan dari
terkait kebakaran lahan pemerintah , pusat dan daerah Ogan Ilir Pemerindah Derah Ogan Ilir terkait
basah? penanganan kebakran dan pengelolaan lahan
tidur
Coding Peraturan dari pemerintah pusat dan daerah Peraturan menteri mengenai kebakaran hutan
mengenai kebakaran hutan dan lahan serta dan lahan serta peraturan pemerintah daerah
larangan dan hukuman membakar lahan dalam menangani karhutla dan pengelolaan
lahan tidur

Universitas Sriwijaya
109

Kesimpulan : Peraturan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai Karhutlah serta peraturan pemerintah pusat dan daerah
mengenai pengelolaan lahan tidur dan karhutla
19. Di daerah bapak/ibu Itulah paling peraturan dari Pemerintah Kalo peraturan pembakran lahan lah ado
peraturan apa yang telah Ogan Ilir undang undangnyo dari pemerintah pusat
diterpakan/dibuat terkait nah tinggal kito nerapke
aturan pembukaan lahan?
Coding Peraturan dari pemerintah Ogan Ilir Peraturan menteri lingkungan hidup dan
kehutanan serta peraturan pemerintah daerah
Ogan Ilir
Kesimpulan: Peraturan mengenai larangan membakar lahan dan karthutla
20. Seberapa sering peraturan- Sering galak aku ngiingatke warga setiap Paling himbauan tulah ke perangkat desa
peraturan tersebut sering ada pertemua, hajatan ku sampaike samo warga ado jugo edaran dek, serinlah
disosialisasikan terkait kalo di sampaikan ke warga tu mengnai
kejadian kebakaran lahan kebakran ini, setiap ado acara pertemuan
kepada masyrakat? perangkat desa galak di sampaike
Coding Sering, setiap ada pertemuan, hajatan Sering di sampaikan melalui edaran dan
selalu disampaikan kepada warga terkait himbauan kepada masyarakat
larangan membakar
Kesimpulan : Sering di sosialisasikan di setiap pertemuan dengan masyarakat melalui himbauan
21. Seberapa sering Kalo sosialisai dari aku sering ku sampaike ke Kalo aku sering dek ku sampaike ke warga
keikutsertaan bapak/ibu warga terkait himbauan untuk ngebakar nih tu, kalo untuk sosialisai dari BPBD Ogan Ilir
terkait sosialisasi tersebut? camn kalo sosialisai dari bpbd di peagyut ini pernah ado terus sosialisai dari Kepolisian
dak
pernah terjadi karno di sini jarang terjadi

Universitas Sriwijaya
110

kebakaran yang pernah sosialisai tu di daerah samo TNI jugo yang menampaikan langsung
yang sering terjadi kebakaran yang rawan cak ke warga
di simpang pelabuhan dalam
Coding Dari pihak BPBD Ogan Ilir tidak pernah Sering ikut serta dalam sosialisasi mengenai
melakukan sosialisasi terkait kebakaran hutan karhutla dari BPBD Ogan Ilir dan Kepolisian
dan lahan di desa pegayut, karena daerahnya serta TNI yang menyampaikan
jarang terjadi kebakaran, sosialisasi dari kades
mengenai himbauan larangan membakar lahan
Kesimpulan : Untuk sosialisasi peraturan sering dilakukan dan diterapkan tetapii untuk sosialisasi dari pihak BPBD Ogan Ilir jarang
dilakukan

Niat
22. apa yang bapak/ibu Paling himbauan dulu yang terpenting yang Kalo kito di sini nyadarke masyarakat nyo dulu
lakukan untuk mencegah selalu aku tekanke, mangko warga nih takut dek cak mano biar mereka tu dak lagi
masyarakat membuka galo untuk ngebakar, terus sosialisai dari pihak membakar yolah di berikan sanksi samo denda
lahan dengan cara terkait tadi lewat peraturan yang lah ado terus kito
membakar? kasih solusi biar membuka lahan tu dengan
caro lain
Coding Larangan keras, himbauan yang selalu Menyadarkan masyarakat untuk tidak melakukan
disampaikan kades kepada warga sekitar pembakaran lahan dan memberikan solusi cara
mengenai larangan membuka lahan dengan lain dalam membuka lahan
cara dibakar
Kesimpulan : Menghimbau dan menyadarkan masyarakat untuk tidak menggunakan metode membakar dalam melakukan pembukaan
lahan

Universitas Sriwijaya
111

23. Apa yang menjadi motif “Kalo warga kami la dak ktek lagi sekarang Kebanyak an motif wong membakar lahan
masyarakat dalam ngebakr nih, men bukak lahan tu yolah tadi tu untuk bukak lahan perkebunan samo
melakukan pembukaan dengan caro di babat makek mesin, nah persawahan dek mungkin karno caro yang
lahan dengan cara biasony wong datangan dak tu oknum suruhan mudah dan dak perlu biaya besak kan
membakar? yang
melakuke pembakarn tu”
Coding Sudah tidak di temukan lagi warga yang Karena biaya dan cara yang mudah dalam
melakukan pembukaan lahan dengan cara di membuka lahan
bakar, namun ada Sebagian oknum oknum
tertentu yang dalam membuka lahan dengan
cara di bakar
Kesimpulan: Karena ingin membuka lahan dengan cara dan biaya yang murah.
24. Apa tindakan kedepannya “Kalo ak selalu ngingatke himbauan terkait Tindakan kedepanyo cakmno caronyo biar
ketika bapak/ibu melihat membakar, kalo biso setiap tahuny warga tu warga nih sadar kalo membuka lahan dengan
kejadian kebakaran lahan? dak lagi bukak lahan dengan di bakar” membakran tu dampanyo besak, paligan ngasih
himbauan, terus cara penanggulangan
kebakran
Coding Terus mengingatkan dan memberikan teguran Melakukan penyadaran kepada masyarakat agar
bagi warga yang ingin membuka lahan untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar
tidak melakukan pembakaran dan memberikan himbauan serta sosialisasi
mengenai penanganan dan penanggulangan
kebakaran
Kesimpulan: Terus menghimbau warga untuk tidak melakukan pembakaran lahan serta melakukan sosialisasi terkait karhutla agar
masyarakat sadar dan tidak lagi melakukan pembakaran lahan

Universitas Sriwijaya
112

Masyarakat Desa Pagayut ( Desa terendah)

Informan
No. Pertanyaan
MZ(dekat) MU(jauh) ST(dekat) SM(jauh) MD(jauh) AS(dekat)
Pengetahuan
1. Kalau menurut Kalo di sini Lahan di Lahan ini Lahan Sawah, Kebanyak
bapak/ibu lahan di banyak sini rato sawah, sawah tulah an di sini
tempat tinggal sawah samo rato sawah ado jugo dek, yolah sawah galo
bapak/ibu di sebut rawa- rawa, rawa rawa lahan basah
apa? lembah,
belukar
Coding Lahan basah Lahan basah, Lahan basah Lahan basah, Lahan basah, Lahan basah
seperti sawah, sawah contoh nya sawah sawah dengan jenis
rawa-rawa dan sawah dan sawah
semak belukar rawa-rawa
Kesimpulan : Desa Pegayut merupakan lahan basah buatan (constructed wetlands) dengan kategori lahan sawah, dan juga rawa-rawa
2. Seberapa sering Sekali cuman, Kalo tahun ini Dak pernah Dak katek, Dak katek Kalo tahun ini
bapak/ibu tahun 2019 alhamdulillah kami di sini iyo dak katek di sini dak pernah,
menyaksikan itulah, belom, kalo nyingok di daerah tahun
kejadian kebakaran biasonyo di tahun 2019 kebakaran di kami nih beakang
lahan basah di musim kemarau ado tebakar sini, karno di pernah di
daerah bapak/ibu sekali sini la ado belakang
dalam jangka waktu wong rumah inilah,
1 tahun? mantauny tahun 2019
polisi galak ke sekali tulah
sini mantau

Universitas Sriwijaya
113

jugo, camn dak


selamo ini pulo besak
belum
pernah,
Coding 1 kali dalam Di tahun 2019 Tahun ini tidak Tidak pernah Tidak pernah Di tahun 2019
satu tahun pernah terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi 1 kalo
kebakaran kebakaran kebakaran kebakaran
Kesimpulan : di Desa Pegayut hanya terjadi 1 kali kebakaran di tahun 2019 dan tidak pernah terjadi lagi kebakaran pada tahun 2020
sampai tahun 2021
3. Menurut bapak/ibu Nah kemaren tu Nah kalo Nah dak tau Gara gara Api rokok, Kurang tau
mengetahui dak tau aku, tau penybab jugo kami, urang bakar sengaja di penyebabnyo,
penyebab terjadinya tau la ado api kurang tau sengajo apo bekas bakar sebab kemaren
kebakaran ? bae, kurang tau kito, mungkin idak tau tau tebasan padi karno nak malem
jugo kalo ad wong ado api, tulah dek,, bukak ketahuanyo
penyebabnyo tu, mancing buang asalnyo tu tapi di sini lahan tau tau ado api
berkemungkina puntung rokok dak tau, dak katek samo asap,
n puntung rokok cuman lagi la makai paling dari
biso jadi kalo tedenger bae mesen puntung rokok
dak tu memang kami tulah aku
sengajo di taunyo
bakar biasonyo
ado oknum
oknum tertentu

Universitas Sriwijaya
114

Coding Penyebab dari Penyebab Penyebab Pembakaran Api rokok Penyebab


kebakran lahan kebakran salah terjadinya sisa padi yang sengaja kebakaran
kemungkinan satunya kebakaran tidak yang kering di buang ke tidak di
dari puntung pemancing di ketahui lahan ketahui,
rokok yang di yang buang hanya saja ada mungkin
buang punting rokok api yang tiba - karena
sembarangan sembarangan tiba muncul, puntung rokok
dan ada juga kemungkinana yang di buang
oknum – oknum sengaja di sembarangan
tertentu yang bakar
melakukan
pembakaran
dengan sengaja
Kesimpulan : Penyebab terjadinya kebakaran, dikarenakan puntung rokok yang dibuang sembarangan serta oknum tertentu yang
dengan sengaja melakukan pembukaan lahan dengan cara di bakar, dan pembakaran sisa padi yang kering
4. Kapan terjadinya Tahun 2019 di Bulan kemarau Men tahun ini Dak Katek dek Paling di
kebakaran lahan di Musim , musim dak pernah, pernah, dak di sini, musim
sekitar bapak/ibu? kering , bulan panas, bulan biasonyo katek karno kemarau
bulan agustus 6,7,8, 9 musim tempat kami kering, men
kemarau jauh dari tahun in ikan
kering tulah lahan kemarau
basah jadi dak
katek
Coding Di musim Musim Di tahun 2020- Tidak pernah Tidak pernah Di musim
kemarau, bulan kemarau, bulan 2021 belum terjadi terjadi kemarau
agustus pernah, tapi kering
biasanya terjadi

Universitas Sriwijaya
115

agustus dan di musim


september kering
(kemarau)
Kesimpulan : Kebakaran lahan sering terjadi pada musim kemarau dari bulan juli sampai September, tahun 2019 yang terjadi kebakran
di bulan agustus

Bagaimana tindakan Ngumpuli Yo kan kalo Dak pernah Pasti di Melok Di situ waktu
bapak/ibu saat warga sekitar, kemaren kebakarn pak padamke, madamk itu la ado
melihat kebakaran melok warga sekitar di tempat jangan e babinsa samo
lahan sedang terjadi madamke nelfon pak kami nih pak, sampe tim kebakaran,
? apinyo, sampe kades, pihak jadi dak tau merambat ke kami
sampe babinsa, kepolisian, kami, lahan wong masyarakat di
dari bpbd turun terus ke sini melok
kelapaangan petugas jugo madamke
kami melok petugas yang soalny di
bantu madamke berwenang di belakang
jugo kebakaran, rumah dewek
kalo kami nih
cman pacak
bantu
seadonyo bae
Coding Mengajak Menghubungi Tidak pernah Melakukan Membantu Membantu
warga untuk pihak terjadi pemadaman melakukan pihak
membantu kepolisian dan kebakaran jadi api pemadaman berwenang
pihak BPBD satgas BPBD tida tahu api dalam
Ogan Ilir Ogan Ilir Tindakan yang melakukan
memberitahu di lakuakn jika

Universitas Sriwijaya
116

memadamkan informasi sedang terjadi pemadaman


api bahwa ada kebakaran kebakran
kebakran lahan

Kesimpulan : Tindakan masyarakat ketika terjadi kebakaran lahan dengan menghubungi kepala desa, pihak kepolisian, dan tni serta
BPBD Ogan Ilir memberikan informasi sedang terjadi kebakaran dan gotong royong bersama warga membantu pihak berwenang dalam
melakukan pemadaman api
5. Dampak apa yang di Kalo kemaren Kalo Paling Asap, bekas Asap bae Yang jelas
timbulkan dari tu apinyo kebakarannyo asap tulah, kebakaran, palingan asep, lahan
kebakaran lahan apa merambat dak pulo besak samo apinyo dampaknyo, warga lain
saja?(probing, sampe ke sebenrnyo dak ke lahan cak kabut melok
Kesehatan, belakang rumah katek sih, wong lain tebal itu kalo tebakar terus
lingkungan, dll) kami nian, paling asepnyo pagi pagi rumah kami
itulah men di tulah Sesak nafas, jugo pacak
biarke melok betebaran lahan wong tebakar
tebakar jugo melok apinyo
rumah kami, tebakar pulo merambat
jadi apinyo tu
merambat
sampe ke lahan
lahan warga
lain, sudah tu
asepnyo
menggagu
pernapasan,
Coding Dampak Dampak Asap yang di Dampak Asap yang Asap dan Api
kesehatan yang Kesehatan yang timbulkan dari Kesehatan mengganggu yang menggau

Universitas Sriwijaya
117

ditimbulkan dari ditimbulkan kebakaran yaitu asap pernafasan dan system


kebakaran lahan dari kebakaran lahan yang yang jarak pandang pernafasan dan
yaitu asap yang adalah asap dapat mengganggu api yang
mengganggu yang menyebabkan sistem merambat ke
sistem mengganggu sesak nafas pernafasan, pemukiman
pernafasan, pernafasan dampak yang dapat
sedangkan lingkungan, membakar
dampak api yang rumah warga
lingkungan merambat
yaitu lahan membakar
warga yang lain lahan milik
ikut terbakar, orang lain
dan api yang
merambat
membakar
sekitar
pemukiman dan
rumah warga
yang berdekatan
langsung
dengan lahan

Kesimpulan : Dampak Kesehatan yang ditimbulkan dari kebakaran lahan yaitu asap yang tebal mengganggu sistem pernafasan warga
sekitar lahan dan dampak lingkungan jarak pandang pengendara terganggu serta api yang merambat ke lahan milik orang lain
menimbulkan kerugian ekonomi bagi lahan yang terbakar serta dampak membakar rumah warga yang berdekatan langsung dengan lahan
yang terbakar
Sosial

Universitas Sriwijaya
118

6. Apakah bapak/ibu Iyo ado kito Iyo kito ngolah Iyo ngolah Iyo, ngolah Idak, ktek kami Idak, aku
mengelola lahan? lahan, sawah lahan dewek, lahan wong, lahan wong lahan buruh harian
sawah nyiwo kami nih lain, nyewo
bukan lahan kami nih dek
dewek
Coding Iya, mengelola Iya, mengelola Mengelola Mengelola Tidak Tidak
lahan sendiri, lahan sendiri lahan milik lahan milik mengelola mengelola
lahan sawah orang lain ( orang lain ( lahan lahan
system sewa system sewa
lahan ) lahan )

Kesimpulan : Ada 2 ( dua ) orang petani yang mengolah lahan milik nya sendiri dan 2 ( dua ) orang petani yang tidak memiliki lahan
tapi mengelola lahan milik orang lain ( dengan sistem sewa lahan ) dan 2 ( dua) orang bukan petani
7. Berapa luas lahan Kurang lebih 2 Sekitar 1 2 hektare lah 0,5 hektare Ktek dek Dak katek,
yang bapak/ibu hektaran hektare, karno paling lahan
kelolah? la sempit lahan sekitar rumah
di sini nilah cuman
belakang kito
ini lahan wong
laen galo

Coding 2 Hektare lahan 1 Hektare 2 Hektare 0,5 Hektare Tidak ada Tidak ada
Kesimpulan : Luas lahan yang dikelola petani tidak lebih 2 hektar

Universitas Sriwijaya
119

8. Siapa pemilik lahan Itu lahan aku dewek Lahan punyo Wong Katek dek Dak katek,
yang dikelola kito dewek, yang wong, men pegayut karno ak
tersebut? kito tulah ngolahny kami inilah, tapi buruh idak
yang o sewoan, rumahnyo di betani
ngolahnyo tuanyo polisi arah darat
situ
Coding Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Tidak memilik Tidqk
pribadi pribadi orang lain orang lain lahan memiliki lahan
Kesimpulan : Lahan yang dikelola sebagian milik pribadi dan milik orang lain

9. Seberapa dekat Dak pulo Iyo bedekatan Deket nian in Yo ado, Jauh dek, kalo Men aku dak
lahan bapak/ibu jauhlah dengan lahan ikan seberang sawah galo lahan wong katek lahan
dengan lahan orang dengan lahan warga lain tapi itu pinggir kalo di banyak yang cak sawah
lain? yang tebakar la dikit jalan tol daerah kami di arah darat cman lahan
kemaren tu lahanyo karno pernah nih, ktek sno, kalo kami lingkungan
la bekurang tebakar cuman lahan di laut nih rumah inilah,
lahanyo la bukan masok belantaran katek lagi la di sini rato
sempit daerah sini jadi rato lahan
pemukiman warga galo,
galo ado yang
wong sinilah
ado jugo yang
dak
berpenghuni
Coding Dekat dengan Dekat dengan Dekat dengan Berdekatan Jauh, karena Tidak
lahan milik lahan orang lahan milik dengan lahan tidak ada lahan memiliki lahan
orang lain dan lain kosong dan tapi tempat
tinggal dekat

Universitas Sriwijaya
120

lahan yang orang lain yang sawah milik padat dengan lahan
pernah terbakar pernah terbakar orang lain pemukiman orang lain
Kesimpulan : Kebanyakan lahan berdekatan langsung dengan lahan milik orang lain
10. Apakah masyarakat Iyo jelas Kalo disini Teganggu galo Kalo di sini Kalo di sini Yang jelas
sekitar terganggu terganggu, memang la dak namonyo dak pulo dak ktek dek, terganggu
dengan pembukaan kalo di bakar katek lagi yang tebakar, lah apo yang nak nian karno
lahan dengan cara tu asepnyo itu bukak lahan paling men teganggu di bakar lahan men tebakar
membakar ganggu dengan caro tebakar melok asapny bae la dak dekat nian
tersebut?apa respon pernapasa, ngebakar tu, mdamke ktek lagi, tapi samo rumah
yang dilakukan terus apinyo kalo teganggu yang jelas kami
masyarakat? merambat tu iyo pasti kalo ngebakar
besak, percikan dari asepnyo, tu teganggu,
bara api tu tulah apinyo pertamo asap,
nempel di atep nyamber ke keduo takut
rumah biso lahan warga nyambar kan
tebakar rumah, yang lain, apiny pacak ke
kalo kami respon kami lahan warga
paling gotong yang pasti lain
royong ngelarang
madamke jangan sampe
apinyo tadi ngebakar, men
la tebakar
paling melok
madamke

Universitas Sriwijaya
121

Coding Terganggu, asap Terganggu,dari Terganggu, Tidak terlalu Terganggu, Sangat


dari asap hasil respon terganggu asap dan api teganggu,
pembakaran pembakaran, masyarakat ikut yang karena rumah
lahan respon memadamkan merambat ke berdekatan
berdampak pada masyarakat api lahan orang langsung
pernafasan, dan melarang untuk lain dengan lahan
api yang tidak milih
merambat ke membakar dan masyarakat
lahan milik melakukan
orang lain dan pemadaman
bara api jika terjadi
menempel di kebakaran
atap rumah
dapat membakar
rumah
masyarakat
sekitar, respon
yang dilakukan
Ketika terjadi
kebakaran,
bergotong
royong
memadakan api

Kesimpulan : Sangat terganggu terhadap pembukaan lahan dengan cara di bakar, karen dampak yang ditimbulkan yaitu asap yang
mengganggu pernafasan dan api yang merambat ke lahan orang lain serta pemukiman masyarakat yang berdekatan langsung dengan
lahan. Respon masyarakat sekitar sangat melarang melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar dan jika terjadi kebakaran lahan
begotong royong memadamkan api

Universitas Sriwijaya
122

Ekonomi
11. Bagaimana cara Oo kito kalo Kalo di sini Nebas pak kalo Lahan sawah Nah ktek lahan Kalo aku dak
bapak/ibu membuka bukak lahan rato rato bukak kami di sini dak ini, biasonyo dekak, tapi perah bukak
lahan? sawah disni lahan di racun pernah makek tractor kalo di sini, lahan, cuman
katek lagi di di semprot, ngebakar, dak tulah dek, wong bukak warga di sini
bakar, makek mesin ktek pulo apo nebas, lahan setau idak nge bakar
pengolahanyo ngeratokenyo, ang nak di ngeracuni aku idak di takut mereka,
itu di babat dulu kadang manual bakar cman bakar dek paling nebas,
pakek parang, di tebas sawah ini karno dak ngeracun, smo
ado yang makek bukan hutan berani, makek mesin
mesin traktor belantaran, kebanyak an la
ngeracon makek tractor
palingan karno
kebanyak an
lahan sawah
Coding Dengan cara di Di semprot Di tebas Di racun, di Mengguakan Di tebas, di
tebas dan racun, tebas, di mesin traktor racuni,
menggunakan menggunakan traktor menggunakan
mesin traktor mesin tractor, mesin traktor
di tebas

Kesimpulan : Masyarakat Desa Pegayut tidak lagi membuka lahan dengan cara dibakar karena takut dan kebanyakan dari mereka sejak
dulu membuka lahan dengan cara di tebas, di racun dan menggunakan mesin traktor
Probing :

Universitas Sriwijaya
123

Mengapa cara Karno lahan Men ngebakar Memang cak Lemak kalo Dak payah Lebih mudah
tersebut bapak/ibu kito nih sawah, di sini la dak inilah kalo makek tractor lagi terus jugo bae kalo
gunakan? jadi masih katek lagi, kami bukak dek, ktek lagi cepat jadi siso makek mesin
lemak klo di karno takut lahan dak bekas rumput siso padi tu tractor tu
babat , jadi kalo warga, nah pernah – rumput rato
nge bakar tu palingan itulah ngebakar dari ,langsong
takut nyambar tadi lebih dulu nebas hancur
ke lahan laen mudah di tebas, tulah,
makek mesen,
ngajak wong
nebasnyo
Coding Karna lahan Karena lahan Sudah menjadi Lebih mudah Lebih cepat, Lebih mudah
sawah, lebih sawah yang kebiasaan dan praktis mudah dan dengan mesin
mudah di tebas tidak terlalu membuka lahan menggunakan sisa padi traktor
takut untuk luas lebih dengan cara di traktor karena hancur
ngebakar mudah dengan tebas rumput menyatu
di tebas langusng rata dengan tanah
dengan tanah

Kesimpulan : Masyarakat di Desa Pegayut sudah menjadi kebiasaan dari dulu jika membuka lahan dengan cara di tebas, dan
menggunakan tractor karena lahan nya sawah, dan lebih mudah, dan tidak ada lagi yang membuka lahan dengan cara dibakar karena
merasa takut
12. Berapa biaya yang Nah kalo biaya Tergantung, Men biayanyo Besak dek, Nah dak tau Kalo biaya
bapak/ibu keluarkan itu aku ado yang dak tau kami, kalo makek dek kalo biaya kurang tau
pada saat ngebabat dewek ngupah orang, soalnyo kami tractor, soalny dak jugo ak dek,
pembukaan lahan? dk pernah biasonyo kalo ngolah dewek tergantung
ngupah wong ibu ibu kadang luas lahan

Universitas Sriwijaya
124

jadi dak bapak bapak jugo, men aku pernah


tau, berapo tu sehari 50 sekitar 1 juta bukak lahan
ribu lebihlah
untuk lahan
0,5 hektare,
belum
termasuk
bahan bakar
Coding Untuk biaya, 1 hari 50 rb Karena Menggunakan Tidak tahu Tidak tahu
karena nebas mengolah lahan tractor 1 juta
lahan sendiri sendir jadi sampai selesai
dan tidak tidak untuk luas
ngupah orang mengelurkan lahan 0,5
lain makan biaya hektare
tidak perlu
mengeluarkan
biaya
Kesimpulan : Biaya yang dikeluarkan dalam membuka lahan ( sawah ) dengan cara di tebas sebesar 50rb untuk 1 hari pengerjaan dan
jika menggunakan mesin 1 juta untuk 0,5 hektare sampai lahan selesai di buka belum termasuk biaya operasional ( Bensin )
13. Berapa kerugian Kalo Kalo kerugian Nah dak tau Kalo ado Nah dak Kalo kerugian
yang ditimbulkan kerugian ak tergantung kami yang lahan warga tau dek aku kurang
pada saat terjadi kurang tau luas lahan jelas rugi, yang padi tau jugo
kebakaran? berapo yang tebakar lahan warga nyo la
semakin luas pacak nyambar bebuah melok
tebakar
paling itulah

Universitas Sriwijaya
125

semakin besak rugi di


jgo padiny
kerugianyo o
Coding Untuk kerugian Kerugian Tidak tahu Kerugian Tidak tahu Tidak tahu
tidak di ketahui tergantung luas tergantung
lahan yang lahan yang
terbakar terbakar
Kesimpulan : Untuk besaran kerugian yang ditimbulkan pada saat terjadi kebakaran lahan tergantung luas lahan yang terbakar dan lahan
milik orang lain yang ikut terbakar semakin luas yang terbakar semakin besar kerugian yang ditimbulkan
14. Apa keuntungan Men uji aku Untung bagi Dak katek Katek, Buat yang Pasti men
yang didapat dengan keuntungan yang nak keuntungany kebakaran bukak lahan ngebakar tu
cara membakar? dari ngebakar bukak lahan o itu yang untung, karno lebih praktis
tu paling lebih dak payah lagi, jelas, angus lahan dio dak ado api samo
mudah samo peralatanyo galo tebakar payah lagi bensin bae
murah tulah mudah tinggal nak di tebas di tebakaralh
karno dak siram minyak bakar apolagi itu
payah lagi bae kalo lahanyo hutan
ngupah wong kebakar tu kan belantara
nk nge babat langsung siram
minyak samo
puntung rokok
bae tebakarlah
itu, lebih
mudahlah tapi
tulah bahayo

Universitas Sriwijaya
126

Coding Lebih mudah Lebih mudah Tidak ada Tidak ada Untung bagi Lebih praktis
dan murah dilakukan keuntungan keuntungan yang
dengan membuka
peralatan lahan karena
mudah tidak perlu
didapatkan ( mengeluarkan
bensin, api biaya yang
rokok ) besar dalam
membuka
lahan cukup
dengan bensin
dan api
Kesimpulan : Keuntungan membuka lahan dengan cara dibakar lebih mudah dan murah karena tidak memerlukan biaya yang besar
cukup dengan bensin dan api, dan untung bagi mereka yang memiliki lahan dan bagi masyarakat sekitar lahan merasa rugi karena
dampak yang ditimbulkan dari pembakaran
Budaya
15. Apa kebiasaan Kalo di sini Kalo di sini Kalo di sini Di sini kalo Di tebas, Kalo di sini
masyarakat setempat ngebakar tu la cak uji aku tadi dak pernah lahan padi, di racuni, bukak lahan
saat pembukaan dak katek lagi, la dak katek nian ngebakar, misal di traktor yolah
lahan? paling itulah nian warga yolah ngeraun, rumputnyo ngeracun,
tadi kalo nak ngelakuke nebas tebal di ngebabat
bukak lahan di pembakaran tractor, tapi ado jugo
babat tulah, lahan tu kalo makek mesin
kalo dak tu mungkin karno rumputny
pakek alat, takut la tebiaso ringan di
sekarang pulo dengan racuni, smo di
warga la takut tebas
nge

Universitas Sriwijaya
127

bakar, karno caro


berursan ngeracun,
dengan ngebabat
polisi
Coding Menebas lahan Di racun dan di Di racun dan di Menggunakan Di racun, di Di racun, di
tebas tebas mesin traktor tebas dan tebas dan
menggunakan menggunakan
mesin traktor mesin tractor
Kesimpulan : Kebiasaan masyarakat di Desa Pegayut dalam melakukan pembukaan lahan yaitu dengan cara di tba, di semprot racun,
dan menggunakan mesin traktor da sudah tidak ada lagi masyarakat yang membuka lahan dengan cara di bakar
Sikap Terhadap Perilaku
16. Jika terjadi Itulah tadi Yang pasti Asapnyo Asap, Karno di sini Asep, terus
kebakaran lahan di lahan kito asepnyo palingan, sesak tek lahan, yo rumah jugo
sekitar tempat melok tebakar samo apinyo terus lahan nafas, tbc, dak katek pacak
tinggal bapak/ibu akibat api ny yang kami pacak rugi lahan dek tebakar
dampak apa yang merambat, terus nyamber tebakar jugo yang melok dampaknyo karno apinyo
sangat dirasakan? bara apinyo tebakar meluas,
pacak nempel nyambar
ke rumah, rumah
melok tebakar
jugo rumah
kito, asepnyo
jugo buat sesak
nafas

Universitas Sriwijaya
128

Coding Asap yang tebal Asap dan Api Asap dan Api Asap, sesak Tidak ada Asap dan api
mengganggu yang menjalar nafas, dan karena jauh
pernafasan dan ke lahan orang lahan orang dari lahan
api yang lain lain yang
merambat ke terbakar
lahan milik
orang lain dan
membakar
pemukian
masyarakat di
sekitar lahan

Kesimpulan : Dampak yang dirasakan masyarakat dari kebakran lahan yaitu asap yang tebal hasil dari pembakran yang memberikan
dampak terhadap gangguan pernafasan, dan api yang menjalar ke lahan milik orang lain serta merambat ke pemukima masyarakat yang
berdekatan langsung dengan lahan
17. Jika terjadi Kalo untuk Kalo apinyo Men lahan Dak ktek dek Itulah tadi, Sebiso
kebakaran lahan di sekarang nih la besak itulah kami tebakar paling melok paling mungkin
sekitar tempat dak pernah lagi tadi paling paling kami nyiram dikit melok mencegah
tinggal bapak/ibu kebakaran tu nelfoni kades madamke dikit se madamke untuk dak
bagaimana cara terjadi, kalo smo pihak dewek pak pacak kito apinyo bukAK lahan
bapak/ibu pun terjadi kepolisian, dengan dengan
menyikapinya? paling kami BPBD Ogan warga sekitar ngebakar
warga nih Ilir, ngasih tau sinilah karno kalo la
melok terjun bahwa ado nge bakar tu
kelapangan kebakarn, bahayo,
gotong royong terus madamke paling nelfon
upaya madamke kades men ado
apinyo bantu lahan
BPBD Ogan Ilir

Universitas Sriwijaya
129

smo dengan yang la


pihak seadonyo tebaka
kepolisia dulu r
n
Coding Terjun Menghubungi Mengajak Memadamkan Melakukan Mencegah
kelapangan, Kades, pihak warga sekitar api dengan pemadaman masyarakat
bergotong Kepolisian dan memadamkan peralatan Bersama sekitar untuk
royong BPBD Ogan api seadanya warga tidak
memadamkan Ilir untuk membakar
api membantu memberikan lahan, dan jika
pihak BPBD informasi titik terjadi
Ogan Ilir dan api, dan kebakaran
pihak melakukan menelpon
Kepolisian pemadaman Kades
seadanya
Kesimpulan : Menghubungi Kades dan pihak berwenang dari Kepolisian dan TNI serta BPBD Ogan Ilir untuk memberikan informasi
mengenai lokasi kebakaran yang sedang terjadi dan bergotong royong Bersama warga untuk membantu melakukan pemadaman api
Norma Perilaku
18. Seberapa banyak Kalo di sini la La dak katek Katek lagi di Katek lagi Setau aku dak Katek lgi
dilingkungan dak katek lagi lagi dek di sini sini ngebakar, dek di sini pernah wong di sini
bapak/ibu yang wong bukak wong kebanyak an bakar di pegayut nih
membuka lahan lahan dengan ngebakar ngeracun smo membakar bukak lahan
dengan cara di bakar, lahan tu, nebas dari lahan tu , di bakar
membakar? banyaklah karno yang dulu karno lahan
makek alat smo pertamo tadi sawah tadi
di babat takut tebakar paling makek
terus teraktor,
warga jugo
la sadar
bahayo

Universitas Sriwijaya
130

ngebakar nebas,
lahan jadi la ngeracun
dak berani lagi i
ngebakar
lahan tu klo di
sini bukak
lahan memang
la tebiaso
ngeracun,
nebas dewek
Coding Sudah tidak ada Sudah tidak Sudah tidak Sudah tidak Sudah tidak Sudah tidak
lagi masyarakat ada lagi, karena ada lagi yang ada lagi yang ada lagi ada lagi yang
yang membuka takut akan melakukan melakukan melakukan
lahan dengan sanksi dan pembakran pembakaran pembakaran
cara di bakar, kebiasaan lahan, lahan
terbiasa masyarakat di kebanyakan di
membuka lahan tebas dan tebas di racun
dengan cara di diracun dan
racun, di tebas menggunakan
traktor
Kesimpulan : Sudah tidak ada lagi masyarakat di Desa Pegayut yang membuka lahan dengan cara di bakar, karena takut akan sanksi yang
akan diberikan serta sudah menjadi kebiasaan masyarakat dalam membuka lahan dengan cara di tebas di racun dan menggunakan mesin
traktor.
19. Apa tindakan Yang pastinyo Sebiso mungkin Yoo Katek dek Karno di sini Kalo tindakan
bapak/ibu melihat kito tu mencegahla madamke paling katek lahan tu yang
pencegaha lewat apinyo tulah nelfoon yang pasinyo melok
n edaran i tebakar

Universitas Sriwijaya
131

fenomena/kejadian dengan himbaua samo kades, yo ktek bantu


tersebut? himbauan ke n warga lain gtong tindakan, tapi madamk
warga warga larangan royong missal ado e apinyo
jangan sampe ngebakar madamke paling nelfon
melakuke kades,
pembakaran, manggil
semacam warga untuk
teguranlah, gotog royong
tindakan kito madamke api
kalo la tebakar
itulah tadi
melok
madamke
apinyo
Coding Melakukan Mencegah Melakukan Menghubungi Menghubungi Membantu
pencegahan dan masyarakat pemadaman pihak terkait Kades dan melakukan
larangan untuk dalam seperti Kade, melakukan pemadaman
tidak melakukan melakukan Kepolisian pemadaman kebakaran
pembakaran pembakaran dan TNI serta lahan
lahan dan tim satgas
melakukan BPBD Ogan
pemadaman api Ilir
jika terjadi
kebakaran
Kesimpulan : Tindakan masyarakat di Desa Pegayut mencegah dan melarang untuk tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara di
bakar, menghubungi Kades, Polisi, TNI dan BPBD Ogan Ilir memberikan informasi kebakaran serta ikut membantu dalam melakukan
pemadaman kebakaran.

Universitas Sriwijaya
132

Persepsi Kontrol Perilaku


20. Sepengetahuan Kalo peraturan, Peraturan Peraturan Nah kalo Nah kurang Kalo
bapak/ibu, peraturan paling dari nasional dari peraturan tau aku kalo peraturan
apa yang sudah pemerintah tulah tentang pemerintah aku kurang peraturan tu, sudah ado
dibuat oleh Ogan Ilir tulah, kebakaran tulah tau dek yang tapi siapo bae dari
pemerintah terkait dari pihak lahan jelas men yang ketauan pemerintah
kebakaran lahan kepolisian, ketahuan ngebakar setempat,
basah? tentang ngebakar pasti di paling dari
karhutla lahan di tangkap polisi kades samo
penjaro kadus yang
ngehimbau
terus
Coding Peraturan Peraturan Peraturan Tidak tahu Tidak tahu Pemerintah
pemerintah Nasional Pemerintah peraturan peraturan yang setempat,
Ogan Ilir dan tentang yang di tapi dibuat tetapi kades hanya
dari pihak kebakaran melakukan melakukan memberikan
Kepolisian lahan pembakaran pembakaran himbauan
mengenai hutan dan bisa di penjara
karhutla lahan bisa di
penjara
Kesimpulan :Untuk peraturan terkait kebakaran lahan sudah ada dari Peraturan pemerintah pusat, daerah dan dari pihak kepolisian
terkait pembakaran hutan dan lahan
21. Didaerah bapak/ibu Kalo untuk Iyo sudah Kalo di sini Kalo Ktek dek Di terapke
telah menerapkan peraturan peraturan peraturan la peratura tu iyo, yolah
peraturan desa, lurah yolah dari dari nasional sudah ado n yang melalaui
atau RT terkait pemerintah tulah dari dari himbauan tadi
daerah Ogan paling pemerintah desa tentang

Universitas Sriwijaya
133

perilaku pembakaran Ilir, paling perangkat desa palingan kebakaran dari kades
lahan? kades kio selalu kadesnyo lahan tu dan kadus
bae ngehimbau, tulah galak dak katek,
nyampeke ngasih edaran nyampaike tapi
himbaun larangan himbauan, himbauan
larangan ngebakar informasi selalu
ngebakar lahan setiap ad
nikahan,
ceramah
jum’at
selalu
nekanke
warga untuk
jangan
ngebakar
lahan
Coding Peraturan dari Peraturan dari berupa Peraturan dari Tidak ada Peraturan desa
desa, lurah atau Lurah atau RT himbauan dari desa tidak ada tetapi
RT tidak ada tidak ada kades untuk mengenai menerapkan
tapi hanya memberikan tidak kebakaran peraturan dari
berupa larangan peraturan membakar hutan dan pemerinah
dan himbauan terkait lahan lahan tidak ad pusat melalaui
untuk tidak kebakaran hanya himbauan
membakar lahan tetapi memberikan mengenai
menyampaikan hibauan larangan
himbauan edaran melakukan
edaran larangan pembakaran
mengenai mengenai lahan
larangan kebkaran
melakukan lahan

Universitas Sriwijaya
134

pembakaran
hutan dan lahan
Kesimpulan :Peraturan dari desa, Lurah atau Rt tidak ada, untuk penerapan peraturan sudah diterapkan dari peraturan pusat maupun
daerah lewat himbauan, larangan, serta edaran mengenai kebakaran hutan dan lahan
22. Seberapa sering Sering kadang Setiap ado Paling kadus Sering dek, Nah Sering kadang
peraturan-peraturan setiap ado hajatan, tulah kalo kades dak setiap ado
tersebut sering perkumpulan, tahlilan, ngingatke pegayut nih pernah acara kades
disosialisasikan hajatan, kades pertemuan terus, kades setiap ado tu ngasih
terkait kejadian galak ngasih warga desa ngenjuk tau hajatan, himbauan ke
kebakaran lahan himbauan selalu di jangan acara warga desa
kepada masyarakat? larangan himbauke ngebakar, jadi galak sini
ngebakar tapi untuk jangan kami tu idk nyampaike
kalo sosialisasi ngebakar ngebakar dk himbauan
kebkaran dari tau apo yang karhutlah
BPBD Ogan nak di bakar
Ilir dak pernah
di sini
Coding Sering,berupa Sering, setiap Sering, Kades Sering Tidak pernah Sering setiap
himbauan ada pertemuan dan Kadus disampaikan ada acara
mengenai warga desa yang ketika ada hajatan selalu
larangan selalu di memberikan acara desa menghimbau
melakukan sampaikan himbauan selalu mengenai
kebakaran hutan himbauan dan berupa memberikan kebakaran
dan lahan setiap larangan larangan himbauan lahan
ada kegiatan melakukan mengenai
perkumpulan kebakaran

Universitas Sriwijaya
135

tani, hajatan, pembakaran melakukan hutan dan


tetapi sosialisasi lahan pembakaran lahan
dari pihak
BPBD Ogan Ilir
tidak pernah di
lakukan di desa
pegayut

Kesimpulan : Peraturan – peraturan mengenai kebakaran hutan dan lahan sering di sosialisasikan di desa pegayut melalui Kades dan
Kadus yang menyampaikan terkait larangan, himbauan untuk tidak melakukan pembakaran lahan di setiap ada kegiatan desa seperti
hajatan, perkumpulan tani, tetapi untuk sosialisasi dari pihak BPBD Ogan Ilir tidak pernah dilakukan di desa pegayut
23. Seberapa sering Kalo Sosialisasi dari Dak pernah Pernah Dak pernah Kalo
keikutsertaan sosiaalisai dari Kades sering klo cak cuman dk ikut serta sosialisasi
bapak/ibu terkait kades cak tapi kalo dari sosialisasi tu pulo sering, aku dak tau kebakaran dak
sosialisasi tersebut? himbauan tu BPBD Ogan galak dengar kalo wonga pernah ak
sering galak Ilir tahun ini dari kades arah darat melok,
men ado acara da pernah tulah kalo sno soalnyo dak
desa nih di sosialisai sosialiasi perah
samapikenyo tentang dari luar cak sosialisai
terus nah men karhutlah bpbd tu dak kebakaran
dari BPBD tahun tahun pernah aku lahan apolagi
Ogan Ilir dak belakang dek dari BPBD
pernah pernah ado Ogan Ilir ,
ngadoke pertemuan di itulah tadi
sosialisai di sini dari bpbd dari kades,
sini mengenai karno kades
karhutla pastinyo la
cuman ado himbaun
tahun tahun ini dari

Universitas Sriwijaya
136

dak katek pemerintah


tahun belakang setempat
ado jugo
Coding Sering, Sering Tidak pernah Pernah tapi Tidak pernah Tidak pernah
sosialisasi dari sosialisasi dari tidak terlalu ikut serta,
Kades berupa Kades dari sering sekedar hanya
himbauan pihak BPBD himbauan dari mendengarkan
mengenai Ogan Ilir hanya kades himbauan
kebakaran lahan sekali di tahun dari kades
tetapi dari pihak 2019 di tahun
BPBD Ogan Ilir 2020 dan 2021
tidak pernah tidak pernah
melakukan lagi
sosialisasi di
desa pegayut
Kesimpulan : Keikutsertaan terkait sosialisasi dari kades sering dilakukan berupa himbauan dan larangan serta edaran mengenai
kebakaran lahan akan tetapi sosialisasi dari pihak BPBD Ogan Ilir terkait kebakaran hutan dan lahan di desa pegayut jarang dilakukan

Niat
24. apa saja yang Kalo kito di Alhamdulillah Dak katek Di racun Dk tau dek Nah kurang
bapak/ibu sini dak pernah kalo di sini paling dulu, di tau jugo aku
persiapkan jika ngelakuke dak ktek lagi ngeracun, tunggu karno dak
ingin melakukan pembakran yang ngebakar makek kering, baru pernah
pembakaran lahan? lahan, kalo jadi itulah tadi racun di tractor, ngebakar
buka lahan nebas manual, rumput smo sudah hancur lahan,
itulah tadi paling makek nebas pakek galo baru di paling nebas
parang parang tanam tulah
makek

Universitas Sriwijaya
137

dengan tenango makek


ngebaba warga, ado parang smo
t jugo makek ngeracun
alat
Coding Tidak pernah Sudah tidak Menggunkan Menggunakan Tidak tahu Menggunakan
melakukan ada lagi yang racun rumput racun rumput, racun dan
pembakaran, melakukan dan parang di tebas dan parang untuk
jika ingin pembukaan menggunakan menebas
membuka lahan lahan dengan mesin traktor
tidak di bakar cara di bakar,
hanya di tebas masyrakat
menggunakan membuka lahan
parang dengan cara di
tebas dan
menggunakan
mesin traktor
Kesimpulan : Masyarakat di Desa Pegayut jika ingin membuka lahan sudah tidak ada lagi yang membuka lahan dengan cara di bakar
kebanyakan mengunakan parang untuk menebas rumput, racun rumput dan menggunakan mesin traktor
Probing :

Berapa lama waktu Kalo untuk Kalo sehektar Kalo kami nih Lamo dek, Kurang Dak tau dek
bapak/ibu untuk waktu sekitar 3 ngurus dewek, hamper 1 tau dek
mempersiapkannya? pembukaan harian makek sekitar bulanan
lahan dengan mesin kalo sebulan lah bukak
di babat tadi itu manual lahan
lamo sekitar sawah tu
waktunyo,,
prosenyo

Universitas Sriwijaya
138

panjang 2
sekitar 1 – 2 mingguanlah
bulan sampe sebulan
Coding 1- 2 bulan 3 hari 1 bulan 1 bulan Tidak tahu Tidak tahu
sampai di tanam menggunakan
mesin dan
secara manual
atau di tebas 1
minggu sampai
1 bulan
Kesimpulan : Untuk membuka lahan waktu yang dipersiapkan tidak lebih dari 2 bulan baik secara manual atau dengan cara di tebas dan
jika menggunakan mesin diperkirakan 3 hari selesai tergantung luas lahan yang di buka
Prosedur apa yang mulai dari Di racun dulu, Dak katek, Racun, tebas, Nah dak tau Dak tau dek
harus dilakukan pemababtan, ado di tebas paling di di trakor jugo dak karno dak
sebelum membuka ngolah lahan, baru di racun dulu, di baru di pernah pernah
lahan? pembibitan, tumpuk, di tebas tanam lagi kami bukak bukak lahan
sampai ke ratio makek lahan
bulan tanam, mesin soalnyo
lamolah
prosesnyo
Coding Di racun, di Di racun, di Di racun Diracuni dan Tidak tahu Tidak tahu
tebas, dan tebas di sesudah di di traktor
ditanami tumpuk dan racun di tebas lalu ditanami
kembali menggunakan kembali
mesin traktor

Universitas Sriwijaya
139

Kesimpulan : Di racun hingga rumput mati dan di tebas habis dan menggunakan mesin tractor di tunggu lahan hingga rata lalu di tanami
kembali
25. Jika bapak/ibu Katek Dak katek Katek pak Sawah Rencano Kalo rencana
memiliki lahan paling paling kami nih inilah tulah dek alingan paling bukak
yang harus dikelola sawah tulah sawah tulah, petani sawah yang cocok bukak kebun sawah tulah
apa rencana kalo kito nih lahan tulah karno karno buah- buahan karno rato
bapak/ibu untuk pertanian lahan nyewo daerahnyo cak semangko rato di sini
membuka lahan lah tadi, adonyo rendah , kebanyak an
tersebut? sawah inilah banyu an sawah galo
Coding Membuka lahan Sawah Lahan sawah Sawah Lahan Lahan sawah
persawahan perkebunan
seperti buah
semangka
Kesimpulan : membuka lahan persawahan karena tekstur tanah yang cocok
Probing :

Apa yang menjadi kalo bukak Kalo Dak tau pak Paling Nah dak tau
motif bapak/ibu lahan paling pembakaran sebab kami untuk karno dak
dalam melakukan untuk lahan tu la dak pernah nanam padi pernah
pembakaran lahan? besawah tulah dak katek lagi ngebakar jadi lagi abes di melakukeny
di sini, dak tau apo panen o
biasonyo yang nak di
mukak lahan bakar
sawah tulah

Universitas Sriwijaya
140

Coding Untuk lahan Tidak Tidak pernah Mengganti Pembukaan Tidak tahu
pertanian seperti melakukan melakukan tanaman lahan baru karena tidak
sawah pembakaran pembakran setelah masa seperti lahan pernah
tetapi panen perkebunan melakukan
membukaan buah pembakarn
lahan untuk
perswahan
Kesimpulan : Masyarakat di Desa Pegayut tidak pernah lagi melakukan pembakaran lahan dengan cara dibakar, kebanyakan membuka
lahan untuk mengganti masa tanam padi dan ada juga membuka lahan pertanian menjadi lahan perkebunan
26. Apa tindakan Yang jelas Ya kalo itu Yang jelas Dak katek Yo paling, Ngelarang,
kedepannya ketika kapan ado paling kami melok dek men ado jangan ngehimbau,
bapak/ibu melihat kebakaran kami ngehubungi madamke yang tebakar sampelah samo warga
kejadian kebakaran kontak babinsa, tni, men api nyo paling melok wong tu warga sekitar
lahan? langsung kalo ado la parak jugo bantui, gebakar, kito jangan
dengan kades kekabran lahan kami kalo dak tu jugo sampe
laporke dulu paling ngabari telfon kades pastinyo ngebkar,
samo kades, warga lain melok paling
kagek kades untuk madamke madamke,
yang ngebantu kalo apinyo kerjosamo di
ngehubungi kito dewek an desa desa
babinsa, bpbd gek jadi sini
warga kito di tersangka yang ngeabantu
sini sebiso ngebakar pulo mdamke api
mungkin melok itulah tadi
madamke paling
apinyo ngehubungi
kades, polisi

Universitas Sriwijaya
141

Coding Langsung Langsung Melakukan Menghubungi Melarang Memberikan


menghubungi menghubungi pemadaman kades melakukan himbauan
Kades dan pihak pembakaran kepada warga
membantu Kepolisian dan dan jika terjadi sekitar untuk
melakukan Kades membantu tidak
pemadaman memadamkan membakar
api lahan dan jika
terjadi
kebakaran
langsung
menghubungi
Kades

Kesimpulan : jika terjadi kebakaran langsung menghubungi Kades dan pihak Kepolisian serta pihak terkait seperti BPBD Ogan Ilir dan
bergotong royong Bersama warga melakukan pemadaman

Universitas Sriwijaya
142

Masyarakat Desa Simpang Pelabuhan Dalam ( Desa tertinggi)

Informan
No. Pertanyaan
SD(dekat) YS(jauh) SB(dekat) MJ(jauh) DS(jauh) WB(dekat)
Pengetahuan
1. Kalau menurut Lahan gambut Lahanyo Di sini lahan Lahan gambut Lahan cabe, Lahan gambut
bapak/ibu lahan di dek di sini, kebanyak an basah, banyak dek di sini sawah, yoh dek di sini
tempat tinggal rawa rawa, gambut, cak lahan tidur lahan gambut
bapak/ibu di sebut hutan rawa-rawa,
apa? belantaran jugo sawah, semak
ado tapi dikit belukar jugo
Coding Lahan basah, Lahan basah, Lahan basah, Lahan basah,, Lahan basah, Lahan gambut
lahan gambut lahan gambut lahan gambut, lahan gambut sawah
seperti rawa- seperti sawah, lahan tidur
rawa dan hutan rawa-rawa
belantaran

Kesimpulan : Lahan basah merupakan lahan gambut yang terdiri dari rawa-rawa, sawah, hutan belantara
2. Seberapa sering Tahun 2019 Kalo tahun ini Kalo untuk Tahun ini la 2x kalo nyaksike Tahun ini la 1x
bapak/ibu dek yang sering 1x ak tejingok tahun 2021 ini kalo tahun 2020 dak pulo dek ini
menyaksikan tu karno paling lahan tebakar, baru 1x inilah, dak katek nah sering cumin barusan nian
kejadian kebakaran parah ado cak cuman jauh di 2020 rasonyo 2019 sering ad tahun ini 1x di belakang ini
lahan basah di 5x kebakran di arah belakang dak katek cak 5x lebih tejingok tapi ad lahan yang
daerah bapak/ibu sini, nah 2020 sano, tapi kebakaran di arah terbakar
kmren dak asepnyo karno sempet belakang

Universitas Sriwijaya
143

dalam jangka waktu katek, nah lumayan besak musim hujan, sano, tahun
1 tahun? tahun ini nah tahun 2020 nah kalo 2019 2020 dak
1x baru dak pernah agak banyak, katek
raso aku, nah paling parah rasonyo nah
tahun 2019 dari ujung tahun 2019
sering, caknyo dusun ke yang sering
paling parah ujung dusun nian tu
itu di tahun sekitar 60
2019 kemaren hektare lebih
tu yang tebakar
Coding Di tahun 2021 Di tahun 2021 Di tahun 2021 Di tahun 2021 2x Di tahun 2021 Di tahun 2021
ada 1x kejadian ada 1x kejadian baru 1x kejadian, di tahun 1x kejadian baru 1x
dan di tahun kebakaran di kejadian 2020 tidak ada, di kebakaran, di kejadian
2020 tidak ada, tahun 2020 kebakaran, di tahun 2019 5x tahun 2020 kebakaran
untuk tahun tidak pernah tahun 2020 kejadian tidak terjadi
2019 paling terjadi tidak ada, di kebakaran dan
parah dengan kebakaran, di tahun 2019 di tahun 2019
5x kejadian tahun 2019 sering terjadi sering terjadi
yang paling kebakaran kebakaran
parah
Kesimpulan : Sering terjadi, pada tahun 2021 terjadi 2 kali kejadian kebakaran lahan dan pada tahun 2020 tidak terjadi kebakaran lahan
serta pada tahun 2019 terjadi 5 kali kejadian kebakaran
3. Menurut bapak/ibu Penyebabnyo Nah dak tau Penyebab Nah kalo Nah dak tau Kalo
mengetahui tu biso jadi jugo dek, nyo ini pas penyebab tu dak dek kalo penyebab tu
gesekan soalyo hari tau dek tibo penyebab biasonyo
alang- alang tau- tau la panas, tibo la ado api tu, karno kalo dak
dek cak ado asep bae, mungkin bae, jauh puntung
tapi ado rokok

Universitas Sriwijaya
144

penyebab terjadinya rumput itu nah biasonyo kalo yang idak biasonyo jugo dari wonga bis
kebakaran ? kan lahan dak puntung sengajo cak puntung rokok rmh kami, mincing kan
gambut nih rokok yoh ado api rokok tulah tau tau la entah sengajo
kalo di musim jugo oknum tecamapak, ado apo idak di
kemarau yang ngebakar cuaca panas kebakaran buang bae jadi
kering nian untuk bukak yang masih ado
jadi biso jadi lahan, samo membuat apinyo di
karno gesekan gesekan daun gesekan rokok tadiado
rumput tadi men cuacanyo rumput cak jugo gesekan
tebakar karno lagi panas ilalang itu ilalang tunah
cuaco nyo nian keluar api dek kan kalo
panas nian kan karno musim musim
jadi timbul api panas nian kemarau
tau tau di jadi tegesek tanah tu jadi
tengah tengah keluar api, kering nah
lahan tu ado ado jugo yang ilalang tadi
api cak itunah sengajo begesekan
padahal ktek itulah kadang
penyulutnyo, di tengah
ado jugo oleh tengah lahan
puntug rokok tau tau ado
yang di buang api bae
sembarangan
itulah tadi
karno factor
cuaca panas
lahan tu jadi
kering panas di
bawah tanah tu

Universitas Sriwijaya
145

jadi ceet nian


tebakr kalo
ado penyulut
Coding Penyebab dari Penyebab Penyebab Puntung rokok Tidak Penyebab
kebakaran kebakaran di terjadinya sembarangan mengetahui kebakaran
lahan karena antaranya kebakaran penyebab karena faktor
cuaca panas puntung rokok, faktor karena jauh cuaca panas
ekstrim yang oknum yang ketidaksengaja dari lokasi yang membuat
membuat ingin membuka an seperti lahan lahan menjadi
permukaan lahan, dan puntung kering dan
tanah menjadi gesekan daun rokok, dan gersang
kering dan ketika musim faktor alam menyebabkan
panas serta kering seperti cuaca rumput
gesekan panas ekstrim bergesekan
rumput, dan yang membuat dan
puntung rokok rumput ilalang menimbulkan
yang dibuang bergesekan api serta
sembarangan sehingga penyebab dari
menghasilkan puntung rokok
api dan juga yang dibuang
faktor sembarangan
kesengajaan di
bakar
Kesimpulan : Penyebab kejadian kebakaran karena puntung rokok yang dibuang sembarangan, gesekan rumput dan ilalang yang terjadi
pada saat musim kemarau kering serta perbuatan oknum yang tidak bertanggung jawab melakukan pembukaan lahan dengan cara di bakar

Universitas Sriwijaya
146

4. Kapan terjadinya Biasonyo di Bulan ini baru Pas musim Biasonyo Musim Cak di bulan
kebakaran lahan di musim sekali, biasoy kemarau kemarau kemara bulan inilah
sekitar bapak/ibu? kemarau di musim tulah cak tulah dek u dek di
Panjang cak kemarau antar bulan ini kan panjang musim
bulan ini nah bulan juli dio tu kemarau
kan terjadi 1x sampe biasonyo dari kering
dio tu biasonyo semptember bulan 8, 9,
di bulan 10,
agustus- 11
september
Coding Di musim Musim Terjadi di Di Di Di
kemarau, kemarau, musim musim musim musim
Panjang dari bulan agustus kemarau kemarau kemarau kemarau
bulan sampai Panjang dari kering
agustus september bulan
sampai agustus
september sampai
november
Kesimpulan : Terjadi pada saat musim kemarau Panjang antara bulan Agustus sampai November

Bagaimana tindakan Kalo aku Kalo Kalo aku Paling melok Kalo deket Turun
bapak/ibu saat pribadi kebakaranyo langsung nolongi kalo kito paling langsung
melihat kebakaran selagi bukan deket yo aku manta uke titik ado kebakran, kito siram ke lokasi
lahan sedang terjadi lahan aku melok lokasi soalnyo pkek mesin bae, pakek dek melok
? kalo jaraknyo madamke aku jugo banyu selang mesin tembak madamke
jauh jugo apinyo, tapi satgas kan banyu apinyo jugo
paling cuman kalo jadi langsung selang, tapi
biso kebakarnyo turun kalo jauh
mantau jauh dak biso kebakra dari kami
bae dek, melok n yoh dak biso
terus madamke

Universitas Sriwijaya
147

menghubungi jauh untuk mantau nolongi


Satgas soalnyo,paling samo madamk
karhutlah wong di sekitar ngehubungi e apinyo
BPBD Ogan kebakaran tim yang lain
Ilir karno tulah yang jugo dari
mereka ado melok BPBD Ogan
mobil samo madamke Ilir smo
helicopter Manggala
untuk Agni, bantu
menjangau madamke
kan, tapi kalo jugo sebiso
lahan aku jugo mungkin
yang melok
tebakar
apolagi di
sekitar aku
yang mudah di
jangkau
pastinyo
madamke
seadonyo dulu
paling makek
mesin tembak
kan ado kami
sambal
ngumpuli
warga untuk
ngebantu,
palingan

Universitas Sriwijaya
148

nunggu
bantuan
dari BPBD
Ogan Ilir
tulah dek
Coding Memantau Melakukan Langsung Melakukan Jika lokasi Memantau
lokasi terjadi pemadaman jika memantau pemadaman api dekat dan lokasi
kebakar, jika lokasinya dekat langsung titik dengan peralatan mudah di kebakaran dan
lokasi jauh dan api dan jangkau ikut melakukan
sulit dijangkau bekerjasama memadamkan pemadaman
menghubungi dengan tim api jika lokasi kebakaran
satgas karhutla dari BPBD jauh tidak bisa
dari BPBD Ogan Ilir dan membantu
Ogan Ilir dan Manggala memadamkan
jika lokasi Agni untuk api
mudah membantu
dijangkau dalam
melakukan melakukan
pemadaman pemadaman
seadanya dan
mengajak
warga untuk
membantu
memadamkan
api

Universitas Sriwijaya
149

Kesimpulan : Tindakan masyarakat ketika terjadi kebakaran lahan dengan menghubungi kepala desa, pihak kepolisian, dan tni serta
BPBD Ogan Ilir memberikan informasi sedang terjadi kebakaran dan gotong royong bersama warga membantu pihak berwenang dalam
melakukan pemadaman api
5. Dampak apa yang Yoh pasti Yang jelas Asep dek, kan Asap tulah Sesak nafas Kabut asap
ditimbulkan dari Kesehatan dek asep, biso bikin sesak paling, tehirup samo kabut buat sesak
kebakaran lahan apa abu dari nyebabke sesak nafas, apolagi batuk kan, asap kalo nafas samo
saja?(probing, kebakaran itu nafas, samo budak keci kabut jugo mato pagi kan dak jarak pandang
Kesehatan, kan bisa jalanan samo wong pedih tejingok kito terganggu
lingkungan, dll) terhirup buat berkabut, buat tuo rentan jalanan dan jugo
sesak nafas mato pedih, keno sesak lahan warga
samo mano nafas gawe lain melok
perih nah abu asep, terus tebakar terus
tadi pacak jarak pandang rumah kami
nepel di samo lahan jugo pacak
rumah warga wong lain tebakar
yang di sekitar jugo biso apinyo
lahan kan melok tebakar merambat
kebanyak an kan nyamper
rumah kayu api tu di
jadi biso bawah tanah
tebakar jugo,
terus lahan
warga di
sekitar jugo
melok
terbakar
Coding Dampak Dampak Asap yang di Dampak Asap Asap dan Api
kesehatan Kesehatan timbulkan Kesehatan yang asap dari
yang yang dari sesak mengagu hasil
di timbulkan di timbulkan kebakaran pernafasan kebakaran

Universitas Sriwijaya
150

dari kebakran dari kebakaran lahan nafas dan batu dan jarak yang
lahan yaitu abu adalah asap membuat serta mata perih pandang menyebabkan
dan asap dari yang menggagu sesak nafas kabut asap
hasil pernafasan dan dan jarak yang menggau
pembakaran jarak pandang pandang system
yang terhirup terganggu pernafasan
oleh serta lahan dan jarak
masyarakat dan milik pandangserta
jarak pandang masyarakat api yang
teganggu serta lain yang ikut merambat ke
abu yang terbakar pemukiman
menmpel di yang dapat
pemukiman membakar
warga sekitar lahan warga
lahan yang yang lain dan
dapat terbakar rumah warga
dan lahan milik di sekitar
orang lain yang lahan yang
berada di terbakar
sekitar lahan
yang terbakar
ikut terbakar

Kesimpulan : Dampak Kesehatan yang ditimbulkan dari kebakaran lahan yaitu asap yang tebal mengganggu sistem pernafasan warga
sekitar lahan dan dampak lingkungan jarak pandang pengendara terganggu serta api yang merambat ke lahan milik orang lain
menimbulkan kerugian ekonomi bagi lahan yang terbakar serta dampak membakar rumah warga yang berdekatan langsung dengan lahan
yang terbakar
Sosial

Universitas Sriwijaya
151

6. Apakah bapak/ibu Iyo dek Yo ngolah Ktek dek Iyo, ngolah Idak ak Idak, deka k
mengelola lahan? ngolah dewek, lahan, ini kalo lahan lahan mamak ktek lahan cumin
lahan sawah lahan aku cak buruh
inilah kebun cabe perkebunan harian
samo lepas
pertanian tu
camn lahan
rumah tulah
kalo aku nih
Coding Iya, mengelola Mengelola Tidak Mengelola Tidak Tidak
lahan sendiri, lahan mengelol lahan milik mengelol mengelol
lahan sawah sendiri a lahan orang lain, a lahan a lahan
sawit
Kesimpulan : Ada 2 ( dua ) orang petani yang mengolah lahan milik nya sendiri dan 2 ( dua ) orang petani yang tidak memiliki lahan
tapi mengelola lahan milik orang lain ( dengan sistem sewa lahan ) dan 2 ( dua) orang bukan petani
7. Berapa luas lahan Cuman 1 Dikit dek Tidak ada 1 hektare Ktek dek Katek
yang bapak/ibu hektare dak sekitar 1
kelolah? dek hektare lah
Coding 1 Hektare 1 Hektare Tidak ada 1 Hektare Tidak ada Tidak ada
lahan
Kesimpulan : Luas lahan yang dikelola petani tidak lebih 2 hektar
8. Siapa pemilik lahan Lahan pribadi Lahan Tidak ada Punyo mamak Katek dek Dak katek,
yang dikelola dek kito dewek kito dewek dewek tapia k
tersebut? yang dek yang
ngolahnyo ngurusnyo

Universitas Sriwijaya
152

Coding Lahan milik Lahan milik Tidak ada Lahan milik Tidak Tidak
pribadi pribadi orang lain memilik memiliki lahan
lahan
Kesimpulan : Lahan yang dikelola sebagian milik pribadi dan milik orang lain
9. Seberapa dekat Deket dek Iyo dek, ini Di sini deket Besebelahan Jauh dek, Rumah nilah
lahan bapak/ibu ini sebelah tetanggo ak deket nian nian dek samo kalo rumah paling kan di
dengan lahan orang aku nian nih seblahan dek lahanyo lahan wong lain kami samo sebelah kiri ini
lain? lahan milik jugo dengan ado yang lahan yang lahan wong
wong jugo lahan aku, besebelahan terbakar tu lain tapi dak
lahan wong nian dengan di kelolanyo
sini galo ini lahan tidur
tadi ado jugo
beseblahan
kebunyo
Coding Dekat dengan Dekat dengan Dekat dengan Berdekatan Jauh, dari Tidak
lahan milik lahan orang lain lahan milik dengan lahan lahan memiliki lahan
orang lain orang lain milik orang tapi tempat
lain tinggal dekat
dengan lahan
orang lain
Kesimpulan : Kebanyakan lahan berdekatan langsung dengan lahan milik orang lain
10. Apakah masyarakat Sangat Yo jelas Terganggu Tergangu dek Terganggu Terganggu
sekitar terganggu terganggu terganggu nian dek, pastinyo, kadang pastinyo nian dek
dengan pembukaan dek karno nian dek, karno takut was was jugo teganggu karno dampak
lahan dengan cara dampak karno wong yang kan kan, asepnyo kan,
tad ikan, terus dampaknyo tad takutlahan asap tadi

Universitas Sriwijaya
153

membakar tu men apinyo ikan asep tu ngebakar mamak melok sesak nafas kalo respon
tersebut?apa respon besak la mengagu lahan tu tebakar, yh apolagi ado aku,ngasih tau
yang dilakukan nyebar ke aktivitas kito nyamber ke palingan ak budak kecik ke warga kalo
masyarakat? lahan warga men pagi lahan kito kan jagoi terus samo wong nak ngebkar
lain itu susah bekabut, mano jadi sebelum jangan sampe tuo kan lahan tu di
dek sesak nafas dio ngebakar tebakr kan rentang nian jagoi biar
madamkenyo jugo, men tu kito tegur apinyo tau tau la sesak nafas, apinyo dak
kadang berhari respon aku dulu jangan nyamber bae yoh kalo meluas ke
hari, kalo ngelarang sampe paling nyirami respon dak lahan wong
respon aku wong itu, ngebakar kalo apinyo katek sih lain kalo
negur dulu missal la la tebakar kan paling apinyo la
warga tu yang tebakar paling dampaknyo melok besak biso
nak ngebakar melok madamke besak terus madamke nyambar
jangan sampe samo payah jugo apinyo tulah lahan wong
membakar kan ngelaporke ke yang pasti itupun kalo lain rumah
kalo biso caro pihak takut apinyo deket kami jugo biso
laen, kalaupun berwenang cak besak itulah terbakar abu
nak di bakar Kades, Polisi, misal ado dari apinyo
yoh di jagoi, samo BPBD yang kan
men la terjadi Ogan Ilir, ngebakar beterbangan
baru kito Manggala agni langsung
ngehubungi laporke pihak
satgas tadi berwenang
Coding Sangat Terganggu, Terganggu, Terganggu,karena Terganggu, Sangat
terganggu karena dampak respon dampak yang asap dan api terganggu,
karena dampak yang masyarakat ditimbulkan, dan yang karena api
yang di ditimbulkan takut lahan melakukan menyebabkan yang
timbulkan besar dari kebakaran milik mereka pemadaman kabut asap menyambar

Universitas Sriwijaya
154

untuk respon seperti asap, terbakar, kebakaran jika yang lahan milik
masyarakat dan respon melakukan lahan ikut mengganggu warga lain dan
melarang keras masyarakat teguran jika terbakar sistem pemukiman di
dan menegur melarang melihat ada pernafasan sekitar lahan,
waga yang melakukan yang dan jarak respon
ingin pembakaran dan melakukan pandang, masyarakat
melakukan membantu pembakran respon jika ada yang
pembakaran melakukan lahan dan masyarakat melakukan
dan jika ingin pemadaman jika langsung melakukan pembakaran
membakar di terjadi melaporkan ke pemadaman memberikan
minta untuk kebakaran pihak api jika lokasi teguran agar
mejaga agar api berwenang lahan yang menjaga lahan
langsung di terbakar dekat yang terbakar
padamkan dan tidak meluas
tidak meluas
dan
menghubungi
BPBD Ogan
Ilir untuk
meminta
bantuan dalam
memadamkan
api

Kesimpulan : Sangat terganggu terhadap pembukaan lahan dengan cara di bakar, karen dampak yang ditimbulkan yaitu asap yang
mengganggu pernafasan dan api yang merambat ke lahan orang lain serta pemukiman masyarakat yang berdekatan langsung dengan
lahan. Respon masyrakat sekitar sangat melarang melakukan pembukaan lahan dengan cara di bakar dan jika terjadi kebakaran lahan
begotong royong memadamkan api

Universitas Sriwijaya
155

Ekonomi
11. Bagaimana cara Kalo aku dek Kalo kami Kalo cak Di seprot racun Di sini banyak Yoh di bersishi
bapak/ibu membuka lebih memilih bukak lahan cak lahan tidur samo di tebas dek di tebas samo dek biasonyo
lahan? nebas tulah biaso dek dak yang la dak te di racuni nebas
samo ngeracun ktek di bakar urus lagi la ngeracun
karno lahan cak hutan tulah, tapi kalo
kami nih dikit, paling makek lahanyo la cak
paling di tebas, mesin berat, hutan
di racuni tulah kalo lahan belantaran tu
kecik paling biasonyo
nebas makek mesin
ngeracuni penabang
tulah pohon ado
jugo mkek alat
berat
Coding Dengan cara di Di tebas, Jika lahan Di racun, di Diracuni dan Di tebas, di
tebas dan di diracuni hutan tebas, di tebas racuni, dan
racun belantara menggunakan
ditumbuhi mesin
pohon besar penebang
menggunakan pohon dan alat
alat berat berat
seperti
excavator dan
jika lahan

Universitas Sriwijaya
156

kecil di racun
dan di tebas
Kesimpulan : Masyarakat Desa Pegayut tidak lagi membuka lahan dengan cara dibakar karena takut dan kebanyakan dari mereka sejak
dulu membuka lahan dengan cara di tebas, di racun dan menggunakan mesin traktor
Probing :

Mengapa cara Biar bersih n Memang la Kalo maekek Biar bersih Kalo di sini Kalo makek
tersebut bapak/ibu ian kan lebih caro lamo dek mesin tu nian dek kalo memang la mesin lebih
gunakan? aman jugo kalo bukak mudah dek kito yang nebas dari dulu kalo mudah kan
dari pado lahan tu di cepet tapi kalo dewek kan puas bukak lahan untuk
ngebakar tebas la jadi nebas di tebas tu motong
kebiasaan memang agak dek pohon ohon
Kamilah, nah lamo besak
kalo nge bakar
tu dak berani
karn takut
Coding Sudah menjadi Karena lahan Karena lebih Agar lahan Sudah Lebih mudah
kebiasaan dan yang tidak mudah dan yang ingin di menjadi dengan mesin
merasa lebih terlalu luas cepat buka lebih kebiasaan
bersih dan lebih mudah bersih melakukan
lebih aman dengan di tebas penebasan
dibandingkan jika ingin
ngebakar membuka
lahan
Kesimpulan : Masyarakat sudah menjadi kebiasaan dari dulu jika membuka lahan dengan cara di tebas, dan menggunakan tractor karena
lahan nya sawah, dan lebih mudah, dan tidak ada lagi yang membuka lahan dengan cara dibakar karena merasa takut

Universitas Sriwijaya
157

12. Berapa biaya yang Kalo aku Nah kalo aku Mahal dek Kalo ngupah Nah kurang Kalo biaya
bapak/ibu keluarkan pribadi nih bukak kalo makek kisaran 50 rb lah tau jugo dek ngupah
pada saat biayanyo dak lahan dewek msin tu, aku dek paling kalo untuk penebasan tu
pembukaan lahan? pulo besaklah tapi kalo kurang tau murah itu 1 hari biaya sikok wong 75
kalo nebas tu ngupah wong jug biayanyo soalnyo dak lahn nah kalo
tapi kalo sekitar 50-100 tapi kalo pernah bukak makek msin
ngupah 50 lah sehari sikok nebas samo lahan apo alat berat
ribu lah sehari wong ngeracun tu agak mahal
per uwong sehari 50-100 sih
bersih ribu lah ,
ngupah sikok
wong
Coding Untuk biaya, 1 hari 50-75 Menggunakan 1 hari 50 rb Tidak tahu 1 hari 75 ribu
karena nebas ribu mesin mahal, per orang
lahan sendiri secara manual
dan tidak 1 orang 50-
ngupah orang 100 per hari
lain makan
tidak perlu
mengeluarkan
biaya, biaya
upah penebasan
per orang 50rb
Kesimpulan : Biaya yang dikeluarkan dalam membuka lahan ( sawah ) dengan cara di tebas sebesar 50rb untuk 1 hari pengerjaan dan
jika menggunakan mesin 1 juta untuk 0,5 hektare sampai lahan selesai di buka belum termasuk biaya operasional ( Bensin )

Universitas Sriwijaya
158

13. Berapa kerugian Kalo biaya Nah kalo rugi Kerugianyo tu Ruginyo tu misal Kerugian Kalo
yang ditimbulkan kerugian dak dak tau aku dek pasti besak lahan kito la nak tu yolah kerugiantu
pada saat terjadi biso di karno dak dek kano panen dek tau Kesehatan dak biso di
kebakaran? perkirakan dek pernah dampak yang tau melok tadi perkirakan
karno ngebakar, tapi di timbulke tebakar dek, semakin
teragntung men uji aku jugo besak luas lahan
luas lahan besak tulah misal lahan yang terbakar
yang terbakar ruginyo yang kebun wong semakin besak
pertamo jelas yang bebuah kerugianyo
lahan kito yg melok tebakar
melok tebakar, kan la rugi
lahan warga barulah nak
lain yang jugo, panen,
yoh tergantung tergantung
luas lahan luas lahan
yang tebakar yang tebakar
tulah tulah besak
kerugianyo
kalo
jumlahnyo
dak tau persis
aku dek
Coding Untuk biaya Kerugian Tergantung Lahan milik Untuk biaya Tidak bisa
kerugian tidak tergantung luas luas lahan pribadi yang ikut kerugian diperkirakan,
bisa lahan yang yang ikut terbakar Tidak tahu, semakin luas
diperkirakan terbakar terbakar hanya lahan yang
tergantung luas kerugian terbakar

Universitas Sriwijaya
159

lahan yang Kesehatan semakin besar


terbakar dari asap kerugian yang
semakin luas ditimbulkan
semakin besar
kerugian
Kesimpulan : Untuk besaran kerugian yang ditimbulkan pada saat terjadi kebakaran lahan tergantung luas lahan yang terbakar dan lahan
milik orang lain yang ikut terbakar semakin luas yang terbakar semakin besar kerugian yang ditimbulkan
14. Apa keuntungan Katek sih dek Katek dek Untungyo sih Katek Kuraso Bagi yang
yang didapat dengan rugi tulah keuntungnyo bagi oknum untungnyo dek untung bagi membakar
cara membakar? mungkin bagi , merugi tadi yang banyaklah yang bukak lahan untung
yang tulah untuk melakke ruginyo lahan karno karno caronyo
membakar warga kebakaran lebih mudah terus
lebih mudah karno dak mudah tu hewan liar
lebih cpat tapi pulo besak langsung jugo biso
kalo apiny biaya nak bakar bae terbakar kan
nyampe ke nyewo alat dak susah lagi
lahan wong berat untuk kalo nebas tu
lain kan tetep bukak lahan kadang ngeri
bae rugi dengan api ado hewan
samo minyak liar tulah
bae la pacak
bakar pohon
besak besak
melok tebakar
jugo dak
payah lagi

Universitas Sriwijaya
160

Coding Lebih mudah Tidak ada Keuntungan Tidak ada Untung bagi Untung bagi
dan murah bagi keuntungan bagi yang keuntungan yang yang
yang ingin ingin membuka melakukan
membuka lahan membuka lahan karena pembakaran
akan tetapi jika lahan karena lebih mudah lahan karena
api menyabar biaya yang mudah dan
lahan orang murah dengan cara yang
lain dan meluas cara yang cepat dan bisa
membuat rugi mudah hewan liar
orang lain yang berada
di lahan ikut
terbakar
Kesimpulan : Keuntungan membuka lahan dengan cara dibakar lebih mudah dan murah karena tidak memerlukan biaya yang besar
cukup dengan bensin dan api, dan untung bagi mereka yang memiliki lahan dan bagi masyarakat sekitar lahan merasa rugi karena
dampak yang ditimbulkan dari pembakaran
Budaya
15. Apa kebiasaan Di racun samo Itulah tadi Masyarakat di Di semprot racun Di tebas, Diracun di
masyarakat nebas tulah nebas samo sini samo di tebas di racuni, tebas samo
setempat saat dek kalo ngeracun kebanyakan dek makek
pembukaan lahan? lahanyo luas tulah dek, nebas dewek mesin
besak cak tulah dek
hutan karno lahan
belantaran itu warga sini
pkek alat berat yang di
urusnyo
dewek
mudah bukak

Universitas Sriwijaya
161

lahanyo,
tapi kalo
lahan tidur
paling
makek alat
berat tulah
Coding Menebas lahan Di tebas dan di Di racun dan Di semprot racun Di racun, di Di racun, di
dan racun di tebas serta dan di tebas tebas tebas dan
menggunakan menggunakan menggunakan
alat berat alat berat mesin
Kesimpulan : Kebiasaan masyarakat di Desa Pegayut dalam melakukan pembukaan lahan yaitu dengan cara di tba, di semprot racun,
dan menggunakan mesin traktor da sudah tidak ada lagi masyarakat yang membuka lahan dengan cara di bakar
Sikap Terhadap Perilaku
16. Jika terjadi Kabut asep tadi Abu samo bara Kabut asap Dampaknyo Sesak Kabut asap,
kebakaran lahan di dek, abu nyo api dari tulah yang lahan kito nafas tulah sesak nafasn,
sekitar tempat terhirup sesak kebakaran yang ganggu jarak melok tebakar dek jarak
tinggal bapak/ibu nafas kan samo betebaran pandang selain dari pandang
dampak apa yang jarak pandang pacak nempel samo sesak sesak nafas tdai terganggu
sangat dirasakan? teragnggu buat di rumah kayu nafas, kan samo jarak dan lahan
mato perih laju tebakar, pandag milik
jugo lahn mato pedih terganggu masyarakat
warga melok samo sesak yang lain jugo
tebakar napas biso tebakar
samo
pemukiman
di sekiatr
lahan

Universitas Sriwijaya
162

jugo
biso
terbakar
Coding Asap yang Sesak nafas dari Kabut asap Asap, sesak Sesak nafas Kabut asap
tebal Asap dan mata yang nafas, mata perih yang
mengganggu pedih serta bara mengganggu dan lahan pribadi mengganggu
jarak pandang api yang pernafasan dan yang terbakar jarak pandang
dan membuat beterbangan jarak pandang beraktivitas,
mata perih serta menempel di sesak nafas,
pernafasan rumah dan mata perih
terganggu dan serta lahan
api yang masyarakat
merambat ke dan
lahan milik pemukiman di
orang lain dan sekitar lahan
membakar yang rentan
pemukiman ikut terbakar
masyarakat di
sekitar lahan
Kesimpulan : Dampak yang dirasakan masyarakat dari kebakaran lahan yaitu asap yang tebal hasil dari pembakaran yang memberikan
dampak terhadap gangguan pernafasan, dan api yang menjalar ke lahan milik orang lain serta merambat ke pemukiman masyarakat yang
berdekatan langsung dengan lahan
17. Jika terjadi Misal ado Kito pantau Kalo aku Kalo biso tu Yoh kalo ado Yyoh paling
kebakaran lahan di yang nak dulu dek men ku tegur jangan sampe yang nak misal la
sekitar tempat ngebakar sekiro dulu misal ngebakar kan, ngebakar tu tebakar
tinggal bapak/ibu lahan tejingok apinyo ado di di bantui
bagaimana cara di aku aku pinggir- wong tegurlah kasih
tegur dek pinggiran nak misal ado teguran bae
ku masih ngebakar yang nak dek

Universitas Sriwijaya
163

bapak/ibu kasih tau pacak di lahan, aku tebakar, karno jangan madamke
menyikapinya? caro lain dak jangkau ku selidiki dulu rugi jugo kalo sampe apinyo
usah bantu wong yang lahan ito ngebakar tulah
ngebakar madamke, men nak ngebakar melok tebakar
kalo nak sekiro jauh di itu apo tu
ngebakar di tengah- tengah alasnyo
jagoi biar dak paling minta palingan
meluas bantuan BPBD ngehubungi
apinyo Ogan Ilir tulah kades samo
samo Mangala Polisi untuk
agni mereka ngasih arah
kan ado heli
Coding Jika ada yang Melihat posisi Melakukan Memberikan Menegur dan Membantu
ingin lahan yang teguran jika teguran jika melarang jika melakukan
melakukan terbakar, jika ada yang ingin ada yang ingin ada yang pemadaman
pembakran, api yang melakukan melakukan ingin
langsung terbakar masih pembakaran pemabakran melakukan
menegur di bisa di jangkau, dan segera lahan pembakaran
tempat dan ikut membantu mealporkan ke lahan
memberika pemadaman jika pihak
solusi untuk lokasi api jauh, Kepolisian dan
tidak ngebakar menghubungi kades untuk di
lahan jika BPBD Ogan Ilir berikan arahan
membakran di dan Manggala larangan
harap untuk agni ngebakar
menjaga lahan
agar api tidak

Universitas Sriwijaya
164

meluas ke
lahan milik
orang lain
Kesimpulan : Menghubungi Kades dan pihak berwenang dari Kepolisian dan TNI serta BPBD Ogan Ilir untuk memberikan infromasi
mengenai lokasi kebakaran yang sedang terjadi dan bergotong royong Bersama warga untuk membantu melakukan pemadaman api
Norma Subjektif
18. Seberapa banyak Katek lagi dek Kuraso katek Aih… la dak Kalo untuk Aih… dak Kalo bukak
dilingkungan la takut galo lagi dek berani lagi sekarang kuraso ktek lagi dek lahan dengan
bapak/ibu yang sekarang soalnyo wong dek wong katek lagi dek di sini dak ngebakar
membuka lahan samo sanksi takut galo kalo ngebakar, masyarakat berani karno kuraso katek
dengan cara tadi nak ngebakar kuraso la dak jugo la sadar galak ado dek warga
membakar? lahan tu, terus katek lagi samo takutlah Polisi samo sekitar sini
missal kito nak mano dengan sanksi TNI galak tapi kalo
ngebakar lahan langsung di ngasih oknum
tu langsung tau pantau jugo pengarahan caknyo ado
pihak BPBD tu makek satelit jadi takutlah pasti
missal ado api BPBD Ogan kalo nak
di lahan itu Ilir jadi misal ngebakar tu
soalny la ado api di
terpantau pusat
makek satelit ketahuan di
jadi ketauan lihat dari
misal ado lahan sateli, tim dari
yang tebakar tu Kepolisian
samo satga
langsung

Universitas Sriwijaya
165

begerak ke
lokasi takut
jugo sanksi
nyo kan
penjaro
samo dendo
Coding Sudah tidak Sudah tidak ada Sudah tidak Sudah tidak ad Sudah tidak Sudah tidak
ada lagi lagi yang ada lagi yang lagi yang ada lagi ada lagi yang
masyrakat yang melakukan melakukan melakukan karena takut melakukan
membuka lahan pembakaran pembakran pembakaran akan sanksi pembakaran
dengan cara di karena takut karena takut lahan karena dan dampak lahan
bakar, karena akan sanksi dan terpantau takut akan sanksi yang di
takut akan langsung langsung oleh yang di berikan timbulkan
sanksi yang terpantau dari satelit dari
berlaku satelit milik BPBD Ogan
BPBD Ogan Ilir Ilir langsung
jika ada titik api mengetahui
lahan yang posisi api dan
terbakar takut akan
sanksi dan
dednda yang
berlaku jika
mealkukan
pembakaran

Universitas Sriwijaya
166

Kesimpulan : Sudah tidak ada lagi masyarakat di Desa Pegayut yang membuka lahan dengan cara di bakar, karena takut akan sanksi yang
akan di berikan serta sudah menjadi kebiasaan masyarakat dalam membuka lahan dengan cara di tebas di racun dan menggunakan mesin
traktor.
19. Apa tindakan Kalo Jingok lokasi Yoo Kalo deket aku Yoh cumin Tindakan aku
bapak/ibu melihat Tindakan kebakaranyo madamke bantui madamke mantau bae, begitu ado
fenomena/kejadian paling mantau dulu palingan apinyo tulah dek tapi kalo kalo apinyo kebakarn
tersebut? titk lokasi api ngajak i warga samo warga jauh dak biso la deket turun
dan sekitar untuk lain paling caman paling bantu langsung ke
menghubungi bantu mantau bae madamke lokasi sambal
pihak BPBD madamke sebiso ngajak I
Ogan Ilir dan apinyo mungkin warga lain
pihak untuk
kepolisian ngeabntu
samo bantui mealkukan
seadonyo bae pemadaman
kebakaran
Coding Melakukan Melihat lokasi Melakukan Melakukan Membantu Mengajak
pemantauan titik api dan pemadaman pemadaman pemadaman masayarakat
lokasi kebakran mengajak warga kebakran jika laian untuk
dan di sekitar untuk lokasi lahan membantu
menghubungi membantu yang terbakar melakukan
pihak BPBD melakukan dekat jika lokasi pemadaman
Ogan Ilir dan pemadaman lahan jauh hanya kebakran lahan
pihak kepolisan bisa memantau
dan tni untuk
membantu
melakukan

Universitas Sriwijaya
167

pemadaman
kebakaran
Kesimpulan : Tindakan masyarakat di Desa Pegayut mecegah dan melarang untuk tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara di
bakar, menghubungi Kades, Polisi, TNI dan BPBD Ogan Ilir memberikan informasi kebakaran serta ikut membantu dalam
melakukan pemadaman kebakaran.
Persepsi Kontrol Perilaku
20. Sepengetahuan Kalo Kalo peraturan Peraturan Paling Nah kalo Peraturan tu
bapak/ibu, peraturan peraturan, la tu setau aku dari peraturan dari peraturan aku pasti ado dek
apa yang sudah ado pastinyo dari Polisi pemerintah bupati tulah dak tau dek tentang
dibuat oleh dari mentri tulah samo tulah samo kapoda yang pastinyo larangan
pemerintah terkait lingkungan pemerintah tentang ado cak ngebakar atu
kebakaran lahan hidup dan pusat samo hukuman samo peraturan karhutlah
basah? kehutanan, daerah tulah larangan larangan entah itu dari
samo tentang membakar lahan ngebakar dari Pemerintah
perturan karhutlah kepolisian Pusat
pemerintah kan ado maupun
kabupaten undang Pemerintah
undangnyo daerah
Coding Peraturan Peraturan dari Peraturan Peraturan dari Peraturan atau Pemerintah
mentri pihak kepolisian Pemerintah pemerintah undang pusat dan
lingkungan dan Pemerintah Kabupaten Ogan undang dari Pemerintah
hidup dan Kabupaten Ilir dan peraturan pihak daerah
kehutana dan Ogan Ilir dan dari Kepolisian kepolisian
peraturan dari Pemerintahan tentang
pemeintah pusat kebakran
kabupaten

Universitas Sriwijaya
168

Ogan Ilir lahan dan


mengenai hutan
karhutla
Kesimpulan :Untuk peraturan terkait kebakarn lahan sudah ada dari Peraturan pemerintah pusat, daerah dan dari pihak kepolisian terkait
pembaran hutan dan lahan
21. Didaerah bapak/ibu Kalo dari Kalo dari Kalo di sini Katek kalo Ktek dek kalo Katek kalo
telah menerapkan kades katek perangkat desa peraturan la dari kades peraturan peraturan
peraturan desa, peraturan katek dek sudah ado cumin dari desa, desa nih
lurah atau RT yolah tadi biasonyo dio tu dari ngehimbau kalo kades di
terkait perilaku peraturan dari dari pemerintah bae sini cumin
pembakaran lahan? mentri smo pemerintah palingan ngasih
pemkab tulah daerah tulah kadesnyo tulah himbauan
di sampaikan kalo dari kades galak bae
melalui camat nih cumin nyampaike
samo ngasih himbauan,
perangkat himbauan informasi
desa, kades
cumin
menyampaikan
dan
menghimbau
Coding Peraturan dari Tidak ada berupa Tidak ada Tidak ada Tidak ada
desa, lurah atau peraturan dari himbauan dari peraturan dari peraturan dari peraturan dai
RT tidak ada desan, lurah kades untuk kades mengenai desa hanya desa
hanya mengcau atau RT hanya tidak kebakran lahan berupa
pada peraturan dari pemerintah membakar hanya berupa himbauan dari
yang telah di pusat dan lahan himbauan kades
tetapkan oleh Kabupaten

Universitas Sriwijaya
169

mentri Ogan Ilir


lingkungan mengenai
hidup dan karutlah, kades
kehutanan serta hanya
peraturan dari menyampaikan
pemerintah himbauan
kabupaten
Ogan Ilir
perangkat desa
hanya
menyampaikan
larangan dan
himbauna
Kesimpulan :Peraturan dari desa, Lurah atau Rt tidak ada, untuk penerapan peraturan sudah di terapkan dari peraturan pusat maupun
daerah lewat himbauan, larangan, serta edaran mengenai kebakaran hutan dan lahan
22. Seberapa sering Sering kalo Seringlah kalo Paling kadus Sering kalo Sering sih Sering sih
peraturan-peraturan peraturan di disini, dari tulah sosialisai kadang kadang
tersebut sering sosialisasikan Polisi samo ngingatke peraturan dari Polisi samo himbauan dari
disosialisasikan kadang makek TNI yang galak terus, kades polisi samo tni TNI nilah kades ado
terkait kejadian spanduk samo sosialisai ngenjuk tau tulah dek galak galak jugo dari
kebakaran lahan baliho kan langsung ke jangan ngontrol seklain ngontol pihak
kepada masyarakat? terpampang rumah warga ngebakar, ngasih seklian kepolisan
pearutan samo sekitar lahan jadi kami tu sosialsisai sosialisai samo TNI
sanksi bagi samo dari idk ngebakar larangan tentang yang sosialisai
yang ngebakar kades dk tau apo negabakar kan kebakaran langsungke
lahn kalo nyampaike di yang nak di lahan rumah warga
kades bakar
nyampike

Universitas Sriwijaya
170

himbaun setiap ado


tulah samo agenda
edaran desa
Coding Sering,berupa Sering, dari Sering, Kades Sering di Sering, dari Sering di
himbauan Polisi dan TNI dan Kadus sampaiakan oleh pihak berikan
mengenai yang melakukan yang pihak kepolisian kepolisain dan himbauan dari
larangan sosialisai memberikan dan tni secara tni yang kades dan
melakukan langsung ke himbauan lasngsung kepada melakukan pihak
kebakaran warga di sekitar berupa masyarakat pemantauan kepolisian
hutan melalui lahan dan kades larangan lahan dan serta TNI
media seperti yang sering melakukan melakukan secara
baliho dan memberikan pembakaran osialisai langsung ke
spanduk, serta himbauan di langsung rumah warga
himbauan dan setiap ada kepada
larangan dari agenda desa masyarakat
kades ke pada mengenai
masyarakat kebakarn
lahan
Kesimpulan : Perauran – perturan mengenai kebakaran hutan dan lahan sering di sosialisaikan di desa pegayut melalui Kades dan Kadus
yang menyampaikan terkait larangan, himbauan untuk tidak melakukan pembakaran lahan di setiap ada kegiatan desa seperti hajatan,
perkumpulan tani, tetapi untuk sosialisai dari pihak BPBD Ogan Ilir tidak pernah di lakukan di desa pegayut
23. Seberapa sering Kalo Pernah kadang Dak pernah Sering dek kalo Dak terlalu Sering sih
keikutsertaan sosiaalisai Polisi smo TNI klo cak sosaialiasi sering sih dek kadang lewat
bapak/ibu terkait dari kades cak tulah galak sosialisasi kadang dari misal ado kades yang
sosialisasi tersebut? himbauan tu ngobrol tu polisi tulah kebakaran nyamapike ke
sering di mampir galak ngobrol bae nah kadus ado jugo
nymapaike seklian polisi polisi samo tni
larangan smo tni tu

Universitas Sriwijaya
171

sampaikenyo ngebakar paling mantau galak mantau langsung


ke kami denger dari lokasi datang ke yang ngasih
kades tulah men kebakran kan rumah- himbauan ke
lagi ado rumah ngasih rumah kito
hajatan apo himbauan
kegiatan galak langsung kan
di sampaiknyo
Coding Sering, Sering, dari Tidak pernah Sering dari pihak Tidak terlalu Sering,
sosialisai dari Polisi dan TNI kepolisian dan sering, jika himbauan dari
Kades berupa dan himbauan TNI yang ada kebakran kades dan
himbauan dari kades memberikan lahan pihak sosialisai
menenai tentang karhutla himbauan secara kepolisian langsung dari
kebakran lahan langsung kepada dan TNI yang kepolisian dan
masyarakat melakukan TNI yang
pemantauan memberikan
sekaligus arahn
memberikan mengnai
sosialisai karhutla
langsung ke
rumah warga
mengenai
larangan
membkara
lahan
Kesimpulan : Keikutsertaan terkait sosialisasi dari kades sering di lakukan beripa himbauan dan larangan serta edaran mengani
kebakaran lahan akan tetapi sosilisai dari pihak BPBD Ogan Ilir terkait kebakaran hutan dan lahan di desa pegayut jarang di lakukan

Universitas Sriwijaya
172

Niat
24. apa saja yang Paling Yo paling Dak katek Racun Dk tau dek Racun
bapak/ibu peralatan cak arit, parang, paling rumput dek rumput,
persiapkan jika racun racun rumput ngeracun, samo alat parang,
ingin melakukan rumput, makek tebas bensin untuk
pembakaran lahan? parang untuk racun mesin
nebas itulah rumput smo
palingan nebas pakek
parang
Coding Menyiapkan Menyiapkan Menggunkan Menggunakan Tidak tahu Meenyiapkan
peralatan peralatan racun rumput racun rumput, peralatan
seperti racun parang, arit dan parang dan alat tebas seperti parang,
rumput dan serta racun racun rumput
parang untuk rumput untuk dan bensin jika
melakukan melakukan menggunakan
penebasan penbasan alat atau mesin
pembukaan
lahan
Kesimpulan : Masyrakat di Desa Pegayut jika ingin membuka lahan sudah tidak ada lagi yang membuka lahan dengan cara di bakar
kebanyaan mengunakan parang untuk menebas rumput, racu rumput dan menggunakan mesin traktor
Probing :

Berapa lama waktu Kalo Kalo aku Kalo kami nih 2 bulan lah Kurang Biasonyo
bapak/ibu untuk nebas pribadi sekitar ngurus tau dek wong bukak
mempersiapkannya? manual seminggulah dewek, sekitar lahan tu 2
nih lamo beduo smo 2 minggu lah minggu an
dek anak lah
tegantung

Universitas Sriwijaya
173

lahan kalo cak ku galak tergantung


aku 1 hektare nebasi lahan luasnyo jugo
1 mingguan dek semakin
lah luas lahan
lama
pengerjaan
jugo biso
agak lamo
Coding 1 minggu 1 minggu 2 2 minggu 2 bulan Tidak tahu 2 minggu
tergantung luas orang tergantung
lahan dan lama luas lahan dan
pengerjaan lama
pengerjaan
Kesimpulan : Untuk membuka lahan waktu yang di persiapkan tidak lebih dari 2 bulan baik secara manual atau dengan cara di tebas dan
jika menggunakan mesin di perkirakan 3 hari selesai tergantung luas lahan yang di buka
Prosedur apa yang Di tebas dulu Di racun Dak katek, Di racun dulu Nah dak tau Biasonyo di
harus dilakukan sudah tu di palingan paling di dek, misal jugo dak racuni dulu,
sebelum membuka racun nih di tebas racun dulu, batangnyo pernah baru di tebas
lahan? biar siso siso di tebas besak di tebas kami bukak kalo poon
rump utu mati pakek alat lahan besak besak
soalnyo biasonyo di
potong
makek alat
tadi

Universitas Sriwijaya
174

Coding Di racun, di Di racun, dan di Di racun Di racun dan di Tidak tahu Di racuni
tebas, dan di tebas sesudah di tebas manual dan terlebih dahulu
tanami kembali racun di tebas menggunakan dan di tebas
alat serta
mengunakan
mesin atau alat
Kesimpulan : Di racun hingga rumput mati dan di tebas habis dan menggunakan mesin tractor di tunggu lahan hingga rata lalu di tanami
kembali
25. Jika bapak/ibu Katek paling Yoh kebun Katek pak Perkebunan cabe Rencano Kalo ado
memiliki lahan yang sawah tulah cabe inilah kami nih sih dek karno palingan lahan lemak
harus dikelola apa kalo dak dek, inilah petani mudah bukak lahan bukak lahan
rencana bapak/ibu kebun cabe sawah tulah ngurusnyo kebun cabe perkebunan
untuk membuka karno lahan kan di sisni buah dek
lahan tersebut? nyewo tadi, banyak cabe cak
adonyo sawah jadi lumayan semangko
inilah subur lah
kalo tanah di
daerah sini
Coding Membuka Kebun Cabe Lahan sawah Kebun cabai Lahan Lahan
lahan perkebunan perkebunan
persawahan dan cabai buah
cabai
Kesimpulan : membuka lahan persawahan karena teksture tanah yang cocok

Probing :

Universitas Sriwijaya
175

Apa yang menjadi Biasonyo wong Men aku dak Dak tau pak Kalo ngebakar Nah klo motif Yoh
motif bapak/ibu bukak lahan katek motif nak sebab kami tuh dak berani pembakran biasonyo
dalam melakukan negbakr tu tu ngebakar t dak pernah dek tapi biasnyo lahan tu karno nak
pembakaran lahan? untuk ganti uterus terang ngebakar wong ngebakar biasonyo bukak lahan
tanam samo bae karno aku jadi dak tau tu untuk bukak untuk bukak tadi
bukan lahan takut apo yang nak lahan tulah lahan tulah
baru nian dampaknyo tadi di bakar karno lahanyo la kan hutan
misal cak gek apinyo surut kan dan belantaran
hutan nyambar besak mungkin nak di biasonyo
belantara tu kan mano tebas karno kalo nak di
kan untuk di lahan nih ado tangkut ado kelola baru
olah jadi lahan yang gambut hewan jugo jadi di bukak
perkebunan mudah tebakar langsung di lahan yolah
biar di olah susah pulo nak bakarnyo tadi ado bae
madamkenyo pasti yang
melakukan
pembakran tu
Coding Untuk Tidak ada motif Tidak pernah Memembuka Pembukaan Untuk
pembukaan untuk melakukan lahan,karena lahan baru membuka
lahan pertanian melakukan pembakran lahan yang sudah seperti lahan lahan baru
dan lahan pemabakran lama tidak di perkebunan
perkebunan kelola dan di dan pertanian
dengan tumbuhi banyak
melakukan rerumputan tinggi
pembakaran dan pohon yang
meras lebih besar dengan cara
mudah dan di bakar lebih
murah bagi mudah dan

Universitas Sriwijaya
176

lahan seperti praktis untuk


hutan mengusri hewan
belantaran liar
Kesimpulan : Masyarakat di Desa Pegayut tidak pernah lagi melakukan pemabakaran lahan dengan cara di bakar, kebanyakan membuka
lahan untuk mengganti masa tanam padi dan ada juga mebuka lahan pertanian menjadi lahan perkebunan
26. Apa tindakan Kalo Tindakan Semisal apinyo Yang jelas Ke lokasi Ngasih Kalo aku sih
kedepannya ketika kami sebagai la besak kami melok langsung dek teguran se lebihke
bapak/ibu melihat warga nih langsung minta madamke bantui samo wrga pencagahan
kejadian kebakaran cman biso bantuan warga men api nyo madamke nih kan dek biar cak
lahan? ngeabntu samo la parak apinyo kalo biso mano
madamke ngeubungi lahan kami jangan kedepanyo
samo Satgas BPBD sampe kebakran
mengubungi Ogan Ilir, ngebakar lahan inibiso
pihak BPBD Manggala agni lahan karno di atasi
Ogan Ilir smo Polisi TNI dampak nyo dengan
untuk tulah tadi yang mudah
melaporkan merugikan
kejadian
kebakran
Coding Membantu Langsung Melakukan Turun ke lokasi Menegur dan Pencegahan
melakukan menghubungi pemadaman langsung untuk Melarang pembakaran
pemadaman pihak memabntu sesame hutan dan
berkordinasi Kepolisian dan melakukan masyarakat lahan serta
dengan pihak TNI serta pemadaman dalam cara
terkait untuk Satgas BPBD membuka penaggulangan
melakukan Ogan Ilir dan lahan untuk kebakran lahan
pemadaman Manggala agni tidak yang efektif

Universitas Sriwijaya
177

seperti BPBD melakukan


Ogan Ilir pembakaran
Kesimpulan : jika terjadi kebakaran langsung menghubungi Kades dan pihak Kepolisian serta pihak terkait seperti BPBD Ogan Ilir dan
bergotong royong Bersama warga melakukan pemadaman

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai